Fix.docx

  • Uploaded by: Arini Rosita
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,034
  • Pages: 50
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktek Lapangan Wawancara Dan Observasi Lapangan Di Tempat Praktek Bidan Nur Amalia

Nama

: 1. PUTRI AYU LESTARI 2. AJENG EKA MULYANI 3. MELIANA RATNASARI 4. ELA DWI SEPTI 5. ANA ULFATUN NI’MAH 6. RAMADHANI FITRIA AGUSTINA 7. LIANA OKTAVIANI ANDI 8. ARINI NING ROSITA

Program Studi D-IV

Jurusan

: Kebidanan Jember

Menyetujui, Pembimbing Lapangan

Pembimbing Akademik

Nur Amalia

Syska Atik, S.SiT., M.Kes

NIP :

NIP : 197804172002122003

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan makalah real setting ini. Makalah ini disusun sebagai tugas mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan real setting. Kegiatan real setting ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami tugas, peran, fungsi, dan hak dan kewajiban bidan secara utuh dalam menjalankan kewenangannya. Kegiatan real setting ini dilaksanakan di PMB Nur Amalia pada tanggal 5-6 November 2018. Kompotensi yang diharapkan adalah tercapainya kemampuan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran praktikum yang dilaksanakan dikelas, laboratorium maupun di lahan praktek yang memungkinkan mahasiswa memperoleh pengalaman kongkrit, uji coba pengetahuan dan keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya dengan cara demonstrasi dan praktek. Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan kepada :  Direktur Poltekkes Kemenkes Malang  Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang  Ketua Program studi D.IV Kebidanan Jember  Tim Dosen Pengajar Mata Kuliah  Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan kami terima demi perbaikan kegiatan real setting dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR........................................................................................................2 DAFTAR ISI...................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4 Latar Belakang....................................................................................................................4 Tujuan................................................................................................................................5 Manfaat.............................................................................................................................6 BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................................7 BAB III HASIL IDENTIFIKASI..............................................................................................27 BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................31 BAB V PENUTUP........................................................................................................39 Kesimpulan......................................................................................................................39 Saran................................................................................................................................39 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................40 LAMPIRAN.................................................................................................................41

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Program Studi Kebidanan merupakan institusi di bawah Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang sebagai penyelenggara program pendidikan DIV Kebidanan merupakan institusi pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan dan menyiapkan calon tenaga keehatan professional pemula dalam bidang kebidanan. Proses pendidikan dilaksanakan melalui pembelajaran di kelas dan pembelajaran klinik. Pembelajaran di kelas meliputi pembelajaran teori dan pembelajaran praktikum dengsn ujuan untuk meningkatkan kemampuan ilmiah dan berpikir kritis. Pemebelajaran klinik diselenggarakan untuk memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa tentang peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari tim pemberi pelayanan ksehatan melalui kegiatan Praktik Real Setting. Berdasarkan Kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007 program pendidikan bidan Diploma IV dituntut untuk melaksanakan praktiknya baik pelayanan maupun

praktik

perorangan.

Lulusan

Diploma

IV

dituntut

untuk

melaksanakan prose pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi pelayanan kebidanan mandiri, kolaborasi, dan rujukan serta dapar berperan sebagai pemberi pelayanan, pengelola dan pendidik. Mata Kuliah Konsep Kebidanan terdiri dari 3 sks ynang terdiri dari sks Teori dan sks Pratikum. Teori diselenggarakan di kelas sebagai dasar pelaksanaan sks Praktikum. Praktik belajar laboratorium/praktikum adalah praktikum baik di lahan praktik maupun di laboratorium sebagai realissi mata kuliah yang mempunyai sks praktikum. Kegiatan belajar praktikum dilakukan dengan bimbigan penuh. Pembelajara di kelas dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan ilmiah berpikir kritis. Pmebelajaran klinik diselenggarakan untuk memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa

tentang peran dan tanggung jawabnya sebagai bidan dari tim pemberi layanan kesehatan melalui real setting. Praktik Real Setting merupakan kegiatan mempraktikan ketrampilan yang tidak bisa dilaksanakan di laboratorium. Real setting mata kuliah Konsep Kebidanan ini dalam bentuk observasi lapangan/fieldtrip. Tujuannya memberikan gambaran nyata model layanan kebidanan mandiri maupun kolaborasi, standar layanan kebidanan, peran dan fungsi bidan. Dengan melakukan kegiatan observasi lapangan iharapkan mahasiswa mendapat gambaran langsung pelayanan kebidanan yang dilakukan bidan baik di BPM, Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Kegiatan observasi lapamgan dilakukan dengan mengunjungi Rumah sakit, Puskesmas, dan BPM. Mahasiswa akan melakukan pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan oleh bidan terkait

dengan peran dan

fungsinya, serta melakukan wawancara.

