Fome Tb.docx

  • Uploaded by: Muhammad Ardianto P
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fome Tb.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,402
  • Pages: 45
KEGIATAN I UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP NY. S DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA TB PARU KASUS BARU BTA (+) DALAM PENGOBATAN OAT KATEGORI II BULAN KETIGA LESI LUAS DENGAN DECOMPENSATED CORDIS DEXTRA NYHA III

BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

A. Anggota Keluarga Nama kepala keluarga

: Tn. M

Alamat

: Sonosari RT 11 RW 07, Jatipuro, Karanganyar

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Struktur Komposisi Keluarga :

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah No

1

Nama

Kedudukan

Tn. M

Kepala keluarga

L/P

L

Umur

53 th

Pendidikan

Pekerjaan

Pasien klinik

Keterangan

SD

Dulu pedagang Sekarang Petani

Tidak

-

2

Ny. S

Istri

P

51 th

SD

Mantan Pedagang jamu

Ya

Pasien TBC kasus baru dalam pengobatan kategori 1 bulan ke-3

3

Sdr. Rt

Anak ke-1

L

30 th

SMP

Pedagang

Tidak

-

4

Sdr. Rn

Anak ke-2

L

27 th

SMP

Pedagang

Tidak

-

Sumber: data primer, Juni 2015

Kesimpulan: Keluarga Tn. M termasuk ke dalam nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. M (53 tahun), Ny. S (51 tahun), Sdr. Rt (30 tahun), Sdr. Rn (27 tahun). Semuanya tinggal bersama dalam satu rumah.

1

B. Identifikasi Aspek Personal 1. Alasan kedatangan berobat Pasien mengeluhkan sesak napas 2. Persepsi pasien tentang penyakit Pasien kurang mengerti tentang penyakit maupun penyebaran penyakit yang dideritanya. Namun pasien mengerti bahwa pasien perlu menjalani pengobatan. 3. Harapan Pasien Pasien berharap agar penyakitnya segera sembuh. Dan segera kembali menjual jamu untuk memenuhi kebutuhan 4. Kekhawatiran pasien Pasien mengaku cemas akan penyakitnya mengalami komplikasi lebih lanjut.

2

BAB II STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien Nama

: Ny. S

Umur

: 27 April 1964 (51 tahun)

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mantan Penjual Jamu

Status

: Menikah

Tanggal Pemeriksaan

: 18, 22 dan 24 Juni 2015

B. Anamnesis 1. Keluhan Utama Sesak nafas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluhkan sesak napas sejak empat bulan ini (Februari 2015). Sesak nafas dirasakan pasien terus menerus rasanya sulit untuk bernafas. Sesak nafas semakin memberat ketika pasien beraktifitas. Dan berkurang dengan istirahat. Terbangun malam hari karena sesak disangkal. Pasien tidur dengan 2 bantal. Pasien juga mengeluhkan batuk, yang dirasakan pasien sejak 7 bulan yang lalu (Oktober 2014). Batuk disertai dahak dan beberapa kali disertai darah. Batuk hilang timbul. Batuk semakin berat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Dahak terkadang sulit dikeluarkan, namun ketika bisa dikeluarkan, dahak berwarna kuning kental. Sedangkan darah ketika keluar berwarna merah yang hanya sedikit seperti bercak saja. Keringat malam tidak dirasakan dan penurunan berat badan juga tidak begitu signifikan. Namun, sebelumnya memang sudah mengalami penurunan berat badan karena tumor pada rahim yang diderita pasien sejak

3

27 tahun yang lalu. Dan sudah dilakukan pengangkatan di RSUD dr.Oen Surakarta pada tahun yang sama dengan ditegakkan diagnosis tersebut. Pasien juga mengeluhkan kakinya bengkak. Kaki bengkak kanan dan kiri, dirasakan berat untuk berjalan. Pasien merasa lebih nyaman jika tidur disangga bantal pada kakinya. Dan semakin terasa memberat jika dipakai berjalan atau beraktifitas. Riwayat penyakit yang diderita sekarang adalah dimulai pada oktober 2014. Pada saat itu pasien mengeluhkan batuk berdahak yang dirasakan terus menerus. Namun saat itu pasien membiarkannya dan batuk tidak mengalami kesembuhan sampai 4 bulan kemudian. Kemudian setelah 4 bulan batuk tak sembuh, pasien mengaku pernah keluar bercak darah ketika batuk. Sejak saat itu, 2 minggu kemudian pasien mengalami bercak darah pada saat batuk kembali. juga dibarengi dengan keluhan sesak nafas yang cukup mengganggu. Barulah pasien memeriksakan diri ke puskesmas Jatipuro dan diperiksa dahak. Pada Maret 2015, didapakan hasil lab dahak adalah BTA (+). Pasien di registrasikan sebagai pasien TB kasus baru BTA (+) dan diberikan pengobatan OAT kategori 1. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Wonogiri untuk di rontgen dada. Dan didapatkan hasil rontgen dada (+) TB. Pada saat yang bersamaan sebenarnya pasien sudah merasakan sedikit berat di kaki, namun, pasien tidak menghiraukan. Ternyata kaki agak berat sudah dirasakan pasien sejak Januari 2015. Namun dibiarkan dan semakin lama semakin memberat dan terasa bengkak. Barulah pada kontrol TB pengobatan OAT kategori 1 fase awal selesai, pasien mengeluhkan mengenai kakinya yang semakin berat dan bengkak. Pada saat itu pasien diberikan terapi untuk jantungnya oleh petugas Puskesmas Jatipuro. Pasien merasa berkurang dengan pengobatan yang diminumnya walaupun sedikit. Saat ini, pasien masih mengeluhkan sesak nafas walau batuk sudah berkurang. Serta bengkak kaki dan berat kaki yang masih dijadikan keluhan. Sebab mengganggu aktifitas pasein.

4

BAK pasien 3-4 kali sehari berwarna kuning kemerahan, BAB 1 kali sehari tanpa keluhan. Saat ini pasien menjalani pengobatan OAT kategori 1 fase lanjutan bulan ketiga dengan dibarengi hidrochlorthiazid untuk mengontrol tekanan darahnya. Pasien juga meminum obat salbutamol sebagai bronkodilator, hidrochlorthiazid sebagai diuretik untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kinerja jantung.

