1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama oleh warga sekolah, diperlukan kondisi sekolah yang kondusif dan keharmonisan antara tenaga pendidikan yang ada di sekolah antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan orang tua murid / masyarakat yang masing-masing mempunyai peran yang cukup besar dalam mencapai tujuan organisasi. Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan programprogramnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan. Dalam suatu organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu Pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Agar kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pemimpin tersebut efektif dan efesien, salah satu tugas yang harus dilakukan adalah memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di lingkungan satuan pendidikan harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
1
2
Kepemimpinan dalam lingkungan satuan pendidikan selalu melibatkan upaya seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku para pengikut/guru dalam suatu situasi. Agar kepala sekolah dapat
melaksanakan fungsi
kepemimpinannya, dia bukan saja harus memiliki wibawa tetapi harus memiliki kesanggupan untuk menggunakan wibawa ini terhadap para guru supaya diperoleh kinerja guru yang baik. Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan azas-azasnya. Diantaranya adalah pembagian tugas. Yang perlu diperhatikan dalam azas pembagian tugas ini adalah kemampuan dari individu-individu yang diserahi tugas. Dengan demikian dalam suatu organisasi perlu adanya manajemen efektif yang mampu mengarahkan dan membina perilaku organisasi dan administrasi. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sangat besar peranan dan fungsi manajemen dalam suatu organisasi maupun dalam tatanan hidup di masyarakat. Hasibuan (2001:9) memberi batasan tentang manajemen adalah sebagai berikut : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa manajemen adalah merupakan suatu keahlian menggerakkan dan mengendalikan orang lain untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian aktifitas dari kegiatan organisasi ditentukan oleh peran seorang pemimpin dan dibantu oleh
2
3
individu-individu yang menjadi bawahannya. Dan di setiap lembaga satuan pendidikan tentu mempunyai seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru, serta karyawan sebagai bawahannya. Pemimpin oleh Winardi (2004:304) didefinisikan sebagai berikut : “Pemimpin adalah seorang yang karena kecakapan-kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaransasaran tertentu “. Dari pendapat tersebut pengertian pemimpin mewujudkan adanya kemampuan untuk menggerakkan, membimbing, memimpin dan memberi kegairahan kerja terhadap orang lain.
Jadi bila ditarik kesimpulan dari
pendapat diatas, pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi, menggerakkan, menumbuhkan perasaan ikut serta dan tanggung jawab, memberikan fasilitas, tauladan yang baik serta kegairahan kerja terhadap orang lain. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di satuan pendidikan merupakan pemimpin formal, artinya dia diangkat secara formal (Formally Designated Leader) oleh organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang menjadi atasannya. Guru ( pendidik ) menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 adalah : “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
3
4
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta
didik,
untuk
memberikan
bimbingan
yang
muaranya
akan
menghasilkan tamatan/lulusan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang baik. Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan merasa senang dan cocok dengan gaya kepemimpinan yang terapkan oleh kepala sekolah. Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran , kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa,
4
5
serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku pemimpin adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat evaluasi kepemimpinan bagi kepala sekolah. Pada penulisan skripsi ini, penulis memberi batasan pada masalah keterkaitan antara kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja guru. Realita mengatakan bahwa kreatifitas dan kinerja guru yang ada di sebuah lembaga pendidikan bergantung dari bagaimana peran seorang kepala sekolah dalam memberi kebijakan atau perintah kepada guru. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut untuk menerapkan kepemimpinan secara benar dan konsekwen. Karena kepemimpinan inilah yang nantinya banyak mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Berdasarkan uraian tersebut akhirnya penulis tertarik dan ingin membahasnya dalam sebuah karya tulis ilmiah tentang “HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI MTs AL ROSYID BOJONEGORO”.
B. Tujuan dan manfaat penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro.
5
6
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi
pemerintah/Dinas
Pendidikan
Nasional
hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru. 2. Bagi Instansi yang diteliti hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam mengembangkan secara umum terhadap Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya yang menyangkut masalah dalam menyusun strategi peningkatan kinerja guru. 3. Bagi STIE Cendekia Bojonegoro, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah koleksi perpustakaan STIE Cendekia Bojonegoro. 4. Bagi penulis sendiri adalah dapat secara langsung menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah tentang Manajemen Sumber Daya Manusia. 5. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dapat dijadikan referensi untuk memperluas wawasan pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.
C. Identifikasi Masalah Agar tidak mengaburkan persepsi dan mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan pembahasan dalam skripsi, maka perlu identifikasi masalah sebagai berikut : -
Ada siswa MTs Al Rosyid yang belum lulus Ujian Nasional gelombang I Tahun Pelajaran 2004/2005
6
7
-
Pembagian tugas mata pelajaran kepada guru, belum sesuai dengan disiplin ilmu.
-
Munculnya keluhan siswa tentang seringnya jam pelajaran yang kosong.
-
Tidak habisnya materi pembelajaran sesuai target kurikulum.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro” E. Hipotesis Menurut Buku Pedoman Penulisan Skripsi STIE Cendekia Bojonegoro (2004:17) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2001:16) Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Bardasarkan
pendapat
tersebut
maka
sebagai
jawaban
sementara/hipotesa alternatif (Ha) dari masalah penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid”. Sedangkan hipotesa nol (H0)-nya adalah “Tidak ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojnegoro”. Dengan demikian diduga dengan uji-t, bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga hipotesa alternatif (Ha) diterima.