1.2 TUJUAN a. Mampu memahami tugas, peran, fungsi, hak dan kewajiban bidan secara utuh dalam mejalankan kewenangannya. b. Mengidentifikasi performa bidan c. Mengidentifikasi penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir d. Mengidentifikasi standart di lahan praktik e. Mengidentifikasi pendokumentasian kebidanan yang digunakan f. Mengidentifikasi peran dan fungsi bidan g. Mengidentifikasi kewenangan bidan sesuai standart h. Mengidentifikasi usaha jasa pelayanan dan Pratik kebidanan i. Mendapat pengalaman nyata dan dijadikan bekal didalam memantapkan diri menjadi bidan professional

5

1.3 MANFAAT a. Agar mahasiswa mampu memahami tugas, peran, fungsi, hak dan kewajiban bidan secara utuh dalam mejalankan kewenangannya. b. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi performa bidan c. Agar

mahasiswa

mampu

mengidentifikasi

penerapan

manajemen

kebidanan dalam memberikan asuhan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir d. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi standart di lahan praktik e. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi pendokumentasian kebidanan yang digunakan f. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi peran dan fungsi bidan g. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi kewenangan bidan sesuai standart h. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi usaha jasa pelayanan dan Pratik kebidanan i. Agar mahasiswa mendapat pengalaman nyata dan dijadikan bekal didalam memantapkan diri menjadi bidan professional

BAB II KAJIAN TEORI

2.1

FILOSOFI BIDAN DAN KEBIDANAN Dalam melakukan suatu tindakan akan sangat baik apabila seorang bidan

didasarkan pada nilai, norma, atura-aturan atau pedoman, maupun standar yang berlaku. Denga demikian dalam memberikan pelayanan kebidanan sangatlah penting bagi seorang bidan untuk mengetahui, memahami, mengaplikasikan, dan mendalami salah satu disiplin ilmu lain yaitu filsafat. Karena bidan, filsafat, dan filosofi kebidanan saling berkaitan dalam melakukan tugas-tugas keprofesiannya. Dalam hal ini, filosofi didefinisikan sebagai studi tentang arti dan keprcayaan atau pengetahuan manusia secara universal, yang dilakukan dengan memberikan argumentasi atau logika berpikir yang tepat untuk memecahkan suatu permasalahan. Filosofi merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai hidup yang dicita-citakan sehingga sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam serta menyeluruh dengan segala hubungan. Bidan, kebidanan, dan filosofi merupakan sutu kesatuan yang mempunyai keterkaitan sangat erat karena memiliki derajat tinggi terutama dalam aplikasi pemberian asuhan kebidanan. Dalam filosofi ilmu kebidanan memiliki karekteristik yang mencakup universal, generic, dan spesifik.  Tujuan Filosofi Kebidanan Memberikan prepsepsi yang sama kepada bidan mengenai hal-hal penting dan berharga dalam memfasilitasi proses penanggulangan teori dan praktik.  Prinsip Dasar Filosofi Kebidanan 1. Hubungan antara ibu dan bidan adalah dasar dalam memberikan asuhan yang baik kepada Ibu adalah fokus dalam memberikan asuhan 2. Memberikan pilihan pada ibu untuk melahirkan 3. Menggunakan seluruh ketrampilan bidan 4. Asuhan yang berkesinambungan

7

5. Asuhan dasar komunitas 6. Bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan 7. Memberikan asuhan yang ramah kepada ibu dan bayinya

2.2 PROFESI DAN PROFESIONAL A. PROFESI a. Pengertian Profesi Didalam suatu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama. Ø Misi utama organisas iprofesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesiserta memperjuangkan otonomi profesi. Ø Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta

merumuskan

standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi Organisasi profesi mempunyai peran dan fungsi antara lain sebagai : 1. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu

pendidikan

profesi tersebut. 2. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan 3. Pembina dan pengembang dalam ilmu pengetahuan dan profesi tersebut. 4. Pembina, pengembang dan pengawas kehidupan profesi.

profesi tsb. teknologi

b. Bidan dalam hal profesi Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu: Ø Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya Ø Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang

didapat

melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu Ø

Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas

meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat Ø Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan

tetap

memegang teguh kode etik profesi.

c. Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu : Ø

Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat

melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara professional Ø

Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan

profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan Ø Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya Ø Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya Ø Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Ø Bidan memiliki organisasi profesi Ø Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat 9

Ø

Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama

penghidupan.

B. Profesional Bidan a. Definisi Profesionalisme Seorang Bidan Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional / ahli secara popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional, seorang profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan. b.. Bidan Profesional Bidan sebagai tenaga profesional termasuk rumpun kesehatan, untuk menjadi jabatan professional memiliki 9 syarat bidan profesional, meliputi : Ø Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika kode etik, kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas. Ø Asuhan ibu hamil (antenatal care) Ø Asuhan kebidanan ibu melahirkan (intranatal) Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui Ø Asuhan bayi lahir Ø Asuhan pada bayi balita Ø Keluarga berencana Ø Gangguan sistem reproduksi Ø Kebidanan komunitas

c. Syarat Bidan Profesional Ø Memberi pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis. Ø Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan. Ø Keberadaannya diakui dan diperlukan masyarakat. Ø Mempunyai peran dan fungsi yang jelas. Ø Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah. Ø Memiliki organisasi profesi sebagai wadah. Ø Memiliki kode etik bidan. Ø Memiliki etika bidan. Ø Memiliki standar pelayanan. Ø Memiliki standar praktik. Ø Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai kebutuhan masyarakat. Ø Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

d.