3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat tekanan darah tinggi

: (+)

b. Riwayat sakit gula

: disangkal

c. Riwayat sakit asma

: disangkal

d. Riwayat alergi

: disangkal

e. Riwayat kontak pasien TB

: (+) tetangga rumah.

f. Riwayat OAT sebelumnya

: disangkal

g. Riwayat Kanker Rahim

: (+) 27 tahun yang lalu. Dan sudah dilakukan pengangkatan rahim

4. Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat tekanan darah tinggi

: disangkal

b. Riwayat sakit gula

: disangkal

c. Riwayat sakit asma

: disangkal

d. Riwayat alergi

: disangkal

e. Riwayat batuk lama

: (+) dari oktober 2014 – februari 2015

5. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat olahraga

: jarang

b. Riwayat merokok

: (-), suami merokok

c. Riwayat alkohol

: disangkal

d. Riwayat keluar keringat malam hari

: disangkal

5

6. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi Pasien Ny. S adalah seorang perempuan berusia 51 tahun dengan status menikah dengan Tn. M sejak tahun 1984. Tn. M berusia 53 tahun. Sejak menderita TB, pasien Ny. S sudah tidak bekerja lagi, dulunya dia bekerja sebagai penjual jamu. Sedangkan suami pasien dulunya bekerja merantau sebagai pedagang di Lampung, namun sekarang semenjak Ny. S sakit, suami hanya di rumah sambil menggarap ladang miliknya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ny. S tinggal serumah dengan suaminya yaitu Tn. M dan beserta 2 orang anaknya yaitu Sdr. Rt (30 tahun) dan Sdr. Rn (27 tahun). Riwayat kehamilan dan persalinan Ny. S yaitu G0P2A0. Pekerjaan Tn. M pada awalnya bekerja sebagai pedagang di Lampung. Namun setelah Ny. S menderita penyakit ini, Tn. M kembali ke rumah dan dan sudah 3 bulan ini bekerja sebagai petani agar bisa tetap menjaga Ny. S. Penghasilan keluarga ini tergolong kurang, hanya Rp2.000.000,- / 3 bulan bila saatnya panen. Jumlah ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kekurangan ini dicukupi oleh kedua anaknya. Walaupun demikian, keluarga ini tidak mengeluh dengan kondisi keuangan yang sangat mepet ini. Untuk jaminan kesehatan, pasien tidak memiliki jaminan kesehatan apapun baik Jamkesmas, maupun JKN. Dalam pengobatan penyakitnya, pasien mengandalkan pelayanan umum di puskesmas. Sebelum 3 bulan ini, pasien aktif di lingkungannya dengan rutin mengikuti kegiatan kumpul-kumpul dengan tetaangga di lingkungannya serta berkeliling untuk menjual jamu dagangannya. Akan tetapi, semenjak 3 bulan ini, pasien tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kecuali dirumahnya sendiri karena keterbatasan gerak pasien dan keluhan lain yang dirasakan pasien.

7. Riwayat Gizi Pasien makan tiga kali sehari dengan porsi setengah dari biasanya karena nafsu makannya yang menurun. Pasien makan dengan lauk tahu,

6

tempe dan sayur, terkadang juga disertai daging ayam walaupun sangat jarang.

8. Anamnesis Sistem Keluhan utama : Sesak nafas yang dirasakan pasien sejak 4 bulan yang lalu. a. Kulit

: gatal (-), kering (+), bersisik (-)

b. Kepala

: sakit kepala (+), leher cengeng (-), berputar (-), luka (), benjolan (-)

c. Mata

: pandangan mata bekunang-kunang (-), penglihatan kabur (+)

d. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-)

e. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-)

f. Mulut

: sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah (+), papil lidah atrofi (-)

g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-) h. Pernafasan

: sesak nafas (+), batuk lama (+), mengi (-), batuk darah (-), dahak (+), nyeri dada (+)

i. Kardiovaskuler

: berdebar-debar (-)

j. Gastrointestinal

: mual (-), muntah (-), mudah haus (-), diare (-), nafsu makan menurun (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan.

k. Genitourinaria

: BAK 3-4 kali sehari kuning dan jumlah dalam batas normal.

l. Muskuloskeletal : nyeri sendi (-), nyeri otot (+) m. Ekstremitas Atas

:

: bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)

Bawah : bengkak (+), pitting oedem (+), luka (-), ujung jari kaki dingin (-)

7

C. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 18 Juni 2015 1. Keadaan Umum Tampak sakit sedang, keadaan compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang. 2. Tanda Vital Tensi

: 150/90 mmHg

Nadi

: 102 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan

: 28 x/menit

Suhu

: 36,00C per axiler

3. Status Gizi BB

: 42 kg

TB

: 158 cm

BMI

: BB/TB2 = 42/(1,58)2 = 16,82 kg/m2

Status gizi

: BB kurang (<18,5 kg/ m2 )

4. Kulit Sawo matang, rambut putih campur hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), petechie (-), spider nevi (-) 5. Kepala Bentuk mesochepal, tidak terdapat luka, rambut distribusi merata dan sukar dicabut 6. Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), visus menurun (+/+) 7. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)

8

8. Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (+), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+) 9. Telinga Membran timpani intak (+), sekret (-) 10. Tenggorokan Tonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-) 11. Leher JVP meningkat 5 + 4 cm, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening) tidak membesar 12. Thoraks Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-) a. Cor 1) Inspeksi Ictus cordis tak tampak 2) Palpasi Ictus kordis kuat angkat, letak SIC V Linea Axilaris Anterior Sinistra (bergeser ke lateral) 3) Perkusi Batas kiri atas

: SIC IV Linea Parasternalis Sinistra

Batas kanan atas

: SIC II Linea Parasternalis Dextra

Batas kiri bawah

: SIC V Linea Midclavicularis Sinistra

Batas kanan bawah

: SIC IV 2 cm kearah lateral dari linea

Para Sternalis Dextra Batas jantung melebar (decompensatio cordis  kardiomegali) 4) Auskultasi BJ II lebih keras daripada BJ I, bising (-) b. Pulmo 1) Inspeksi

: pengembangan dada kanan=dada kiri

2) Palpasi

: fremitus raba kanan=kiri  menurun

9

3) Perkusi

: sonor/sonor  menurun

4) Auskultasi

: suara dasar vesikuler melemah, ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-/-).

13. Abdomen a. Inspeksi Dinding perut lebih rendah dari dinding dada, venektasi (-) b. Perkusi Timpani seluruh lapang perut c. Auskultasi Bising usus (+) normal d. Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba 14. Ekstremitas Atas

: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)

Bawah

: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (+/+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan dahak BTA (+) pada Maret 2015 2. Pemeriksaan rontgen paru (April 2015) Kardiomegali dan didapatkan gambaran fibroinfiltrat di apex paru kanan kiri dan gambaran proses Tb paru lesi luas.

