MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
PRODUK PERORANGAN
PENGAMPU BIDANG STUDI SUB BIDANG STUDI
: DEP MASSTRA : TEORI PERANG DAN STRATEGI : PEPERANGAN IRREGULER
NAMA
:
PANGKAT/KORP
: MAYOR
NRP
:
NOSIS
:
KELOMPOK
: II (KORESPONDEN)
LEMBAR KEHORMATAN Yang bertanda tangan di bawah ini : NAMA
:
PANGKAT/KORP
: MAYOR
NRP
:
NOSIS
:
Menyatakan dengan benar bahwa: 1.
Produk ini adalah benar hasil karya sendiri.
2. Materi hasil karya ini merupakan hasil pemikiran sendiri dan ide murni penulis. 3. Materi hasil karya ini bukan menyalin, menyadur, mencontoh, mengkopi dan plagiat dari hasil karya Pasis lain atau Pasis sebelumnya atau karya orang lain. 4. Apabila ternyata dikemudian hari ditemukan bukti-bukti yang benar dan sah mengandung unsur plagiat atau pelanggaran lainnya (seperti yang diatur dalam Juklak tentang produk Pasis), maka saya bersedia dan sanggup menerima sanksi dari lembaga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bandung, 1 Maret 2019 Perwira Siswa,
Rommy Mayor Inf Nosis ………..
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
JENIS PENDIDIKAN
: DIKREG LVII SESKOAD
BIDANG STUDI
: TEORI PERANG DAN STRATEGI
SUB BIDANG STUDI
: PEPERANGAN IRREGULER
STRATEGI MENGANTISIPASI PEPERANGAN IRREGULER DI MASA DEPAN
Pendahuluan. Perang bukanlah alternative terbaik menyelesaikan masalah. Namun perang tidak jarang dianggap sebagai salah satu penyelesaian terbaik setelah semua jalan damai (soft power) menemui jalan buntu. Seiring perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat telah memunculkan alternative bentuk perang baru yang dianggap lebih efektif dan menghancurkan tanpa kerugian besar di pihak penyerang, yaitu perang generasi keempat dan kelima (4th GW dan 5th GW). Perang ini bukan saja mengadopsi bentuk perang generasi sebelumnya (perang konvensional)
dengan
berbagai
variannya
tetapi
juga
mengadopsi
dan
mengembangkan perang informasi. Bagi Indonesia sebagai negara dengan berbagai keunggulan sumber daya alam yang berlimpah serta potensi eksplorasi yang masih akan jauh meningkat untuk kesejahteraan rakyat, merupakan negara yang rentan terhadap ancaman perang. Dikatakan rentan karena posisi silang negara Indonesia selain memberikan peluang juga tantangan geopolitik dan geostrategic yang berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan (Kebijakan Hanneg, 2017:2). Tantangan ini dapat mewujudkan ancaman berdimensi militer, non militer maupun hibrida dalam rangka menguasai dan mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan bijak oleh para pemimpin bangsa dengan berbagai kebijakan dan strategi sebagai bentuk antisipasi perkembangan lingkungan yang bisa saja mengarah pada aktualisasi ancaman sebagai akibat pergeseran geopolitik internasional yang memunculkan konflik baru seperti di Suriah, Irak, Afganistan, Libanon, Ukraina, dan Yaman (Kebijakan Hanneg, 2017:2). Antisipasi ini diharapkan dapat memunculkan
2 berbagai scenario strategi yang mengkombinasikan operasi-operasi kinetik dengan upaya-upaya kontra subversive untuk melindungi dan mengamankan kepentingan strategis nasional serta menghindarkan bangsa Indonesia dari kehancuran, Seperti serangan yang dialami Iran akibat serangan worm yang diciptakan AS dan Israel, yang diberi nama Stuxnet (Muhammad AS Hikam, 2014:36). Meskipun pada kenyataannya alternative strategi yang diterapkan oleh bangsa Indonesia masih belum dapat dijadikan penghalang munculnya embrio perang hybrid. Contoh yang dapat diketengahkan adalah adanya praktik kolonialisasi gaya baru atau land grab dengan pendekatan akuisisi atau sewa jangka panjang oleh negara lain di Indonesia, seperti lahan kebun sawit dan perbankan oleh Malaysia, industry pakan ternak oleh Thailand, industry tambang oleh negara-negara maju/Barat, dan lain-lain (Muhammad AS Hikam, 2014:27). Dihadapkan dengan perkembangan lingkungan strategis yang berpotensi menimbulkan ancaman tersebut, maka permasalahan pokok yang perlu mendapat perhatian