7
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kepemimpinan Seperti diketahui keberhasilan sebuah organisasi tergantung oleh beberapa faktor. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau tercapainya tujuan organisasi adalah kinerja para pemimpinnya. Mereka yang dapat mengkombinasikan kualitas kepemimpinan dengan kekuatan yang ada dalam posisinya untuk menciptakan pengaruh yang kuat kepada bawahannya dan koleganya dipandang sebagai pemimpin yang baik. Dari semua fungsi manajemen, kepemimpinan atau leadership melibatkan atasan yang berhubungan langsung dengan bawahannya. Dengan demikian memimpin merupakan bagian sentral dari peran kepala sekolah, dalam bekerja bersama-sama untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. Kemampuan memimpin
yaitu kemampuan seorang kepala sekolah
dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan, dan berkomunikasi dengan bawahan. Seseorang yang mempunyai posisi sebagai pemimpin dalam suatu organisasi mengemban tugas untuk melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah
orangnya dan kepemimpinan atau leadership
adalah kegiatannya. Ada beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli. Menurut E. Mulyasa (2005 :107) kepemimpinan diartikan sebagai kegiatan untuk
8
9
mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan menurut Hasibuan (2001:167) adalah : “Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi”. Amirullah (2004:245) mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan dimana seseorang (pemimpin) mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin dan atau kelompok. Definisi tersebut menekankan pada permasalahan hubungan antara orang yang mempengaruhi (pemimpin) dengan orang yang dipengaruhi (bawahan). Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, penulis dapat memberi kesimpulan
bahwa
kewenangan
untuk
kepemimpinan memberi
merupakan
tugas,
orang
mempunyai
yang
memiliki
kemampuan
untuk
mempengaruhi orang lain melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan dalam konteks struktural tidak hanya terikat pada bidang atau sub bidang yang menjadi garapannya, tetapi juga oleh rumusan tujuan dan program pencapaiannya yang telah ditetapkan oleh pemimpin yang lebih tinggi posisinya. Setiap anggota harus melaksanakannya tanpa menyimpang. Sehingga dalam hal ini kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian
9
10
motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti usaha mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokoknya masing-masing. Dalam keadaan seperti ini inisiatif dan kreativitas tidak menyentuh tujuan dan program organisasi, dan jika masih diijinkan, sentuhannya hanya berkenaan dengan cara melaksanakan program agar tujuan lebih mudah dicapai. Inisiatif dan kreativitas tersebut tetap akan sulit dilakukan bilamana pimpinan unit tidak memiliki atau tidak mendapat pelimpahan wewenang. Dengan kata lain kepemimpinan dalam kontek struktural tidak dapat melepaskan diri dari sifat birokratis, meskipun tidak seluruhnya bersifat negatif. Sifat birokratis itu berarti pemimpin dalam melaksanakan program atau cara bekerja berpegang pada
hirarki
dan jenjang jabatan yang saling tidak boleh melampaui
wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Birokrasi yang terlalu ketat akan mengakibatkan
kepemimpinan kurang berfungsi, karena fungsi
pengambilan keputusan tidak dapat dilaksanakan secara cepat. Setiap keputusan pimpinan yang lebih rendah, bukan saja harus sejalan dengan kebijaksanaan dan keputusan pimpinan yang lebih tinggi, tetapi juga sering terjadi pengambilan keputusan harus disetujui lebih dahulu oleh pimpinan atasan. Kepemimpinan dalam konteks non-struktural dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan secara
10
11
bersama-sama pula. Dalam konteks non-struktural ini sebab-sebab seseorang dipilih, dipercaya dan diangkat menjadi pemimpin karena memiliki kelebihan dalam aspek-aspek kepribadiannya. Kelebihan itu menimbulkan kepercayaan dan kesediaan mengikuti petunjuk, bimbingan dan pengarahnnya. Kelebihan itu mungkin berupa kemampuan intektual yang ditampilkan dalam wawasan yang luas, kemampuan menyelesaikan masalah dan lain-lain. Di samping itu mungkin berupa kesederhanaan, kejujuran, keterbukaan, dedikasi dan loyalitas, kepeloporan dan lain-lain. Dalam kepemimpinan ini hubungan antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya lebih longgar. Hubungan yang longgar itu disebabkan karena pemimpin berasal dari anggota kelompok yang sebelumnya merupakan orang-orang yang senasib dan sepenanggungan. Pemimpin tidak hanya mampu menghayati tugas-tugas yang harus dikerjakan anggota kelompok/organisasinya, tetapi juga menghayati kepentingan/kebutuhan dan masalah-masalahnya. Oleh karena itu setiap keputusannya selalu diorientasikan pada kebersamaan dengan anggota, dan bukan untuk melindingi posisinya (jabatannya) sebagai pemimpin. Dengan jiwa kebersamaan itulah yang menjadi faktor yang memudahkan pemimpin menggerakkan
orang-orang
yang
dipimpinnya,
sebagai
perwujudan
kepemimpinan yang efektif. Amirullah (2004:269) memberi indikator kepemimpinan efektif yaitu dengan
melihat
dari
hasil
kinerja
yang
diperoleh
selama
tugas
kepemimpinannya, baik secara kualitas maupun kuntitas. Salah satu pendekatan yang dianggap tepat dalam melihat indikator kepemimpinan yang
11
12
efektif adalah dengan melihat peran-peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin. Apabila pemimpin itu telah melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya, maka pemimpin itu dikatakan sudah efektif. Sebaliknya, pemimpin yang belum melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan peranannya, maka pemimpin itu masih belum bisa dikatakan sebagai pemimpin yang efektif. Adapun peran-peran dari seorang pemimpin yang efektif adalah : (1) sebagai figur (figurehead); (2) sebagai pemimpin (leader); (3) sebagai penghubung (liasion); (4) sebagai pengamat (monitoring); (5) sebagai pembagi informasi (disseminator); (6) sebagai juru bicara (spokesperson) dan (7) sebagai wirausaha (enterpreneur).
B. Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan dan perilaku kepemimpinan. 1. Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan Untuk memperoleh kemampuan dalam dalam kepemimpinan diperlukan sejumlah sifat-sifat yang baik dan tepat, tetapi untuk sejumlah sifat-sifat tersebut tidaklah cukup untuk memperoleh predikat pemimpin. Karena sifat-sifat itu harus diterapkan dalam praktek pada waktu dan situasi yang tepat pula. Disamping itu diperlukan pula adanya bawahan atau sekelompok
orang
yang
mencari
kepemimpinannya.
Sifat-sifat
kepemimpinan itu mencangkup : pengetahuan, kecerdasan, imanjinasi, kepercayaan diri, integrasi, kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental dan emosional, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan, antusiasme dan keberanian.
12
13
2. Pendekatan perilaku kepemimpinan Pendekatan perilaku tidak mencoba untuk mencari jawaban sifatsifat pemimpin, tetapi akan mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas. Tidak seperti pendekatan sifat, pendekatan perilaku dapat dipelajari atau dikembangkan sehingga individu-individu dapat dilatih dengan perilaku kepemimpinan yang tepat agar mampu memimpin dengan efektif. Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu : a. Fungsi Kepemimpinan Kepemimpinan yang efektif hanya dapat terwujud apabila dijalankan
sesuai
dengan
fungsinya.
Fungsi
pemimpin
ini
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/organisasinya. Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam
13
14
melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut : 1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya. 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas tugas
pokok
kelompok/organisasi,
yang
dijabarkan
dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaankebijaksanaan pemimpin. Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Lima fungsi kepemimpinan tersebut adalah : -
Fungsi Instruktif Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
14
15
-
Fungsi Konsultatif Pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya
berkonsultasi
dengan
orang-orang
yang
dipimpinnya. Konsultasi dapat pula dilakukan melalui arus sebaliknya, yakni dari orang-orang yang dipimpin kepada pemimpin yang menetapkan keputusan dan memerintahkan pelaksanannya. Hal ini berarti fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. -
Fungsi Partisipasi Fungsi ini berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat-saat orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam batas-batas tidak menggeser dan
mengganti
petugas
yang
bertanggung
jawab
melaksanakannya. -
Fungsi Delegasi Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi
15
16
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dan dapat mempercayai orang lain sesuai dengan posisi/jabatannya. -
Fungsi Pengendalian Pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
b. Gaya kepemimpinan Pandangan
kedua
tentang
perilaku
kepemimpinan
ini
memusatkan pada gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan bawahan. Menurut Nasution (2004:199) Gaya Kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan ini pada gilirannya ternyata merupakan dasar dalam membeda-bedakan atau mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu : 1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efesien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal. 2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama.
16
17
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Disini pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota berprestasi sebesar-besarnya. Ketiga pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktik tidak berlangsung secara ekstrim terpisah-pisah. Pemisahan sebagaimana tersebut diatas dimaksudkan sebagai uraian teoritis, yang akan mengantarkan pada kategori kepemimpinan menjadi lima tipe pokok dalam kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif tidak mungkin terwujud dengan mempergunakan salah satu tipe kepemimpinan secara murni. Arifin (2005:15) kelima tipe pokok kepemimpinan tersebut adalah : 1. Tipe kepemimpinan otokratik Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pemimpin. Pemimpin
memandang
dirinya
lebih
dalam
segala
hal,
dibandingkan dengan bawahannya. Perintah pemimpin tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi bawahan selain tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan
17
18
pemimpin
digunakan
untuk
menekan
bawahan,
dengan
mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. 2. Tipe kepemimpinan paternalistik Tipe kepemimpinan ini lebih mengutamakan kebersamaan. Tipe ini memperlakukan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi dengan seadil dan serata mungkin. 3. Tipe kepemimpinan kharismatik Dalam tipe ini pemimpin mempunyai kemampuan menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan pribadi yang dimiliki oleh pemimpin, sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan patuh pada orang-orang yang dipimpinnya. Adapun
keistimewaan
kepribadian
yang
umum
dimiliki
kepemimpinan tipe ini adalah akhlak yang terpuji. 4. Kepemimpinan bebas (Laissez Faire) Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing,
baik secara perseorangan maupun berupa
kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya mengfungsikan dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota
18
19
kelompok yang memerlukannya. Dalam kepemimpinan ini apabila tidak ada seorangpun dari anggota kelompok atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetaplan suatu keputusan maka tidak ada aktivitas/kegiatan organisasi. 5. Tipe kepemimpinan demokratis Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Setiap angota kelompok tidak saja diberi kesempatan
untuk
aktif,
tetapi
juga
dibantu
dalam
mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Konsisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, mutasi, meninggal dunia, atau sebabsebab lain. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas memungkinkan setiap angoota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan organisasinya.