Tanggung Jawab Bidan Profesional

11

Ø

Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date terus menembangkan

keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup

semua

aspek peran seorang bidan. Ø

Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak

berupaya melampaui wewenangnya dalam praktik klinik. Ø

Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta

konsekuensi dalam keputusan tersebut. Ø

Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (Bidan, dokter dan

perawat) dengan rasa hormat dan martabat. Ø

Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah

sakit

pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal. Ø

Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencakup penilaian

sejawat,

pendidikan

berkesinambungan,

mengkaji

ulang

kasus

audit

maternal/perinatal. Ø

Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidang praktek, meningkatkan

akses dan mutu asuhan kebidanan. Ø

Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup

mereka dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti

merugikan kaum

wanita.

2.3

RUANG LINGKUP Dalam menjalankan praktik asuhan kebidanan, bidan sangat rentan terhadap

pelanggaran hak asasi sehingga bidan harus memahami dengan benar akan ruang lingkup asuhan kebidanan. Ruang lingkup yang dimaksud untuk menghindari adanya konflik dan melindungi bidan dalam menjalankan praktik asuhan kebidanan sehingga sesuai dengan kemampuan, berpedoman pada aturan-aturan,

standar, atau prosedur yang berlaku. Dalam aplikasinya, bidan mempunyai tanggung jawab secara moral yang sangat besar dan mulia dalam membela, menjaga, memelihara, dan mendidik perempuan selama siklus kehidupannya. Adapun ruang lingkup asuhan kebidanan adalah sebagai berikut. a. Berfokus kepada upaya promosi kesehatan dan preventif. b. Pertolongan persalinan normal. c. Deteksi dini komplikasi pada ibu dan anak. d. Melaksanakan tindakan asuhan sesuai kewenangan atau bantuan apabila diperlukan. e. Melaksanakan tindakan kegawatdaruratan yang dilanjutkan dengan upaya rujukan.  ·Upaya Promotif Dilakukan bidan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan hal-hal sebagai berikut. 1. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat. 2. Peningkatan gizi. 3. Pemeliharaan kesehatan perseorangan. 4.Pemeliharaan kesehatan lingkungan. 5. Olahraga secara teratur. 6. Rekreasi. 7. Pendidikan seks.  Upaya Preventif Merupakan upaya yang dilakukan bidan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan syarat berikut ini. 1. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita, serta ibu hamil. 2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, lansia dan lain-lain ) melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah. 3. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.

13

4. Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah. 5. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui. 6. Upaya kesehatan masjid ( UKM atau tempat ibadah ). 7. Pemantauan ABJ, abatisasi, kaporisasisi sumur. 8. Deteksi dini kasus dan faktor resiko ( maternal, balita, penyakit).  Wewenang Bidan Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

(Permenkes)

Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:  Pelayanan Kesehatan Ibu Ruang lingkup: a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan Kewenangan: a. Episiotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi ASI g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h. Penyuluhan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

 Pelayanan kesehatan anak Ruang lingkup: a. Pelayanan bayi baru lahir b. Pelayanan bayi c. Pelayanan anak balita d. Pelayanan anak pra sekolah Kewenangan: a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah f. Pemberian konseling dan penyuluhan g. Pemberian surat keterangan kelahiran h. Pemberian surat keterangan kematian  Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan: a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

 Health For All Pemberian Asuhan kepada Wanita, Keluarga, dan Masyarakat Asuhan Kebidanan Yang Berkualitas : 5 Benang Merah Asuhan Persalinan  Ada 5 aspek dasar dari kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat persalinan kala satu, dua, hingga tiga dan empat, termasuk 15

asuhan pada bayi baru lahir. Karena kelima aspek ini sangat menentukan untuk memastikan persalinan yang aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek benang merah ini saling berkaitan satu sama lain pada : 1. Asuhan Sayang Ibu Asuhan Sayang Ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan. Cara untuk memahami asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri

”SEPERTI

INIKAH

ASUHAN

YANG

SAYA

INGIN

DAPATKAN?” Bagian dari ini juga merupakan asuhan sayang bayi. 2. Pencegahan Infeksi Dalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi terhadap infeksi tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya. Cara praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi (seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan pemrosesan disinfeksi alat-alat dan pembuangan sampah yang aman) harus betul-betul dipatuhi oleh bidan selama penatalaksanaan asuhan kebidanan. 3. Pengambilan Keputusan Klinik Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat

menentukan

kepastian

persalinan

yang

aman.