E. RESUME Pasien mengeluhkan sesak napas sejak empat bulan ini (Februari 2015). Sesak nafas dirasakan terus menerus. Dypsneu d’effort (+), namun berkurang dengan istirahat. Paroxysmal nocturnal disorder (-) dan pasien tidur dengan 2 bantal. Batuk berdahak (+) sejak 7 bulan yang lalu (Oktober 2014). Dahak (+) kuning kental namun sulit dikeluarkan. Hemopthoe (+) 2x pada Maret 2015. Keringat malam (-), penurunan berat badan juga tidak begitu signifikan. Oedem ekstremitas (+) simetris kanan kiri.

10

Riwayat penyakit yang diderita sekarang adalah dimulai pada (oktober 2014) dimulai dengan batuk lama. Berdahak. Pada (januari 2015) pasien sudah meraskaan kaki mulai membengkak namun tidak dihiraukan. Pada (Februari 2015) mulai batuk darah dan sesak nafas. Pada (Maret 2015) pasien memeirksakan diri ke Puskesmas Jatipuro dan dilakukan uji lab dahak. Pada saat itu, didapakan hasil lab dahak adalah BTA (+). Pasien di registrasikan sebagai pasien TB kasus baru BTA (+) dan diberikan pengobatan OAT kategori 1. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Wonogiri untuk di rontgen dada. Dan didapatkan hasil rontgen dada (+) TB. Pada (Mei 2015) pasien mengeluhkan bengkak dan sesak lalu diberikan obat jantung. Pasien memiliki riwayat sakit kanker Rahim pada 27 tahun yang lalu, dan sudah dilakukan pengangkatan Rahim pada tahun tersebut di RSU Dr. Oen Surakarta. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang. Tanda vital, tensi: 150/90 mmHg, nadi: 102 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), pernafasan: 25 x/menit, suhu: 36,00C per axiler. Status Gizi, BB: 42 kg, TB: 154 cm, BMI: BB/TB2 = 42/(1,54)2 = 17,57 kg/m2 , Status gizi: BB kurang (<18,5 kg/ m2 ). Leher : JVP meningkat (5 + 4 cm). Jantung: ictus cordis tak tampak dan kuat angkat, letak ictus cordis di SIC V Linea Axilaris Anterior Sinistra (bergeser ke lateral). Batas jantung melebar (decompensatio cordis  kardiomegali). Auskultasi jantung : BJ II lebih keras daripada BJ I, bising (-). Paru : fremitus raba kanan=kiri  menurun, auskultasi paru : suara dasar vesikuler melemah, RBK (+/+). Pada ekstremitas bawah : oedem (+/+). Hasil pemeriksaan BTA (+) pada Maret 2015 dan Radiologi (+) pada April 2015.

11

BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Pasien

berusia

51

tahun

menderita

Tuberculosis

dan

Decompensated Cordis dextra NYHA III berada dalam nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Keluarga tersebut terdiri dari Ny. S (51 tahun), Tn. M (53 tahun), Sdr. Rt (30 tahun), dan Sdr. Rn (27 tahun). Semuanya tinggal bersama dalam satu rumah. Secara umum keluarga ini tampak cukup sehat, saling menyayangi dan mendukung satu sama lain. 2. Fungsi Psikologis Hubungan yang terjadi dalam keluarga ini cukup baik. Fungsi psikologis pasien diukur menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale). Pada penilaian menggunakan kuesioner DASS , pasien tidak mengalami depresi, mengalami ansietas tingkat sedang, dan tidak mengalami stres. 3. Fungsi Sosial Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan pasien dengan masyarakat menurun setelah pasien terjatuh sakit. Sedangkan, hubungan keluarga dengan masyarakat baik. Suami Ny. S, Tn. M masih aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti ronda malam, pernikahan tetangga, dan menengok bila ada yang sakit. 4. Fungsi Ekonomi Pekerjaan Tn. M pada awalnya bekerja sebagai pedagang di Lampung. Namun setelah Ny. S menderita penyakit ini, Tn. M kembali ke rumah dan bekerja sebagai petani. Penghasilan keluarga ini tergolong kurang, hanya Rp2.000.000,- / 3 bulan bila saatnya panen. Kekurangan ini dicukupi oleh kedua anaknya. Pasien tidak menggunakaan jaminan sosial apapun untuk berobat ke puskesmas.

12

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi Keputusan penting dalam keluarga diambil oleh Tn. M sebagai kepala keluarga. Pengambilan keputusan biasa dilakukan dengan diskusi atau musyawarah keluarga.

B. Fungsi Fisiologis Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. 1. Adaption Adaptasi menggambarkan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. Dalam kasus ini, Ny. S bercerita pada suaminya, Tn. M, apabila menghadapi masalah. 2. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. Dalam kasus ini Ny. S sering menceritakan perasaannya dan masalahnya kepada keluarga begitupun sebaliknya. 3. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. Dalam hal ini Ny S mendapat dukungan suami dan anak-anaknya yang peduli dengan kesembuhan pasien. 4. Affection Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. Dan dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain dan saling memberi dukungan. 5. Resolve

13

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga Ny S selalu diusahakan untuk kumpul keluarga di rumah ketika makan malam selama anak-anak dirumah, tapi ketika anak-anak pergi merantau ke lampung, bertukar kabar hanya via telpon.

Skoring:

Kriteria nilai APGAR:

Selalu/sering

: 2 poin

8-10

: baik

Kadang-kadang

: 1 poin

6-7

: cukup

Jarang/tidak pernah

: 0 poin

1-5

: buruk

Tabel 3.1 APGAR Anggota Keluarga Ny. S terhadap Keluarga Kode A P

G

A

R

APGAR keluarga Ny. S Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total Nilai APGAR

Tn. M

Ny. S

Sdr. Rt

Sdr. Rn

2

2

1

0

0

2

1

0

2

1

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

8

9

8

6

Fungsi Fisiologis Keluarga = (8+9+8+6) : 4 = 7,75 (cukup) Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Ny. S tergolong cukup. Hal ini terlihat dari total skor APGAR. Secara umum, tidak ada hambatan komunikasi pada keluarga ini. Secara individual, nilai APGAR Sdr. Rn paling rendah karena Sdr. Rn paling sering pergi bekerja keluar kota dan pulang beberapa kali dalam sebulan. 14

C. Fungsi Patologis

Tabel 3.2 SCREEM Keluarga Ny. S SUMBER SOCIAL

CULTURAL

RELIGION

ECONOMY

EDUCATION

MEDICAL

PATOLOGI Interaksi sosial baik antar anggota keluarga. Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Dalam keluarga Ny. S menggunakan adat-istiadat Jawa, bahasa Jawa, serta bahasa Indonesia secara sopan dengan sesama anggota keluarga dan orang lain di kehidupan sehari-hari. Anggota keluarga belum mengikuti perubahan jamaan dengan gaya hidup sederhana Ny. S dan keluarga menjalankan ibadah di rumah karena penyakit Ny. S membuatnya tidak dapat pergi ke masjid untuk ibadah maupun mendengarkan ceramah. Penghasilan keluarga Ny. S sebelum sakit tergolong baik. Akan tetapi, setelah sakit kehidupan disokong dari pemberian anak-anaknya Tingkat pendidikan Tn. M dan Ny. S tergolong rendah, yaitu Sekolah Dasar. Apabila ada masalah kesehatan, keluarga Ny. S segera pergi ke Puskesmas dan ke RSUD untuk melakukan pemeriksaan.