19
20
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagaimana sekolah dipahami sebagai suatu organisasi, kepemimpinan dan manajemen menjadi menarik untuk kaji. Sebagai suatu organisasi, sekolah memerlukan tidak hanya seorang manajer untuk mengelola sumber daya sekolah, yang lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan adminstratif lainnya, melainkan juga memerlukan pemimpin yang mampu menciptakan sebuah visi dan mengilhami staf dan semua komponen individu yang terkait dengan sekolah. Wacana ini mengimplikasikan bahwa baik pemimpin maupun manajer diperlukan dalam pengelolaan sekolah. Berbeda dengan organisasi lain, sekolah merupakan bentuk organisasi moral, yang berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, terutama yang berorientasi pada keuntungan (laba). Sebagai suatu organisasi, menurut Rumtini Iksan (http://www.depdiknas.go.id :2005) kesuksesannya tidak hanya ditentukan oleh kepala sekolah melainkan juga oleh tenaga kependidikan lainnya dan proses sekolah itu sendiri. Hal tersebut membawa konsekuensi logis bahwa kepala sekolah berkewajiban mengkoordinasikan ketenagaan di sekolah untuk menjamin terimplementasikannya peraturan dan perundangan sekolah. Dalam perannya tersebut, kepala sekolah dapat berfungsi sebagai motivator, direktur, dan evaluator. Kepala sekolah adalah pemimpin pada satu lembaga satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepala sekolah proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepala sekolah adalah pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau
20
21
ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Awaludin Hamzah (http://www.pikiranrakyat.com: 25 Oktober 2004) Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi kepala sekolah yaitu : 1. Aspek Akseptabilitas Akseptabilitas adalah aspek mengandalkan dukungan riil dari komunitas yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah harus mendapat dukungan dari guru-guru dan karyawan lembaga yang bersangkutan sebagai komunitas formal yang dipimpinnya. Dukungan ini juga secara nonformal harus mendapat pula dari masyarakat pendidikan termasuk komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua/wali siswa. Seorang kepala sekolah sah menjadi pemimpin apabila mendapat dukungan riil dari masyarakat yang dipimpinnya, hal ini untuk memudahkan kinerja tugas serta menghindarkan dari sikap apriori atau pembangkangan dari yang dipimpinnya. Sesungguhnya jika seseorang yang memimpin tidak dikehendaki oleh yang dipimpin akan menimbulkan ketidakserasian dalam pelaksanaan tugas. Aspek akseptabilitas ini dalam teori organisasi disebut legitimasi (pengakuan) yakni kelayakan seorang pemimpin untuk diakui dan diterima keberadaannya oleh mereka yang dipimpin. Untuk mendapatkan legitimasi, sebaiknya kepala sekolah dipilih langsung oleh guru-guru. Hanya orang yang dipilih melalui proses pemilihan seperti ini biasanya seorang pemimpin mendapat dukungan yang nyata. Tentunya melalui tahapan seleksi yang ketat tidak asal memilih. Kepemimpinan
21
22
seperti ini akan memiliki legitimasi yang sangat kuat jika melalui proses pemilihan langsung yang dilaksanakan secara adil, jujur, dan transparan. 2. Aspek kapabilitas Aspek kapabilitas menyangkut kompetensi (kemampuan) untuk menjalankan kepemimpinan. Untuk menjadi kepala sekolah tidak hanya cukup mendapat pengakuan dari guru-guru sebagai pendukungnya tapi juga harus memiliki kemampuan memimpin. Selain itu, memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya yang ada dari orang-orang yang dipimpinnya agar tidak menimbulkan konflik. Kapabilitas ini sangat diperlukan bagi seorang kepala sekolah, melalui pengalaman yang cukup memadai serta pengetahuan mengenai manajemen sekolah dan pendidikan lainnya. Apabila kepala sekolah tidak memiliki kemampuan dalam mengelola dapat dipastikan lembaga yang dipimpinnya tidak akan berjalan efektif dan ada kemungkinan berantakan. Konflik biasanya muncul karena adanya berbagai kepentingan dan gagasan yang kurang terakomodasi dengan sempurna. Apabila konflik ini dikelola dengan baik serta mengakomodasi hal-hal yang secara realistis dapat dilaksanakan, akan melahirkan sebuah kesepakatan dan pemahaman yang akan terasa elok apabila dilaksanakan secara bersama dengan penuh tanggung jawab. 3. Aspek integritas Aspek integritas adalah sebuah persyaratan yang sempurna apabila aspek akseptabilits dan kapabilitas terpenuhi. Dengan persyaratan ini
22
23
seorang kepala sekolah dapat menghasilkan produk kepemimpinan yang sempurna dan diterima oleh khalayak. Secara sederhana, integritas artinya komitmen moral dan berpegang teguh terhadap aturan main yang telah disepakati sesuai dengan peraturan dan norma yang semestinya berlaku. Faktor ini akan menentukan wibawa dan tidaknya seorang kepala sekolah. Suatu penghargaan akan diberikan terhadap seorang pemimpin apabila memegang teguh janjinya serta komitmennya terhadap sesuatu yang telah disepakatinya. Jadi, integritas adalah menyangkut konsistensi dalam memegang teguh aturan main atau norma-norma yang berlaku di dunia pendidikan. Selain tiga persyaratan tersebut, kepala sekolah sebagai seorang manajer di lembaga pendidikan juga harus memiliki tiga kecerdasan pokok, yaitu : kecerdasan profesional, kecerdasan personal dan kecerdasan manajerial agar dapat bekerja sama dan mengerjakan sesuatu dengan orang lain. Rosyada (2004:240-242) mengklasifikasikan kemampuan manajerial yang harus dipertimbangkan
sebagai langkah awal mengerjakan berbagai tugas