Dengan

menggunakan pendekatan manajemen proses kebidanan, para bidan dapat mengumpulkan data dengan sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan asuhan yang dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan menggunakan manajemen proses kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien. 4. Pencatatan (Dokumentasi) Karena bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat keputusan, maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini sangat penting untuk diingat bahwa jika temuan

tidak dilaporkan, maka seolah ia tidak melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi dengan para petugs kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang. 5. Rujukan Rujukan pada institusi yang tepat serta tepat waktu dimana asuhan yang dibutuhkan

tersedia

akan

menyelamatkan

nyawa

ibu.

Walaupun

kebanyakan ibu-ibu akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk, bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, kemana dan bagaimana merujuk agar ibu dan bayi tetap selamat

2.4 MANAJEMEN KEBIDANAN Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berpikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Manajemen kebidanaan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, kemudian dapat menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Selain itu juga digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

1. Identifikasi dan analisis masalah Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian

17

menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif. a. Data subjektif 1) Biodata mencakup identitas klien : a. Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant

penggilan sehari-

tua atau wali.

b. Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan. c. Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya. d. Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita. e. Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan. f. Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan orang tua atau walinya. 2) Riwayat menstruasi Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual. 3) Riwayat perkawinan

Kawin

: ……………. Kali

Usia kawin pertama

: ……………. Kali

4) Riwayat kehamilan dan persalinan Ø

Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravid), P (para), A

(abortus), H

(hidup). Ø

Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat

melahirkan,

lamanya melahirkan, cara melahirkan. Ø

Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan

melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll. 5) Riwayat ginekologi Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi ginekologis. 6) Riwayat keluarga berencana Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi. 7) Riwayat kehamilan sekarang Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan. 8) Gambaran penyakit yang lalu. Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ?kapan ?berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya. 9) Riwayat penyakit keluarga

19

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar. 10) Keadaan sosial budaya Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain : jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan, dan penerimaan

keluarga

terhadap

kehamilan,

kebiasaan-kebiasaan

yang

menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir. b. Data objektif Data objektif dikumpulkan melalui : Ø

Pemeriksaan fisik

Ø

Pemeriksaan khusus.

Ø

Pemeriksaan penunjang. 2. Diagnosis

Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu : · Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya). · Masalah utama dan penyebabnya. · Masalah potensial. 3. Rencana tindakan Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.

Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat. Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan. Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan. Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi antara lain : · Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal. · Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II. · DJJ harus selalu positif. · Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan. · Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm ) 4. Tindakan pelaksanaan Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :

21

Ø Ibu mengedan sewaktu his menguat Ø Menekan dinding perineum agar tidak robek Ø Mempermudah gerak rotasi kepala bayi Ø Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna. Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku. Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap pelaksanaan ini ialah : a. Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan. b. Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan kriteria evaluasi yang ditetapkan. c. Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur- angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn. Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu. 5. Evaluasi Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.

Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus. Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.

2.5 KONSEPTUAL MODEL ASUHAN KEBIDANAN

A. Definisi Model Konseptual Asuhan Kebidanan Model

adalah

contoh

atau

peraga

untuk

menggambarkan

sesuatu.Konseptual model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bian(filosofi asuhan kebidanan ) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan(manusiaprilaku,lingkungan dan pelayanan kesehatan. Model konseptual kebidanan adalah :Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu Model konseptual kebidanan biasanya berkembang dari teori dasar intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992) Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik guna membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian. Kegunaan model konseptual adalah :Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak). Merupakan gagasan mental sebagai bagian deri teori

23

yang membantu ilmu-ilmu social mengonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses social. Menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak digunakan disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.

B. Asuhan Kebidanan (midwifery care) Care

dalam

bahasa

memelihra,mengawasai,memperhatikan

Inggris dengan

mempunyai

sepenuhnya.

arti

Dihubungkan

dengan kebidanan care disebut asuhan Bidan dalam memegang Prinsip Midwifery care yaitu: Ø

Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik ,psikis dan

lingkungan kultur social Ø

Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa

intervensi Ø Mendukung dan meningkatkan persalinan alami Ø

Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu

dan seni Ø

Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama

untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya Ø Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik Ø Berprinsip women center care.

C. Bentuk Asuhan Kebidanan Ø Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Asuhan ibu hamil oleh bidan dilakukan dengan cara pengumpulan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanandam kepuasan serta kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan

Ø Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Asuhan persalinan oleh bidan dimulai dengan mengumpulkan data, menginterpretasikan

data

untuk

menentukan

diagnosis

persalinan

dan

mengidentifikasikan masalah/kebutuhan, membuat rencana, dan melaksanakan tindakan dengan memantau kemajuan persalinan serta menolong persalinan untuk menjamin keamanan dan kepuasan ibu selama periode persalinan.

Ø Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Asuhan bayi baru lahir oleh bidan dimulai dengan menilai kondisi dayi, memfasilitasi terjadinya pernafasan spontan, mencegah hipotermia, menfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder, menetukan kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai kebutuhan.

