Free+-+secrets+of+market+timing (1).pdf

  • Uploaded by: suprianto
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Free+-+secrets+of+market+timing (1).pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,845
  • Pages: 62
IDXchart’s

Secrets of Market Timing Rahasia Entry & Exit yang tidak diketahui oleh kebanyakan Trader dan Investor di Indonesia!

by Ariesz Pratama Putra

Pernah mengalami? Harga saham bergerak tidak sesuai dengan analisis kita? Bahkan cenderung berubah arah secara tiba-tiba, dan sering berlawanan dari perkiraan kita sebelumnya. Padahal secara teori, kita merasa sudah sesuai. Sahamnya naik, tapi kita nggak beli. Besoknya ternyata masih naik lagi. Dan besoknya naik lebih tinggi. Akhirnya karena takut ketinggalan, kita kejar sampai ke harga atas. Tapi begitu dapat, harganya langsung tiba-tiba turun! Semakin lama kita tahan, semakin harganya bertambah turun. Tapi mau di-Cut Loss pun rasanya sayang. Lagipula sudah “kepalang tanggung” dan takut besoknya tiba-tiba naik lagi.

Pernah mengalami? Waktu kita beli saham, harganya memang naik. Tapi naiknya belum sampai target, ternyata sudah turun lagi. Padahal kita belum sempat jual. Akhirnya kita jadi mikir: Kenapa kemarin nggak kita jual aja? Toh yang penting sudah untung! Kayaknya kalau pegang saham memang nggak boleh terlalu lama… Kalau sudah profit harus cepat-cepat dijual! Tapi di lain waktu, saat sahamnya naik dan kita cepat-cepat Take Profit, ternyata naiknya justru semakin tinggi. Dari yang harusnya bisa profit sekian banyak, ternyata yang kita dapat cuma sekian persen saja. Jauh-jauh lebih kecil dari yang seharusnya.

Pernah mengalami? Ada kalanya pula, saat kita melihat ada saham yang sedang naik banyak. Tapi sayangnya kita nggak ikut beli. Hanya bisa “menonton”, sambil memendam dan sedikit iri hati. Iri karena yang lain sahamnya naik. Tapi saham yang kita beli masih diam di tempat. Sideways. Naik sedikit, turun sedikit. Tapi sebenarnya tidak kunjung beranjak kemana-mana. Tapi kalau kita mau pindah ke saham yang sedang naik, ternyata saham yang barusan kita “tinggalkan” tadi langsung bergerak. Sedangkan saham yang tadinya kita kira masih naik, ternyata mulai pelan-pelan turun.

Fundamental koq Nggak Sinkron dengan Harga? Berita, informasi dan laporan keuangan, sering kali tidak sesuai dengan realita dan pergerakan harga. Beritanya bagus. Laporan keuangannya juga bagus. Fundamental perusahaan juga bagus. Tapi kenapa harga sahamnya masih turun terus? Padahal yang kita beli bukan saham “gorengan” dan bukan saham “mainan bandar”. Kenapa bisa begitu? Apakah Analisis Fundamental sudah tidak ampuh? Atau memang cara analisis kita yang salah?

Fundamental Analysis yang Terbukti Ampuh? I have 2 news for you… :) Yang satu kabar baik. Yang satunya lagi kabar buruk. Kabar buruknya… 80% investor retail, melakukan Analisis Fundamental dengan cara yang SALAH! Kenapa SALAH? Karena kebanyakan investor retail hanya melihat data-data masa lalu, dan lupa untuk melihat kemungkinan di masa depan. Ingat, Laporan Keuangan adalah soal kinerja MASA LALU. Waktu yang sudah lewat, dan belum tentu dapat berulang kembali.

Fundamental Analysis yang Terbukti Ampuh? Price to Earning Ratio, Price to Book Value, Operating Margin, Financial Leverage, Earning per Share, dll… Semua itu PENTING! Tapi itu hanya setengah kebenaran, karena itu semua masih data MASA LALU. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana caranya kita dapat memperkirakan PER, PBV, PM, OM dan EPS di MASA DEPAN! Kebanyakan orang lupa, sengaja lupa, atau memang tidak pernah diajarkan tentang bagaimana melakukan Analisis Fundamental dengan benar!

