Epilepsi.docx

  • Uploaded by: Reni agustin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Epilepsi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,929
  • Pages: 18
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI

OLEH : RENI AGUSTIN 16612780

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Keluarga Oleh : RENI AGUSTIN Judul

: EPILEPSI

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktek Klinik Keperawatan 3 ( PKK 3 ), mahasiswa Program Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 11 Maret-06 April 2019 di RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG.

Pembimbing Lahan

Pembimbing Institusi

(...............................)

(.................................)

Penyusun

(................................)

LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI PADA ANAK

A. Konsep Medis 1) Defenisi Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, 2008). Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori (Anonim, 2008). Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat episodic (Turana, 2007).

2) Klasifikasi Epilepsi dapat dibagi dalam tiga golongan utama antara lain: 1. Epilepsi Grand Mal

Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum,dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit. 2. Epilepsi Petit Mal Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitchlike), biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.

3. Epilepsi Fokal Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.

3) Etiologi Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada: a. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum b. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf c. Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol d. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) e. Tumor Otak f. Kelainan pembuluh darah , (Tarwoto, 2007)

Ditinjau dari penyebabnya, epilepsy dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Epilepsi Primer (Idiopatik) Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan

keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal. 2) Epilepsi Sekunder (Simtomatik) Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawah sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum

kelahiran),

gangguan

metabolisme

dan

nutrisi

(misalnya

hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.

4) Gejala dan Tanda Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu 1) Kejang parsial Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik. a. Kejang parsial sederhana Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik. b. Kejang parsial kompleks Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme. 2) Kejang umum Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya menurun. a. Kejang Absans

Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi. b. Kejang Atonik Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama. c. Kejang Mioklonik Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang. d. Kejang Tonik-Klonik Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung. e. Kejang Klonik Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit. f. Kejang Tonik Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan,

5) Faktor Risiko Gangguan stabilitas neuron – neuron otak yang dapat terjadi saat epilepsi, dapat terjadi saat : 1. Prenatal Natal Postnatal a. Umur ibu saat hamil terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun) b. Kehamilan dengan eklamsia dan hipertensi c. Kehamilan primipara atau multipara d. Pemakaian bahan toksik 2. Natal

a. Asfiksia b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram) c. Kelahiran premature atau postmatur d. Partus lama e. Persalinan dengan alat 3. Postnatal a. Kejang demam b. Trauma kepala c. Infeksi SSP d. Gangguan metabolic

Faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat memicu timbulnya epilepsi: (Dychan, 2008). 1) Demam, kurang tidur, keadaan emosional. 2) Pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang. 3) Pernah menderita cedera otak/operasi otak 4) Pemakaian obat-obat tertentu 5) Ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

6) Fase Serangan Kejang Beberapa jam/hari sebelum serangan kejang. Berupa perubahan alam rasa (mood), tingkah laku 1. Fase Aura Merupakan fase awal munculnya serangan. Berupa gangguan perasaan, pendengaran, penglihatan, halusinasi, reaksi emosi afektif yang tidak menentu. 2. Fase Iktal Merupakan fase serangan kejang, disertai gangguan muskuloskletal. Tanda lain : hipertensi, nadi meningkat, cyanosis, tekanan vu meningkat, tonus spinkter ani meningkat, tubuh rigid-tegang-kaku, dilatasi pupil, stridor, hipersalivasi, lidah resiko tergigit, kesadaran menurun. 3. Fase Post Iktal

Merupakan fase setelah serangan. Ditandai dengan : confuse lama, lemah, sakit kepala, nyeri otot, tidur lama, amnesia retrograd, mual, isolasi diri. 7) Patofisiologi Medis Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak. Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi). Secara Patologi :Fenomena biokimia sel saraf yang menandai epilepsi : 1. Ketidakstabilan membran sel saraf. 2. Neuron hypersensitif dengan ambang menurun. 3. Polarisasi abnormal. 4. Ketidakseimbangan ion.

8) Penatalaksanaan Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjangdan dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien. Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status bebas kejang. 1. Pengobatan Farmakologis a) Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal.

b) Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidon, fenitoin, fenobarbital, etosuksimidin, dan valproate.Fase Prodromal c) Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek samping toksik. d) Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh, perawatan gigi teratur, dan masase gusi teratur untuk klien yang mendapatkan fenitoin (Dilantin). 2. Pembedahan a) Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intrakranial, abses, kista, atau anomaly vaskuler. b) Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenik dilakukan untuk kejang yang berasal dari area otak yang terkelilingi dengan baik yang dapat dieksisi tanpa menghasilkan kelainan neurologis yang signifikan. 9) Pemeriksaan Penunjang 1. EEG (electroencephalogram) EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi. 2. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin. 3. Neuroimaging

Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.