Ø Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Asuhan pada ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi bebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

25

BAB III HASIL IDENTIFIKASI No. 1.

Pertanyaan

Jawaban

Bagaimana perjalanan ibu

Saya lulus pada tahun 2003, lalu saya

setelah lulus dari kuliah

mengurus STR, SIPB.

kebidanan ?

Pada tahun 2007, saya magang di Puskesmas, lalu saya mengikuti organisasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Lalu saya membuka PMB, dan menyesuaikan dengan Permenkes tentang izin penyelenggaraan praktik.

2.

Bu, jika boleh tahu, apakah

Ada, saya memiliki sertifikt seperti

ibu memiliki sertifikat bu ?

pelatihan APN, sertifikat bidan delima, sertifikat seminar seperti PPGD, kontrasepsi.

3.

Kelengkapan apa saja yang

Saya sesuaikan dengan Permenkes,

diperlukan dalam membuka

contohnya seperti jumlah bed, IUD,

PMB ?

partus pack, implan kit, bed. Saya sepertinya kurang meja resustasi.

4.

Bagaimana pengelolaan

Sampah medis itu sampah yang

sampah medis di PMB ibu ?

terkontaminasi cairan pasien, biasanya sampah medis seperti darah, dan sebagainya, saya suruh bawa kepada pasien untuk ikut dikubur dengan ariarinya.

5.

Lalu bagaimana dengan

Biasanya saya bawa ke Puskesmas, untuk

sampah non-medisnya bu ?

sekalian ikut dibuang dengan sampah nonmedis yang ada di Puskesmas, karena itu agak ribet, karena harus dibakar, dan lain sebagainya.

6.

Standar pendidikan apa saja

Hingga saat ini, pendidikan minimal bidan

7.

yang harus dimiliki oleh

D3, tetapi jika ada perubahan menjadi

PMB ?

D4+Profesi, tinggal menempuhnya.

Ibu sebagai bidan yang

Iya, pasti, karena sudah diatur oleh IBI,

mengikuti organisasi IBI,

dan kita harus patuh sebagai bidan.

apakah juga mengikuti patokan harga dari IBI bu ? 8.

Ibu hingga saat ini apakah

Iya, saya masih bekerja di Puskesmas.

masih bekerja di Puskesmas bu ? 9.

Lalu, berapa lama ibu

Iya, saya terikat jam dinas, jadi misalnya

membuka PMB, dikarenakan

saat jam dinas, lalu ada pasien datang ke

apabila bidan bekerja di

rumah, saya tidak boleh melayani, dan

Puskesmas pasti ada jam

saya suruh untuk ke Puskesmas saja.

dinas bu ?

Dikarenakan takut ada kecemburuan sosial dari bidan yang hanya membuka PMB saja. Saya biasanya buka pukul 16.00-20.00, itupun juga bila tidak ada piket, lalu untuk persalinan saya membuka 24 jam.

10.

Apa perbedaan yang sangat

Jika di Puskesmas lebih nyaman dan

terasa antara bekerja di

tenang, karena banyak bidan lain, ada

Puskesmas dengan PMB bu ?

dokter juga yang enak untuk diajak berkonsultasi. Jika di PMB ya sebaliknya, karena tidak ada bidan lain, dan harus melakukan secara mandiri, jadi tidak bisa tenang.

11.

12.

Biasanya kasus apa bu yang

Banyak, contohnya seperti kasus ketuban

dikonsultasikan dengan

pecah dini, placenta tidak keluar, dan

tenaga kesehatan lain bu ?

sebagainya.

Selama membuka PMB,

Pernah, saya pernah merujuk kasus

apakah ibu pernah melakukan

pembukaan tidak bertambah, atau

rujukan dengan beberapa

pembukaan tidak ada, placenta tidak cepat

27

kasus ?

keluar, padahal waktu placenta keluar kira-kira 5-15 menit setelah persalinan normal. Juga disini saya melakukan rujukan lebih enak, karena sudah ada ambulance untuk setiap desa.

13.

Lalu, apakah ibu pernah

Pernah, karena keadaanya tidak

menolong pasien dengan

memungkinkan untuk dirujuk.

kasus bayi sungsang ?

Tetapi menurut saya, hal itu tidak benar, karena kita sebagai bidan harus tau perkiraan bayi tersebut akan sungsang atau tidak. Biasanya bidan menolong pasien dengan skor 2.

14.

Apa yang dimaksud dengan

Skor 2 itu. Coba dilihat skor 2 Pujirohyati,

skor 2 bu ?

intinya itu adalah tugas yang dimiliki bidan, dengan pasien yang memiliki skor 2. Biasanya skor 4 maupun 8 itu biasa ditangani oleh rumah sakit.

15.