manajerial, yaitu : 1. Kemampuan mencipta, yang meliputi : selalu mempunyai ide-ide bagus, selalu memperoleh solusi-solusi untuk berbagai problem yang biasa dihadapi, mampu mengantisipasi berbagai konsekuensi dari pelaksanaan berbagai keputusan dan mampu mempergunakan kemampuan berfikir
23
24
imajinatif (lateral thingking) untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lainnya yang tidak bisa muncul dari analisis dan pemikiran-pemikiran empirik. 2. Kemampuan
membuat
perencanaan,
yang
meliputi
:
mampu
menghubungkan kenyataan sekarang dan hari esok, mampu mengenali apa-apa yang penting saat itu dan apa-apa yang benar-benar mendesak, mempu mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan mendatang, dan mampu melakukan analisis. 3. Kemampuan mengorganisasi, yang meliputi : mampu mendistribusikan tugas dan tanggung jawab yang adil, mampu membuat putusan secara tepat, selalu bersikap tenang dalam menghadapi kesulitan, mampu mengenali pekerjaan itu sudah selesai dan sempurna dikerjakan. 4. Kemampuan berkomunikasi, yang meliputi : mampu memahami orang lain, mampu dan mau mendengarkan orang lain, mampu menjelaskan sesuatu pada orang lain, mampu berkomunikasi melalui tulisan, mampu membuat orang lain berbicara, mampu mengucapkan terima kasih pada orang lain , selalu mendorong orang lain untuk maju dan selalu mengikuti dan memanfaatkan tekhnologi informasi. 5. kemampuan memberi motivasi, yang meliputi : mampu memberi inspirasi pada orang lain, menyampaikan tantangan yang realistis, membantu orang lain untuk mencapai tujuan dan target, membantu orang lain untuk menilai kontribusi dan pencapaiannya sendiri.
24
25
6. Kemampuan melakukan evaluasi, yang meliputi : mampu membandingkan antara hasil yang dicapai dengan tujuan, mampu melakukan evaluasi diri, mampu melakukan evaluasi terhadap pekerjaan orang lain, dan mampu melakukan tindakan pembenaran saat diperlukan. D. Kinerja guru Menurut Timotius (http://www.geocities.com/guruvalah:2005) Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.. Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Faktor utama yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Memang diakui banyak orang mampu tetapi tidak mau sehingga tidak menghasilkan kinerja. Demikian pula halnya banyak orang mau tetapi tidak mampu juga tetap tidak menghasilkan kinerja. Kinerja adalah sesuatu uyang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja, dengan kata lainbahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja. Henri simamora (1997:423) menyatakan bahwa prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang alhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Sedangkan Hasibuan (2001:94) mendefinisikan
25
26
prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor diatas, semakin besarlah prestasi kerja karyawan bersangkutan. Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila seorang pegawai telah memiliki kemampuan dalam penguasaan bidang pekerjaannya, mempunyai minat untuk melakukan pekerjaan tersebut, adanya kejelasan peran dan motivasi pekerjaan yang baik, maka orang tersebut memiliki landasan yang kuat untuk berprestasi lebih baik. Ukuran kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar meliputi : (1) kualitas kerja; (2) kuantitas kerja; (3) pengetahuan tentang pekerjaan; (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan; (5) keputusan yang diambil; (6) perencanaan kerja; (7) daerah organisasi kerja. Jadi kinerja adalah kuantitas dan kualitas yang diselesaikan oleh individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan masalah produktivitas, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Hasibuan (1999:126)
26
27
menyatakan produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Sedarmayanti (http://www.geocities.com/guruvalah:2005) antara lain : sikap mental, pendidikan, ketrampilan, manajemen kepemimpinan, tingkat penghasilan, gaji dan kesehatan, jaminan sosial, iklim kerja, sarana prasarana, tekhnologi dan kesempatan berprestasi. Bertolak dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja (performance) adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik kuantitas maupun kualitasnya. E. Penilaian Kinerja Guru Tugas manajer (kepala sekolah) terhadap guru salah satunya adalah melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini dilaksanakan untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap guru baik, sedang atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya. Dengan penilain berarti guru mendapat perhatian dari atasannya sehinga dapat mendorong mereka untuk bersemangat bekerja. Tentu saja penilaian ini harus dilakukan secara objektif dan jujur serta ada tindak lanjutnya.Tindak lanjut penilaian ini guru memungkinkan untuk memperoleh imbalan jasa dari sekolah
seperti memperoleh kenaikan jabatan seperti wakil sekolah,
27
28
Pembimbing OSIS atau mungkin modal untuk mendapatkan kenaikan pangkat dengan sistem kredit. Penilaian kinerja ini merupakan alat yang berguna tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para guru, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan guru. Sejalan dengan itu Hasibuan (2001:86) berpendapat Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai. Unsur prestasi karyawan yang dinilai oleh setiap organisasi tidaklah selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai itu mencangkup seperti hal-hal ditersebut. Demikian juga untuk menilai kinerja guru, unsurunsur yang telah dipaparkan dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk melakukan penilaian namun tentu saja berkaitan dengan profesinya sebagai guru dengan tugas utamanya sebagai pengajar. Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak berada dalam lingkungan yang kosong. Ia bagian dari sebuah mesin besar pendidikan nasional, dan karena itu dia terikat pada rambu-rambu yang telah ditetapkan secara nasional mengenai apa yang mesti dilakukannya. Hal seperti biasa dimanapun, namun dalam konteks profesionalisme guru dimana mengajar dianggap sebagai