Fundamental Analysis yang Terbukti Ampuh? Untuk melakukan Analisis Fundamental dengan benar, kita tidak hanya harus menghitung EPS, PM, OM, PER, PBV, Dividen, dll. Tapi kita juga harus menguasai cara perhitungan Free Cash Flow, Business Model, Cost Structures, dll. Semua ini adalah perhitungan yang rumit, dengan menggunakan data-data dan laporan keuangan selama minimal 5 tahun ke belakang (makin banyak datanya, semakin bagus). Semua data tersebut, kita perlukan untuk memperkirakan harga wajar di MASA DEPAN! Jadi yang dilhat bukan hanya Laporan Keuangan yang baru keluar. Inilah kesalahan terbesar kebanyakan investor retail di Indonesia!

Fundamental Analysis yang Terbukti Ampuh? Karena memang tidak pernah diberi tahu, atau memang tidak ada yang mengajarkan, wajar jika kebanyakan Analisis Fundamental yang kita lakukan masih ngawur dan ngaco. Dan wajar kalau ada saham yang kita kira bagus secara fundamental, tapi ternyata harga sahamnya masih turun terus. Karena memang saham tersebut tidak sebagus yang kita kira sebelumnya! Ingat, Analisis Fundamental tidak sesederhana seperti yang kita baca di artikel hasil googling, atau yang kita pelajari di workshop, kelas dan seminar!

Fundamental Analysis yang Terbukti Ampuh? Itu tadi kabar buruknya… Eh, tapi kita masih punya kabar baik loh! :) Kabar baiknya… Meskipun Analisis Fundamental adalah ilmu yang cukup rumit dan tidak sesederhana, namun kita sebenarnya tidak perlu repot-repot mempelajarinya. Bahkan untuk mengetahui saham-saham berfundamental bagus, kita tidak perlu repot-repot membaca laporan keuangan! Yes… Anda TIDAK PERLU baca Laporan Keuangan untuk tahu apakah saham itu bagus atau tidak. :)

Forecast Consensus Forecast Consensus adalah kumpulan hasil Analisis Fundamental, tentang akan kemana (target harga) suatu saham dalam 12 bulan ke depan. Media atau kantor berita akan melakukan wawancara ke beberapa orang analis investasi. Dan hasil wawancara tersebut disatukan dalam sebuah laporan komprehensif, yang dapat dilihat di website/platform media tersebut. Melihat Forecast Consensus, ibarat kita seperti “menyontek” hasil Analisis Fundamental dari para professional. Sehingga kita tidak perlu repot-repot melakukan analisis sendiri. :)

Forecast Consensus Contoh kantor berita yang mengeluarkan Forecast Consensus: ● ● ●

Bloomberg Anywhere (berbayar) Reuters Eikon (berbayar) Financial Times (GRATIS!)

Forecast Consensus dari Financial Times dapat dilihat di… https://markets.ft.com/data/equities/tearsheet/forecasts?s=AALI:JKT (Agar mudah dibuka di kemudian hari, silakan bookmark dan save link tersebut! :)

Forecast Consensus Berdasarkan Forecast Consensus tersebut, dapat kita ketahui bahwa target harga wajar saham AALI dalam 12 bulan ke depan: ● ● ●

Rp.21.500,- (aggressive) Rp.18.000,- (moderate) Rp.12.800,- (conservative)

Dengan membandingkan harganya yang sekarang, kita dapat mengetahui apakah saham AALI masih murah, sudah mahal, atau layak/tidak layak untuk kita koleksi.

Kelemahan Forecast Consensus... Meskipun Forecast Consensus adalah metode yang cukup praktis, namun cara ini tentu saja memiliki beberapa kelemahan. Misalnya: Kelemahan pertama, hanya saham Blue Chip, atau saham yang populer, yang tersedia Forecast Consensus. Tidak semua saham memiliki Forecast Consensus. Kelemahan kedua, Forecast Consensus ditetapkan untuk jangka waktu 12 bulan ke depan. Namun jika ada perubahan di “tengah jalan”, maka Forecast Consensus tidak langsung berubah. Harus menunggu konsensus ulang dan update dari para analis yang berpartisipasi.