Lalu, apakah ibu juga

Saya biasanya melayani balita dengan

menangani balita sakit bu ?

sakit ringan, biasanya jika panas hanya saya beri paracetamol, karena saya tidak boleh memberikan antibiotik, karena itu bukan wewenang saya sebagai bidan. Dan juga biasanya bidan tidak boleh melayani pasien laki-laki, jika datang ke PMB saya, 1-2 kali masih saya layani, tetapi jika sudah sering atau lebih dari itu, saya suruh ke tenaga kesehatan lain seperti perawat ataupun dokter. Karena itu bukan wewenang bidan untuk menolong pasien laki-laki.

16.

Apakah bidan yang membuka

Iya, karena saya bidan wilayah, saya harus

PMB juga diberi target ?

tahu berapa jumlah orang hamil, balita, dan lainnya.

17.

Jadi ibu juga bekerja dengan

Benar, dikarenakan kader juga sangat

kader bu ?

penting, jadi memudahkan saya sebagai bidan mengetahui kondisi, jumlah dari ibu hamil, perkembangan balita, dan sebagainya.

18.

Bagaimana cara ibu

Saya melakukan kerja sama dengan

melakukan pendekatan

beberapa perangkat desa dan melakukan

kepada para dukun bu ?

pembinaan dukun di Banjarsengon, dan menakut-nakuti dukun supaya tidak boleh menolong persalinan, yaitu dengan cara menakutinya untuk mendatangkan polisi ke rumahnya.

19.

Lalu, bagaimana ibu

Dengan cara mengikuti posyandu, dan

menjalankan peran ibu secara

juga bekerja sama dengan aparatur desa.

promotif bu ? 20.

Apakah ibu menulis

Iya pastinya, contohnya saya melakukan

dokumentasi pada setiap

dokumentasi tentang inpartu.

pasien yang datang ke PMB ibu ? 21.

22.

Bagaimana proses

Saya melakukan dokumentasi saat bertatap

pendokumentasiannya bu ?,

muka dengan pasien, dan untuk hasil

apakah saat setelah, sebelum

pemeriksaan, ya saya periksa dulu baru

atau pada saat bertatap muka

ditulis. Ini ada beberapa contoh, saya

dengan pasien bu ?

punya kohort ibu, kb, ANC.

Pelayanan apa yang ibu

Biasanya saya cek Hbnya, golongan

berikan kepada ibu yang baru

darahnya, apakah memiliki penyakit HIV,

hamil anak pertama ?

Hepatitis B, Sifilis. Lalu saya biasanya saya berikan vitamin C, vitamin B6 untuk ibu hamil yang mengeluh mual, dan lainnya.

29

23.

Bagaimana cara ibu dalam

Saya ajak relaksasi, saya posisikan pasien

menenangkan pasien yang

tersebut sebagai seorang teman, agar

panik dan takut dengan

pasien tersebut lebih mudah mengeluarkan

kelahiran anak pertamanya ?

rasa kepanikan dan ketakutannya. Sehingga pasien tersebut tenang, dan merasa percaya dan aman untuk melahirkan di PMB saya.

24.

Bagaimana ibu dalam

Biasanya saya panggil anggota

menghadapi kasus seperti

keluarganya seperti suami, mertua, bapak,

seorang ibu yang diberi saran

ibunya. Saya dudukkan dan saya ajak

oleh ibu, tetapi tidak

untuk dapat bekerja sama demi kelancaran

dilakukan oleh ibu tersebut,

dan kecepatan pemulihan pasien.

karena takut kepada mertuanya bu ? 25.

Apakah ibu juga memberikan

Saya biasanya melakukan kunjungan

asuhan kepada ibu nifas ?

seperti program pemerintah. Saya cek TFUnya, locheanya, saya memberi 2 tablet Fe pada ibu nifas.

26.

Pelayanan apa yang ibu

Saya hangatkan dengan lampu, tetapi

berikan terhadap BBL ?

sebelum itu saya atur posisi bayi, hisap lendir, lalu dipantau dan dinilai dengan cara mengamati BBL tersebut.

27.

Apakah hingga saat ini ibu

Ada beberapa, saya mengamati

mengetahui perkembangan

perkembangan anak dengan cara melihat

bayi yang pernah ibu tolong

buku KIA, dan terkadang ada kader yang

persalinannya ?

menceritakan tentang anak yang pernah saya tolong persalinannya.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Bidan Praktek Mandiri Bidan praktek mandiri (BPM) adalah suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan. Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan menejemen kebidanan. Bidan Praktek Mandiri (BPM) adalah Bidan yang memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi izin secara sah dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan mandiri. Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau program. (Imamah, 2012 : 01) Bidan praktek mandiri mempunyai tanggung jawab besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini Bidan Praktek Mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. (Sofyan, dkk. 2006). BPM selain berfungsi tempat pelayanan masyarakat terutama ibu dan anak, hendaknya dapat pula berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya : a. Kegiatan Posyandu b. Membina Posyandu c. Membina Kader

31

d. Membina dukum e. Menjadi ibu asuh f. Membina dasawisma g. Menjadi anggota organisasi kemasyarakatan

4.2 Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri 1.

Bidan dalam menjalankan praktek harus :

a. Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan kesehatan. b. Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5 tempat

tidur.

c. Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (protap) yang berlaku. d. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku. 2.

Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.

3. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya 4. Bidan yang

menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan

minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus tersedia ditempat prakteknya. 5. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan . 6. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan : a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi dengan sesama bidan . b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi profesi.

c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar tetap siap dan berfungsi dengan baik. 7. Persyaratan Bangunan, meliputi : a.Papan nama  Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan medik dasar swasta harus mempunyai nama tertentu, yang dapat diambil dari nama yang berjasa dibidang kesehatan, atau yang telah meninggal atau nama lain yang sesuai dengan fungsinya.  Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.  Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.  Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas mudah terbaca oleh masyarakat . b.Tata ruang  Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.  Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa, ruang adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar mandi/WC masing-masing 1 buah.  Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan. c.Lokasi  Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.  Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. d.Hak dan guna pakai.  Mempunyai surat kepemilikan (surat hak milik/surat hak guna pakai)  Mempunyai surat hak guna (surat kontrak bangunan) minimal 2 tahun.

33

Kelengkapan Administrasi, Peralatan, Sarana, Dan Prasarana Bidan Praktek Swasta

1. ADMINISTRASI 1. Memiliki papan nama bidan praktek swasta 2. Mempunyai SIPB dan masih berlaku 3. Ada visi dan misi 4. Ada falsafah 5. Memiliki buku standar pelayanan kebidanan 6. Ada buku pelayanan KB 7. Ada buku standar pelayanan kebidanan neonatal 8.Ada buku register pasien 9. Ada format catatan medic

2. PERALATAN DAN OBAT-OBATAN A. PERALATAN TIDAK STERIL 1. Tensimeter

16. Standar infuse

2. Stetoskop biokuler

17. Semprit disposable

3. Stetoskop monokuler

18. Tempat kotoran / sampah

4. Timbangan dewasa

19. Tempat kain kotor

5. Timbangan bayi

20. Tempat plasenta

6. Pengukuran panjang bayi

21. Pot

7. Thermometer

22. Piala ginjal / bengkok

8. Oksigen dalam regulator

23. Sikat, sabun dan

tempatnya 9. Suction dan covis

24. Kertas lakmus

10.Penghisap lendir

25. Semprit glyserin

11. Lampu sorot

26. Gunting verband

12. Penghitung nadi

27. Spateln lidah

13. Pengaman mata

28. IUD kit

14. Sarung kaki plastik

29. Implant kit

15. Infus set dan Gergaji implant resusitasi

30. Ambu bag dengan masker (ibu+bayi).

B. PERALATAN STERIL 1. Klem pean

11. Mangkok metal kecil

2. Klem kocher

12. Pengikat tali pusat

3. Korentang

13. Pengisap lendir

4. Gunting tali pusat

14. Tampon tang dan tampon

vagina 5. Gunting benang

15. Pemegang Jarum

6. Gunting episiotomy

16. Jarum kulit dan otot

7. Kateter karet / metal

17. Sarung tangan

8. Pinset anatomis

18. Benang suter + catgut

9. Pinset chirurgic

19. Doek steril

10. Speculum vagina

C. OBAT-OBATAN 1. Roborantia

10. Uterotonika

2. Vaksin

11. Antipiretika

3. Syok anafilak

12. Koagulantika

4. Adrenalin 1:1000

13. Anti kejang

5. Anti histamine

14. Glyserin

6. Hidrokortison

15. Cairan infuse

7. Aminophilin 230 mg / 10ml

16. Obat luka dan Antibiotik

8. Dopamine

17. Cairan desinfektan

9. Sedatife dan Obat penanganan asfiksia pada BBL

ASUHAN BAYI ROOMING-IN / RAWAT GABUNG MEDIA PENYULUHAN KESEHATAN a. Ada poster di dinding Pesan-pesan ASI Ekslusif

Pesan Immunisasi Pesan Vitamin A Persalinan Tanda Bahaya b. Ada leaflet c. Ada booklet d. Ada majalah bidan e. dan lainnya

