Management Control Framework

  • Uploaded by: fira
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Management Control Framework as PDF for free.

More details

  • Words: 3,934
  • Pages: 20
Dalam

makalah

terdahulu

dijelaskan

materi

“keterkaitan

dengan

kompleksitas” yang didalamnya menjelaskan tentang sistem yang dibagi lagi menjadi beberapa subsistem, yaitu subsistem manajemen dan subsistem aplikasi. Dan dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pengendalian subsistem manajemen. Pengendalian umum menurut Gandodiyoti. S (2007) adalah sistem pengendalian internal komputer yang berlaku umum meliputi seluruh kegiatan komputerisasi sabuah organisasi secara menyeluruh, yang berarti ketentuan dalam pengendalian itu berlaku untuk seluruh kegiatan komputerisasi di perusahaan itu. Karena itu keputusan dalam pengendalian jenis ini merupakan wewenang dari manajemen atau bersifat management framework, serta disebut sebagai Pengendalian Perspektif Manajemen. Ruang lingkup dari pengendalian perspektif manajemen adalah: A. Pengendalian pucuk manajemen (top management controls) B. Pengendalian manajemen pengembangan sistem (system development C. D. E. F. G.

management controls). Pengendalian manajemen program (programming management controls). Pengendalian manajemen sumber data (data resource management controls). Pengendalian manajemen keamanan (security management controls). Pengendalian manajemen operasi (operation management controls). Pengendalian manajemen jaminan kualitas (quality assurance management control). Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut atas ruang lingkup

pengendalian perspektif manajemen yaitu pengendalian pucuk manajemen, pengendalian manajemen pengembangan sistem dan pengendalian manajemen program. A. Pengendalian Pucuk manajemen (Top Management Controls) Maksud dari pucuk pimpinan disini adalah board of directors atau di Indonesia disebut rideksi yang terdiri dari direktur utama serta para direktur lainnya. Dan direksi ini bertanggungjawab terhadap seluruh operasi

perusahaan, termasuk di bidang Teknologi Informasi yang mendukung atas keberhasilan suatu perusahaan. Pengendalian pucuk pimpinan merupakan sistem pengendalian intern yang ada di suatu organisasi yang mendorong keterlibatan dan tanggungjawab pucuk pimpinan organisasi terhadap kegiatan teknologi informasi di organisasi tersebut serta semua konsekuensinya. Auditor dapat melihat atau menganalisis bagaimana kepedulian dari pucuk pimpinan organisasi terkait sistem informasinya dengan menilai apakah pucuk pimpinan di organisasi tersebut sudah melakukan kegiatan planning, organizing, actuating dan controlling dalam pengelolaan sumber daya informasinya. 1. Planning function Dalam kegiatan ini, manajemen puncak harus menentukan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh unit sistem informasi dalam organisasi tersebut serta bagaimana cara mencapainya. Penyusunan rencana disini meliputi tiga hal yaitu: a. Mengetahui kesempatan dan masalah yang di hadapi organisasi sehingga teknologi dan sistem informasi dapat digunakan secara efektif. b. Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk menyediakan teknologi dan sistem informasi yang diperlukan. c. Membuat strategi dan taktik yang diperlukan untuk memperoleh sumber daya tersebut. Kegiatan

perencanaan

dibedakan

menjadi

strategic

plan

dan

operational plan, yang mana keduanya harus selalu di review secara terusmenerus serta diperbaharui jika memang diperlukan. Strategic plan bersifat jangka panjang, biasanya sekitar 3 sampai 5 tahun dan berisi hal-hal seperti: a. Penilaian terhadap kondisi teknologi yang ada saat ini (current information assessment), baik dari kelemahan, serta tantangan dan ancaman yang ada.