KETERANGAN -

-

+

+

+

-

Kesimpulan: Fungsi patologis keluarga Ny. S mengalami gangguan pada area religi, ekonomi, dan pendidikan.

15

D. GENOGRAM Tn. A 60 th (Tua)

Ny. C 54 th Asma

Tn D 57 th

Tn. Wr 63 th (tua)

Ny. B 80 th

Tn G 48 th

Ny. E 55 th

Ny. F 50 th Asma

Tn Wn 55 th

Ny Sn 60 th (tua)

Ny Sy 53 th

Ny. S 51 th

Tn. M 53 th

Sdr Rn 27 th

Sdr. Rt 30 th

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. S

Keterangan: : Laki-laki

: Satu rumah

: Wanita : yang telah meninggal : Pasien

Kesimpulan: Pasien adalah Ny. S (51 tahun) tinggal bersama dengan suaminya yaitu Tn. M (53 tahun), anaknya, Sdr. Rt (30 tahun), dan Sdr. Rn (27 tahun). Dari genogram dapat dilihat tidak ada penyakit yang diturunkan.

16

E. POLA INTERAKSI KELUARGA Ny S

Sdr. Rn

Tn M

Sdr. Rt

Gambar 3.2 Pola Interaksi Keluarga Ny. S

Keterangan: : Hubungan Harmonis : Hubungan Tidak Harmonis

Kesimpulan: Hubungan antar anggota keluarga dalam satu rumah seluruhnya harmonis.

F. Faktor-Faktor Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan 1. Pengetahuan Pendidikan Ny. S dan Tn. M adalah sekolah dasar sehingga kemampuan mereka untuk mencari informasi tentang penyakit yang dialami terbatas. Mereka biasanya menanyakan hal ini kepada dokter pemeriksa Ny. S. Penyakit yang diketahui Ny. S sejauh ini adalah tuberkulosis paru, hipertensi, juga sakit jantung yang membuat sesak. Sejauh ini, pasien mengikuti segala anjuran yang dokter berikan. 2. Sikap Keluarga Ny. S memiliki sikap terhadap kesehatan yang baik. Sehat menurut Ny. S itu adalah suatu kewajiban. Sehat itu ketika seseorang bisa melakukan segala aktivitas. Ny. S tidak mempercayai pengobatan lewat dukun. Beliau dan keluarga apabila sakit akan langsung pergi ke Puskesmas atau praktik dokter.

17

3. Tindakan Ny. S memiliki tindakan terhadap kesehatan yang cukup baik. Ny. S rutin berobat ke puskesmas untuk meneruskan obat secara berkala untuk mengikuti pengobatan TB selama 6 bulan.

G. Faktor-Faktor Nonperilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan 1. Lingkungan Berikut ini adalah keadaan rumah pasien: Tabel 3.3 Keadaan Rumah No Lingkungan Ny. S Keterangan 1 Status kepemilikan rumah: milik sendiri Kesimpulan: Keadaan rumah Ny. S 2 Daerah perumahan: padat bersih 2 tergolong cukup baik. Luas tanah: 725 m , luas bangunan: 3 2 35x15 m Jumlah penghuni dalam satu rumah: 4 4 orang Jarak antar rumah: 10m (depan), 6m 5 (samping), 5m (belakang). 6 Rumah 1 lantai 7 Lantai rumah: berubin Dinding rumah: tembok bata, tinggi 3 8 meter, dicat, dikombinasi dengan kayu untuk pintu dan jendela 9 Jamban keluarga: ada 1 10 Kamar mandi: ada 1 11 Dapur: ada 1 di bagian samping 12 Tempat bermain: teras depan rumah Penerangan listrik @18 watt x 7 buah 13 lampu = 126 watt 14 Pencahayaan: kurang Ketersediaan air bersih: sumur dan 15 pompa air Kondisi umum rumah: kondisi rumah 16 tidak rapi, dan kurang bersih. Tempat pembuangan sampah: 17 ditumpuk di samping rumah dan ketika sudah banyak dibakar. 2. Keturunan

18

Tidak ada riwayat penyakit keturunan yang diturunkan pada keluarga Ny. S. 3. Pelayanan Kesehatan Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sudah cukup baik. Keluarga Ny. S memiliki kartu PKMS sehingga bila berobat ke Puskesmas maupun RSUD tidak dipungut biaya. Hal ini belum digunakan cukup maksimal. Lingkungan: Kebersihan lingkungan rumah belum sepenuhnya terjaga

Pemahaman: Ny. S sedikit memahami tentang penyakitnya

Sikap: Keluarga Ny. S mendukung pengobatan Ny. S

Ny. S

Tindakan: Ny. S rutin kontrol dan meneruskan obat dari puskesmas

Keturunan: Tidak ada riwayat penyakit keturunan

Pelayanan Kesehatan: Jika sakit keluarga akan segeriksa ke Puskesmas

Gambar 3.3 Faktor Perilaku dan Nonperilaku yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga Ny. S

Keterangan: : Faktor Perilaku : Faktor NonPerilaku

19

H. Identifikasi Indoor Dan Outdoor

Tempat tidur Tn.M KAMAR

RUANG TAMU

TERAS

Tempat Tidur Ny. S

KAMAR Sdr. Rt KAMAR Sdr. Rn RUANG PENYIMPA NAN KAYU BAKAR

DAPUR Tungku Api

TEMPAT CUCI WC & KM

SEPTIC TANK

SUMUR

Gambar 3.4 Denah Indoor dan Outdoor Rumah Ny. S

Keterangan: 1. Luas rumah 525m2 , lantai berubin, pencahayaan kurang. 2. Penggunaan air untuk mandi, mencuci dan memasak dari sumur dan pompa air. Lingkungan Outdoor : Jarak antar rumah tidak terlalu berdekatan. Rumah ini sudah memiliki selokan air limbah rumah tangga. Lingkungan luar rumah sudah cukup bersih, namun cukup gersang.

