Evaluasi Program UPAYA KESEHATAN JIWA Puskesmas Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Januari 2018 – Desember 2018 Citra Tanti 11.2016.373 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, Februari 2019
BAB I Pendahuluan
Rumusan Masalah Menurut WHO, ± 83 juta penduduk dunia menderita gangguan jiwa, sehingga gangguan jiwa menduduki peringkat atas penyebab masalah kesehatan dan disabilitas di seluruh dunia.
Terdapat lebih dari 14 jt penduduk menderita gangguan mental emosional di Indonesia, dimana provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 9,3%.
Berdasarkan laporan bulan Januari 2018 – Desember 2018 Puskesmas Tirtajaya menunjukkan cakupan upaya kesehatan jiwa terutama deteksi dini gangguan kesehatan jiwa masih rendah
Tujuan Tujuan Umum Tujuan Umum Mengetahui tingkat keberhasilan program upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018.
Tujuan Khusus Tujuan Khusus •
Diketahuinya cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
•
Diketahuinya cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa
Manfaat Bagi Evaluator
Bagi Perguruan Tinggi
• Menerapkan ilmu pengetahuan mengenai program puskesmas • Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu program puskesmas • Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mengevaluasi program puskesmas. • Membina bakat terutama dalam bidang manager yang diperlukan sebagai modal untuk menjadi dokter puskesmas nantinya
• Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan masyarakat. • Mewujudkan UKRIDA sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan masyarakat luas.
Manfaat
• •
Bagi Puskesmas Tirtajaya
•
•
Bagi Masyarakat
• • •
Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program upaya kesehatan jiwa disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah. Memberikan masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta masyarakat dalam melaksanakan program upaya kesehatan jiwa secara optimal Membantu puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program upaya kesehatan jiwa
Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan upaya kesehatan jiwa Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kegiatan upaya kesehatan jiwa Meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat Menurunkan dan mempertahankan prevalensi angka kejadian gangguan jiwa pada masyarakat.
Sasaran Semua masyarakat yang belum terdeteksi gangguan jiwa dan masyarakat yang sudah terdeteksi gangguan jiwa namun belum mendapatkan penanganan yang tepat di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018.
BAB II Materi & Metode
Materi & Metode Data cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa Data cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa
BAB III Kerangka Teori
Kerangka Teori
BAB IV Penyajian Data
Sumber Data Merupakan data sekunder, berupa: 1.
Data geografis Puskesmas Tirtajaya tahun 2018
2.
Data demografis Puskesmas Tirtajaya tahun 2018
3.
Data laporan bulanan program upaya kesehatan jiwa periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018
Data temuan penderita baru gangguan kesehatan jiwa Data pelayanan penderita gangguan kesehatan jiwa Data rujukan penderita gangguan kesehatan jiwa Data penyuluhan mengenai kesehatan jiwa Data kunjungan rumah dan pembinaan keluarga penderita gangguan kesehatan jiwa
Data Umum • • • •
Luas wilayah : 11.362.815 Ha Jumlah penduduk : 83.888 jiwa Tingkat pendidikan : Tamat SD (64,30%) Pekerjaan: Petani (39,81%)
Data Khusus Tenaga
Sarana
Kepala Puskesmas : 1 orang
Medis : obat-obatan
Dokter umum : 3 orang
Non medis : gedung, catatan
Dokter gigi : 1 orang
medis, leaflet, poster, buku
Koor Program Kes.Jiwa : 1 orang Dana BOK (Biaya Operasional Kesehatan)
pedoman kesehatan jiwa
Metode • -
Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa Menggunakan metode 2 menit Kemudian dibuat diagnosis yang merujuk pada ICD-10
• -
Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan Jiwa Psikofarmaka dan psikoterapi sesuai tingkatan diagnosa
• -
Rujukan Pasien Gangguan Kesehatan Jiwa Untuk kasus berat
• -
Pencatatan dan Pelaporan Pasien Gangguan Kesehatan Jiwa Dilakukan 1 bulan sekali oleh programmer Pencatatan menggunakan kartu rawat jalan, dan pencatatan harian rutin
• Proses
Data Khusus Perencanaan
Pengorganisasian
Pengawasan
Pelaksanaan
Keluaran Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Jumlah Pasien 1440 1913 2113 2009 1750 1631 2352 2411 2506 1978 1815 1894 23812
Keluaran Data Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Jumlah Pasien 11 11 11 14 13 13 11 12 12 14 13 13 148
•• Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa di Puske smas Tirtajaya Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018: – x 100% – x 100% = 0.62%
• Target cakupan – Besar masalah x 100% = 96.9 %
Keluaran Data Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Jiwa di Puskesmas Tirtajaya Periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2018
Bulan
Jumlah Pasien
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
5 3 3 2 2 1 1 2 1 2 1 1 24
•• Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Jiwa di P uskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang periode Januari 201 8 sampai dengan Desember 2018: – x 100% = 16.21%
• Target cakupan – Besar masalah x 100% = 83.79%
Rujukan Penderita Gangguan Jiwa
Semua pasien dengan gangguan jiwa yang berat telah dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sistem rujukan telah dilakukan sesuai dengan jenjang sistem rujukan. Rujukan kembali dari rumah sakit ke puskesmas masih sangat kurang, seharusnya rumah sakit melakukan rujukan kembali pasien yang sudah stabil ke puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilaksanakan setiap hari kerja dan pelaporan dilaksanakan secara bulanan oleh programer upaya kesehatan jiwa di Puskesmas
Lingkungan Fisik
• Lokasi: Tidak terdapat lokasi yang sulit dicapai • Transportasi: Tersedia sarana transportasi • Fasilitas kesehatan lain: Ada
Non-fisik
• Pendidikan: pendidikan rendah • Budaya: • Masyarakat masih menyembunyikan dengan cara dipasung anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa karena merasa malu • Menganggap gangguan jiwa berhubungan dengan hal gaib seperti dirasuki arwah lain
Umpan Balik
Pencatatan dan pelaporan: adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara lengkap mengenai program upaya kesehatan jiwa
Rapat kerja dalam bentuk lokakarya mini : 1 bulan sekali
Dampak
Langsung: diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat sebagai bagian dari derajat kesehatan masyarakat.