b. Tujuan jangka panjang (strategic directions), dimana jasa atas informasi masa depan harus disediakan, strategi keseluruhan terhadap intraorganisasi maupun interorganisasi. c. Strategi pengembangan (development strategic), terkait visi organisasi di bidang sistem informasi, pengaplikasiannya di masa depan, berapa dana yang diperlukan serta monitoring terhadap pelaksanaan strategi. Sedangkan operational plan bersifat jangka pendek, biasanya sekitar 1 sampai 3 tahun dan berisi hal-hal seperti: a. Progress report, didalamnya berisikan keterangakn terkait keberhasilan serta kegagalan pencapaian rencana yang sedang berjalan, perubahan besar terhadap software ataupun hardware, serta hal-hal baru yang harus dilakukan. b. Initiatives to be

undertaken,

berisikan

keterangan

tentang

pengembangan sistem, perubahan hardware ataupun software, serta tambahan karyawan dan sumber daya keuangan. c. Implementation schedule, berisikan keterangan tentang kapan mulai atau selesainya setiap proyek utama, kejadian penting yang terjadi serta bagaimana prosedur kontrol proyek yang diterapkan. Dan dalam tahap perencanaan pengembangan sistem, biasanya dibentuk Komite Pengarah (steering committee) dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab atas perencanaan sistem informasi yang ada. 2. Organizing function Fungsi dari pengorganisasian

disini

adalah

mengumpulkan,

mengalokasikan serta mendapatkan sumber daya yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal. Yang dimaksud sumber daya disini berupa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), personel, dan fasillitas. Kegiatan staffing melibatkan tiga kegiatan didalalamnya yaitu proses mendapatkan, mengembangkan dan memberhentikan karyawan, oleh karena itu manajemen harus mengelola

staf yang dimiliki dengan sebaik-baiknya karena alasan yang penting seperti: a. Efektivitas fungsi sistem informasi bergantung pada kualitas staf. b. Staf sistem informasi yang berkualitas biasanya sangat sulit didapatkan karena beberapa alasan. c. Adanya kecenderungan manusia untuk melakukan kecurangan. Contoh prosedur pengendalian dasar dalam pemilihan staf adalah: a. Pengecekan latar belakang (bisa dilihat dari resume, referensi, keilmuan) b. Pengecekan kesehatan mental dan fisik c. Keterikatan antar staf utama d. Penjelasalasan mengenai aturan-aturan yang ada di organisasi yang perlu diketahui Personil atau staf sistemm informasi mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan yang lainnya. Kebijakan personil suatu unit organisasi sistem informasi pastinya berbeda dengan unit yang lain. Kebijakan umum dari pimpinan organisasi juga sangat diperlukan dalam kaitan pemisahan tugas dan fungsi yang perlu dipertegas seperti: a. Fungsi pengembangan sistem informasi (system development) b. Fungsi pelaksanaan (operasional/produksi) sistem komputerisasi c. Unit fungsional pengguna jasa informasi (user). 3. Actuating function Seperti yang kita ketahui tugas pimpinan atau manajer adalah memberikan pengarahan, perhatian, pembinaan, mendorong motivasi serta berkomunikasi dengan para staf dengan sebaik-baiknya. Perlu dipahami bahwa staf unit komputer merupakan knowledge-worker, yaitu pegawai profesional yang memiliki karakteristik spesifik. Kepemimpinan dalam bidang sistem informasi mungkin lebih rumit lagi, karena lingkungan teknis yang dihadapi berbeda dari manajer di bidang lain. Manajer di bidang informasi seharusnya memiliki ciri kepemimpinan seperti: a. Awareness, yaitu memiliki kesadaran tentang pentingnya motivasi dan kepemimpinan yang baik.

