TUGAS ESAI “PENDIDIKAN MORAL”
Disusun Oleh: SYAHDATUL BUDIMAN (1805112957) Dosen Pembimbing:
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS RIAU
“PENDIDIKAN MORAL”
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan yang baik akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini, yang mana perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas serta memiliki daya saing yang tinggi, maka pendidikan yang diberikan kepada warganya harus dilaksanakan secara tepat dan maksimal. Moral adalah penilaian manusia terhadap orang lain dalam konteks yang positif. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral atau bermanusiawi. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan yang bukan mengajarkan tentang akademik, namun non akademik khususnya tentang sikap dan bagaimana perilaku sehari-hari yang baik. Moral dan etika generasi bangsa yang harus kita bangun juga karena bagaimana bangsa ini akan maju,bagaimana bangsa ini akan berkembang ataupun bagaimana bangsa ini akan menjadi bangsa yang dihargai oleh bangsa lainya dan menjadi bangsa yang berwibawa sedangkan moral dan etika generasi bangsa kita sendiri ini jelek atau luntur dari nilai-nilai agama dan etika bangsa ini. Kehidupan Pemuda Bangsa beberapa tahun terakhir ini telah terjadi pada titik nadir. Lebih suka pemuda lebih suka bermalas-malasan, terlalu banyak bermain, dan enggan bekerja keras. Jikalau ada pemuda yang gemar bekerja keras, itupun hanya untuk menyetujui pemenuhan gaya hidup yang bisa memaksa konsumtif saja. lebih banyak lagi yang lebih disukai saja. Sedikit sekali pemuda yang matang secara emosional, cerdas dalam berpikir, dan kaya dengan keimanan. Pemuda yang hebat bukan hanya dilihat dari keberhasilan akademiknya saja. Bukan pula dilihat dari popularitasnya, melainkan kepandaiannya dalam mencari uang. Semua itu adalah capaian semu yang memunculkan pragmatis yang menjadi pencapaian besar yang telah berhasil mereka raih. Pemuda ideal adalah pemuda yang matang dengan kecerdasannya, kesantunannya, Ketaqwaannya, mandiri keuangannya, kuat fisiknya, jujur, dan kedewasaannya. Semua capaian itu layak untuk dilakukan. Diperlukan sistem dan formula khusus untuk mewujudkanya dalam sistem pendidikan di sekolah. Sistem yang mampu menyatukan semua aspek karakter positif dan terintegrasi ke dalam materi pembelajaran sekolah, keteladanan, dan lain sebagainya. Sistem pendidikan yang tengah marak dibicarakan dan populer di kalangan diskusi pendidikan ini adalah pendidikan karakter. Generasi bangsa yang sekarang beda dengan zaman dahulu. Seorang pendidik di zaman dahulu ditugaskan untuk mendidik dan mengajar tetapi pada zaman sekarang saat seorang pendidik ingin mendidik seseorang dengan cara yang kasar orang tua di zaman sekarang tidak terima akan hal itu. Itu lah yang menyebabkan generasi bangsa sekarang ini manja dan moral mereka pun jadi rusak karana orang tua nya sendiri yang membiarkan anaknya tidak di didik dengan benar oleh seorang guru/pendidik.
Saat ini pendidikan moral sudah dikalahkan oleh pendidikan yang lain seperti matematika, IPA, IPS dan lainnya. Waktu di sekolah habis untuk mengejar nilai akademik. Murid-murid dipaksa beajar mati-matian agar nilainya pada saat ujian nanti membaik dan bisa mengharumkan nama dimana dia bersekolah. Guru, pelajar, dan pemerintah seakan-akan lupa ada pelajaran yang lebih penting dari itu semua yaitu pendidikan moral. Pendidikan yang akan dibawa sampai akhir hayat, pendidikan yang aka menentukan bagaimana dia dipandang masyarakat lain kelak, pendidikan yang membuat dia menjadi manusia yang berguna, pendidikan yang akan membawa akan di surga atau neraka kah siswa siswinya kelak. Tentu saja kita mengetahui bahwa kehancuran suatu negara dapat terjadi karena hancurnya moral beberapa warganya saja. Dari kalimat tersebut dapat diketahui bahwa kehacuran suatu bangsa bukan terjadi karena nilai akademik memburuk namun karena moral yang hancur. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral jauh lebih penting dari pada pendidikan akademik. Pendidikan moral yang akan menentukan kemana negara ini kelak akan berkembang. Dampak ke masa depan yang akan terjadi jika di sekolah tidak diberikan pendidikan moral yaitu hancurnya moral siswa atau siswi , kejahatan dimana-mana, dan tentu saja korupsi semakin merajalela. Saat ini di Indonesa banyak sekali kejahatan yang dilakukan baik dari rakyat kecil maupun pemerintah atau orang penting. Hal ini mungkin saja salah satu faktornya yaitu kurangnya atau minimnya sikap baik yang dipunyai rakyat Indonesia. Mereka tidak memikirkan orang lain, mereka hanya memikirkan bagaimana cara agar mereka bahagia. Mereka hanya memikirkan bagaiman hawa nafsu mereka tersampaikan. Pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan berkarakter. Pengetahuan terkait kaidah moral yang diperoleh dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini tidak menjadi prioritas yang utama. Sebagian besar orang beranggapan bahwa tidak perlu memperhatikan pendidikan karakter sehingga berdampak pada perilaku anak bangsa sekarang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat. Pendidikan karakter atau pendidikan moral ini penting sebagai penyeimbang kecakapan kognitif (kecerdasan intelektual). Beberapa kenyataan yang menjadi fenomena saat ini seperti seorang pengusaha kaya namun tidak dermawan, seorang politikus melanggar janji politisnya, atau seorang guru menjadi tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan merupakan bukti tidak terbentuknya keseimbangan pendidikan kognitif dengan pendidikan karakter. Manusia memiliki karakter bawaan, namun tidak berarti karakter tersebut tidak dapat diubah. Perubahan karakter membutuhkan suatu perjuangan yang sangat berat, Suatu latihan secara terus-menerus untuk menjiwai nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Menurut Steven R Covey dalam “Seven Habbit” sikap kesungguhan dapat dilihat dengan pengambilan inisiatif dan tanggung jawab secara sadar, berperilaku atas dasar nilai bukan atas dasar perasaan dan dukungan sosial.