28
29
pekerjaan profesional, maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya. Sehubungan dengan uraian tersebut maka kinerja guru yang diukur dalam penelitian ini merupakan penilaian terhadap guru yang menyangkut tugasnya sebagai pengajar dan penilaian kepala sekolah yang menyangkut tentang kepemimpinanya.
29
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Yatim Riyanto (2001:34) yang dimaksud dengan penelitian korelasional adalah “Penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain”. Variabel yang digunakan untuk memprediksi disebut variabel prediktor atau bebas (independen). Sedangkan variabel yang diprediksi disebut variabel kriterium atau terikat (dependen). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel independen dan kinerja guru sebagai variabel dependen. B. Populasi, sampel dan teknik sampling 1. Populasi Menurut Tim penyusun buku Pedoman Penulisan Skripsi STIE Cendekia Bojonegoro (2004:19) yang dimaksud populasi adalah keseluruhan
unit
objek
yang
diteliti.
Iqbal
Hasan
(2002:58)
mendefinisikan populasi sebagai berikut : “Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti”.
30
31
Berdasarkan pendapat tersebut, populasi penelitian ini adalah kepala sekolah dan seluruh guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro pada tahun pelajaran 2005/2006 sebanyak 33 orang. 2. Sampel Sampel menurut Tim penyusun buku Pedoman Penulisan Skripsi STIE Cendekia Bojonegoro (2004:19) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili seluruh populasi. Subiyanto (2000:89) mendefinisikan sampel sebagai berikut : “Sampel merupakan bagian dari keseluruhan objek (populasi) yang diambil sebagai objek penelitian”. Menurut Iqbal Hasan (2002:58) sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 % dari jumlah populasi, dengan asumsi bahwa dengan sampel sebanyak 20 orang maka seluruh populasi dapat terwakili. 3. Teknik sampling Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel secara acak (random sampling), yaitu teknik pengambilannya tidak sistematis. Jika pengambilan sampel tidak secara acak, maka tidak dapat dijamin bahwa keseluruhan populasi dapat terwakili.
31
32
C. Metode dan Teknik pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling. Sedangkan teknik yang digunakan adalah : 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik dan aktifitas manajemen yang terjadi di MTs Al Rosyid Bojonegoro. 2. Interview/wawancara Interview dilakukan untuk memperoleh data dengan cara bertanya langsung kepada kepala sekolah MTs Al Rosyid. Adapun alasan penulis menggunakan interview ini karena penulis ingin mengajukan pertanyaan yang lebih mendetail sekaligus dapat memperoleh informasi atau keterangan yang lebih jelas tentang kondisi MTs Al Rosyid. 3. Dokumentasi Dari dokumentasi ini diperoleh data gambaran dan sejarah singkat serta struktur organisasi dan pembagian tugas di MTs Al Rosyid Bojonegoro. 4. Kuesioner Menurut Koentjaraningrat (2001:125) yang dimaksud dengan kuesioner adalah : “Kuesioner merupakan
suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian
pertanyaan mengenai hal atau suatu bidang, dengan demikian maka kuesioner
dimaksudkan
sebagai
32
suatu
daftar
pertanyaan
untuk
33
memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden (orangorang yang menjawab)”. Dalam pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian diberi kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertulis. Adapun pengukuran setiap item jawaban atas variabel-variabel menggunakan sistem skor/nilai dengan menggunakan skala likert sebagai berikut : -
Bila responden menjawab “a” diberi nilai 5
-
Bila responden menjawab “b” diberi nilai 4
-
Bila responden menjawab “c” diberi nilai 3
-
Bila responden menjawab “d” diberi nilai 2
-
Bila responden menjawab “e” diberi nilai 1
5. Kepustakaan Teknik ini digunakan penulis untuk mengambil dasar teori tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru. D. Metode dan tehnik analisis data Metode pengolahan/analisis data adalah suatu metode yang dipakai dalam penelitian dengan maksud untuk menguji dan akhirnya menarik suatu kesimpulan dari hasil pengujian itu. Metode pengolahan/analisis data dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel yaitu Kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Untuk mengetahuinya digunakan teknik analisa statistik “Koefisien korelasi paerson atau korelasi product moment” dengan rumus sebagai berikut :
33
34
rxy =
n ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y )
n ∑ X 2 − (∑ X ) 2 n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
Keterangan : r
= besarnya angka korelasi yang diketahui antara variable
x
= variable bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah
y
= variable terikat yaitu kinerja guru
n
= jumlah sampel
dimana Timotius (http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian: 2005) menyatakan : -
Jika nilai rxy = 0, berarti antara dua variable tidak ada hubungan.