b. Empathy, yaitu memliki sikap simpati dan dapat menempatkan diri dalam setiap stafnya. c. Objectivity, yaitu dapat menganalisa setiap kejadian dengan objektif tanpa libatkan emosi. d. Self-knowledge, yaitu dapat mengetahui akibat dari setiap kegiatan yang dia lakukan. Auditor dapat melaksanakan analisis terhadap efektivitas kegiatan yang ada di atas dengan menganalisis data formal maupun informal untuk mengetahui seberapa baik kegiatan komunikasi antara manajer dengan para stafnya. 4. Controlling function Seperti pada setiap pengelolaan organisasi lainnya, pimpinan harus melakukan pengawasan atau memonitoring apakah kinerja atau realisasi pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan rencana atau malah menyimpang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Fungsi kontrol disini untuk membandingkan antara hasil yang dicapai dengan target yang telah direncanakan. Ketika pucuk pimpinan mencoba melakukan analisa terhadap keseluruhan kendali atas fungsi sistem informasi, akan timbul dua pertanyaan yaitu: a. Berapa banyak dana yang seharusnya dikeluarkan untuk fungsi sistem informasi? b. Apakah organisasi memperoleh hasil yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dari fungsi sistem informasi? Kontrol dapat dilakukan dengan menetapkan kebijakan dan standar untuk setiap aktivitas yang berkaitan dengan fungsi sistem informasi. Salah satu dalam isu organisasi adalah masalah struktur organisasi pusat komputer perlu dievaluasi mengenai sentralisasi dan desentralisasi. Banyak alasan yang diberikan atas masing-masing jenis struktur organisasi. Seperti saat diberlakukannya sentralisasi beralasan lebih baik pucuk pimpinan yang mengendalikan segala macam fungsi sistem informasi. Sedangkan ketika diberlakukannya sistem desentralisasi

beralasan untuk peningkatan kapasitas organisasi untuk memanfaatkan kesempatan yang ada di bidang sistem informasi dan mengurangi biaya yang berhubungan dengan aktivitas sistem informasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk melakukan sentralisasi atau desentralisasi seperti: a. Kontrol, yaitu tanggung jawab untuk pengambilan keputusan terhadap fungsi sistem informasi dapat diberikan kepada satu orang atau banyak orang. b. Lokasi dari perangkat keras atau perangkat lunak itu ditempatkan pada satu tempat atau tersebar di beberapa tempat. c. Fungsi, dalam hal pengembangan sistem informasi, operasional dan pemeliharaannya dapat dikerjakan oleh satu orang pada bagian tertentu atau oleh orang yang banyak bagian pada organisasi B. Pengendalian Manajemen Pengembangan Sistem (System Development Management Controls) Pengendalian ini diperlukan

untuk

mencegah

dan

mendeteksi

kemungkinan kesalahn saat waktu pengembangan dan pemeliharaan sistem, serta untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa sistem berbasis teknologi informasi yang ada telah dikembangkan dan dipelihara dengan cara yang efisien dan melalui proses sebagaimana mestinya. Auditor dapat menggunakan tiga pendekatan dalam melihat pengendalian ini, yaitu: 1. Concurrent audit, dimana auditor berpartisipasi sebagai anggota tim pengembang sistem dalam organisasi tersebut dan biasa dilakukan oleh auditor internal. 2. Post implementation audit, ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem yang telah diimplementasikan dan biasa dilakukan oleh auditor internal. 3. General audit, melakukan evaluasi proses pengembangan sistem secara umum dan tahap ini biasanya dilakukan oleh auditor eksternal. Manajemen pengembangan sistem mencakup hal-hal yang terkait dengan kebijakan mengenai metode analisis, desain, pengembangan, implementasi dan pemeliharaan sistem informasi. Terdapat beberapa metodologi yang dapat dipakai sebagai acuan dalam prosedur pengembangan sistem aplikasi.

Metodologi pengembangan sistem aplikasi terdiri dari berbagai macam pendekatan seperti: 1. Systems development life-cycle approach (SDLC) Merupakan metode pengembangan sistem aplikasi yang terdiri dari beberapa tahap: a. Feasibility study, dengan criteria cost benefit untuk mengusulkan aplikasi. b. Information analysis, menentukan keperluan user. c. System design , mendesain user interface, file yang digunakan dan fungsi proses informasi yang akan dilakukan oleh sistem. d. Program development, seperti design, coding, compiling, testing, dan dokumentasi program. e. Procedures and form development, desain serta dokumentasi prosedur sistem informasi dan formulir yang digunakan user pada sistem. f. Acceptance test, tes terkahir terhadap sistem dan persetujuan formal serta penerimaan oleh management dan user. g. Conversion, mengkonversi atau mengubah dari sistem lama ke sistem yang baru. h. Operation and maintenance, penambahan sistem selama implementasi atau penggunaan dan modifikasi yang dilakukan serta pemeliharaan bila diketahui ada masalah. 2. Socio-technical design approach 3. Political approach 4. Soft-systems approach 5. Prototyping approach 6. Contingency approach C. Pengendalian Manajemen Program

