FARMASI FISIKA Nama
: Rosmala Amran
Nim
: 821316056
Kelas
: B-D3 Farmasi 2016
Tugas !! 1. Hubungan PH dengan preformulasi (sifat fisika kimia) ? 2. Carilah sifat fisik obat dan masalahnya ? 3. Apa itu Inkompatibilitas ? 4. Carilah alata pencetak tablet punch and die ! 5. Apa itu KD (Konstanta Dielektrik) ! 6. Kepanjangan dari HPMC serta definisnya ? 7. Cari semua sediaan oral dan apa yang perlu ditambahkan !
Jawab !! 1.
Pengaruh pH terhadap faktor stabilitas sangat penting dalam pengembangan produk. Seperti obat yang tidak stabil dalam asam lambung maka harus ada proses penyalutan sehingga obat akan terlindungi dan diabsorpsi diusus. Asam lemah lebih banyak diabsorpsi pada suasana asam (di lambung, pH 1-3), sedangkan basa lemah lebih banyak diabsorpsi di usus (pH 6-8). Sehingga faktor pH ini menentukan tujuan target obat akan diabsorpsi di usus atau di lambung. pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpengaruh terutama pada darah tubu, berpengaruh pada kestabilan obat, berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet (Sinko, 2013).
2.
Sifat fisik obat (Krishnaiah,YSR, 2010 ; P,WYPA, 2016).
a.
Kelarutan Kelarutan dari suatu obat merupakan salah satu perameter penting, karena dapat berpengaruh terhadap efek terapetik yang ditimbulkan oleh obat terhadap tubuh. Obat yang memiliki kelarutan yang buruk, dikasifikasikan dalam Biopharmaceutics Classification System II (BCS class II) yaitu obat yang memiliki kelarutan buruk dan permeabilitas yang baik. Upaya Peningkatan kelarutan suatu obat dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan, salah satunya dengan penambahan agen peningkat kelarutan Konstanta Ionisasi
Konstanta Disosiasi & pH. Konstanta disosiasi merupakan parameter absorbsi obat yang diperlukan untuk penelitian stabilitas dan solubiltas obat dalam larutan. Konsentrasi ion dari obat berupa asam lemah (misal asetosal) meningkat dengan peningkatan pH media air. b. Koefisien Partisi Koefisien partisi zat sangat menentukan kelarutan obat dalam membran biologis (lemak dan air) untuk menghasilkan respon klinik. Berhubungan dengan proses absorpsi. Proses absorpsi ini dipengaruhi oleh banyak faktor namun biasanya sesuai dengan kelarutan obat dalam lemak. c. Ukuran Partikel Ukuran partikel juga berperanan dalam homogenitas senyawa aktif tablet. Jika perbedaan ukuran partikel antara bahan aktif dan eksipien–eksipien terlalu besar , maka akan mudah mengalami pemishan (demixing ) selama proses produksi. d. Bentuk Kristal Kristalinitas dan struktur internal kristal bahan aktif dapat mempengaruhi sifat fisiko kimia dan fisikomekanik, mulai dari sifat aliran sampai stabilitas kimia. e. Plomorfisme Polimorfisme bertanggung jawab pada sejumlah masalah farmasetik. Dalam formulasi, polimorfisme mempunyai dua aspek utama yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu aspek bioavaibilitas dan aspek stabilitas, baik secara fisik maupun kimia. f. Kompatibilitas Penelitian kompatibilitas eskipien, dilakukan terutama untuk memprediksi potensial inkompatibilitas obat (API) dalam sediaan jadi akhir. Inkompatibilitas dalam sediaan farmasi dapat berdampak pada: Perubahan warna (tampilan) Kehilangan sifat mekanik (misal kekerasan tablet) Perubahan dalam kinerja disolusi Konversi bentuk fisik Kehilangan melalui sublimasi Penurunan potensi, kadar dan bioekivalensi dan
g. Interaksi Obat Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME) obat. h. Sifat Organoleptis Banyak zat aktif memiliki rasa dan bau yang tidak enak (pahit), sehingga perlu ditambahkan zat penambah rasa dan bau (flavour) supaya sediaan dapat diterima oleh pasien. i. Higroskopi Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya. Berhubungan dengan stabilitas bahan. j. Sifat Aliran Sangat penting untuk formulasi tablet. Aliran yang baik dari bubuk atau granulasi yang akan di kompresi diperlukan untuk menjamin keseragaman bobot pencampuran yang efisien dan dapat diterima untuk tablet kompres. 3. Inkompatibilitas didefinisikan sebagai interaksi obat yang tidak diharapkan dengan satu atau lebih komponen formulasi, yang menyebabkan perubahan sifat fisika, kimia, mikrobiologi atau terapeutik dari sediaan farmasi (Tamella,2011). 4.