adalah
pertahanan
Negara
ke
depan
memerlukan
keterpaduan
pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter melalui usaha membangun kekuatan dan kemampuan pertahanan negara yang kuat dan disegani serta memiliki daya tangkal tinggi. Untuk beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi dalam menghadapi ancaman tersebut adalah : Pertama. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi; Kedua. Trend penggunaan media sosial oleh generasi muda Indonesia saat ini belum terarah dengan baik; Ketiga. Adanya perubahan dalam jurnalisme tradisional; Keempat. Keberagaman target audiens dalam segala bentuk; Kelima. Kegiatan operasi kontra dan propaganda; dan Keenam. Fenomena
global
ISIS. Dari factor-faktor yang perlu dipertimbangan
dihadapkan pada permasalahan yang berkembang, maka rumusan masalah yang diketengahkan adalah : “ Bagaimana strategi mengantisipasi peperangan irreguler di masa depan? “ Pentingnya penulisan essay ini adalah dalam rangka meningkatkan pemahaman strategi peperangan ireguler guna menjawab persoalan – persoalan yang ditemukan di lapangan serta memahami upaya–upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menghadapi situasi yang selalu berubah. Dengan harapan dapat mengoptimalisasikan kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini untuk mengantisipasi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Metode
3 penulisan menggunakan metode empiris yaitu berdasarkan pengalaman dilapangan dan studi kepustakaan. Nilai guna tulisan ini adalah agar dapat digunakan sebagai salah satu upaya optimalisasi kekuatan bangsa Indonesia dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap keutuhan NKRI. Dengan maksud memberikan gambaran bentuk strategi peperangan ireguler yang digunakan oleh Bangsa Indonesia. Dengan tujuan sebagai saran, masukan dan bahan pertimbangan komando atas dalam mengambil kebijakan selanjutnya. Ruang Lingkup penulisan meliputi pendahuluan, pembahasan dan penutup dengan pembatasan hanya pada bentuk strategi peperangan ireguler.
Pembahasan. Pada bagian pendahuluan telah disinggung mengenai peperangan ireguler yang berpotensi mengancam
kedaulatan
Indonesia.
Seiring perkembangan
lingkungan yangsemakin sulit diprediksi, maka ancaman dapat menjelma sewaktuwaktu dan berdampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk menjawab persoalan diatas, berikut diberikan data dan fakta terkait perkembangan lingkungan, harapan, kelemahan dan kendala serta upaya yang dilakukan.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Perang di masa yang akan datang semakin mempertimbangkan pengurangan dampak kerusakan dan korban di kalangan sipil, dengan menerapkan teknologi senjata akurasi tinggi dan penerapan teknologi robot pada berbagai sistem persenjataan guna mengurangi penggunaan dan pengerahan personil maupun peralatan perang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga menciptakan peperangan berbasis jaringan yang mengandalkan keunggulan informasi, sekaligus mampu melaksanakan perang diranah digital ataupun ruang siber. Dampak yang ditimbulkan dapat menjadikan situasi keamanan dunia yang mengkhawatirkan, diantaranya kejahatan siber yang tidak mengenal batas, termasuk pemanfaatan rekayasa genetika bioteknologi, dan teknologi nano yang sulit dideteksi. Disamping itu rekayasa teknologi juga berkembang di dunia penerbangan, pembuatan senjata nuklir maupun wahana peluncur roket, peluru kendali maupun wahana terbang tanpa awak serta teknologi satelit juga dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan negara. Dari aspek pertahanan, ruang siber telah menjadi domain kelima yang dapat dijadikan sebagai medan peperangan, selain medan