(Programming

Management

Controls) Pembuatan dan pengembangan program merupakan tahap yang penting dalam siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan ini memiliki tujuan utama untuk memperoleh dan menerapkan program yang berkualitas. Beberapa karakteristik program yang berkualitas adalah : 1. Dapat berfungsi secara tepat dan lengkap 2. Memiliki user interface dengan kualitas yang tinggi 3. Dapat bekerja secara efisien 4. Dapat dirancang dan didokumentasikan dengan baik 5. Pelaksanaan pemeliharaan yang mudah 6. Dapat langsung menyesuaikan jika kondisinya dibawah batas normal

Apabila program memiliki karakteristik yang telah disebutkan di atas, maka aktivitas pengembangan, penerimaan dan implementasi program dapat dirancang/diatur dengan baik. Dalam pengembangan sistem, auditor dapat memakai model siklus hidup untuk lebih memahami, merencanakan, dan menyelesaikan tugas dalam rangka agar mendapatkan software dengan kualitas baik. Selama menjalankan proses audit, model ini juga dapat digunakan

sebagai

pedoman

aktivitas

dalam

mengumpulkan

dan

mengevaluasi fakta. Ada 6 pedoman dalam pengembangan program yaitu, perencanaan, pengendalian, perancangan, pengkodean, pengujian, pengoperasian and pemeliharaan. Penjelasan dari program diatas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) Tugas manajemen yang utama dalam tahap ini adalah untuk memperkirakan kebutuhan besarnya sumber daya (jam kerja pada khususnya) yang diperlukan dalam pengembangan, pengadaan, dan penerapan software. Jika, sebagai contoh, software di buat di rumah (inhouse), manajemen harus berusaha untuk memperkirakan berapa jumlah baris kode (program) yang di ketik atau banyaknya fungsi yang di buat. Jika suatu software akan dikembangkan dan diimplementasikan secara in-house, manajemen harus memanfaatkan lima teknik perencanaan biaya yang telah dibuat oleh Boehm (1984), yaitu model algoritma, penilaian seorang ahli, analogi, perkiraan atas-bawah, dan perkiraan bawah-atas. Penjelasan terkait teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut : a. Algorithmic Models (model algoritma), model ini

dapat

memperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan berdasarkan faktor biaya. Misalnya, memperkirakan jumlah instruksi yang harus ditulis, bahasa pemrograman yang akan digunakan, dan perubahan pada permintaan kebutuhan. Dengan menggunakan model COCOMO (Boehm’s (1981)). b. Expert Judgment (penilaian seorang ahli), seorang ahli dapat memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam proses pembuatan program. Menurut penelitian Vicinanza et el’s (1991),

penilaian seorang ahli menghasilkan perkiraan yang lebih baik untuk menentukan sumber daya apabila dibandingkan dengan model algoritma. c. Analogy (analogi), apabila proyek software yang sama pernah dibuat, penentuan sumber daya yang dibutuhkan dapat ditentukan berdasarkan pada pengalaman sebelumnya. d. Top-Down Estimation (Perkiraan atas-bawah), proyek dipecah menjadi beberapa pekerjaan, dan penentuan sumber daya yang dibutuhkan oleh setiap pekerjaan tersebut baru dibuat. e. Bottom-Up Estimation (Perkiraan bawah-atas), jika masing-masing pekerjaan sudah dibuat terlebih dahulu, kebutuhan sumber daya untuk masing-masing dapat diperkirakan dan dikumpulkan untuk keperluan seluruh kebutuhan proyek. Selain memperkirakan kebutuhan sumber daya, manajemen juga perlu memutuskan tujuan dari keputusan penting yang dibuat selama fase perencanaan seperti :

2. Pengendalian (Control) Pada tahap pengendalian, terdapat dua tujuan utama yaitu : a. Untuk memonitor kemajuan dan tahap-tahap pada siklus hidup software agar sesuai dengan rencana awal yang telah dibuat. b. Mengontrol tugas pengembangan, pengadaan dan implementasi software, agar software dapat di produksi secara autentik, akurat dan lengkap.