Kelemahan Forecast Consensus... Kelemahan ketiga, ada ketergantungan khusus pada website Financial Times. Terutama jika kita tidak punya budget lebih untuk berlangganan data berbayar (seperti Bloomberg Terminal atau Reuters Eikon). Kelemahan keempat, meskipun kita tahu target dan harga wajar sebuah saham, namun tidak ada penjelasan tentang kapan saat yang optimal untuk masuk dan mulai membeli. Termasuk kapan saat yang tepat untuk Average Down dan Take Profit. Pun tidak ada penjelasan berkaitan tentang dinamika market seperti pullback, koreksi, reversal, dll.

Bagaimana Menutupi Kelemahan-kelemahan itu? Kalau begitu pertanyaannya sekarang… ● ● ● ●

Bagaimana kalau saham yang kita minati ternyata tidak punya Forecast Consensus? Apakah itu berarti sahamnya jelek dan tidak boleh disentuh? Bagaimana kalau di tengah jalan ada perubahan, Corporate Action, berita bagus/jelek, tapi Forecast Consensus tidak kunjung di-update? Bagaimana jika suatu saat nanti Financial Times berhenti menyediakan Forecast Consensus? Bagaimana menentukan saat yang tepat untuk melakukan Buy/Sell? Termasuk level harga yang optimal untuk Average Down, Take Profit, dsb?

Tenang Saja… We Got You Covered! :) Kelemahan-kelemahan yang telah kita bahas sebelumnya, sebenarnya bukan hanya kelemahan Forecast Consensus. Namun juga adalah kelemahan Analisis Fundamental secara umum. Meskipun dalam jangka panjang (lebih dari setahun), nilai dan harga saham dipengaruhi oleh faktor-faktor Fundamental perusahaan. Namun dalam jangka pendek, informasi Fundamental tidak banyak berguna. Terutama bagi investor dan trader retail seperti kita. Apa lagi jika kita berinvestasi untuk tujuan mendapatkan income! :)

Tenang Saja… We Got You Covered! :) Bukan berarti Analisis Fundamental tidak berguna, loh. Justru sebaliknya, Analisis Fundamental malahan SANGAT BERGUNA! Hanya saja, kalau tujuan kita trading/investasi adalah untuk mendapatkan income tambahan, Trading for Living, uang pensiun atau untuk beli mobil yang lebih baru, rumah yang lebih besar, traveling, jalan-jalan dan pelesiran… Maka Analisis Fundamental BUKAN yang terbaik! Untuk keperluan trading dan investasi jangka pendek (kurang dari setahun), Analisis Teknikal jauh lebih praktis dan berguna! :)

Bagaimana dengan Investasi ala Warren Buffett? Jika tujuan kita adalah income, silakan lupakan investasi ala Warren Buffett. Karena beliau berinvestasi bukan untuk income! Warren Buffett mendapatkan gaji plus kompensasi dari jabatannya sebagai Chairman dan CEO dari Berkshire Hathaway. Secara total, Take Home Pay beliau mencapai 6.5 Milyar per tahun! Sumber: http://www1.salary.com/Warren-E-Buffett-Salary-Bonus-Stock-Options-for-Berkshi re-Hathaway.html

Let’s Back to Basic... Sebenarnya apa itu Analisis Teknikal? Gampangnya, Analisis Teknikal adalah tentang mengamati pergerakan harga masa lalu dan masa kini, untuk memperkirakan kemana arah market dan harga di MASA DEPAN! Tidak seperti Analisis Fundamental yang memerlukan banyak sekali data dari berbagai macam sumber (Laporan Keuangan, Data Ekonomi, Analisis Industri, dll). Analisis Teknikal hanya memerlukan data tentang pergerakan harga.

