a.
Faktor Lingkungan 1) Sistem Manajemen Lingkungan Program lingkungan hidup dilaksanakan oleh pihak Safety & Environment Department dan Corporate Social Responsibility (CSR) Department dengan melakukan kegiatan antara lain: Pemenuhan Regulasi Lingkungan-Kehutanan, Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan/ISO 14001, Reklamasi Lahan Terganggu Area IUP dan Non IUP dan Jaminan Reklamasi, Pengelolaan Limbah B3, Efisiensi Energi dan Penurunan Emisi, Penerapan 3R pada Limbah B3 dan Padat
non
B3,
Konservasi/Efisiensi
Air,
Perlindungan
Keanekaragaman Hayati. 2) Pengelolaan Limbah a) Limbah Cair (1) Identifikasi Sumber Sumber limbah cair berasal dari proses penambangan (air limbah tambang) dan proses pengolahan (pabrik). Limbah yang dihasilkan dari pabrik dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu limbah slurry atau disebut tailing, dan air limbah. Limbah yang dihasilkan berupa lumpur tailing, yakni padatan halus yang berada di dalam air sisa larutan sianida. Sianida mengandung racun yang berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup termasuk manusia. Kedua racun ini akan menyerang pembuluh darah jantung,
kemudian menutup aliran darah yang mengakibatkan korban kolaps hingga akhirnya mati. Masa reaksinya sangat cepat, hanya berkisar 3-4 jam. Pelepasan Sianida bersama dengan limbah beracun lainnya seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri pada kegiatan pertambangan bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada lingkungan, selain mengakibatkan deforestasi, erosi, tanah longsor dan pencemaran air tanah. (2) Pemantauan Pemantauan limbah dilakukan oleh Bureau Health Safety and Environment khususnya departemen Environment setiap 3 bulan sekali. (3) Pengolahan (a) Thickener Thickener ialah proses awal pengolahan limbah berupa slurry. Thickener berfungsi untuk mengendapkan lumpur secara gravitasi sebagai pengambilan sebagian kandungan sianida ini untuk meringankan proses detoksifikasi pada tahap berikutnya. (b) Incitu Cyanide Detox Incitu Cyanide Detoxification bertujuan untuk mengurangi risiko adanya kebocoran pipa tailing yang masih mengandung sianida serta untuk menurunkan beban IPAL untuk menghancurkan sianida sehingga
limbah yang diterima IPAL sudah mengandung sianida dengan konsentrasi rendah bahkan kemungkinan sudah tidak terdeteksi. (c) Tailing Storage Facility (TSF) Tailing Storage Facility (Tailing Dam) ialah proses tahap akhir dari tailing serta sebagai tempat degradasi sianida secara alamiah. Pada tailing dam mengalami
pengendapan
tailing
berupa
padatan
mengendap ke bawah, sedangkan airnya yang terpapar ke lingkungan terbuka mengalami degradasi sianida secara alami. Effluent yang telah masuk kedalam dam utama akan dialirkan menuju IPAL Cikaret untuk dilakukan pengolahan agar mengurangi kadar sianida yang dikandungnya. (d) Landfilling Tailing Hasil dari endapan di bak existing TSF akan dimanfaatkan
sebagai
pemanfaatan
limbah
dari
campuran semen dan sebagian lagi akan di landfill di tempat pembuangan lumpur. (e) Cyanide Destruction Plant (IPAL Cikaret) IPAL Cikaret adalah instalasi unit Pengolahan Air Limbah yang berasal dari overflow tailing dam. Sianida di degradasi dengan penambahan hidrogen peroksida
dan cupper sulfat. Untuk menurunkan suspensi solid ditambahkan flokulan dan koagulan. Untuk menjamin kualitas maka dilakukan mengecek kualitas effluent setiap jam, dengan parameter pH, SS (kejernihan), dan CN. IPAL ini beroperasi dengan ijin No. 658.31/PIPAL/00033/BPMPTSP/2016. b) Limbah Padat (1) Identifikasi Sumber Limbah padat yang dihasilkan perusahaan yaitu berupa limbah padat B3 dan limbah non B3. Sumber limbah padat B3 berasal dari pabrik, gudang, laboratorium, gustes serta bengkel-bengkel pemeliharaan seperti sisa kemasan sianida dan bahan kimia lainnya, majun bekas, limbah infeksius serta serbuk gergaji bekas yang terkontaminasi. Limbah padat non B3 berasal dari lingkungan sekitar yaitu serbuk gergaji dan sampah seresah daun/batang. (2) Pemantauan Pemantauan limbah dilakukan oleh Bureau Health Safety and Environment khususnya departemen Environment. (3) Pengolahan (a) Limbah B3 padat Perusahaan telah menyediakan tempat sampah berwarna hitam disetiap lokasi yang berpotensi terdapat
limbah B3 dan mempunyai TPS limbah B3. Prosedur pengelolaan limbah padat B3 sebagai berikut: I.