Untuk memonitor agar pengendalian sesuai dengan rencana awal, beberapa teknik dapat digunakan seperti : a. Work Breakdown Structures (WBS), dengan teknik ini kita dapat mengidentifikasi tugastugas yang spesifik untuk pengembangan, pengadaan, dan implementasi software yang dibutuhkan. (Mc.Leod and Smith 1996). b. Gantt Chart , teknik ini akan menunjukan kapan tugas harus dimulai dan diselesaikan, tugas apa yang harus dibuat bersama-sama, dan tugas apa yang harus dihasilkan secara serial. c. Program Evaluation and review technique (PERT), teknik ini dapat menunjukan

tugas-tugas

yang

harus

diselesaikan,

bagaimana

hubungannya, kebutuhan sumber daya apa untuk setiap pekerjaan.

Pada tahap ini, seorang auditor juga harus mempunyai dua perhatian khusus terhadap kendali, yaitu : a. Auditor harus bisa mengevaluasi apakah fungsi dari aktivitas pengendalian dapat diterapkan juga pada software yang berbeda. b. Seorang auditor harus dapat mengumpulkan bukti apakah prosedur dari suatu pengendalian sudah dijalankan dengan benar dan bisa dipercaya. 3. Perancangan (Design) Dalam tahap perancangan, seorang programmer bertanggung jawab untuk menspesifikasikan struktur dan operasi dari program untuk menemukan artikulasi yang dibutuhkan selama proses informasi sistem dari desain sampai pengembangan sistem. Dalam tahap ini, perhatian utama seorang auditor difokuskan untuk menentukan apakah programmer memakai suatu tipe khusus dari pendekatan sistematik untuk suatu rancangan. Auditor harus mengubah keinginannya berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran dan bahan dari suatu program. Seorang auditor bisa mendapatkan bukti dari proses desain dengan melakukan interview, observasi, dan review dari dokumentasi. Mereka dapat

berkomunikasi dengan programmer,

apakah mereka

dapat

memahami tentang kebutuhan dengan menggunakan pendekatan yang sistematik untuk rancangan tersebut, jika iya, bagaimana cara untuk menggunakannya. Auditor juga bisa mengamati apakah programmer menggunakan pendekatan sistematik dalam merancang suatu program. Mereka bisa meninjau dokumentasi program, apakah memiliki struktur

chart sebagai bukti programmer menggunakan pendekatan yang sistematik dalam proses merancang program. 4. Pengkodean (Coding) Tahap koding (penulisan program) dilakukan pada saat software akan dibuat atau dimodifikasi. Selama tahap ini, programmer akan menulis dan mendokumentasikan source code (program sumber) dalam bahasa pemrograman untuk mengimplementasikan rancangan program. Ada tiga strategi utama dari implementasi modul dan integras, yaitu: a. Top-Down, strategi ini dapat dipakai jika modul level atas (high-level modules) dibuat (coding) lalu dites dan diintegrasikan sebelum modul level bawah (low-level modules). Strategi ini memiliki keuntungan yaitu kesalahan pada modul level atas dapat teridentifikasi lebih awal, namun strategi ini memiliki kerugiann yaitu pada saat uji coba, program akan menemui kesulitan saat modul level bawah menemukan kesalahan fungsi input-output yang sangat sulit. b. Bottom up, strategi ini dapat dipakai jika modul level bawah dibuat (coding) lalu dites dan diintegrasikan sebelum modul level atas di buat. Strategi ini memiliki keuntungan yaitu modul level rendah yang merupakan operasi yang paling sulit di implementasikan dan dites terlebih dahulu, namun strategi ini memiliki kerugian yaitu sangat sulit untuk di teliti seluruh operasinya, sebelum programnya selesai dibuat. c. Threads (rangkaian / untaian), strategi ini dipakai jika sudah ada keputusan terlebih dahulu untuk fungsi program yang akan dibuat kemudian