4 perang darat, laut, udara dan ruang angkasa. Penggunaan sistem, peralatan, dan platform berbasis internet cenderung semakin meluas yang berpotensi menjadi kerawanan. (BPPI, 2015:14-15). Bagi Indonesia perkembangan teknologi ini dimanfaatkan untuk mendukung pertahanan nirmiliter. Kemampuan penguasaan teknologi secara umum dapat meningkatkan kemampuan pertahanan nirmiliter, melalui penguasaan teknologi kedirgantaraan, kelautan, dan keantariksaan secara terbatas dengan pemanfaatan teknologi satelit, siber dan penguasaan teknologi modern lainnya dalam mendukung pertahanan negara. (BPPI, 2015:108). Memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di atas, seharusnya bangsa Indonesia dapat berjalan seiring dengan bangsa lain dalam ikut mengembangkan teknologi informasi. Kemampuan para teknisi dan praktisi teknologi di perusahaan maupun di bidang pendidikan sudah waktunya dimanfaatkan secara optimal bagi kemajuan bangsa. Terlebih dengan adanya beberapa industry strategis yang telah dimiliki Indonesia khususnya dalam bidang teknologi, seperti LEN. Harapannya dapat bekerja sama dengan negara lain yang bersedia melakukan transfer teknologi yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan strategi, sehingga dapat lebih memiliki fungsi dalam mengamankan kepentingan nasional, yaitu strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. (ND tentang Strategi Perang, 2019:20). Hal yang sama dinyatakan dalam buku putih pertahanan Indonesia bahwa karakteristik geografis Indonesia mengandung tantangan yang multidimensi sehingga menuntut adanya strategi pertahanan negara yang tepat untuk mengamankan wilayah. (BPPI, 2008:18). Dengan berkembangnya teknologi dalam berbagai bidang kehidupan akan memudahkan pengerahan kekuatan baik aspek personel maupun peranti lunak (software) dalam mengantisipasi karakteristik ancaman sebelum pengerahan kekuatan militer sebagai daya dobrak yang menciptakan daya gentar lebih tinggi. Kasus pencurian informasi terhadap pejabat negara seperti beberapa tahun silam akan dapat dihindari terutama dengan penggunaan peralatan berteknologi produk dalam negeri. Sehingga dapat menyulitkan intelijen asing dalam mencari kelemahan teknologi yang digunakan oleh bangsa Indonesia. Muaranya strategi dan taktik yang diaplikasikan oleh TNI dalam mengawal NKRI dalam mengantisipasi ancaman akan lebih tajam dan disegani oleh bangsa lain. Sayangnya, pemanfaatan teknologi informasi dari pengembangan industri strategis yang digawangi oleh anak bangsa belum menunjukkan hasil sesuai dengan
5 harapan. Masih terdapat beberapa kendala yang mesti dieliminir dan membutuhkan intervensi pihak pemangku kepentingan, diantaranya faktor ekonomi dan kebijakan politis negara lain. Adapun kelemahan yang sedang dihadapi dan membutuhkan koordinasi lintas sektor adalah faktor anggaran yang besar bagi kebutuhan penelitian, kebutuhan waktu yang lama bagi penyempurnaan produk, kebijakan yang berpihak pada industry strategis dan nasionalisme terhadap produk dalam negeri. Dengan kondisi seperti diatas tentu kita membutuhkan langkah-langkah strategis bagi pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi bagi kemenuhan pertahanan dan keamanan negara. Upaya yang dapat diberikan adalah kemampuan anggaran negara yang semakin besar perlu memperhatikan faktor pengembangan hasil penelitian agar dapat bermanfaat dan mendukung pertahanan dan keamanan negara, pembinaan dan pendidikan bela negara untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan kebanggaan menggunakan produk-produk dalam negeri serta dukungan kebijakan berupa perangkat hukum yang memihak pada penggunaan dan pengembangan produk berteknologi dalam negeri. Sementara upaya dalam memanfaatkan peluang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah dengan mengadakan kerja sama disertai alih teknologi dari negara-negara yang bersedia melakukan perdagangan dengan Indonesia, seperti dengan Rusia, China, Jepang, Korea Selatan maupun Eropa, mengingat kerja sama dengan AS rentan terhadap embargo.