20

TAHAP IV DIAGNOSIS HOLISTIK

A. Diagnosis Holistik Aspek I : Personal Pasien bernama Ny. S, usia 51 tahun, mengeluh sesak nafas, batuk, kaki bengkak. Pasien kurang mengerti tentang penyakitnya dan penularannya, namun pasien mengerti bahwa pasien perlu pengobatan. Pasien ingin sembuh, sehingga cepat bisa kembali menjual jamu untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Aspek II : Klinis Pasien merupakan pasien TB paru kasus baru dengan BTA (+) dalam pengobatan kategori II bulan ketiga lsi luas. Dengan penyakit penyerta adalah decompensated cordis dextra NYHA III. Hal ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan. Aspek III : Faktor Internal Pendidikan keluarga pasien yang terbatas menyebabkan ketidaktahuan keluarga pasien terhadap penyakit tersebut termasuk cara penularan dan pengobatan yang harus dilakukan. Kurangnya pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap dan presepsi pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga jadi kurang waspada dan kurang tanggap dalam mencegah penularan penyakit yang sangat bsar peluang terjadinya pada keluarga ini. Aspek IV : Faktor Eksternal Kondisi sosial dan ekonomi keluarga pasien sangat kurang. Keluarga ini merupakan keluarga yang masing kekurangan, namun tidak terdaftar pada jaminan kesehatan sperti jamkesmas, namun juga tidak mampu untuk membayar iuran BPJS. Hal ini, mmbuat keluarga ini tidak begitu familiar untuk periksa ke dokter maupun pelayanan kesehatan. Apapun keluhan yang dirasakan, jika belum dirasa parah, maka keluarga ini tidak akan pergi untuk berobat ke palayanan kesehatan.

21

Kondisi ekonomi keluarga pasien sangat kurang. Suami pasien yakni Tn. M yang sebelumnya mencari nafkah dnegan berdagang di lampung, saat ini sudah tidak bias lagi merantau untuk berdagang dikarenakan harus menjaga istrinya di rumah. Dan pemasukan saat ini hanyalah dari hasil bertani di lading seadanya dan bantuan dari kdua anak nya yang membantu ayah nya berjualan nasi goring di lampung. Lingkungan indoor dan outdoor pasien kuang baik. Pada lingkungan indoor, sinar matahari yang masuk ke rumah kurang dan ventilasi juga kurang baik. Aspek V : Derajat Fungsional Kategori derajat fungsional : 1 : SEHAT tidak butuh bantuan 2 : sakit ringan (aktifitas berat dikurangi) 3 : sakit sedang 4 : sakit berat (aktivitas ringan saja yang bisa) 5 : 100% ADL butuh orang lain Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien Ny. S, pasien memiliki derajat fungsional 4 sakit berat (hanya aktivitas ringan saja yang bias dilakukan). Untuk mencuci baju dan menjemur baju dilakukan oleh suami dna anaknya.

B. Pembahasan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price, 2005). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB merupakan masalah penting kesehatan seluruh masyarakat didunia. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis,

sedangkan

20%

selebihnya

merupakan

tuberkulosis

ektrapulmonar (Djojodibroto, 2009). Tuberkulosis paru merupakan salah satu 22

penyakit saluran pernapasan bagian bawah dan termasuk penyakit infeksi terpenting setelah penyakit malaria (Alsagaff, 2005). Tuberkulosis (TB) juga merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia diantara penyakit menular lainnya, dan merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut (PDPI,2006). Indonesia masih menempati urutan ke3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China. ‘ Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul (PDPI, 2006). Pasien Ny. S saat ini mengidap sakit TB paru kasus baru BTA (+) radiologi (+) dalam pengobatan OAT kategori 1 fase lanjutan bulan ketiga, decompensatio cordis kanan NYHA III. Pasien Ny. S termasuk dalam kategori pasien TB Kasus baru yaitu pasien tuberkulosis yang baru pertama kali dinyatakan menderita Tb paru dengan gejala respiratorik dan sistemik yang spesifik pada TB paru dan didukung dengan hasil pemeriksaan dahak berupa BTA (+) ataupun radiologi (+) (PDPI, 2006). Keluarga Ny. S dilihat dari fungsi holistik dinilai cukup baik dengan fungsi biologis bentuk keluarga Ny. S adalah nuclear family. Nuclear family adalah keluarga inti yang teriri dari suami istri dan anak-anak (Friedman, 1998). Nuclear family pada keluarga Ny. S terdiri atas 4 orang. Semuanya tinggal bersama dalam satu rumah. Secara umum keluarga ini tampak cukup sehat, saling menyayangi dan mendukung satu sama lain. Dari fungsi psikologis pasien tidak mengalami depresi, dan stress, tetapi adanya tingkat kecemasan yang sedang pada pasien akan kesehatannya. Fungsi sosialisasi keluarga Ny. S dinilai baik dengan terjalinnya komunikasi dan perhatian yang baik antar anggota keluarga maupun dengan

23

masyarakat sekitar, walaupun secara individu Ny. S mengalami penurunan fungsi sosial dikarenakan kondisi fisik yang tidak mendukung untuk bersosialisasi aktif dalam masyarakat. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari saat ini Ny. S mengandalkan kiriman uang dari anak-anaknya, dan dari hasil dari bertani diladang sendiri, sedangkan untuk biaya pengobatan Ny. S ditanggung oleh keluarga. Fungsi fisiologis keluarga Ny. S tergolong cukup. Hal ini terlihat dari total skor APGAR yaitu 7,75. Secara umum, tidak ada hambatan komunikasi pada keluarga ini. Secara individual, nilai APGAR Sdr. Rn paling rendah karena Sdr. Rn paling sering pergi bekerja keluar kota dan pulang beberapa kali dalam sebulan. Sementara fungsi patologis keluarga Ny. S mengalami gangguan pada area religi, ekonomi, dan pendidikan. Oleh karena sakit dan keterbatasan fisik yang dialami Ny. S, membuat Ny. S sulit pergi ke masjid untuk beribadah dan mendengarkan tausyiyah, sehingga Ny. S hanya melakukan ibadah di rumah saja. Dari segi ekonomi, Ny. S tidak mampu lagi bekerja sehingga tidak memiliki penghasilan dan hanya mengandalkan lahan pertanian yang dikelola Tn. M serta uang dari anak-anaknya. Dari segi pendidikan Tn. M dan Ny. S hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja. Dari genogram tampak bahwa tidak ada keluarga yang menderita TB paru. Penyakit TB paru bukan termasuk dalam penyakit yang diturunkan, melainkan penyakit yang ditularkan. Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari pasien TB kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit TB terjadi melalui hubungan dekat antara pasien dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Pasien penyakit TB sering tidak tahu bahwa ia menderita sakit tuberkulosis (Djojodibraoto, 2009). Sumber penularan adalah pasien dengan TB BTA (+) yang pada saat batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dahak (droplet nuclei). Sekali batuk pasien tersebut dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan / partikel dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