Let’s Back to Basic... Sehingga boleh dibilang, Analisis Teknikal jauh lebih sederhana, lebih cepat dan lebih praktis bagi trader/investor retail. Terutama kalau kita tidak punya akses khusus ke sumber informasi dan “orang dalam”. Cara kerja Analisis Teknikal adalah Follow the Smart Money. Smart Money adalah pihak-pihak yang punya dana lebih besar, kemampuan analisis yang lebih canggih, serta akses informasi yang lebih luas (termasuk ke sumber informasi “orang dalam”).

Let’s Back to Basic... Ibaratnya begini… Kita mau pergi dari Jakarta menuju Bandung. Sayangnya, kita tidak tahu jalan dan tidak punya peta maupun GPS yang dapat diandalkan. Maka cara yang paling gampang adalah dengan mengikuti di belakang mereka yang sudah tahu jalan. Smart Money adalah orang-orang yang sudah tahu jalan. Mereka sudah sering “dapat info” duluan, jauh sebelum beritanya muncul di media. Mereka sudah melakukan analisis. Mereka sudah punya target. Mereka sudah tahu harga saham mau kemana. Follow the Smart Money! :)

Technical Analysis vs. Fundamental Analysis

Technical Analysis vs. Fundamental Analysis 1.

Fundamental Events Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten, misalnya: Rilis laporan keuangan, Right Issue, Merger, Akusisi, dsb. Atau hal dari luar yang dapat mempengaruhi jalannya usaha, misalnya: perubahan suku bunga, peraturan pemerintah, kasus sengketa publik, dsb.

2.

Fundamental Analysis Fundamental Events yang terjadi, akan dianalisis oleh Smart Money, dengan menggunakan Analisis Fundamental. Smart Money memiliki tim analis yang cerdas, disertai dengan akses informasi yang lebih luas.

Technical Analysis vs. Fundamental Analysis 3.

Market Action Dengan Analisis Fundamental, Smart Money tahu dampak jangka panjang/pendek terhadap perusahaan. Termasuk ke target harga wajar sebuah saham. Smart Money akan melakukan Buy/Sell di market, sesuai dengan hasil Analisis Fundamental yang telah mereka lakukan.

4.

Technical Analysis Kegiatan Buy/Sell yang dilakukan oleh Smart Money, PASTI TERBACA dengan menggunakan Analisis Teknikal. Misalnya: dengan bantuan indikator, candlestick pattern, dll.

Technical Analysis for Retail Traders/Investor... Jadi intinya: Analisis Teknikal adalah tentang bagaimana membaca gerakan Smart Money, dan mengikutinya untuk mendapatkan profit. Dalam banyak kasus di Indonesia, pergerakan Smart Money yang terbaca oleh Teknikal Analisis, bahkan sudah mendahului info dan berita. Sering kali, saham sudah bergerak naik/turun lebih dulu, sebelum berita dan informasi beredar. Itulah sebabnya orang yang trading/investasi berdasarkan info (atau menunggu berita) sudah pasti akan sering ketinggalan. Karena kenyataannya memang harga bergerak duluan, sebelum info dan beritanya keluar.

Harga Mendahului Info dan Berita… (BDMN) PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. sempat menjadi target akuisisi dari Bank DBS, salah satu Bank multinasional yang berkantor pusat di Singapore, pada semester pertama tahun 2012 silam. Berita mengenai rencana akuisisi tersebut keluar pada tanggal 2 April 2012. Yang langsung membuat saham BDMN mengalami gap-up dan melejit signifikan. Namun “aneh”-nya, pergerakan Smart Money justru sudah bisa kita deteksi sejak berbulan-bulan sebelumnya. Geliat harga BDMN sudah terlihat sejak bulan Januari 2012. Smart Money diam-diam sudah mengumpulkan BDMN selama 3 bulan lebih!

Harga Mendahului Info dan Berita… (BDMN) Masih tentang rencana akuisisi Bank Danamon Indonesia oleh Bank DBS Singapore. Setahun lebih kemudian, setelah serangkaian negosiasi maju mundur, akhirnya DBS menyatakan batal untuk melakukan akuisisi Bank Danamon. Pada tanggal 1 Agustus 2013, CEO DBS memberikan keterangan resmi sehubungan dengan “penundaan” rencana akuisisi tersebut. Yang langsung membuat saham BDMN jatuh. Tentu saja, Smart Money sudah bergerak lebih dulu. Dapat kita lihat bahwa saham BDMN sudah dijual secara sistematis sejak bulan Mei. 3 bulan sebelum beritanya keluar.