-
Jika nilai rxy terletak antara 0 dan +1 maka hubungan antara kedua variable dikatakan positif
-
Jika nilai rxy terletak antara 0 dan -1, maka hubungan antara kedua variable dikatakan negatif Kriteria nilai r product moment menggunakan taraf signifikan 5%. Sedangkan untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan diperlukan
interpretasi rxy. Ismawanto (2002:4) menyatakan : -
Jika nilai rxy antara 0,00 dan 0,20 berarti hubungan antara kedua variabel sangat lemah bahkan tidak berkorelasi.
-
Jika nilai rxy antara 0,20 dan 0,40 berari hubungan antara kedua variabel lemah
34
35
-
Jika nilai rxy antara 0,40 dan 0,60 berari hubungan antara kedua variabel agak lemah
-
Jika nilai rxy antara 0,60 dan 0,80 berari hubungan antara kedua variabel kuat atau erat
-
Jika nilai rxy antara 0,80 dan 1,00 berari hubungan antara kedua variabel sangat kuat atau sangat erat. Untuk memperkuat perhitungan korelasi, maka hubungan korelasi perlu
diuji dengan “uji-t” dengan rumus sebagai berikut : t=
r n −2 1 −r
t = nilai pengujian r = korelasi antara variabel x dan variabel y n = nilai sampel Kriteria pengujian dari "uji-t" tersebut adalah signifikan t = 0.05 Menurut
Algifari
(2000 :57)
keputusan
diambil
dengan
jalan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel. -
Jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka keputusan menerima hipotesis nol (H0).
-
Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka keputusan menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha).
35
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum MTs Al Rosyid Bojonegoro 1. Sejarah singkat berdirinya MTs Al Rosyid Bojonegoro Madrasah Tsanawiyah Al Rosyid merupakan salah satu Jenjang pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid yang terletak di jalan HOS Cokroaminoto Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupeten Bojonegoro. Sejarah berdirinya MTs Al Rosyid ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid. Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan pada tahun 1959 oleh Almarhum KH. Masyhur sebagai realisasi atas cita cita beliau untuk meneruskan dan menghidupkan kembali aktifitas Pondok Pesantren Kendal yang dirintis oleh KH.Muhammad Rosyid sejak tahun 1902. Dimana setelah wafatnya beliau pada tahun 1909 mengalami kevakuman yang cukup panjang. Sebagai suatu lembaga pendidikan yang independent, yang tidak berafiliasi kepada salah satu golongan dengan berazaskan Islam, Pondok Pesantren Al Rosyid berusaha semaksimal mungkin dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa demi terciptanya insan-insan kamil yang berilmu, beramal sholeh, bertaqwa kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan membuat pola kegiatan dan pengajaran yang sedemikain rupa disertai upaya pengembangan dan
36
37
peningkatan ke arah yang lebih baik dan sempurna, Pondok Pesantren Al Rosyid berupaya untuk tetap eksis dengan semua tujuan yang ingin dicapainya. Seiring dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, pada tahun 1961 didirikan
Lembaga
Pendidikan
Hidayatul
Mubtadiien
yang
menyelenggarakan dua jenjang pendidikan formal yaitu Madrasah Tsanawiyah Al Washilah dan Madrasah Aliyah Al Washilah. Berdasarkan kesepakatan Pengurus Lembaga, pada tahun 1982 Lembaga pendidikan ini diubah nama menjadi Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid yang menyelengarakan tiga jenjang pendidikan formal yaitu Madrasah Ibtidaiyah Al Rosyid, Madrasah Tsanawiyah Al Rosyid, dan Madrasah Aliyah Al Rosyid. Madrasah Tsanawiyah Al Rosyid didirikan berdasarkan ijin operasional dari Departemen Agama nomor : Lm/3/437/8/1982 tanggal 3 Agustus 1982. Sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar Madrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid ini memiliki tanah seluas 20.962 m2 dengan sarana fisik berupa ruang belajar sebanyak 11 lokal, 1 ruang UKS, 1 ruang Audio visual,
1 ruang Perpustakaan, 1 ruang Komputer, 1 ruang Koperasi,
1 ruang BP, 1 ruang guru, 1 ruang Kepala Madrasah dan TU, 1 ruang OSIS, 2 Musholla, 20 ruang asrama santri, 6 ruang WC/kamar mandi dan sebuah gudang.