Trend penggunaan media sosial oleh generasi muda Indonesia saat ini belum terarah dengan baik. Hoaks yang berpotensi memecah belah sesama anak bangsa sangat mudah tercipta lewat jaringan media sosial. Perbedaan tingkat pendidikan pengguna media sosial tentunya menjadi faktor penentu mudahnya generasi muda kita terpecah belah oleh penggunaan media sosial yang makin tak terkontrol. Dengan jumlah penduduk yang besar, pengguna internet di Indonesia hingga akhir 2016 mencapai 132,7 juta orang. (Agus Tri Haryanto, 2018: https://inet.detik.com/). Walaupun memiliki prevalensi yang beragam, mayoritas pengguna internet maupun media sosial berada di pulau Jawa. Dari trend penggunaan media sosial oleh generasi muda Indonesia di atas menunjukkan betapa pentingnya teknologi informasi bagi kehidupan bermasyarakat. Hal ini tentu akan berpengaruh signifikan bagi bangsa Indonesia yang sedang
6 melaksanakan pembangunan di segala bidang. Penggunaan teknologi informasi yang massif di kalangan generasi muda seharusnya dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembangunan. Keinginan yang tidak berlebihan apabila penggunaan teknologi informasi yang sudah menguasai kehidupan masyarakat dijadikan alat oleh pemerintah khususnya TNI dalam meningkatkan pembinaan kesadaran bela negara. Selain memiliki jangkauan yang lebih luas dan cepat juga dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat karena Indonesia memiliki masyarakat Sipil yang kuat dan aktif, meskipun ada beberapa kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) yang diawasi pemerintah. (Muhammad AS Hikam, 2014:77). Hoax sebagai alat untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa tidak akan memberikan hasil maksimal tanpa adanya dukungan pengguna media social yang peduli. Beredar dan maraknya hoax merupakan berita yang disebar oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab untuk menimbulkan chaos di masyarakat maupun ketidak percayaan kepada pemerintah. Dukungan pembinaan yang terprogram dan peranti lunak (software) yang mampu mendeteksi berita hoax akan menjadi penghalang. Jika pemerintah mampu memanfaatkan media social untuk tujuan pembinaan generasi muda, maka timbulnya hoax justru akan mendapat tantangan dan celaan dari pengguna media social. Namun kondisi di atas tidak akan semudah membalik telapak tangan dalam merealisasikannya. Terdapat kendala-kendala yang harus dikendalikan oleh pemerintah dalam membentengi generasi muda dari hoax maupun berita-berita lain yang dimaksudkan sebagai senjata memecah belah bangsa. Kendala tersebut diantaranya memerlukan kerja sama dengan berbagai operator jaringan, kebebasan berpendapat merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati, pemerintah tidak bisa mengontrol sepenuhnya aktivitas masyarakat dalam menggunakan media social, sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan biaya pemrograman software pendeteksi hoax, memerlukan system pembinaan yang sesuai dan dapat diakses oleh seluruh elemen masyarakat serta belum sepenuhnya mendapat dukungan dari instansi pemerintah (perlu pembinaan personel informasi agar memiliki kepedulian, kreativitas dan inovasi dalam membuat materi pembinaan). Dari kondisi diatas upaya yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan personel (SDM) yang memiliki kreatifitas dan inovatif dalam berkarya mewujudkan materi-materi pembinaan bela negara dan memberikan prioritas
anggaran
bagi
perkembangan
dan
kemajuan
informasi
dengan
7 memanfaatkan peluang terbukanya akses informasi dan jaringan bagi pembuatan website, blog dan sejenisnya, terutama yang banyak diakses oleh generasi muda. Selain itu melakukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti operator jaringan maupun penyedia software dalam membantu menangkal hoax dan dampak negative media social lainnya.
