Sistem Pernapasan : Susunan saraf pusat (medulla) Sistem saraf perifer (phrenic nerve) Otot-otot pernapasan Dinding dada Paru Jalan napas atas Bronkus dan cabang2-nya Alveoli Pembuluh darah pulmoner
FISIOLOGI Respirasi adalah : Peristiwa masuk udara (O2) ke dalam paru Proses metabolisme Pengeluaran CO2 dan H2O hasil metabolisme
RESPIRASI Ventilasi Difusi
Perfusi
VENTILASI Peristiwa masuk dan ke luar udara ke dalam paru Inspirasi
Ekspirasi
VENTILASI Inspirasi : aktif karena konstraksi otot-otot pernapasan Ekspirasi : pasif karena elastik recoil paru (daya elastisiti paru)
DIFUSI Peristiwa perpindahan : • O2 dari alveol ke kapiler dan • CO2 dari kapiler ke alveol
PERFUSI Distribusi darah di paru Dalam 1 menit darah mengalir 5 liter
Gagal Napas
Definisi • Ketidakmampuan paru memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. • Kegagalan oksigenasi jaringan dan atau homeostasis CO2 • Gagal napas bila : PaO2 < 60 mmHg atau PaCO2 > 50 mmHg
ASIDOSIS
ALKALOSIS
GANGGUAN ASAM-BASA 35
NORMAL
RESPIRATORIK
METABOLIK 7,35
7,45
22
ASIDOSIS
ALKALOSIS
pCO2>45
pCO2<35
RESPIRATORIK
7,35
METABOLIK
7, 45
HCO3<22 HCO3>26
GAGAL NAPAS HIPOKSEMIK PENYEBAB HIPOKSEMIA ARTERI (Tipe I) 1.. FiO2
2. 3. 4. 5.
Hipoventilasi V/Q mismatch Gangguan difusi Shunt intrapulmoner
Penilaian Hipoksemia
■ PaO2 80–100 mmHg normal ■ 60 mmHg < PaO2 < 80 mmHg ringan ■ 40 mmHg < PaO2 < 60 mmHg sedang
■ PaO2 < 40 mmHg berat
GAGAL NAPAS HIPERKAPNIK (Tipe II) • • • • • •
Disfungsi pusat pernapasan Overdosis obat, CVA, tumor, hipotiroidisme Penyakit Neuromuskular Penyakit dinding dada dan pleura Obstruksi jalan napas atas Kerusakan jalan napas perifer
PRINSIP PENATALAKSANAAN • Tujuan pertama mengatasi hipoksemia • Tujuan kedua mengontrol PaCO2 dan asidosis respiratorik • Obati underlying disease • CNS perlu dimonitor • Kebutuhan konsentrasi O2 : Terapi O2
Device
Usual flow range
Approximate O2 concentration
1. Nasal cannula 2. Simple mask 3. Nonrebreathing mask
1–6 L/min 5–10 L/min Flow must be high enough to prevent full collapse of reservoir bag during inhalation; flows ≥12 L/min are often required
4. Air entrainment mask
Use at least the flow stamped on colored adapter ≥30 L/min
24–40% 30–60% Theoretically, a non-rebreathing mask will deliver close to 100% O2; in reality, however, it delivers concentrations of 60–80% because the mask does not fit tightly over the face O2 concentration is stamped on the colored adapter
5. High-flow Oxygen System
24–100%, set by air and O2 flow meters on blender
Nasal cannula
Simple mask
Non-rebreathing mask
Air entrainment mask
Aerosol mask
High-flow O2 delivery system
Tracheostomy mask T-piece
ASMA
Asma akut/Serangan asma/ Asma eksaserbasi • Peningkatan sesak napas, batuk, mengi atau chest tightness yg progresif atau kombinasi gejala tersebut.
SERANGAN ASMA BERAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Sesak napas Posisi Berbicara Kesadaran RR Otot bantu napas HR Mengi Pulsus paradoksus APE PaO2 PaCO2 Saturasi O2
: saat istirahat : duduk membungkuk : kata demi kata : biasanya agitasi : > 30 x/menit : biasanya ada : > 120 x/menit : ekspirasi & inspirasi : sering ada > 25 mmHg : < 60 % (< 100 L/menit) : < 60 mmHg : > 45 mmHg : < 90 %
Initial management of adults with acute asthma (2)
Pengobatan Awal Inhalasi agonis 2 kerja cepat, tiap 20 menit dalam 1 jam
O2 saturasi oksigen > 90 % (95% pada anak) Glukokortikosteroid sistemik bila: tidak ada respons cepat, pasien menggunakan steroid oral atau serangan berat
Sedasi: kontraindikasi
Rekomendasi obat
Rawat di ICU Inhalasi agonis 2 + antikolinergik Glukokortikosteroid IV Pertimbangkan agonis 2 IV, SC atau IM Oksigen Metilxantin IV
Kemungkinan intubasi dan ventilasi mekanis
HEMOPTISIS
Istilah hemoptisis Ekspektorasi darah : • perdarahan pada saluran napas di bawah laring,
• perdarahan yg keluar ke saluran napas di bawah laring.
• Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang seksama
Etiologi •
Kelainan jantung : stenosis mitral, endokarditis trikuspid
•
Infeksi : tuberkulosis, necrotizing pneumonia (Staphyllococcus, Klebsiella, Legionella), jamur, parasit dan virus
•
Kelainan paru seperti bronkitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis, emfisema bulosa
•
Neoplasma : kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis
•
Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus, emboli lemak
Etiologi • Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma aorta • Kelainan hematologis : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated intravascular coagulation (DIC)
• Iatrogenik : bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi Swan-Ganz, limfangiografi • Kelainan sistemik : sindrom Goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis, systemic lupus erithematosus, vaskulitis (granulomatosis Wegener, purpura Henoch-Schoenlein, sindrom Chrug-Strauss) • Obat/toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain • Lain-lain : endometriosis, bronkolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing, hemoptisis kriptogenik, amiloidosis
Kekerapan etiologi • Amerika Beberapa dekade lalu : TB, bronkiektasis Sekarang : Ca + bronkitis
• Negara berkembang : penyakit infeksi • RS Persahabatan (Retno W, dkk) : TB, bronkiektasis, bekas TB, Ca paru
Kriteria batuk darah masif •
Berbagai literatur bervariasi Bleeding rate 100 – 1000/24 jam
1. Hemoptisis ringan : < 25 cc/24 jam 2. Hemoptisis berat : 25 – 250 cc/24 jam 3. Hemoptisis masif
Derajat hemoptisis •
RS Persahabatan tahun 1978 (kriteria Busroh) 1. Batuk darah sedikitnya 600 mL /24 jam 2. Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24 jam, Hb < 10 g% dan masih terus berlangsung 3. Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24 jam, Hb > 10 g% dalam 48 jam belum berhenti.
DIAGNOSIS BATUK DARAH • Anamnesis teliti Bedakan dengan hematemesis, epistaksis dan perdarahan gusi • Pemeriksaan Fisik Selain toraks, periksa organ lain THT, abdomen dll
Perbedaan hemoptisis dengan hematemesis Hemoptisis
Beda
Hematemesis
Warna
Merah segar dan berbusa
Merah gelap atau hitam
PH
Basa
Asam
Konsistensi
Dapat bercampur dahak
Dapat bercampur dengan makanan
Gejala
Diikuti dengan batuk atau Dapat didahului dengan mual mungkin didahului suara seperti berkumur
Pemeriksaan Laboratorium • • • •
Darah rutin : Hb, leko, Ht Faal hemostasis Sputum BTA, MO & jamur Sitologi sputum
Pemeriksaan Radiologis • Foto toraks PA dan lateral • CT scan toraks
Manajemen hemoptisis masif Tujuan: • Cegah asfiksia • Lokalisir sumber perdarahan • Hentikan perdarahan • Cari sebab perdarahan • Terapi kausal
Dweik & Stoller (3 Tahap Penatalaksanaan) 1 Pembebasan jalan napas & stabilisasi: • Tenangkan dan istirahat (tirah baring), jangan takut membatukkan darah • Jaga potensi jalan napas suction, bronkoskopi • Resusitasi cairan (kristaloid / koloid)
Pembebasan jalan napas & stabilisasi • Transfusi darah jika Ht < 25 – 30%, Hb < 10 g%, masih berlangsung • Hemostatik (kontroversial): as. tranexamat, karbazokrom, Vit K/Vit C • Gelisah sedasi ringan, batuk eksesif penekan batuk • Faal hemostasis koreksi
Tindakan saat hemoptisis KU dan refleks batuk baik duduk, pimpin batuk KU berat, refleks batuk tidak adekuat Trendelenberg ringan, lateral dekubitus sisi sakit, ETT > 7,5 Gagal napas ventilator
2 Lokalisir dan cari sumber perdarahan
Setelah stabil
lokalisasi sumber
Ro PA dan lateral CT scan toraks (+ kontras) Bronkial angiografi Bronkoskop serat optik Bronkoskop rigid
3 Terapi Spesifik Tujuan: hentikan & cegah rekurensi Dengan bronkoskop (rigid / BSOL) • Bilas NaCl 0,9% dingin vasokonstriksi • Bilas epinefrin (1:20.000) • Trombin, trombin – fibrinogen • Tamponade endobronkial (kateter balon) • Fotokoagulasi laser (Nd-YAG) pada lesi endobronkial
Manajemen pembebasan Airway • Pengisapan via bronkoskop BSOL, baik double lumen, rigid • Tamponade dengan BSOL Pada segmen / subsegmen diikuti pengisapan bronkus distal kolaps kompresi sumber
Manajemen pembebasan Airway Pemasangan ETT Memudahkan bronkoskopi Lokalisir perdarahan ETT : konvensional, Robertshaw, Carlen’s catheter
Tamponade balon Isolasi perdarahan lobus, segmen Fogarty, Inoue via BSOL / rigid, 24 jam – beberapa hari.