10) Komplikasi 1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang. 2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

Pathway Epilepsi

Idiopatik, herediter, trauma kelahiran, infeksi perinatal, meningitis, dll

System saraf

Ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf

EPILEPSI Petitmal Akimetis

Hilang tonus otot Hambatan mobilitas fisik Defisiensi pengetahuan diri Grandmal Hilang kesadaran

Keadaan lemah dan tidak sadar

Kontraksi tidak sadar yang mendadak

Pengobatan, keperawatan terbatas

Aktivitas kejang

Jatuh Spasme otot pernapasan

Mylonik

Risiko cidera

Ketidakmampuan keluarga mengambil tindakan yang tepat Ketidakmampuan koping keluarga

Obstruksi trakeobronkial

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Identitas atau biodata terdiri dari tinggi atau kesiapan psikis. Pendidikan untuk mengetahui wawasan dan pengetahuan, agama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, pekerjaan untuk mengetahui status sosial ekonomi dan alamat untuk mengetahui komunitasnya. 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Didapatkan dengan pengkajian dari penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga. Pada pengkajian riwayat penyakit saat ini diperoleh dengan pengumpulan data yang penting dan berkaitan tentang awitan gejala. Perawat menentukan kepan gejala timbul, apakah gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Perawat juga menanyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat penyakit sat ini perawat mencatatkan informasi spesifik seperti letak, intentitas dan kualitas gejala. 3. Riwayat kesehatan masa lalu

Diperoleh dengan pengkajian tentang riwayat masa lalu sehingga memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji apakah klien dirawat dirumah sakit atau pernah menjalani operasi juga penting dalam merencanakan asuhan keperawatan adalah deskripsi tentang alergi termasuk alergi terhadap makanan, obat – obatan atau polutan. Perawat juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup. Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat – obatan atau medikasi yang secara rutin digunakan dapat membuat klien berisiko terhadap penyakit yang menyerang napas, paru – paru, jantung, sistem saraf, atau berfikir dengan membuat catatan tentang tipe kebiasaan juga frekuensi dan durasi penggunaan akan memberikan data yang penting. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Adalah untuk mendapatkan data tentanghubungan kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan, keperawatan.

B. Pemeriksaan Fisik 1. Status Generalis a. KU / kesadaran b. Tanda Vital :Nadi, Pernafasan c. Mata d. THT e. Leher f. Abdomen g. Ekstremitas 2. Status Neurologis a. Reflek fisiologis b. Reflek patologis

Pengkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan system neurologis wab terhadap banyak fungsi, termasuk stimulus sensori, organisasi proses berfikir, kontrol bicara dan penyimpanan memori. 3. Kebutuhan dasar a. Kebutuhan akan Nutrisi b. Kebutuhan Eliminasi c. Gerak dan Keseimbangan Tubuh d. Kebutuhan Istirahat Tidur e. Kebutuhan Berpakaian f. Mempertahankan Temperatur Tubuh g. Kebutuhan Akan Personal Higine h. Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman i. Berkomunikasi Dengan Orang Lain Dan Mengekspresikan Emosi, Keinginan Rasa Takut Dan Pendapat. 10. Pengkajian fungsi neurologis. 4. Pada pengkajian fisik juga dapat ditemukan data – data lain diantaranya : a. Aktivitas atau istirahat , Gejala : keletihan, kelemahan, umur , keterbatasan dalam beraktivitas. Tanda : perubahan tonus otot, kontraksi otot atau sekelompok otot b. Sirkulasi, Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi,sianosis c. Integritas Ego Gejala : Stresor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan. Tanda : Pelebaran rentang respon emosional d. Eliminasi, Gejala : Inkontensia episodic. Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih, otot relaksasi yang mengakibatkan interkontensia. e. Makanan, Gejala : Sertifitas terhadap makanan,mual muntah. Tanda : Kerusakan jaringan lunak atau gigi, hiperplasia. f. Neorosensori Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang yang berulang, pingsan,pusing, riwayat trauma kepala. g. Karakteristik kejang : a) Fase prodoumal : adanya perubahan pola pada rekreasi emosi atau respon afectif yang tak menentu. b) Keadaan umum : tonik klonik, kekakuan,penurunak kesadaran.

c) Kejang parsial : pasien tetap sadar dengan aksi mimpi, melamun, jalan – jalan. d) Status epiletilikus : aktivitas kejang yang terjadi terus menerus dengan spontan gejala putus anti konvulsan tiba – tiba dan fenomena metabolik lain. h. Nyeri atau Kenyamanan, Gejala : Sakit kepala, nyeri otot,nyeri abnormal. Tanda : Sikap dan tingkah laku perubahan tonus otot. i. Pernafasan, Gejala : Gigi mengatup,siasonis pernapasan dan turun cepat, peningkatan sekresi mukus. j. Keamanan, Gejala : Riwayat jatuh, fraktur. Tanda : Tauma pada jaringan lunak, penurunan kekuatan otot k. Interaksi SosialGejala : Masalah dalam hubungan inter personal dalam keluarga dan lingkungan sosialnya.

C. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme pada jalan nafas. 2. Ketidakmampuan koping keluarga b.d stress akibat epilapsi 3. Resiko cidera b.d gerakan involunter dan kejang 4. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali dan masa otot. 5. Defisiensi pengetahuan d.b kurangnya informasi.

D. Intervensi Keperawatan 1. Resiko cidera b.d gerakan involunter dan kejang Tujuan : Mengurangi resiko injuri pada pasien Kriteria hasil : 1) Mampu mengungkapkan pemaham faktor yang menunjang kemunginan trauma 2) Mendemonstrasikan perilaku perubahan gaya hidup untuk mengurangi factor resiko 3) Mampu mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan 4) Mampu mempertahankan antara pengobatan sesuai indikasi

5) Mampu mengidentifikasi tindakan yang diambil bila terjadi kejang

Intervensi 1) Gali bersaka pasien berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang Rasionalisasi : alkohol, berbagai obat dan stimulasi lain dapat meningkatkan resiko terjadinya kejang 2) Pertahankanlah bantalan lunak pada penghalang temapt tidur Rasionalisasi : mengurangi trauma saat kejang selama pasien berada ditempat tidur 3) Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi Rasionalisasi : membantu untuk melokalisasi daerah otot yang terkena 4) Lakukan penilaian neurologis atau tanda – tanda vital setelah kejang Rasionalisasi : mencatat keadaan pewintal dan waktu penyembuhan pada keadaan normal 5) Observasi munculnya tanda – tanda status epileptikus Rasionalisasi : untuk keadaan darurat yang mengamcamhidup yang dapat menyebabkan henti nafas, hipolsia, kerusakan pada otak atau sel saraf

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme pada jalan nafas. Tujuan : Mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan napas paten. Kriteria hasil : 1) Mampu mempertahankan pola nafas yang efectif dengan jalan nafas paten aspirasi dicegah

Intervensi : 1) Anjurkan pasien mengosongkan mulut dari makanan Rasionalisasi : menurunkan resiko aspirasi atau masuknya suatu benda asing kefaring 2) Letakan pasien pada posisi miring, permukaan datar, meiringkan kepala secara serangan kejang Rasionalisasi : meningkatkan aliran sekret mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas

3) Masukan spatel lidah sesuai indikasi Rasionalisasi : mencegah tergigitnya lidah dan menfasilitasi saat melakukan penghiasapan lendir. 4) Lakukan penghisapan sesuai indiaksi Rasionalisasi : menurunkan resiko aspirasi serebal sebagai akibat di sirkulasi yang menurun 5) Berikan tambahan oksigen Rasionalisasi : dapat menurunkan hipeksia serebal sebagai akibat di sirkulasi yang menurun

3. Defisiensi pengetahuan d.b kurangnya informasi. Tujuan : pengetahuan keluarga meningkat, keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsy, keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien. Kriteria hasil : 1) Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang dapat meningkatkan aktivitas kejang 2) mampu memulai perubahan perilaku gaya hidup sesuai indikasi 3) menaati aturan obat yang diresepkan

Intervensi : 1) Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Rasionalisasi : pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat pengetahuan seseorang, untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang telah mereka ketahui,sehingga pengetahuan yang nantinya akan diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan keluarga 2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien. Rasionalisasi : untuk meningkatkan pengetahuan, untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang sudah dipahami 3) Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam 4) Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.

5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien. Rasionalisasi : agar keluarga dapat memberikan penenangan yang tepat jika suatu-waktu klien mengalami kejang berikutnnya.

4. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kendali dan masa otot Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Batasan karakteristik 1. Penurunan waktu reaksi 2. Kesulitan membolak-balikkan posisi 3. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan 4. Dipnea setelah beraktifitas 5. Perubahan cara berjalan Kriteria hasil 1. Klien meningkat dalam aktifitas fisik 2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah 4. Memperagakan penggunaan alat 5. Bantu untuk mobilisasi Intervensi : 1.

Monitoring vital sign sebelum / sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

2.

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana mabulasi sesuai dengan kebutuhan

3.

Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cidera

4.

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

5.

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

6.

Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan

7.

Damping dan bantu pasie saat mobilisasi dan batu penuhi kebutuhan ADLs ps

8.

Berikan alat bantu jika klien memerluka

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Epilepsi. www.nersunhas.com. (Diakses 19 maret 2019).

Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBedasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta : MediAction.

Piogama. 2009. Epilepsi. www.wikipedia.com. (Diakses 13 Juli 2009).

Sri D, Bambang. 2007. Epilepsi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Syaraf PSIK UNSOED.

Tarwoto, 2007. Asuhan Keperawatan pada Epilepsi.Jakarta: Buana Ilmu Populer

More Documents from "Reni agustin"