3. SARANA 1. Rumah terbuat dari tembok

7. Ruang cuci pakaian/alat

2. Lantai keramik

8. Ruang tunggu

3. Ruang tempat periksa

9. Wastafel

4. Ruang perawatan

10. Tempat sampah

5. Dapur

11. Tempat parkir

6. Kamar mandi

3

4.3 Pelayanan yang Diberikan pada Bidan Praktek Mandiri (BPM) Dalam bidan praktek mandiri memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Penyuluhan Kesehatan 2. Konseling KB 3. Antenatal Care (senam hamil, perawatan payudara) 4. Asuhan Persalinan 5. Perawatan Nifas (senam nifas) 6. Perawatan Bayi 7. Pelayanan KB ( IUD, AKBK, Suntik, Pil ) 8. Imunisasi ( Ibu dan Bayi ) 9. Kesehatan Reproduksi Remaja 10. Perawatan Pasca Keguguran. Bidan Praktek Mandiri selain berfungsi tempat pelayanan masyarakat terutama ibu dan anak, hendaknya dapat pula berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya menjadi ibu asuh dan menjadi anggota organisasi kemasyarakatan. 4.4 Biaya Pelayanan PMB Ikatan Bidan Indonesia ( IBI ) tahun 2012 dan Dinas Kesehatan wilayah Jawa Timur telah menetapkan biaya pelayanan yang di berikan bidan praktek mandiri untuk pelayanan persalinan saja belum termasuk biaya perawataan bayi sebesar Rp 350.000 - 400.000. tetapi pada kenyataannya biaya tersebut tidak sesuai dengan patokan yang telah di tetapkan, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Untuk biaya perawatan bayi di bidan praktek mandiri sebesar Rp 150.000, biaya untuk kontrasepsi IUD sebesar Rp 650.000, AKBK sebesar Rp 250.00, KB suntik sebesar Rp 15.000 – 20.000, dan KB pil sebesar Rp 5.000 – 10.000.

4.5 Pencatatan dan Pelaporan

1

4.5.1. Pengertian Pencatatan adalah data tertulis dan merupakan data resmi tentang kondisi kesehatan

pasien

dan

perkembangannya

.Pencatatan

berguna

untuk

menggambarkan kejadian penting atau kritis, yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan dan menghindari masalah yang mungkin terjadi. Pencatatan juga bisa digunakan sebagai rekam medik tentang pelayanan apa sajakah yang sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan selain itu juga berfungsi sebagai bukti jika suatu saat tenaga kesehatan dituntut oleh klien karena ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi, jadi bisa dijadikan barang bukti untuk membela diri tenaga kesehatan tersebut. (Handri, 2012 : 01) Pelaporan adalah penyampaian informasi tentang kondisi dan perkembangan pasien secara lisan kepada bidan/perawat lain atau kepada dokter atau tim kesehatan lainnya. (Handri, 2012 : 01) 4.5.2. Tujuan Pencatatan dan Pelaporan Adapun tujuan pengadaan pencatatan dan pelaporan pada setiap sarana kesehatan yaitu sebagai : 1. Bukti Pelayanan yang bermutu 2. Tanggung jawab legal terhadap pasien 3. Informasi untuk perlindungan tim kesehatan 4. Pemenuhan pelayanan Standar 5. Sebagai sumber dari statistic untuk standarisasi 6. Sumber informasi untuk data wajib 7. Komunikasi untuk konsep manajemen resiko

8. Informasi untuk pendidikan, pengalaman belajar 9. Perlindungan hak pasien 10. Mendokumentasikan tanggung jawab professional dan memelihara kerahasiaan 11. Dokumen untuk menjamin penggantian biaya kesehatan 12. Dokumen untuk perencanaan pelayanan dimasa yang akan datang

3

BAB V PENUTUP

Kesimpulan Bidan Praktek Mandiri (BPM) atau Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau program. Persyaratan pendirian juga perlu diperhatikan, agar bidan dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada setiap pasien.

Saran  Bagi Mahasiswa Diharapkan untuk mengetahui berbagai hal tentang Bidan Praktek Swasta mulai dari pelayanan, manajemen, serta persyaratan pendirian BPM.  Bagi Bidan Diharapkan untuk memperhatikan segala aspek dalam memberikan pelayanan, terutama pada mutu pelayanannya.  Bagi Organisasi kesehatan Mengembangkan pelayanan dan pengetahuan bagi semua bidan secara adil dan merata. Kemudian pemerintah juga harus tetep mendukung profesi bidan dengan cara meningkatkan kwalitas SDM bidan melalui penyediaan fasilitas pendidikan bagi bidan.

DAFTAR PUSTAKA Ø Soepardan, Suryani. (2006). Konsep Kebidanan. Bandung: ECG Ø A. Aziz Alimul Hidayat. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Ø A. Aziz Alimul Hidayat (2002), Pengantar Pedidikan Keperawatan, Jakarta: CV. Sagung Selo, Ø Alfaro Rosalida (2002), Application of Nursing Procces, A Step By Step Guide, Philadelphia, JB Lippicott Ø Asri Hidayat, dan Mufdlilah 2008. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Ø Arsinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ø Bart smet. (1994). Psikolog Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta. Ø Dadang Hawari. (2001). Manajemen Stress, Cemas & Depresi, FKUI Jakarta. Ø Julia B. George. (1989). Nursing theories the Base of Professional Nursing Practise. Third edition. New Jersey Ø Kozioner B. (1997). Fundamental of nursing Concep and Procedure, California Anderson Wesley Publishing co Ø Le ode Jumadi gattar (1999). Pengantar keperawatan professional, EGC, Jakarta Ø Nursalam (2001). Proses dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medica. Ø Soepardan, Suryani, 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Ø Sujianti, dan Susanti, 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan ”Teori & Aplikasi”. Yogyakarta: Nusa Medika.Fadilah, Siti. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Tentang. Jakarta

5

LAMPIRAN

7

9

11

13

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"