Manajemen pembebasan Airway
Fibrin glue Melalui BSOL, fibrin atau fibrin precursors Trombin 5 – 10 ml (1000 u/ml) Fibrinogen 2% 5 – 10 ml + trombin 5 – 10 ml BSOL dibiarkan 5 menit
Koagulasi laser Pada lesi endobronkial, energi ringan (15 W)
Elektrokauter Alternatif laser, lesi endobronkial, diikuti dengan laser Nd-YAG menembus lebih dalam via BSOL besar / rigid
PNEUMOTORAKS
Definisi • Udara di antara pleura viseral dan pleura parietal • Kebocoran udara ke dalam rongga pleura akan menyebabkan jaringan paru kolaps sesuai dengan proporsi udara yg memasuki rongga pleura
Perifer Bleb Distensi Pecah Pneumotoraks
Udara Ruptur / kebocoran dinding alveol Intertisial paru Septa lobuler Sentral Pneumomediastinum
Patofisiologi
PENYEBAB 1. Cedera jaringan lunak di regio subclavia 2. Trauma trakea 3. Trauma bronkus 4. Ruptur alveolar 5. Ruptur pleura visceral 6. Ruptur bullae atau bleb 7. Trauma dinding dada dan pleura parietal 8. Ruptur oesofagus 9. Udara dari abdomen
Klasifikasi pneumotoraks Spontan Iatrogenik Traumatik Artifisial
Spontan Primer : tanpa penyakit paru yang jelas Sekunder : ada penyakit dasar Katamenial : berkaitan dengan menstruasi (Neonatus)
Traumatik Trauma tajam (penetrating chest injury) Trauma tumpul (blunt chest injury)
Iatrogenik Prosedur diagnostik atau terapi
Disorders complicated by secondary spontaneous pneumothorax Airway disorders COPD (bullous emphysema) Cystic fibrosis Acute severe asthma Infectious lung diseases Pneumocystis carinii pneumonia Tuberculosis Necrotising pneumonia Interstitial lung diseases Sarcoidosis Idiopathic pulmonary fibrosis Histiocytosis X Lymphangioleiomyomatosis Connective tissue diseases Rheumatoid arthritis Ankylosing spondylitis Polymyositis/dermatomyositis Sclerodermia Marfan’s syndrome Ehlers–Danlos syndrome Cancer Lung cancer Sarcoma
TENSION PNEUMOTORAKS Sesak tambah berat Gelisah, kesadaran menurun Tindakan segera
Tension pneumotoraks • Tekanan intrapleural melebihi tekanan atmosfir baik saat inspirasi maupun ekspirasi • Mekanisme katup • Inspirasi udara masuk, ekspirasi tidak dapat berbalik • Kompresi mediastinum menurunkan CO shg berkurangnya venous return • Hipoksemia disebabkan efek shunt, perubahan fungsi kardiovaskular secara tiba2 • Pasien terjadi distres; pernafasan cepat, sianosis, berkeringat dan takikardi dan nyeri dada
Tension Pneumotoraks
DIAGNOSIS ANAMNESIS v Sesak napas tiba-tiba v Nyeri dada yg menusuk v Batuk-batuk v Perburukan gejala yg cepat (bila ventil) v Riwayat trauma, penyakit paru / tindakan medis
PEMERIKSAAN FISIS Gejala ringan sampai berat :
~ Gelisah - kesadaran menurun ~ Sesak napas ~ Takikardi sampai bradikardi
PEMERIKSAAN FISIS PARU • Inspeksi :
• Palpasi : • Perkusi : • Auskultasi :
- statis : asimetris, bagian yg sakit cembung - dinamis: yg sakit tertinggal - sela iga melebar - fremitus melemah - hipersonor - pergeseran mediastinum - suara napas melemah - hilang
Ket : pemeriksaan / gejala-gejala ini sangat tergantung dari luasnya pneumotoraks dan fungsi paru
PEMERIKSAAN RADIOLOGI u Foto toraks PA + lat : ~ Garis kuncup paru (halus) ~ Paru kolaps ~ Bayangan radiolusen / avaskular ~ Air-fluid level ~ Pendorongan mediastinum u CT Scan bila foto toraks belum dapat menerangkan