Single Punch & Die : Mencetak satu tablet dalam satu waktu (Amin, 2010) Secara umum komponen dasar mesun pencetak tablet, adalah sebagai berikut: Hopper, tempat untuk menyimpan granul atau bahn baku dan yang mengalirkan granul atau bahan baku lainnya untuk dikempa Die, tempat granul untuk dicetak, menentuka ukuran dan bentuk tablet. Punch atas, alat untuk mengempa granul yang telah berada di die. Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang telah dicetak.
5. Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif juga diartikan sebagai konstanta yang melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta ini merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap ruang hampa. Sifat dielektrik merupakan sifat yang menggambarkan tingkat kemampuan suatu bahan untuk menyimpan muatan listrik pada beda potensial yang tinggi (Sutrisno dan Gie, 1983). 6. Hidroksi propil
metilselulosa (HPMC) adalah salah satu polimer semi sintetis. HPMC
termasuk derivat dari selulosa yang merupakan eter propilen glikol dari metilselulosa. Jika dibandingkan dengan metilselulosa, HPMC menghasilkan produk yang lebih jernih. Selain digunakan secara luas sebagai bahan pembawa dalam formulasi farmasetik oral dan topikal, senyawa ini juga digunakan secara luas dalam produk kosmetik dan makanan. HPMC. secara umum dikenal sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi, meskipun konsumsi yang berlebih secara oral mungkin dapat memberikan efek laksatif (Harwood, 2006). 7. Sediaan Oral dan bahan tambahan a. Tablet Bahan tambahan yang biasa digunakan adalah (Siregar, 2010) : 1. Zat aktif 2. Pengisi Bertujuan untuk menyesuaikan bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan. Contoh bahan pengisi : laktosa; sukrosa; pati (amilum); avicel 3. Pengikat Bertujuan untuk menambah kohesivitas serbuk sehingga memberikan ikatan yang penting untuk membentuk granul dengan massa kohesif atau kompak yang disebut tablet. Contoh bahan pengikat: pati (amilum); starch 1500; sukrosa; gelatin, gom arab; PVP; metil selulosa 4. Desintegran (Penghancur) Bertujuan untuk menghancurkan tablet. contoh bahan desintegran: pati (amilum) lagi; selulosa; avicel; gom
5. Lubrikan Tujuannya untuk mempermudah pengeluaran tablet dari lubang kempa (lubang cetakan); mencegah pelekatan pada pons dan dinding lubang kempahal yang perlu diperhatikan dalam memilih lubrikan. Contoh bahan lubrikan: logam stearat; asam stearat; talk 6. Glidan Bertujuan untuk memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan mengurangi gesekan antar partikel. Contoh bahan glidan: pati (amilum); talk; magnesium oksida 7. Antiadheren Biasanya lubrikan juga dapat bertindak sebagai antiadheren, tetapi dapat ditambahkan lagi pati atau talk untuk mengatasi cacat. Contoh bahan antiadheren: talk; pati; logam stearat 8. Absorben Suatu absorben mungkin perlu diberikan jika formulasi mengandung komponen higroskopis, terutama komponen yang absorpsi lembabnya menimbulkan serbuk kohesif tidak akan mengisi lubang kempa. Contoh bahan absorben: pati; kaolin; magnesium silikat 9. Zat penyedap dan pemanis Biasanya ditambahkan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Contoh bahan penyedap: essen. Contoh bahan pemanis : manitol, laktosa, aspartam, asesulfam K, sukrosa, dextrosa 10. Zat pewarna Diberikan zat pewarna pada tablet dengan beberapa tujuan: Digunakan untuk memberikan identitas pada produk perusahaan, Menghindari kesimpangsiuran dalam pembuatan (untuk homogenitas) dan Untuk nilai estetika atau pemasaran Jenis zat pewarna: larut air; pigmen yang tidak larut; pewarna dalam bentuk pigmen khusus
REFERENSI Armin,H. Gerardt. 2010. Fundamentals of Tablet Compression vol 16(1) : 71-73 Harwood, R. J., 2006, Hydroxypropyl Methylcellulose, In: Rowe, R. C., Shesky, P. J., and Owen, S. C. (eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, 346, Pharmaceutical Press, UK Krishnaiah, Y. S. R. (2010) ‘Pharmaceutical Technologies for Enhancing Oral Bioavailability of Poorly Soluble Drugs’, 2(2), pp. 28– 36. doi: 10.4172/jbb.1000027. Sinko, P. (2013). Martin: Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika (Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Siregar, C.J.P dan Wikarsa, S, 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis, Jakarta, EGC Sutrisno dan Gie, Tan Ik., 1983, Seri Fisika Dasar: Listrik, Magnet dan Termofisika, Penerbit ITB, Bandung. Tamella, Y. G., 2011, Inkompatibilitas Farmasetik Resep Racikan Di Apotek Ubaya. UBAYA. Surabaya