Harga Mendahului Info dan Berita… (AISA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. sempat berhadapan dengan pemerintah pada bulan Juli 2017, atas kasus penipuan harga beras. AISA dituding menjual beras subsidi pemerintah, dengan harga premium. Market langsung bereaksi keras terhadap kasus tersebut. Saham AISA langsung anjlok secara signifikan, menyusul digerebeknya gudang beras milik salah satu anak usaha AISA. Sekali lagi, gerakan Smart Money sudah terlihat jauh sebelum kasus ini mencuat di media. Dimana mereka diam-diam sudah menjual saham AISA sejak awal bulan Juni, 2 bulan sebelum penggerebekan terjadi.

Harga Mendahului Info dan Berita… Kasus BDMN dan AISA hanya 2 contoh, dari sekian banyak kasus yang terjadi secara nyata di Bursa Efek Indonesia. Itulah sebabnya trading/investasi dengan menunggu info dan berita adalah strategi yang sangat rawan. Bukan berarti info dan berita tidak penting. Namun jangan sampai kita jadi terlambat Buy/Sell hanya karena menunggu dan mencari-cari info dan berita. Gunakan Analisis Teknikal! Follow the Smart Money!

Indikator Apa yang Paling Ampuh? Kalau begitu sekarang pertanyaannya... ● ● ●

Bagaimana cara terbaik menggunakan Analisis Teknikal? Metode Analisa Teknikal apa yang paling ampuh? Indikator dan strategi apa yang paling manjur?

Berlawanan dengan keyakinan banyak orang. Gerakan Smart Money sebenarnya bisa kita baca dan deteksi, bahkan dengan indikator-indikator biasa yang sudah umum. Tidak perlu membeli sistem trading yang mahal, atau berlangganan sumber data premium.

Indikator Apa yang Paling Ampuh? Stochastic, MACD, Moving Average, RSI, dll. Semuanya sebenarnya bisa kita gunakan untuk membaca gerakan Smart Money. Asalkan kita tahu trik-trik khusus, RAHASIA yang tidak banyak orang tahu. Inilah yang membedakan trader/investor kebanyakan, dengan segelintir orang yang bisa profit konsisten di Bursa Efek Indonesia! :) Karena eBook ini sudah terlalu panjang, kali ini kita akan membahas sedikit trik di salah satu indikator yang sangat umum, yaitu: STOCHASTIC! (Silakan dibaca dan dipahami pelan-pelan, setelah itu coba praktekkan sendiri!)

Stochastic vs. MACD Hal yang dilematis dan membingungkan, bagi banyak trader/investor adalah sinyal dari indikator-indikator yang sering kali “tidak sinkron”. Indikator yang satu menunjukkan BUY, tapi indikator yang lain menunjukkan SELL. Nanti kalau lihat indikator yang lainnya, hasilnya bisa berbeda lagi. Dua indikator yang paling sering “tidak sinkron” adalah Stochastic dan MACD... ● ●

Stochastic overbought (SELL) vs MACD golden-cross (BUY) Stochastic oversol (BUY) vs MACD dead-cross (SELL)

???

SELL?

BUY?

???

BUY?

SELL?

Stochastic vs. MACD Sekarang mari kita perjelas! :) Sebelum membaca kedua indikator tersebut, kita harus paham dulu bahwa keduanya melihat market dari 2 sudut pandang yang berbeda. Yang satu melihat market dari sudut pandang momentum. Sedangkan yang satunya lagi melihat market dari sudut pandang trend. Momentum dan trend adalah dua gaya trading yang berbeda. Yang satunya lebih jangka pendek (main cepat), sedangkan yang satunya lagi lebih jangka panjang (main aman). Maka jangan heran kalau keduanya sering “tidak sinkron”!