Karakter pemarah, karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter defensif, karakter pembohong, karakter pembual, karakter egois, karakter konpulsif, karakter penakut, karakter depresif, karakter manipulatuf, dan beribu-ribu karakter lainnya semua bisa dirubah. Saat tiaptiap manusia mau belajar untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya, kemudian memperbaiki kelemahannya serta memunculkan kebiasaan positif maka hal inilah yang disebut karakter. Indikator pembangunan karakter dapat dilihat dengan tercapai atau tidaknya kebiasaan masyarakat atau bangsa kearah yang lebih positif dan berguna bagi dirinya, keluarga, serta lingkungannya. Pegembangan karakter merupakan tanggung jawab pribadi karena tiap personal tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakternya yang buruk. Karakter tidak dapat diwariskan, karakter tidak bisa di beli, dan karakter tidak bisa ditukar melainkan haruslah dibangun dan dikembangkan secara sadar dari hari ke hari melalui proses panjang dan tidak instan. Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan berbuah kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Oleh karenanya, jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali ujian. Ujian bisa berbentuk tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, hal-hal yang sangat tidak disukai. Apabila berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tetapi berkali-kali maka individu ini akan memiliki kualitas tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah. Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Banyak yang terjadi saat ini adalah orang yang pandai maupun cerdas, tetapi ia tidak bisa menanamkan nilai-nilai moralitas. Pada era globalisasi saat ini moral bangsa Indonesia sangatlah kurang, terbukti bahwa banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi ia tidak menanamkan nilai-nilai moral. Tercermin bahwa saat ini orang jarang yang bisa menghargai orang lain, sehingga banyak kejahatan yang merajalela. Banyak anak remaja yang suka
berkelahi/ tawuran, berani pada orangtua, melanggar peraturan sekolah. Mereka malah membuat asumsi yaitu “peraturan dibuat untuk dilanggar”. Banyak teroris yang masih berkeliaran membuat keributan. Bom masih diledakkan tempat-tempat ibadah. Apakah dunia Pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT) kita sudah tidak lagi mengajarkan tata krama dan kasih sayang antar sesama kepada siswa atau mahasiswanya? Apakah ini semua hasil dari sistem pendidikan kita selama ini ? Ataukah ini akibat dari perilaku para pemimpin kita? Yang lebih parahnya lagi adalah para pemimpin bangsa yang hanya memikirkan diri sendiri ketimbang memikirkan kepentingan rakyatnya. Runtuhnya moralitas bangsa diawali oleh pemimpin-pemimpinnya. Bagaimana bangsanya mau maju kalau pemimpinnya saja tidak bisa memimpin dirinya sendiri? Coba bayangkan bila pemimpin kita pandai, tetapi tidak bermoral? Banyak kasus yang terjadi saat ini adalah para pejabat malah sibuk dengan memperebutkan kekuasaan dan juga haus akan materi sehingga rakyatnya terabaikan. Apakah ini yang dinamakan pemimpin yang seharusnya mementingkan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan pribadi maupun kelompoknya? Apakah ini yang dinamakan wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya?. Korupsi, kolusi dan nepotisme masih bersemi, dimana letak keadilan di negara ini? Jika para koruptor masih bisa berkeliaran kesana-kemari, hukum tak kunjung ditegakkan. Apakah ini hasil dari sistem pendidikan kita saat ini? Mencetak orang-orang yang suka berbohong, egois, dan rakus akan harta dan tahta. Mereka berbohong demi rupiah, maka tak heran bahwa saat ini orang yang berkuasa saat adalah orang yang memiliki banyak uang, uang bagaikan raja. Karena dengan uang mereka bisa membeli apa yang mereka inginkan, baik kedudukan ataupun yang lainnya. Dengan uang para siswa berani membeli kunci jawaban Ujian Nasional agar mereka bisa mendapatkan nilai yang maksimal, begitu juga para mahasiswa yang akan skripsi mereka juga akan melakukan hal yang sama membeli skripsi orang atau dengan cara menjiplak skripsi milik orang lain. Sungguh ironis jika seorang mahasiswa yang dianggap bisa melakukan banyak hal, tetapi mereka menjiplak milik orang, dan masa sekarang ini menunjukkan bahwa jarang yang masih orisinil. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat saat ini mulai cenderung berperilaku cepat, dan semua yang diinginkan harus cepat saji (instan). Yang dikenal juga sebagai budaya instan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika,
estetika untuk pembentukan karakter. Dan juga pendidikan moral sangatlah penting. Segala komponen dalam pendidikan seperti guru dan dosen harus memberikan contoh suri teladan yang baik, begitu juga dengan para pemimpin bangsa harus meninggalkan segala perbuatan yang dirasa tidak pantas ditiru oleh generasi penerus. Dengan begitu generasi penerus akan termotivasi dengan adanya panutan yang bermoral, mandiri, dewasa, bertanggungjawab, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, berperilaku sopan dan santun, beretika, tahu malu dan tidak anarki serta mementingkan kepentingan bangsa dan negara bukan pribadi atau kelompok tertentu. Sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.