Tidak langsung: diharapkan stigma dan diskriminasi di masyarakat yang masih menganggap gangguan jiwa sebagai orang gila dapat hilang.
BAB V & VI Pembahasan & Perumusan Masalah
Masalah Menurut Keluaran No 1. 2
Variabel Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan jiwa
Besar
Tolok Ukur
Pencapaian
20 %
0.62 %
96,9%
100 %
16.21%
83.79 %
Pencapaian Ada
Masalah
Masalah
Masalah Menurut Masukan No. 1. 2. 3. 4.
Variabel Petugas medis yang sudah dilatih deteksi dini gangguan kesehatan jiwa Leaflet Poster Buku pedoman kesehatan jiwa
Tolak Ukur Ada Ada Ada Ada
Tapi kurang dalam pemahaman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
(+) (+) (+) (+)
Perumusan Masalah menurut Masukan
- Man: 1. Belum terdapat tenaga terlatih atau tenaga ahli yang kompeten di bidang kesehatan jiwa sehingga pelaksanaan deteksi dini menjadi kurang optimal. 2. Belum adanya pelatihan untuk penanganan dan pelatihan kesehatan jiwa pada tenaga medis di Puskesmas. 3. Belum terbentuknya pemberdayaan masyarakat atau kader untuk pencarian kasus deteksi dini kesehatan jiwa. - Material: 1. Belum tersedianya leaflet, poster, buku panduan keswa yang berguna untuk mensosialisasikan mengenai upaya kesehatan jiwa kepada masyarakat.
- Metode: 1. Masih kurangnya pelatihan metode 2 menit pada petugas untuk melakukan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa. 2. Belum terdapat metode untuk melakukan promosi kesehatan terkait upaya kesehatan jiwa. 3. Kurangnya penyuluhan kesehatan jiwa terhadap masyarakat. 4. Kurangnya pencatatan dan pelaporan rujukan balik pada pasien gangguan kesehatan jiwa.
Pembahasan No. 1.
2
Variabel Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa
Tolok Ukur Metode
Penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa
Penanganan pasien berupa psikofarmaka /psikoterapi dan adanya kunjungan rumah/homecare
2 Menit
Pencapaian Tidak berjalan efektif akibat kurang terlatihnya tenaga ahli dan kegiatan masih terbatas di dalam Puskesmas
Masalah
Kurang berjalan efektif karena penanganan melalui kunjungan rumah /homecare/konseling masih terbatas akibat kurangnya tenaga dan belum adanya jadwal kunjungan rumah
(+)
(+)
Perumusan Masalah menurut Proses Your Picture Here
1.
2.
Pelaksanaan deteksi dini dengan metode 2
3. Dokter atau perawat di balai pengobatan umum
menit tidak berjalan efektif. Seringkali
belum terlatih menggunakan metode 2 menit
yang diobati adalah keluhan-keluhannya
4. Kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa berat
saja tanpa menggali lebih jauh mengenai
belum berjalan dengan baik karena tidak adanya
penyakit dasarnya.
jadwal kunjungan.
Penanganan pasien terdeteksi gangguan
5. Kurangnya pencatatan pasien gangguan kesehatan
kesehatan jiwa tidak berjalan efektif akibat
jiwa, terutama pada kegiatan puskesmas keliling, atau
penjangkauan untuk penanganan melalui
posbindu dan klinik swasta
kunjungan rumah/homecare/konseling
Pembahasan No.
Variabel
1. Fisik: fasilitas kesehatan lain
Pencapaian Kurangnya pencatatan dan pelaporan penderita gangguan jiwa dari luar puskesmas
Masalah (+)
khususnya dari fasilitas kesehatan lain, belum dilaporkan ke puskesmas tempat dimana penderita tinggal.
2.