24

sementara sinar matahari dapat langsung membunuh kuman. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (PDPI,2006) Dilihat dari pola interaksi antar keluarga, hubungan antar anggota keluarga dalam satu rumah seluruhnya harmonis. Kondisi keluarga yang harmonis dengan anak-anak yang berbakti merupakan bentuk dukungan keluarga yang dapat mempengaruhi perbaikan kesehatan Ny. S (Sadock, 2010). Kesadaran keluarga Ny. S akan kesembuhan Ny. S saat ini cukup baik. Terlihat dari pasien yang rutin kontrol ke dokter Puskesmas dan rutin menjalani rangkaian pengobatan yang diperlukan, seperti meminum secara rutin obat TB. Dukungan penuh dari keluarga juga dinilai baik, karena Tn. M berperan langsung sebagai PMO, untuk menghindari TB kasus gagal akibat pengobatan yang tidak adekuat dan tidak teratur. Selama sakit, Ny. S memutuskan untuk berhenti bekerja. Dilihat dari faktor nonperilaku seperti pencahayaan rumah dari sinar matahari masih kurang, sehingga rumah terkesan gelap dan lembab. Ventilasi yang kurang, menyebabkan sirkulasi udara di dalam rumah tidak baik. Kondisi rumah seperti kamar, ruang tamu yang berantakan oleh kain-kain dan barang perabot, dapur, kamar mandi yang kotor dan berantakan. Kondisi diatas dapat menjadi tempat yang sesuai bagi bakteri Mycobacerium tuberculosis tetap hidup dan berkembang, sehingga dapat mengakibatkan penularan TB ke anggota keluarga lainnya.

25

TAHAP V PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

A. Tatalaksana Komprehensif Saran yang dapat dokter muda berikan adalah sebagai berikut: 1. Promotif a. Puskesmas turut aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui PKD dan Posyandu Lansia, khususnya di lingkungan sekitar keluarga Tn. Ks tentang penyakit menular (TB, DBD, dll) tidak menular (DM, Hipertensi, Stroke) faktor risiko, cara pencegahan dan penyembuhannya. b. Puskesmas turut aktif dalam memberikan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat . c. Keluarga Ny. S harus lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dirumahnya, dengan mencuci tangan setelah kontak dengan Ny. S, sebelum makan dan setelah beraktivitas, membersihkan rumah, membuka pintu dan jendela agar cahaya matahari masuk, memisahkan penggunaan peralatan yang dipakai Ny. S dan keluarganya. d. Keluarga Ny.S harus lebih meningkatkan perilaku hidup sehat, dengan meningkatkan asupan gizi, agar sistem imun terbentuk dengan baik.

2. Preventif a. Melakukan penemuan kasus penyakit menular (TB, DBD, dll) secara dini, terutama terhadap keluarga pasien dan masyarakat sekitarnya. b. Edukasi keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk minum dan injeksi obat yang sudah diberikan sesuai aturan c. Anggota keluarga menggunakan APD (masker dan handscoen) bila kontak dengan agen infeksius dari Ny. S seperti dahak. d. Edukasi kepada pasien untuk menutup dengan tangan atau kain setiap kali batuk agar droplet tidak mudah menyebar.

26

e. Membuang secara terpisah setiap barang habis pakai yang diduga kontak dengan agen infeksius, seperti: tissue/kain yang sudah terpapar droplet, masker dan handscoen yang telah digunakan pasien. f. Vaksin BCG bagi anggota keluarga yang belum pernah mendapatkan. g. Menempatkan segala keperluan Ny. S dekat dengan tempat tidurmnya agar lebih mudah dijangkau dan tidak memerlukan mobilisasi yang banyak sehingga resiko jatuh dapat dihindari.

3. Kuratif a. Pihak dokter dan tenaga medis di Puskesmas ataupun rumah sakit melakukan koordinasi yang berkelanjutan untuk menyamaratakan pengetahuan dan pemahaman atas penatalaksanaan suatu penyakit dari pasien yang dirawat bersama, sehingga tidak terjadi polifarmasi dan kesalahan terapi terhadap pasien. b. Saat ini Ny. S dalam pengobatan OAT kategori 1 fase lanjutan bulan ketiga c. Meminum obat salbutamol sebagai bronkodilator untuk sesak napas yang sering dirasakan pasien, HCT sebagai diuretik untuk mengurangi beban kerja jantung dan bengkak yang dialami pasien pada kedua kakinya.

4. Rehabilitatif a. Pasien dianjurkan untuk beristirahat cukup, tetap melakukan mobilisasi yang ringan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan ketentuan gizi pasien diabetes mellitus. b. Menyarankan agar menggunakan pelembab/body lotion

untuk

dioleskan ke kulit pasien yang kering dan bersisik akibat asupan air pasien yang harus dikurangi. Bila punggung terasa panas dapat dikompres dengan mengggunakan handuk basah. c. Bila pasien merasa lelah saat beraktivitas, istirahat terlebih dahulu

27

d. Meningkatkan dukungan dan motivasi dari keluarga pasien terutama anak-anak pasien agar pasien tetap semangat dalam menjalani proses pengobatan TB yang panjang. Pasien didampingi untuk rutin kontrol ke dokter dan menjalani terapi. e. Motivasi Ny. S dan Tn. M agar tidak menjadikan kejadian sakit pada Ny. S sebagai beban yang berat melainkan hendaknya ikhlas, pasrah, senantiasa berusaha dan berdoa pada Allah SWT, seperti yang telah mereka lakukan.

28

F. FLOW SHEET Nama

: Ny. S

Diagnosis

: TB paru kasus baru BTA (+) radiologi (+) dalam pengobatan OAT kategori 1 fase lanjutan bulan ketiga, dan decompensatio cordis kanan NYHA III.

No

Tgl

1.