Chest 2001; 119:590-602
Pengukuran luas pneumotoraks
Persentase paru kolaps : [hemitoraks (A x B) – area kolaps (a x b)] : hemitoraks (A x B)
PENATALAKSANAAN UMUM Tujuan :
o Mengeluarkan udara dalam rongga pleura o Mengusahakan penyembuhan lesi di pleura
o Mencegah timbulnya pneumotoraks ulang o Mengurangi masa rawat
PENATALAKSANAAN • Tusuk dengan jarum segera (kontraventil) • Punksi pleura • Mini WSD / venocath • WSD permanen
Lateral sites: medial axillar line
ICS 5 Mid axillar line (MAL)
ICS 2 Mid clavicular line (MCL)
Kontraventil
Aspirasi: 1. Abbocath 14 2. 3-way stop cock 3. 50 mL syringe 4. Blood set 5. Botol + cairan
• Mini WSD: Abbocath 14 Blood set Botol + cairan
WATER SEALED DRAINAGE (WSD)
• Sistem drainage yang menjamin tekanan intra pleura tetap negatif • Seluruh pipa dan botol harus steril • Cairan antiseptik : betadin dalam Nacl 0,9% • Ujung drain harus selalu terendam
WSD
Selang WSD
Botol
Water Sealed Drainage (WSD) Perlu diperhatikan : • Undulasi, bubbles • Produksi & warna cairan • Infeksi • Jangan tersumbat
Paru Tidak Mengembang Penyebab Fistel tidak menutup Penebalan pleura Sumbatan bronkus Sumbatan pd pipa WSD Perlu pertimbangan : • • •
Bronkoskopi Torakoskopi Operasi : ~ dekortikasi ~ pleurodesis
Efusi Pleura
Hidropneumotoraks
Hidropneumotoraks
Drowning (Tenggelam)
Definisi • Gangguan pernapasan yg disebabkan oleh tenggelam dalam media cair. • Tenggelam: Immersion: wajah dan sal. Napas Submersion: seluruh tubuh
European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005
Drowning • Basic life support (BLS):
Penyelamatan di air Buka jalan napas dan pernapasan buatan Chest compression Defibrilasi
• Advanced life support (ALS) Jalan napas dan pernapasan buatan Sirkulasi dan defibrilasi European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005
1. Penyelamatan di Air (BLS) • • • •
Saat korban masih di dalam air Perhatikan keselamatan penolong Minimalkan bahaya penolong dan korban Jika mungkin, selamatkan korban tanpa masuk ke dalam air • Keluarkan korban dari air secepatnya dg seaman mungkin European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005
1. Penyelamatan di Air
• Ajak bicara korban • Capai korban dg alat bantu (tongkat, tali, ban penyelamat, pelampung) • Hati-hati bila ada cedera tulang belakang • Jika mungkin, keluarkan korban dari air dg posisi horizontal
European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005
Curiga Cedera Cervical • • • •
Riwayat menyelam Surfer Tanda-tanda trauma Tanda intoksikasi alkohol
European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005
2. Pernapasan Buatan (BLS) • Prinsip utama: atasi hipoksemia • Buka jalan napas • Berikan pernapasan buatan segera selama 1 menit (pada pasien apnea)
European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005
2. Pernapasan Buatan
• Jika tdk bernapas spontan, waktu tempuh ke daratan: <5 mnt: berikan nps buatan sepanjang perjalanan >5 mnt: berikan nps buatan >1 mnt, lalu bawa pasien segera tanpa pemberian nps lagi sepanjang perjalanan
European Rescucitation Council Guidelines for Rescucitation 2005