modul

pendukungnya

baru

dibuat

dan

kemudian

diimplementasikan untuk menghasilkan fungsi yang penting. Strategi ini

memiliki

keuntungan

yaitu

fungsi

yang

paling

penting

diimplementasikan terlebih dahulu,namun strategi ini juga memiliki kerugian, yaitu integrasi dari modul yang berikutnya mungkin dapat lebih sulit apabila dibandingkan dengan pendekatan top-down atau bottom-up. Auditor perlu mencari bukti yang benar dengan cara uji coba oleh manajemen program dalam memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Untuk program yang besar, penggunaan strategi yang kurang bagus dapat mengakibatkan program yang dihasilkan

menjadi kurang berkualitas. Auditor dapat melakukan wawancara untuk

menguji

apakah

manajemen

menggunakan

pendekatan

sistematik untuk memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Strategi Coding menurut konvensi (kesepakatan) program terstruktur, terdapat tiga dasar struktur utama, yaitu : a. Urutan sederhana (simple sequence - SEQUENCE) b. Pemilihan dengan seleksi (selection based on a test – IF-THEN-ELSE) dan c. Pengulangan kondisi (conditional repetition-DO WHILE)

Apabila konvensi pemrograman terstruktur sudah terpenuhi, maka dapat dipastikan bahwa para programmer akan membuat source-code yang tingkat kesalahannya kecil, mudah dipahami dan mudah untuk dipelihara. Auditor dapat mencari bukti untuk memastikan apakah manajemen programming terjamun telah dibuat oleh programmer mengikuti struktur programming yang telah di sepakati. Mereka dapat melakukan wawancara dengan manager atau programmer tentang tugas dan cara yang dilakukannya dalam membuat program. Auditor juga dapat memastikan apakah programmer dalam membuat programnya menyediakan fasilitas otomatis sebagai alat bantu untuk mereka. Beberapa tipe penggunaan fasilitas koding otomatis anatara lain a. Shorthand preprocessor, yang memungkinkan programmer untuk menulis kode secara singkat, serta dapat menerjemahkan kode singkat ini dalam sintak yang lebih lengkap, contohnya COBOL.

b. Decision-table preprocessor, memindahkan bentuk teks program ke bentuk source-code menggunakan bahasa pengolahan compiler. c. Copy facility, memungkinkan penggunaan kode secara berulang-ulang. d. Editor, yang memungkinkan kode di ciptakan, di format, dan dimodifikasi secara mudah. e. User-interface management system, memungkinkan desain dari implementasi yang cepat,seperti windows, icons, menus, dan dialog boxes. f. CASE tools, berisi bermacam-macam fasilitas yang dapat membantu proses koding. Strategi Dokumentasi Pedoman untuk menghasilkan dokumentasi yang berkualiatas adalah : a. Sediakan petunjuk yang proses pembuatan program ke dalam beberapa tahapan dan komponen secara keseluruhan dan hubungan antara komponen-komponen tersebut. b. Gunakan baris komentar dalam program secara bebas untuk menjelaskan jalannya (logika) program. c. Beri nama untuk variabel, konstanta tipe, paragraf, modul, dan seksi yang mudah dimengerti kepada para pembaca source-code program. d. Buat layout dari source-program sehingga mudah untuk dibaca. e. Kelompokan tipe kode yang saling terkait. 5. Pengujian (Testing) Tahap ini merupakan tahap validasi program. Pengujian memastikan bahwa program melakukan tugasnya dengan benar. Pengujian program dan debugging program terkait erat. Pengujian pada dasarnya merupakan tahap selanjutnya dari debugging di mana program divalidasi dengan menguji coba pada serangkaian kasus yang sesuai. Akan tetapi, pengujian program lebih dari sekadar menjalankan program beberapa kali. Ada metode validasi formal, tetapi hanya berlaku untuk program yang sangat sederhana. Dengan demikian, pengujian program membutuhkan pilihan kasus uji. Aturan yang dapat membantu dalam pengujian program adalah sebagai berikut: a. Jadikan rencana uji sebagai bagian dari desain program. b. Periksa semua kasus yang sepele dan khusus.

