Efek Unas Pada Pola Pembelajaran Dan Kepemimpinan Sekolah

  • Uploaded by: anshor muhammad
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Efek Unas Pada Pola Pembelajaran Dan Kepemimpinan Sekolah as PDF for free.

More details

  • Words: 731
  • Pages: 2
Efek Ujian Nasional dalam Pengelolaan Sekolah Oleh : Muh. Anshor “Fenomena menarik untuk diamati setiap musim unas adalah meningkatnya tekanan psikologis yang dialami para orang tua, kepala sekolah, guru, dan siswa. Kenyataan ini membuat kita sadar, betapa unas yang oleh pemerintah dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan justru mendatangkan efek dalam pengelolaan sekolah.” Setiap menjelang musim ujian nasional (unas), seluruh sekolah dari jenjang SMP dan SMA bersiap siaga menghadapi hajatan nasional itu. Tidak seperti menghadapi bencana nasional yang datangnya tiba-tiba, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional mempersiapkan unas sebagai program yang sengaja dibuat untuk bahan evaluasi atas sukses tidaknya penyelenggaraan pendidikan warga negara. Namun, unas hampir sama dampaknya dengan bencana nasional. Baik bencana nasional maupun unas sama-sama membikin stres. Fenomena menarik untuk diamati setiap menjelang unas adalah meningkatnya tekanan psikologis yang dialami para orang tua, kepala sekolah (kasek), guru, dan siswa. Hal ini bisa dipahami karena passing grade nilai untuk unas dari tahun ke tahun meningkat. Belum lagi vonis masyarakat pada sekolah yang tidak mampu meluluskan siswanya dinilai tidak sukses dalam pembelajaran. Dampaknya bagi sekolah yang bersangkutan adalah kekurangan murid pada saat penerimaan siswa baru. Sehingga arah perkembangan lembaga sekolah (terutama yayasan pendidikan swasta) menjadikan sukses unas sebagai satu-satunya brand sekolah agar tidak ditinggalkan masyarakat selaku konsumen pendidikan. Hal ini menjadikan para pimpinan sekolah terkesan panik dalam menyiapkan anak didiknya dan pada akhirnya memengaruhi dalam pengelolaan sekolah. Paling tidak ada tiga hal yang patut dicermati dari fenomena pelaksanaan unas selama ini sehingga kita dapat memperbaikinya di masa yang akan datang. Pertama, munculnya pola kepemimpin sekolah yang hierarkis–komando. Pola ini menempatkan kasek sebagai subyek tunggal dan guru sebagai obyek penderita. Dampak dari pola kepemimpin ini adalah terpasungnya kreativitas dan inovasi guru. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pengajaran, guru cenderung bertindak atas dasar perintah kasek. Guru berusaha mewujudkan kemauan kasek (lulus unas 100%) tanpa merasa perlu memerhatikan berjalannya proses pembelajaran. Kepatuhan terhadap kasek diwarnai dengan perasaan tertekan karena kontrol ketat kasek, tidak tumbuh dari kesadaran nurani dalam menerima amanah. Pola kepemimpinan yang baru harus mampu memberikan kesempatan kepada guru dalam meningkatkan kompetensi. Kasek semestinya memberikan ruang partisipatif dan keterlibatan kepada seluruh guru dalam setiap pengambilan keputusan. Sehingga akan terbentuk rasa tanggung jawab bersama dalam mengimplementasikan setiap keputusan yang diambil. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kemampuan kolektif

sekolah dalam memecahkan masalah dan meningkatkan capaian sesuai target sekolah secara bersama-sama. Dengan begitu, keberhasilan unas bukan hanya karya kasek atau guru yang mengampu mata pelajaran unas, tetapi merupakan hasil karya dari team work yang tangguh. Kedua, munculnya pola pengajaran yang dominatif-searah. Pola pengajaran ini semakin menjadi-jadi ketika proses belajar mengajar hanya bertujuan untuk menambah sebanyak-banyaknya materi pelajaran dengan target siswa dapat mengerjakan soal ujian dengan tepat. Caranya, tentu saja dengan menghapal materi pelajaran yang kira-kira keluar dalam soal ujian. Latihan mengerjakan soal diperbanyak. Tehnik mengerjakan soal, hapalan rumus-rumus, dan cara mengisi lembar jawaban komputer mendominasi proses belajar mengajar. Akibatnya, tidak ada ruang dialog, tidak ada diskusi yang hangat, dan kreativitas siswa terbelenggu. Lalu, apa bedanya lembaga sekolah dengan lembaga bimbingan belajar? Target lulus unas 100% boleh dicanangkan jauh-jauh hari dengan berbagai persiapan yang matang. Tetapi, strategi pembelajaran harus memerhatikan intake siswa. Tidak bisa guru menyamaratakan siswa yang notabene tingkat kecepatan dalam belajar berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Ini berarti persiapan unas mestinya dilakukan sejak siswa berada di kelas awal. Ketiga, tehnik pemotivasian siswa. Sering terjadi ketika menjelang unas, guru atau orang tua bukannya memberikan motivasi yang mendorong kepercayaan diri dan kemampuan siswa dalam menghadapi unas, tetapi justru menakut-nakuti mereka. Ancaman tidak lulus kerap mereka terima jika mereka tidak mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh guru. Bahkan ada yang menggampangkan masalah unas dengan mengajarkan cara-cara yang tidak jujur kepada siswa untuk mencapai kelulusan. Tehnik pemotivasian siswa perlu dilakukan secara komprehensif dengan memerhatikan tingkat usia, kematangan pribadi, dan keunikan masing-masing siswa. Dengan demikian, diperlukan kerja sama antara kasek, seluruh guru, BK, dan orang tua dalam memotivasi siswa. Kenyataan di atas membuat kita sadar, betapa unas yang oleh pemerintah dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan justru mendatangkan masalah tekanan psikologis dan tata kelola sekolah. Efek kebijakan unas ini luput dari perhitungan pemerintah. Biodata : Muh. Anshor, S.Sos adalah guru IPS SMP Al Falah Deltasari, Waru – Sidoarjo. Alamat sekolah : Perum Deltasari Indah, Jl. Anggrek VI / 40 Waru-Sidoarjo. Telp. (031)8543912. Alamat rumah: Jl. Tropodo I No. 302 RT 20 RW 2 Waru – Sidoarjo. Telp. (031) 70319718. No.Rek.: 0086-01-046160-50-3 Bank BRI Cabang Sidoarjo a/n M. Anshor Sja’roni, S.Sos.

Related Documents


More Documents from "Rahmad Mukti Wijaya"