(+) Kurang, karena masih terdapat perbedaan persepsi masyarakat dan petugas medis mengenai gangguan jiwa. Masyarakat menganggap orang dengan gangguan jiwa hanya yang disebut “orang gila” saja. Masyarakat juga menganggap pasien dengan gangguan jiwa tidak perlu melakukan pengobatan secara rutin. Orang dengan Non-fisik: Budaya gangguan jiwa dianggap akibat ulah “guna-guna/santet”. Terdapat perbedaan persepsi masyarakat dan petugas medis mengenai gangguan jiwa. Masyarakat masih menyembunyikan dengan cara dipasung anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa karena merasa malu untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dan mencari pengobatan alternatif atau dukun.
BAB VII Prioritas Masalah
Rumusan & Prioritas Masalah
Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa 0.62% dari target 20% (masalah sebesar 96,9%)
Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa 16.21% dari target 100% (masalah sebesar 83.79%)
BAB VIII Penyelesaian Masalah
Penyelesaian Masalah Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa
Penyebab Masalah: (1) Pelaksanaan deteksi dini dengan metode 2 menit belum efektif. Seringkali hanya mengobati keluhan pasien saja tanpa menggali lebih jauh mengenai penyakit dasarnya. Belum dilatihnya tenaga medis dibidang kesehatan jiwa sehingga dalam deteksi dini kurang berjalan dengan baik. Minimnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai gangguan kesehatan jiwa Tidak adanya tersedianya buku pedoman kesehatan jiwa.
Penyelesaian Masalah Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa
Penyebab Masalah: (2) Pencarian kasus gangguan kejiwaan belum berjalan secara aktif Petugas kesehatan jiwa memiliki keterbatasan waktu untuk melaksanakan kegiatan diluar gedung (pencarian penderita, kunjungan rumah) Masih ada stigma bahwa orang dengan gangguan jiwa dianggap akibat ulah “gunaguna/santet” atau kerasukan roh gaib.
Penyelesaian Masalah Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa
Penyelesaian • •
•
Diadakan pelatihan petugas kesehatan mengenai upaya kesehatan jiwa sehingga dapat melakukan deteksi dini terhadap gangguan kesehatan jiwa Melakukan peningkatan pencarian penderita secara aktif dengan melakukan kunjungan dan pemeriksaan tiap RT dengan memberdayakan masyarakat atau melatih kader Melakukan penyuluhan dengan kerja sama lintas program bagian promkes untuk melakukan penyuluhan upaya kesehatan jiwa yang terjadwal satu bulan sekali.
Penyelesaian Masalah Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa
Penyelesaian •
• •
Menyediakan leaflet dan poster tentang kesehatan jiwa sehingga pengunjung puskesmas maupun masyarakat dapat mengetahui informasi tentang kesehatan jiwa. Mengajukan permohonan disediakannya satu buku pedoman kesehatan jiwa. Membuat jadwal konseling untuk penderita gangguan jiwa atau keluarganya di puskesmas dengan kerja sama lintas program dengan bagian promkes yaitu melalui program KIPKA sehingga semua pasien jiwa yang berobat di Puskesmas mendapatkan kesempatan konseling.
Penyelesaian Masalah Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan Jiwa Penyebab Masalah • • • •
Tenaga medis kurang kompeten dalam penggunaan metode 2 menit, sehingga tidak dapat mendiagnosa penyakit pasien dengan tepat. Tidak adanya rujukan kembali ke puskesmas dari rumah sakit rujukan untuk pasien dengan gangguan jiwa yang sudah stabil. Masih adanya masyarakat yang tidak mau datang berobat ke puskesmas serta sulitnya membawa pasien ke puskesmas. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pengobatan dan masih banyak masyarakat yang percaya dengan penyembuhan alternatif dibanding ke fasilitas kesehatan.
Penyelesaian Masalah Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan Kesehatan Jiwa
Penyelesaian • Diadakan pelatihan metode 2 menit • Menyarankan kepada rumah sakit rujukan untuk merujuk kembali pasien dengan gangguan jiwa stabil • Melakukan kunjungan rumah pada pasien • Memberikan penyuluhan, penjelasan, serta edukasi kepada masyarakat tentang penanganan kesehatan jiwa.
BAB IX Penutup
Kesimpulan •
Dari hasil evaluasi program upaya kesehatan jiwa yang dilakukan dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Tirtajaya periode Januari 2018 – Desember 2018 didapatkan:
Cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa sebesar 0.62% dari tolok ukur 20%.
Cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa sebesar 16.21% dengan tolok ukur 100%.
Saran Melakukan pelatihan metode 2 menit kepada petugas kesehatan.
Membuat poster dan leaflet tentang upaya kesehatan jiwa
Puskesmas dengan kerja sama lintas program bagian promkes untuk melakukan penyuluhan upaya kesehatan jiwa
Melakukan kunjungan rumah pada pasien
Melakukan pencarian penderita secara aktif dengan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal
Membuat SOP sehingga program yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang diinginkan
Membuat jadwal konseling untuk penderita gangguan jiwa atau keluarganya di puskesmas dengan kerja sama lintas program dengan bagian promkes yaitu melalui program KIPKA
Lampiran
Kunjungan rumah
TERIMA KASIH