Adanya perubahan dalam jurnalisme tradisional. Sistem politik yang berubah drastis beberapa dekade terakhir berimbas pada berubahnya sistem jurnalisme. Kebebasan jurnalistik terkadang membawa bias dalam memandang sistem pertahanan negara. Banyaknya jaringan televisi saat ini memberi dampak besar bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan hampir semua orang memiliki akses yang sama dalam penerimaan informasi, maka respons yang timbul juga sangat cepat. Fakta yang ada adalah pesan yang diterima oleh tiap orang bisa berbeda-beda. Dengan motivasi penyiaran yang berbeda dalam tiap tayangan di banyak channel televisi, maka rentan terjadi salah tafsir dan interpretasi terhadap berita. Jalur berita sosial menggaris bawahi adanya ikatan dan kepercayaan dari hubungan yang sudah terjalin sebelumnya. Dalam pelaksanaan Irregular warfare di masa depan maka akan terdapat kemungkinan bahwa penetrasi melalui telepon genggam akan lebih berhasil daripada menggunakan internet maupun pers tradisional. Komunikasi lewat telepon genggam akan menjadi media penting dalam informasi public. (ND tentang Peperangan Irreguler, 2019:28). Perubahan jurnalisme ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Selain dapat menimbulkan tafsir dan telaah yang berbeda dari berita yang sama, banyaknya pilihan media yang dapat diakses masyarakat juga dapat dijadikan penetralisir berita yang tersebar. Memang potensi respon yang berbeda sangat besar namun, motivasi penyiaran yang berbeda dalam tiap tayangan di banyak channel televisi bisa digunakan sebagai akses terbaik dan murah dalam melakukan pembinaan bela negara. Harapan yang dapat ditonjolkan dari perubahan jurnalisme tersebut adalah dapat menyebarkan dan menumbuhkan sikap positif masyarakat dalam berpikir dan bertindak. Selaku konsumen, terutama masyarakat yang berusia muda sudah mulai menyesuaikan pola konsumsi baru dengan suplai berita yang ada. Dari perspektif user komunikasi maka jaringan sosial online akan lebih dapat menentukan kelayakan suatu berita dibandingkan dengan
8 penempatan suatu berita sebagai tajuk utama di halaman pertama Koran. (ND tentang Peperangan Irreguler, 2019:28). Dengan kemampuan analisa yang lebih baik karena telah terbiasa dengan konsumsi berita yang ada, perubahan jurnalisme akan menambah pengetahuan. Artinya pendidikan yang didapat masyarakat tidak akan selamanya bergantung pada sekolah formal. Bahkan sebaliknya, pendidikan formal mendasarkan kebutuhan pengetahuan dan perkembangannya pada dunia jurnalisme modern, seperti kurikulum 2013 (kurtilas) yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan di kota-kota besar di Indonesia. Dengan kondisi ini masyarakat akan terdidik dan terbiasa untuk memahami kualitas berita (jurnalisme) yang menjadi konsumsi sehari-hari. Ujungnya ikatan social masyarakat yang kuat akan semakin meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Secara ideal konsumsi masyarakat atas berita jurnalisme yang sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari akan meningkatkan ketajaman berpikir dalam menganalisa berbagai berita yang dikonsumsi. Namun kendala yang sering dihadapi pada dasarnya merupakan berita yang sensitive menyangkut kepentingan pribadi dan dijadikan konsumsi public. Artinya masyarakat belum peduli dalam menampilkan berita antara konsumsi public dengan pribadi. Hal ini seringkali menimbulkan ketegangan maupun perbedaan pendapat yang berujung pada perpecahan. Kelemahannya terletak pada peraturan perundang-undangan terkait pengaturan kebebasan pers dalam berekspresi serta penegakan hukum tergolong lemah, isu HAM masih sering dijadikan senjata bagi sebagian pihak (pers) dalam melakukan pembelaan. Upaya yang dapat dilakukan terkait kondisi diatas adalah membentuk badan sensor berita, menampilkan superioritas hukum dalam mendampingi jurnalis maupun blogger memisahkan berita yang menjadi konsumsi public dan pribadi, lebih sering menampilkan/prioritas program berita/jurnalisme yang diarahkan pada kemajuan atau perkembangan pembangunan bangsa dalam menghadapi perubahan maupun kekayaan bangsa dari aspek Ipolek sosbud hankam serta bekerja sama dengan operator jaringan untuk menyaring dan menampilkan berita yang layak dijadikan konsumsi public.
Keberagaman target audiens dalam segala bentuk.