c. Pilih data uji secara acak. d. Rencanakan dan dokumentasikan pengujian perangkat lunak seperti halnya pengujian perangkat keras. e. Gunakan nilai maksimum dan minimum dari semua variabel sebagai data uji. f. Gunakan metode statistik dalam merencanakan dan mengevaluasi tugas-tugas kompleks. Ada dua tujuan dalam mempersiapkan rencana pengujian. Pertama, rencana pengujian terperinci yang tepat menunjukkan bahwa spesifikasi program dipahami sepenuhnya. Kedua, rencana pengujian digunakan selama pengujian program untuk membuktikan kebenaran program. 6. Pengoperasian dan pemeliharaan Jika dilihat dari sudut pandang sistem audit, perhatian utama pada operasional program adalah bagaimana kinerja program tersebut dapat dipantau setiap saat. Perlu seseorang yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi apabila program perlu pemeliharaan, lalu terdapat kemungkinan lain seperti identifikasi dari kebutuhan perawatan mungkin tidak terjadi. Untuk itu bisa terjadi kekeliruan pada database program, kegagalan dalam pencapaian keinginan pengguna, atau operasi program menjadi tidak efisien. Mekanisme formal dalam monitoring status operasional program sangat diperlukan, ketika pengguna program merupakan seluruh anggota organisasi yang terdiri dari berbagai macam latar belakang. Ada 3 macam tipe dari pemeliharaan (maintenance) yang diperlukan agar program tetap beroperasi, yaitu: a. Repair-maintenance-errors, pemeliharaan dengan cara memperbaiki kesalahan. b. Adaptive maintenance-users

needs, pemeliharaan

mengadaptasi pada keinginan pengguna. c. Perfective maintenance, pemeliharaan

dengan

dengan cara maksud

agar

mendapatkan program yang sempurna. Perhatian utama seorang auditor pada fase operation & maintenance memastikan bahwa fase ini dapat berjalan dengan efektif dan pelaporan

secara berkala dapat dilakukan, serta proses pemeliharaan dapat dipantau dengan baik. Auditor harus bisa mencari bukti bahwa manajemen telah meninjau sistem dengan baik dan bertanggung jawab didalam monitoring status dari operasional program. Auditor dapat melakukan wawancara, observasi, tinjauan pada dokumen yang menunjukkan bahwa sistem telah beroperasi dengan baik. Setelah itu, mereka harus fokus pada kualitas dari kontrol proses pemeliharaan tersebut. Menyusun Tim Programming Seorang programmer memiliki cara dalam menangani pekerjaan mereka, dimana hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas software yang mereka buat. Para programmer bisa disusun sebagai satu kesatuan tim. Mereka bekerja sama dalam periode waktu tertentu untuk menyelesaikan suatu proyek, dimana keputusannya dibicarakan antar sesama anggotanya. Hal ini sangat bermanfaat bila proyek yang ditangani sangat rumit dan tidak jelas. Ada struktur tim yang digunakan untuk mengorganisasikan para programmer, yaitu Chief Programmer Teams, Adaptives Teams dan Controlled-Decentralized Teams. Penjelasan mengenai struktur tim tersebut : 1. Chief Programmer Team

Dalam struktur ini, tim dirancang untuk mengurangi kebutuhan proses informasi antara anggota tim untuk meningkatkan kapasitas dari proses informasi. Setiap anggota memiliki tugas yang berbeda, yang akan diuraikan di bawah ini:

a. Chief Programmer 1) Bertanggung jawab

dalam

merancang,

coding,

dan

mampu

mengintegrasikan bagian yang penting dalam sistem 2) Dapat memberikan perintah kerja pada bagian back-up dan support programmers. 3) Bertanggung jawab penuh pada sistem dimana tim bekerja 4) Seorang chief programmer harus merupakan seorang yang ahli dan sangat produktif b. Programmmmer 1) Merupakan programmer senior yang bertanggung jawab dalam memberikan dukungan penuh kepada chief programmer 2) Merupakan orang yang mampu mengambil alih tugas chief programmer kapan pun dibutuhkan. c. Support Programmer 1) Posisi ini dibutuhkan saat proyek besar yang tidak bisa dikerjakan oleh chief programmer dan diback-up oleh programmer saja 2) Mampu memberikan dukungan penuh 3) Bekerja dalam pembuatan coding dan uji coba modul tingkat rendah (tesing lower-level) d. Librarian 1) Bertanggung jawab dalam pemeliharaan program production library 2) Menyediakan input dan mengumpulkan output untuk para programmer, file output dari hasil kompilasi dan uji coba 3) Mampu mempertahankan agar source-code dan object-code library tetap up to date. 2. Adaptive Team