18/06/ 2015

Keluhan/ Kondisi Pasien Keluhan utama : Sesak nafas. Kondisi lain : batuk berdahak dan sulit keluar, kaki bengkak dan sulit beraktifitas. penglihatannya kabur, mulut dan kulit terasa kering, kadang sakit kepala dan lemas, nafsu makan berkurang, gangguan sosialisasi dengan masyarakat sekitar

Pemeriksaan Fisik

Terapi

compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang. Tanda vital, tensi: 150/90 mmHg, nadi: 102 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), pernafasan: 25 x/menit, suhu: 36,00C per axiler. Status Gizi, BB: 42 kg, TB: 154 cm, BMI: BB/TB2 = 42/(1,54)2 = 17,57 kg/m2 , Status gizi: BB kurang (<18,5 kg/ m2 ). Status Generalis : Mata visus menurun (+/+) Mulut bibir kering (+), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+) Tenggorokan

29

Medikamentosa : 1. Rifampisin 450 mg (1x1) 2. Isoniazid 300 mg (1x1) 3. Salbutamol 2 mg (3x2) 4. Hct mg (pagi 1x) Non Medikamentosa :

1. Pemahaman tentang TB, cara penularan, pengobatan dan efek samping pengobatan 2. Mendorong anggota keluarga yang ditemui untuk memberi dukungan moril kepada pasien dalam menjalani pengobatan dan membantu tugas pasien di rumah selama pasien sakit 3. Memperbaiki ventilasi dan pencahayaan rumah yang belum baik 4. Membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan selepas bekerja dengan

Planning

Target

1. Terapi dilanjutkan 2. Kontrol rutin sesuai jadwal 3. Pemeriksaan sputum BTA bulan ke-5 dan ke-6 setelah pengobatan fase lanjutan selesai

Menyelesaikan pengobatan OAT kasus baru fase lanjutan hingga selesai (fase lanjutan), sputum BTA (-), meningkatkan berat badan atau diusahakan stabil, kondisi kaki bengkak terus dikontrol terutama dalam mengontrol tekanan darah.

Tonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-) Leher JVP meningkat 5 + 4 cm, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening) tidak membesar Thoraks Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-) Cor Inspeksi :Ictus cordis tak tampak Palpasi :Ictus kordis kuat angkat, letak SIC V Linea Axilaris Anterior Sinistra (bergeser ke lateral) Perkusi :Batas kiri atas : SIC IV Linea Parsternalis Sinistra Batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra Batas kiri bawah : SIC VI Linea Midclavicularis Sinistra Batas kanan bawah : SIC IV 2 cm kearah lateral dari linea Para Sternalis Dextra Batas jantung melebar (decompensatio cordis  kardiomegali)

30

menggunakan sabun 5. Asupan makanan harus tetap dijaga meskipun nafsu makan berkurang 6. Edukasi keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk minum obat yang sudah diberikan sesuai aturan 7. Menyarankan agar menggunakan pelembab/body lotion untuk dioleskan ke kulit pasien yang kering dan bersisik akibat asupan air pasien yang harus dikurangi. Bila punggung terasa panas dapat dikompres dengan mengggunakan handuk basah. 8. Edukasi agar pasien menghindari risiko jatuh dengan selalu berhati-hati dalam mengambil langkah untuk berjalan dengan dibantu oleh orang-orang disekitar pasien. 9. Anggota keluarga menggunakan APD (masker dan handscoen) bila kontak dengan agen infeksius dari

Auskultasi BJ II lebih keras daripada BJ I, bising (-) Pulmo Inspeksi : pengembangan dada kanan=dada kiri Palpasi : fremitus raba kanan=kiri  menurun Perkusi : sonor/sonor  menurun Auskultasi : suara dasar vesikuler melemah, ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-/-). Abdomen Inspeksi Dinding perut lebih rendah dari dinding dada, venektasi (-) Perkusi Timpani seluruh lapang perut Auskultasi Bising usus (+) normal Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas Atas: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)

31

Ny. S seperti dahak atau langsung mencuci dengan sabun dan berjemur. 10. Edukasi kepada pasien untuk menutup dengan tangan atau kain setiap kali batuk agar droplet tidak mudah menyebar 11. Membuang secara terpisah setiap barang habis pakai yang diduga kontak dengan agen infeksius, seperti: tissue/kain yang sudah terpapar droplet. 12. Vaksin BCG bagi anggota keluarga yang belum pernah mendapatkan 13. Keluarga pasien terutama suami pasien diedukasi untuk mengurangi merokok dan untuk tidak merokok didalam rumah.

Bawah: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (+/+)

2.

22/06/ 2015

Keluhan utama : Sesak nafas Kondisi lain : Kondisi lemas, karena asupan sedikit dan sulit beraktifitas.kaki masih bengkak.

compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang. Tanda vital, tensi: 150/90 mmHg, nadi: 102 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), pernafasan: 25 x/menit, suhu: 36,00C per axiler. Status Gizi, BB: 42 kg, TB: 154 cm, BMI: BB/TB2 = 42/(1,54)2 = 17,57 kg/m2 , Status gizi: BB kurang (<18,5 kg/ m2 ). Status Generalis : Mata visus menurun (+/+) Mulut bibir kering (+), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+) Tenggorokan Tonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-) Leher JVP meningkat 5 + 4 cm, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah

32

Medikamentosa : 1. Rifampisin 450 mg (1x1) 2. Isoniazid 300 mg (1x1) 3. Salbutamol 2 mg (3x2) 4. Hct mg (pagi 1x) Non Medikamentosa : 1. Obat diminum teratur sesuai aturan. Obat diminum dengan menggunakan pisang untuk mengurangi asupan air (mengurangi beban kerja jantung dan ginjal) 2. Bila merasa lelah saat beraktivitas, istirahat terlebih dahulu

3. Memperbaiki pencahayaan belum baik

ventilasi dan rumah yang

4. Keluarga hendaknya selalu ikhlas dalam membantu pasien menjalankan aktivitasnya seharihari dan senantiasa memberikan dukungan moril agar pasien tetap bersemangat dalam menjalani pengobatan

1. Terapi fase lanjutan 2. Kontrol rutin sesuai jadwal 3. Pemeriksaan sputum BTA bulan ke-5 dan ke-6 setelah pengobatan fase lanjutan

Menyelesaikan pengobatan OAT kasus baru fase lanjutan hingga selesai (fase lanjutan), sputum BTA (-), meningkatkan berat badan atau diusahakan stabil, kondisi kaki bengkak terus dikontrol terutama dalam mengontrol tekanan darah.

Bening) tidak membesar Thoraks Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-) Cor Inspeksi :Ictus cordis tak tampak Palpasi :Ictus kordis kuat angkat, letak SIC V Linea Axilaris Anterior Sinistra (bergeser ke lateral) Perkusi :Batas kiri atas : SIC IV Linea Parsternalis Sinistra Batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra Batas kiri bawah : SIC VI Linea Midclavicularis Sinistra Batas kanan bawah : SIC IV 2 cm kearah lateral dari linea Para Sternalis Dextra Batas jantung melebar (decompensatio cordis  kardiomegali) Auskultasi BJ II lebih keras daripada BJ I, bising (-) Pulmo

33

5. Membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan selepas bekerja dengan menggunakan sabun 6. Asupan makanan harus tetap dijaga meskipun nafsu makan berkurang

Inspeksi : pengembangan dada kanan=dada kiri Palpasi : fremitus raba kanan=kiri  menurun Perkusi : sonor/sonor  menurun Auskultasi : suara dasar vesikuler melemah, ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-/-). Abdomen Inspeksi Dinding perut lebih rendah dari dinding dada, venektasi (-) Perkusi Timpani seluruh lapang perut Auskultasi Bising usus (+) normal Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas Atas: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-) Bawah: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (+/+)

34

3.