9 Tingkat literasi penduduk dunia masih beragam. Demikian pula di Indonesia. Hal ini berdampak pada adanya perbedaan respons audiens terhadap informasi yang didapat. Hal ini menjadi salah satu titik yang dapat dieksploitir oleh kelompok tertentu yang memiliki motivasi khusus dalam melancarkan propaganda terhadap musuh dan lawan. Keberagaman target audiens ini dapat terjadi menurut tingkat pendidikan dan kemampuan membaca, menurut tingkat kepentingan, menurut bahasa dan latar belakang budaya, menurut daerah, menurut format ataupun bentuk sumber berita, menurut preferensi politik, menurut pandangan dunia dan juga menurut level partisipasi dan aktivitas. (ND tentang Peperangan Irreguler, 2019:28). Dampak dari perkembangan teknologi informasi memang sudah tidak bisa dibendung lagi akan menjadikan masyarakat mudah dalam mengakses berita. Harapannya dapat membuat masyarakat
semakin kritis dalam mengkritisi
perkembangan situasi dan kondisi negaranya, sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional yang akan semakin memperkuat pertahanan dan keamanan negara dari aspek nir militer. Kecenderungan positif lain adalah tumbuhnya masyarakat kelas menengah yang memiliki akses pada teknologi informasi yang dikenal sebagai sosial media. Meskipun masih terbatas di kalangan perkotaan, penggunaan sosial media telah mampu mempengaruhi berbagai wacana publik karena banyaknya pejabat, tokoh politik, aktivis dan jurnalis yang ada di ruang sosial tersebut. (Muhammad AS Hikam, 2014:79). Meskipun terdapat keberagaman target audiens yang dapat dijadikan salah satu titik yang dapat dieksploitir oleh kelompok tertentu yang memiliki motivasi khusus dalam melancarkan propaganda, namun akan semakin sulit untuk dapat mentargetkan mereka sebagai sasaran secara tepat dalam hubungan yang tertutup. (ND tentang Peperangan Ireguler, 2019:29). Terutama dihadapkan pada berbagai keinginan mewujudkan pembinaan yang diarahkan pada meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional yang akan memperkuat pertahanan dan keamanan negara dari aspek nir militer. Tidak dapat dipungkiri keberagaman target audiens akan menyulitkan pihakpihak tertentu dalam melancarkan propaganda melalui pemanfaatan media social atau teknologi informasi. Bagi Indonesia hal tersebut merupakan keuntungan dalam perang ireguler karena akan semakin sulit untuk dikuasai dari aspek nir militer. Namun kendala mewujudkan hal tersebut merupakan tantangan tersendiri karena kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk dari tiap aspek kehidupan, sehingga
10 memiliki pola pikir yang beragam. Sementara kelemahannya adalah setiap elemen masyarakat memiliki kepentingan berbeda yang akan menyulitkan pemerintah dalam pengendalian informasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah pertama memperkuat hukum beserta perangkat penegakan yang mampu menembus belantara informasi Indonesia yang dapat dijadikan sandaran dalam mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, melakukan kerja sama dengan operator jaringan dalam penyampaian berita dan pembinaan kepada masyarakat luas.
Kegiatan operasi kontra dan propaganda. Di era komunikasi tanpa batas sekarang ini, menjadi mudah bagi musuh untuk melakukan agitasi dan infiltrasi ke dalam sistem pertahanan negara kita tanpa kita sadari. Namun demikian, di era keterbukaan saat ini, sebagian besar masyarakat umumnya di wilayah perkotaan dengan literasi tinggi telah dapat memilah berita yang dapat dipercaya ataupun hoax. Pola untuk menguasai ruang tidak lagi dilakukan secara frontal, melainkan dilakukan dengan cara-cara nonlinier, tidak langsung, dan bersifat proxy war. Tren menguasai suatu negara dengan menggunakan ‘senjata’ asimetris yang dibangun secara sistematis, seperti konflik Suriah dan perang di Ukraina semakin meningkat. Penciptaan kondisi lewat propaganda dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan ruang siber seperti media sosial. (BPPI, 2015:11). Kemajuan teknologi dalam bidang informasi yang dimanfaatkan dalam peperangan sebenarnya bukan hal baru. Sepanjang sejarah manusia informasi dalam perang merupakan hal yang diutamakan karena menyangkut kemenangan. Penggunaan radio sebagai alat komunikasi masih dimanfaatkan sampai sekarang. Dengan teknologi yang berkembang, harapan yang hendak dicapai adalah tingkat kerahasiaan yang tinggi dalam kegiatan operasi kontra dan sasaran propaganda yang luas sebagai bagian untuk memenangkan perang. Hal ini merupakan bagian dari strategi penggiringan opini (opinion leading) melalui media massa dan social (Diemas Krena Duta, 2018: https://indonesiana.tempo.co/), sehingga masyarakat memiliki pemahaman yang benar dan dapat berpartisipasi aktif dalam memperkuat pertahanan. Kondisi diatas menunjukkan kepada kita betapa penting dan bahayanya informasi yang mengena pada sasaran. Dengan pemanfaatan informasi secara tepat