Stochastic vs. MACD Stochastic adalah indikator momentum. Kita membaca Stochastic, agar kita dapat mengantisipasi momentum. Karena sifatnya yang antisipatif, maka Stochastic lebih cepat, responsif dan full action. Meskipun risikonya juga lebih tinggi. Itulah sebabnya Stochastic disebut Leading Indicator. Stochastic cocok digunakan untuk Swing Trading, Breakout Trading atau Momentum Trading. Gaya trading dengan time-frame (holding period) 3 hari sampai 3 minggu.

Stochastic vs. MACD Sedangkan MACD adalah indikator trend. Kita membaca MACD, agar kita dapat melakukan konfirmasi trend. Trend yang sudah dikonfirmasi oleh MACD, membuat trading kita jadi lebih aman, tidak buru-buru, dan risikonya lebih kecil. Meskipun sinyal MACD lebih lambat daripada Stochastic. Itulah sebabnya MACD disebut Lagging Indicator. MACD cocok digunakan untuk Position Trading, Trend Trading atau Semi Investing (investasi berdasarkan trend). Dengan time-frame (holding period) antara 3 minggu sampai 30 minggu (jika trend-nya panjang).

Kesalahan-kesalahan Cara Membaca Stochastic... Dua kesalahan utama cara membaca Stochastic... ● ●

Terlalu terpaku pada konsep overbought dan oversold Hanya melihat Golden-cross dan Dead-cross

Tidak semua Overbought adalah SELL. Dan tidak semua Oversold adalah BUY. Begitu juga Golden-cross dan Dead-cross. Yang tidak banyak orang tahu, sebenarnya ada 4 komponen dalam membaca indikator Stochastic!

The Right Way to Read Stochastic! 4 Components of Stochastic Signals: ● ● ● ●

Golden-cross / Dead-cross Overbought / Oversold Support / Resistance Divergence

Semua komponen tersebut harus dibaca secara utuh dan menyeluruh. Jika dibaca dengan benar, indikator Stochastic dapat menghasilkan probabilita tinggi dan Hit Rate hingga 80%!

Stochastic - Support/Resistance Support/Resistance ● ●

Oversold = Support Overbought = Resistance

Stochastic on Support/Resistance ● ●

Oversold + bertahan di Support = BUY Oversold + bertahan di Resistance = SELL

(Pertama kita lihat posisi Stochastic, baru kemudian cari Support/Resistance-nya)

Koq turun terus???

Oversold???

Stochastic - Breakout Support/Resistance Support/Resistance ● ●

Oversold = Support Overbought = Resistance

Stochastic on Breakout Support/Resistance ● ●

Oversold + break Support = SELL Overbought + break Resistance = BUY

(Pertama kita lihat posisi Stochastic, baru kemudian cari Support/Resistance-nya)

Break Support!

Break Support!

Break Support!

Break Support!

Break Resistance!

Stochastic - Divergence Support/Resistance ● ●

Oversold = Support Overbought = Resistance

Stochastic and Divergence ● ●

Oversold + Divergence = BUY Oversold + Divergence = SELL

Stochastic - Summary Support/Resistance ● ●

Oversold + bertahan di Support = BUY Oversold + bertahan di Resistance = SELL

On Breakout ● ● ●

Oversold + break Support = SELL Overbought + break Resistance = BUY Wait for DIVERGENCE!

Stochastic - Summary Stochastic Rule of Three... ● ● ●

Holding Period Stochastic adalah 3 hari sampai dengan 3 minggu, itulah jangka waktu (time-frame) yang optimal untuk menyimpan saham tersebut. Sinyal Stochastic dapat kita anggap batal (void), jika dalam 3 hari tidak ada pergerakan yang berarti Untuk Profit Taking maksimal, perhatikan sinyal SELL dengan baik! Kita boleh hold sampai 3 minggu. Jangan keluar terlalu cepat (Let your profit run!)

Related Documents

Chile 1pdf
December 2019 139
Theevravadham 1pdf
April 2020 103
Majalla Karman 1pdf
April 2020 93
Rincon De Agus 1pdf
May 2020 84
Exemple Tema 1pdf
June 2020 78

More Documents from "Gerardo Garay Robles"