24/06/ 2015

Keluhan utama : Sesak nafas Kondisi lain : Kondisi lemas, karena asupan sedikit dan sulit beraktifitas.kaki masih bengkak.

compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang. Tanda vital, tensi: 150/90 mmHg, nadi: 102 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), pernafasan: 25 x/menit, suhu: 36,00C per axiler. Status Gizi, BB: 42 kg, TB: 154 cm, BMI: BB/TB2 = 42/(1,54)2 = 17,57 kg/m2 , Status gizi: BB kurang (<18,5 kg/ m2 ). Status Generalis : Mata visus menurun (+/+) Mulut bibir kering (+), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+) Tenggorokan Tonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-) Leher JVP meningkat 5 + 4 cm, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening) tidak membesar Thoraks Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),

35

Medikamentosa : 1. Rifampisin 450 mg (1x1) 2. Isoniazid 300 mg (1x1) 3. Salbutamol 2 mg (3x2) 4. Hct mg (pagi 1x) Non Medikamentosa : 1. Obat diminum teratur sesuai aturan. Obat diminum dengan menggunakan pisang untuk mengurangi asupan air (mengurangi beban kerja jantung dan ginjal) 2. Keluarga hendaknya memberikan dukungan pada pasien untuk menyelesaikan pengobatan dan memberikan suasana yang nyaman untuk proses kesembuhan pasien 3. Motivasi Tn. M dan Ny. S agar tidak menjadikan kejadian sakit pada Ny. S sebagai beban yang berat melainkan hendaknya ikhlas, pasrah, senantiasa berusaha dan berdoa pada Tuhan YME seperti yang telah mereka lakukan.

4. Terapi fase lanjutan 5. Kontrol rutin sesuai jadwal 6. Pemeriksaan sputum BTA bulan ke-5 dan ke-6 setelah pengobatan fase lanjutan

Menyelesaikan pengobatan OAT kasus baru fase lanjutan hingga selesai (fase lanjutan), sputum BTA (-), meningkatkan berat badan atau diusahakan stabil, kondisi kaki bengkak terus dikontrol terutama dalam mengontrol tekanan darah.

spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-) Cor Inspeksi :Ictus cordis tak tampak Palpasi :Ictus kordis kuat angkat, letak SIC V Linea Axilaris Anterior Sinistra (bergeser ke lateral) Perkusi :Batas kiri atas : SIC IV Linea Parsternalis Sinistra Batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra Batas kiri bawah : SIC VI Linea Midclavicularis Sinistra Batas kanan bawah : SIC IV 2 cm kearah lateral dari linea Para Sternalis Dextra Batas jantung melebar (decompensatio cordis  kardiomegali) Auskultasi BJ II lebih keras daripada BJ I, bising (-) Pulmo Inspeksi : pengembangan dada kanan=dada kiri Palpasi : fremitus raba

36

kanan=kiri  menurun Perkusi : sonor/sonor  menurun Auskultasi : suara dasar vesikuler melemah, ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-/-). Abdomen Inspeksi Dinding perut lebih rendah dari dinding dada, venektasi (-) Perkusi Timpani seluruh lapang perut Auskultasi Bising usus (+) normal Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Ekstremitas Atas: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-) Bawah: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (+/+)

37

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 1. Pasien Ny. S, 51 tahun, mengeluh sesak nafas, batuk, kaki bengkak, didiagnosis terkena TB paru kasus baru BTA (+) dalam pngobatan OAT kategori II bulan ketiga lesi luas dengan decompensated cordis dextra NYHA III. 2. Fungsi psikologis, sosial, ekonomi, budaya, fisiologis dan patologis dari keluarga pasien cukup baik. Namun, faktor lain seperti pengetahuan, sikap, perilaku dan lingkungan buruk 3. Pasien sudah pernah diperiksa di Puskesmas dan sudah menjalani pengobatan selama 3 bulan.

B. Saran 1. Pasien Pasien terus diedukasi untuk tetap bersemangat dalam masa pengobatan sampai selesai yakni sampai 6 bulan. Diharapkan juga pasien mengurangi penularan TB dengan etika batuk yang benar dan memakai masker. Selain itu, pasien sebaiknya menambah porsi makan dengan makanan yang seimbang sehingga status gizi pasien lebih baik 2. Keluarga Keluarga sebaiknya mendukung pasien secara psikologis dan membuat suasana yang mendukung untuk kesembuhan pasien. Selain itu, diharapkan keluarga ikut mengawasi dan memberi dukungan pasien selama pengobatan agar pengobatan pasien tuntas. Keluarga juga diharapkan membantu untuk pencegahan dari penularan TB ini, dengan life style yang sehat dan baik. 3. Instansi Kesehatan Puskesma dan dinas kesehatan diharapkan slalu mmeberikan pemantauan yang berkala trhadap pasien tersebut. Terkait kepatuhan minum obat dan pencgahan dari penularan TB ini. 38

DAFTAR PUSTAKA Alsagaff, Hood dan A, Mukty (2005). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press. Djojodibroto, Darmanto (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. Friedman, MM (1998). Family Nursing : Research, Theory and Practice. (4th Ed.). Norwalk CT: Alpleton & Lange. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2006). Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. http:// klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html – Diakses Oktober 2014. Sadock BJ dan Sadock VA (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp: 191-5.

39

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kunjungan Home Care Keluarga Ny. S

40

Lampiran 2. Pemeriksaan Fisik Ny. S

41

Lampiran 3. Kondisi Rumah Ny. S

Teras Rumah

Ruang Tamu

Tungku Memasak

Tempat Penampungan Air

WC

Tempat Cuci

42

Ruang Makan

Kamar Tidur Tn. M dan Ny. S

Kamar Tidur Sdr. Rt

Kamar Tidur Sdr. Rn

Halaman Belakang

43

Lampiran 4. Pengobatan Medikamentosa dan Hasil Pemeriksaan Radiologi Ny. S

Rifampicin + Isoniazid

Digoxin, Salbutamol, Aspar-K

Foto Rontgen Thorax

44

Related Documents

Fome
November 2019 22
Fome
November 2019 18
Fome Brasil
December 2019 20
Fome Tb.docx
June 2020 8
Fotos Da Fome
October 2019 17

More Documents from ""

Thalasemia.docx
December 2019 2
Fome Tb.docx
June 2020 8
Pamplet
April 2020 47
Formulur Pendaftaran
April 2020 40
Survival
April 2020 65