Pada struktur tim ini, dirancang untuk melayani dua kebutuhan utama, antara lain: a. Meningkatkan kualitas program b. Memenuhi kebutuhan sosial/psikologi dari setiap anggota programmer dalam team Terdapat beberapa perbedaan struktur adaptive teams dengan struktur chief programmer teams. Perbedaan tersebut antara lain : a. Adaptive tim tidak memiliki tingkat otoritas, dimana kepemimpinan dalam tim ada di tangan para anggotanya b. Dalam adaptive tim, pekerjaan diberikan kepada anggota dari tim daripada ditentukan melalui posisi anggota c. Adaptive tim tidak memiliki

librarian

(penyedia

data)

dalam

mengkoordinasikan fungsi tim 3. Controlled Decentralized Teams

Pada struktur ini, terdapat beberapa spesialisasi tugas untuk setiap anggota yang terdapat di dalam tim, yaitu: a. Junior Programmer, melakukan pelaporan hasil program pada senior programmer b. Senior Programmer, melaporkan hasil laporan yang sudah diserahkan oleh junior programmer kepada project leader c. Project Leader, menerima hasil laporan dan melakukan evaluasi terhadap hasil laporan yang di terima Struktur ini memiliki keuntungan, yaitu dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana struktur ini akan memfasillitasi pemecahan masalah, namun struktur ini memiliki kerugian, dimana strukur ini tidak bisa bekerja dengan

baik apabila tugas dari programmer tersebut tidak bisa dibagi-bagi, dan dengan waktu deadline yang sangat ketat. Pengelolaan Kelompok Sistem Programming Para programmer sering diklasifikasikan berdasarkan aplikasi programmer atau sistem programmer. Dahulu, programmer membangun dan merawat program untuk system aplikasinya, tetapi saat ini programmer membangun dan merawat sistem software, seperti sistem operasi, sistem manajemen database, dan komunikasi software. a. Mengontrol Masalah Mengontrol sistem programmer adalah tugas yang berat, biasanya mereka mempunyai

keahlian yang tinggi dan sering bekerja secara

individu atau berada didalam grup yang kecil. Dengan menerapkan kontrol secara tradisional pada aktivitas mereka seperti pemisahan tugas, hal tersebut sangatlah sulit dan mereka biasanya bekerja pada situasi yang kritis. b. Mengukur Sistem Kontrol Meskipun sulit unuk memantau sistem programmer, beberapa hal ini dapat diimplementasikan, seperti: 1. Pekerjakan staf sistem programming yang mempunyai kualitas yang tinggi. 2. Pisahkan tugas seluas mungkin, misalnya tanggung jawab untuk desain dan coding sistem program dipisah dari tanggung jawab untuk uji coba program. 3. Mengembangkan dan membuat dokumen yang berisi standar kinerja 4. Batasi wewenang sistem programmer, jadi seorang programmer hanya bekerja sesuai dengan aplikasi yang dikuasainya. 5. Jauhkan prosedur petunjuk manual dan kunci mesin dari aktivitas sistem programmer. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah munculnya aktivitas yang tidak diinginkan / sesuai dengan tugasnya. 6. Pekerjakan konsulan dari luar untuk mengevaluasi pekerjaan programming.

7. Perintahkan programmer aplikasi untuk mengevaluasi pekerjaan sistem programmer secara berkala agar dapat dihasilkan program yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA Gondodiyoto, S. 2007. Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT. Jakarta: Mitra Wacana Media. Ron Weber (2007). Information Systems Control and Audit. Prentice-Hall, USA

Related Documents


More Documents from "Nitin Kr banka"