Penyimpanan Limbah B3 (I) Bangunan Penyimpanan Sebelum limbah B3 diserahkan kepada pihak ketiga, limbah terlebih dahulu disimpan dalam bangunan penyimpanan limbah B3 sementara. Bangunan tersebut didesain dengan tanpa plafon yang memiliki sistem ventilasi udara memadai untuk mencegah akumulasi gas-gas didalam ruangan penyimpanan. Di luar bangunan
diberikan
papan
nama
untuk
memberikan keterangan bahwa tempat ini merupakan tempat penyimpanan sementara limbah B3.
Gambar 16. Papan Nama TPS B3 Sumber : PT Antam Tbk. UBPE, 2019
(II) Fasilitas Penyimpanan Sebagai pendukung dari TPS Limbah B3 perusahaan menyediakan fasilitas yaitu APAR dan Eye Wash, Rute Evakuasi, Safety Sign, Pagar Pengaman, Penangkal Petir, Fasilitas Pencucian dan Bongkar Muat, Electric Chain Hoist. (III) Sistem Penyimpanan Sistem penyimpanan limbah B3 yang dipakai perusahaan menggunakan metode blok atau sel dengan ketentuan masing-masing blok atau sel dipisahkan dengan gang atau tanggul dengan
ketentuan
jarak
yaitu
60
cm.
Penyimpanan limbah B3 ini perusahaan telah membuat
prosedur
dalam
WI-104.09.06
tentang Pengelolaan TPS Limbah B3. (IV) Kemasan limbah Pengemasan limbah yang dilakukan perusahaan ialah dengan menggunakan drum bekas yang dilapisi plastik hitam (trash bag) terlebih dahulu untuk mengurangi kontak langsung antara limbah B3 dengan bagian drum kemasan. Tempat yang digunakan untuk
penampungan
limbah disesuaikan dengan
bentuk dan jenis dari limbah B3 yang dihasilkan, kemudian dilakukan penimbangan dan wrapping pada bagian tutup/atas kemasan limbah untuk mengantisipasi tumpahan limbah pada saat pengangkutan. Akhir dari proses pengemasan selesai, diberi simbol, label dan tanda panah ke atas yang menunjukkan tutup kemasan limbah B3 pada luar kemasan limbah B3. (V) Pengangkutan Limbah B3 PT Antam Tbk. UBPE Pongkor bekerja sama dengan jasa pihak ketiga yang telah mendapatkan
izin
operasi
dari
Direktur
Jenderal Perhubungan Darat serta diperkuat oleh izin dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga ini memuat ke 3 tugas pokok yaitu mengambil dan mengangkut limbah serta mengolah limbah B3 yang dihasilkan oleh perusahaan dan bertanggung jawab apabila terjadi pencemaran setelah keluar dari area perusahaan. Perusahaan menyimpan
berkas manifest dari pihak ketiga sebagai monitoring
terhadap
jumlah
B3
yang
dihasilkan, berapa yang telah dimasukkan kedalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir. (VI) Pemanfaatan Limbah B3 Pemanfaatan kembali limbah-limbah yang dihasilkan ialah sudah menjadi kewajiban perusahaan, yaitu dengan upaya pemanfaatan serbuk kayu dari hasil pemotongan kayu yang dimanfaatkan untuk menanggulangi tumpahan limbah B3 cair di TPS, dan pemanfaatan drum berkas dimanfaatkan kembali menjadi kursi dan meja. (VII) Pelaporan Kegiatan Pengelolaan Limbah Perusahaan
menetapkan
pelaporan
limbah B3 terdapat 2 jenis pelaporan yaitu pelaporan eksternal dan pelaporan internal, untuk pelaporan internal dilakukan oleh petugas TPS Limbah B3 kepada Assistant manager environment setiap 1 bulan sekali. Lalu dilakukan analisis dan direkap oleh HSE Manager sampai mengetahui Kepala Teknik
Tambang, sebelum dilakukannya pelaporan kepada pihak eksternal yang dilakukan setiap 3 bulan sekali kepada instansi yang berwenang yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia dan Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. (b) Limbah Non B3 Padat PT Antam Tbk. UBPE Pongkor menghasilkan limbah padat Non B3 berupa sampah organik. Pengolahan sampah tersebut yaitu dengan dimanfaatkan menjadi pupuk kompos yang diolah sendiri oleh environment department. Hasil observasi didapatkan penempatan sampah organik dan anorganik tidak sesuai dengan jenisnya, masih banyak yang bercampur. Selain itu terdapat tumpukan sampah di area crushing plant.