11 sasaran Suriah dan Ukraina masuk dalam kancah perang saudara, sementara actor dibalik peperangan tersebut tidak diketahui secara jelas. Penciptaan kondisi lewat propaganda dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan ruang siber, selain dapat mendukung kerahasiaan operasi kontra juga penggiringan opini masyarakat dapat mempercepat proses kehancuran suatu negara, sehingga siapa saja dapat menguasai sendi-sendi kehidupan negara lain secara mudah dan tanpa biaya besar dalam pengerahan kekuatan militer. Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alam berlimpah dan posisi strategis di persimpangan jalur tersibuk di dunia merupakan incaran banyak negara. Untuk itu peningkatan kekuatan militer dan nir militer khususnya bidang teknologi informasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda, mengingat harapan tingkat kerahasiaan yang tinggi dalam kegiatan operasi kontra dan jangkauan sasaran propaganda yang luas sudah menjadi bagian dari perang modern. Penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan operasi kontra dan propaganda bagi Indonesia masih menyimpan kendala dan kelemahan, antara lain maraknya akun-akun manipulatif (clones) serta informasi palsu (hoax) yang diproduksi dan disebarkan oleh pihak asing sehingga relative sulit bagi pemerintah untuk mengontrol dan menggiring opini masyarakat terkait jumlah clones dan hoax yang beredar di media. Untuk menghindarkan kondisi di atas perlu diambil langkah-langkah yang dapat digunakan sebagai upaya menanggulangi operasi kontra dan propaganda yang diproduksi dan disebar oleh pihak asing. Upaya tersebut adalah melakukan control dan pantauan atas penggunaan internet dan media social di masyarakat melalui kerja sama dengan operator jaringan, pembuatan website dan penyebaran berita
melalui
media
social
terkait
peringatan,
pembinaan
dan
informasi
perkembangan berita ter-update untuk membatasi sekaligus menggiring opini masyarakat terkati perkembangan negara.
Fenomena global ISIS. Terorisme global seperti gerakan radikal Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) merupakan bukti nyata terorisme telah menjadi satu kekuatan untuk melancarkan aksi kekerasan dengan mengatasnamakan paham radikal untuk menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma yang diyakini. (BPPI, 2015:12). Pengaruh ISIS dengan ideologi radikalnya cepat menyebar ke seluruh dunia. Perang melawan ISIS
12 yang diprakarsai Amerika Serikat terbukti belum mampu menghancurkan ideologi radikal ini. Permasalahan yang ada saat ini berkisar tentang
seberapa efektif
strategi yang diaplikasikan di lapangan selama ini. Kalau soal peta wilayah perang yang biasa tertumpu pada kawasan rawan konflik ternyata bisa bergeser cepat hanya karena info lapangan mutakhir yang masuk berselisih beberapa detik. Melihat dinamika perang asimetris saat ini, perlu dibuatnya strategi baru menghadapi ISIS. Kompleksnya permasalahan yang dapat dijadikan alat untuk menyerang negara lain, seperi ISIS diatas, merupakan contoh berkembangnya teknologi yang dijadikan alat oleh pihak tertentu untuk mengintervensi negara lain karena melihat adanya peluang. Jaringan seperti ISIS ini bukan tidak mungkin berada di bawah kendali actor negara/internasional yang menghendaki penguasaan atas negara lain. Dari kondisi ini diharapkan Indonesia bisa belajar banyak terkait rentannya kondisi bangsa hingga memudahkan masuknya jaringan internasional dan memecah belah bangsa, sesuai pengalaman masa lalu terhadap terorisme. Praktik terorisme yang menghantui hubungan antar-agama dan berimbas pada stabilitas sosial politik dan keamanan negara dibangun atas dasar campur tangan primordialisme dan fanatisme. (Muhammad AS Hikam, 2014:144). Fenomena global ISIS merupakan jaringan internasional yang dibentuk menggunakan anggaran dan kekuatan yang sangat besar. Indonesia dengan berbagai potensi yang dimiliki merupakan salah satu sasaran strategis yang ada dalam perencanaan jaringan tersebut. Pembangunan kekuatan untuk membentengi bangsa dari kehancuran perlu terus diusahakan baik aspek militer maupun nir militer yang saling mendukung, terutama pembinaan bela negara yang dapat mengikis primordialisme dan fanatisme agama. Kendala dan kelemahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam mewujudkan kekuatan untuk membentengi bangsa dari kehancuran akibat primordialisme dan fanatisme adalah tingginya fanatisme agama di masyarakat yang masih menunjukkan potensi sebagai pemicu konflik, adanya sebagian kelompok masyarakat yang berafiliasi dan menjalin hubungan dengan jaringan internasional, budaya permisif yang masih sulit hilang dari kehidupan masyarakat sehingga memudahkan ideology radikal untuk masuk dan berkembang di masyarakat, selain jaringan terorisme internasional yang telah tersebar dan tumbuh di berbagai negara yang didukung dengan kemajuan teknologi yang mengaburkan batas-batas wilayah antar negara.
13 Dari kondisi di atas maka diperlukan upaya untuk mengantisipasi fenomena global ISIS, yaitu : 1. dengan meningkatkan kemampuan negara dalam bidang teknologi informasi yang dapat mendeteksi keberadaan jaringan tersebut, khususnya di
wilayah
NKRI,
termasuk
akar-akar
penyebarannya;
2.
memaksimalkan
kemampuan SDM dan perangkat informasi dalam mendeteksi dan melacak aliran dan penggunaan dana beserta penggunanya di wilayah NKRI; serta 3. Menjalin kerja sama intelijen dengan negara lain untuk meminimalisir gerakan jaringan internasional.
Penutup. Dari panjang lebar pembahasan esai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Strategi mengantisipasi peperangan ireguler di masa depan dapat dilakukan antara lain : 1. dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Menambah anggaran negara bagi penelitian, pembinaan dan pendidikan bela negara, dukungan kebijakan berupa perangkat hukum, serta mengadakan kerja sama disertai alih teknologi dengan negara lain; 2. Trend penggunaan media sosial oleh generasi muda Indonesia saat ini belum terarah dengan baik. Dengan mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan personel (SDM) yang memiliki kreatifitas dan inovatif dan memberikan prioritas anggaran bagi perkembangan dan kemajuan informasi, melakukan kerja sama dengan operator jaringan maupun penyedia software dalam membantu menangkal hoax dan dampak negative media social lainnya; 3. Adanya perubahan dalam
jurnalisme tradisional. Membentuk badan
sensor berita, menampilkan superioritas hukum dalam mendampingi jurnalis maupun
blogger,
memprioritaskan
program
berita/jurnalisme
kemajuan
pembangunan bangsa dari aspek Ipolek sosbud hankam serta bekerja sama dengan operator jaringan untuk menyaring dan menampilkan berita yang layak dijadikan konsumsi public; 4. Keberagaman target audiens dalam segala bentuk. Memperkuat hukum beserta perangkat penegakan dan melakukan kerja sama dengan operator jaringan; 5. Kegiatan operasi kontra dan propaganda. Melakukan control dan pantauan atas penggunaan internet dan media social di masyarakat melalui kerja sama dengan operator jaringan, pembuatan website dan penyebaran berita melalui media social terkait peringatan, pembinaan dan informasi perkembangan berita terupdate untuk menggiring opini masyarakat terkati perkembangan negara; dan 6. Fenomena global ISIS perlu ditanggapi dengan meningkatkan kemampuan negara
14 dalam bidang teknologi informasi, memaksimalkan kemampuan SDM dan perangkat informasi dalam mendeteksi dan melacak aliran dan penggunaan dana beserta penggunanya di wilayah NKRI serta menjalin kerja sama intelijen dengan negara lain. Saran yang dapat dimunculkan dari pembahasan esai ini adalah dapatnya pemerintah Indonesia menambah anggaran penelitian pengembangan teknologi informasi baik dari aspek software maupun hardware sebagai bentuk kemandirian industry strategis dalam menanggapi perkembangan bentuk perang masa depan. Akhir kata semoga tulisan esai ini dapat memberikan wacana bagi bangsa Indonesia dalam menuju kejayaan dengan kekuatan militer yang disegani.
Bandung, 1 Maret 2019
Rommy Mayor Inf NRP ………..
Referensi 1. Keputusan Danseskoad Nomor Kep/91/IV/2017, tanggal 18 April 2017 tentang pengesahan Naskah Departemen MK Teori Perang dan Strategi dengan Pokok Bahasan Peperangan Irreguler. 2. Naskah Departemen tentang STrategi Perang. 3. Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun 2008. 4. Buku Putih Pertahanan Indonesia tahun 2015. 5. Hikam, Muhammad AS, 2014 : Menyongsong 2014-2019, Memperkuat Indonesia dalam dunia yang berubah, CV. Rumah Buku, Jakarta. 6. https://indonesiana.tempo.co/read/128499/2018/10/18/diemaskresnaduta/2019media-sosial-masih-akan-menjadi-alat-propaganda 7. https://inet.detik.com/cyberlife/d-3912429/130-juta-orang-indonesia-tercatat-aktifdi-medsos