37
38
Siswa-siswi MTs Al Rosyid selain dari Kabupaten Bojonegoro, mereka juga ada yang berasal dari Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Kediri, Jember, Blitar. Selain dari beberapa kabupaten di Propinsi Jawa Timur, Siswa-siswi MTs Al Rosyid ada juga yangberasal dari Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan yang secara keseluruhan berjumlah 463 orang. Secara rinci siswa MTs Al Rosyid terlihat dalam tabel 1 berikut : Tabel 1 REKAPITULASI SISWA MTs AL ROSYID TAHUN PELAJARAN 2005/2006 Kelas L P Jumlah VII 86 92 178 VIII 70 87 157 III 59 69 128 Jumlah Total 215 248 463 Sumber data : Kantor MTs Al Rosyid Bojonegoro tahun 2005
2. Visi, Misi, Tujuan dan Target MTs Al Rosyid Visi : Dengan dasar Iman dan Taqwa kepada Allah, MTs Al Rosyid siap membina generasi muslim yang berkualitas. Misi : 1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan inovatif 2. Melaksanakan bimbingan yang islami sehingga nilai Islam menjadi jalan hidup ( way of life ) bagi setiap siswa 3. Memberikan pendidikan ketrampilan sebagai bekal hidup kepada siswa ( life skill education ) d. Siswa mampu mengaplikasikan teori pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari yang dilandasi dengan akhlaqul karimah.
38
39
Tujuan a. Jangka Pendek 1. Mencetak generasi Muslim yang berkualitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan (agama dan umum) dan menguasai tekhnologi 2. Ikut serta menunjang pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan dasar sembilan tahun b. Jangka panjang 1. Menciptakan pendidikan tingkat MTs berdaya jangkau luas, meningkatkan mutu pendidikan MTs serta menunjang dan meningkatkan pola pendidikan keagamaan ( Islam ) 2. Ikut
serta
menanamkan
sikap
kemandirian
(otodidak),
kedisiplinan, memiliki inisiatif, inovatif, beradaptasi dengan lingkungan dan bertanggung jawab melalui pendidikan Pondok Pesantren. 3. Menunjang usaha perwujudan masyarakat gemar membaca dan belajar seumur hidup ( Long Life Education ) sehingga mampu menjawab
tantangan
umat/masyarakat
di
Era
Globalisasi/Persaingan Pasar bebas 4. Memperbaiki citra Pondok Pesantren dengan merubah pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa Pondok Pesantren adalah lingkungan
pendidikan
yang
lemah
dalam
bidang
pengetahuan dan tekhnologi. 5. Ikut serta menunjang pembangunan Pendidikan Nasional.
39
ilmu
40
Target Target MTs Al Rosyid adalah : a. Penguasaan bahasa Arab dan bahasa inggris b. Ujian Nasional dengan tingkat kelulusan 100 %
3. Personalia MTs Al Rosyid mempunyai jumlah tenaga kependidikan sebanyak 37 orang yang terdiri dari : 1 orang kepala sekolah, 31 orang guru bidang studi, 1 orang guru BP, 2 orang Tata Usaha, dan 2 orang Pustakawan. Adapun daftar personalia pada tahun pelajaran 2005/2006 sebagai mana dalam tabel 2.
Tabel 2 DAFTAR PESONALIA MTs AL ROSYID TAHUN PELAJARAN 2005/2006 Ijasah Terakhir No Nama Jabatan Tahun Jenjang/Jrsn Kepsek, guru 1 Imam Fatawi 1998 D3/ PAI
40
41
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Masmu’ah,A.Md Elly Yuliati, S.Pd Nurwahyu K,S.Psi Drs. Mashud Mulyadi, BA Fathul Amin, S.Pd, MM H. S. Mufid Nur Wakhid Hasyim, A.Ma Ahmadi Sulaiman, A.Ma Hambali Yasdi Taufik, A,Ma K. Rohmat Yasir M. Misbahuddin Moch. Mukrim Umul Faizah R, S.Pd. Yusuf Winarto Sulkhan Ali Chumaidi, A.Ma Sucitono Drs. Zaenal Mustofa Nur Faiq Syafiuddin Laistin Nafis Ulfa, S.Pd I Siti Kholishoh, A.Ma Ilhamiyati Munifatuz Zahro’ Elyani Lailatur R Siti Nur Farida, S.Pd Arif Helmi Imam Mukholid Waris
1998 2001 2002 1985 1986 2003 1979 1986 2005 1988 2005 1983 1997 2005 1982 1991 1992 1999 2000 2001 2001 1997 2003 2003 1991 2003 1993 2004 2005 1987 2003 2003 2003 2004 2003 2002
D3/ PAI S1 / Bhs & Sastra Ind
S1/Psikologi S1 / Matematika D3/ PAI S2/ Manajemen MA MA D2 /PAI MA D2/ PAI MA MA D2 /PAI MA MA MA MA S1/Bhs.Inggris MA MA MA D2/PAI MA S1/PMP MA MA S1/PAI D2 / PAI MA PP. Lirboyo MA S1/Bhs.Inggris MA MA MA
Guru Guru Guru BP Guru Guru Guru Guru, Waka
Guru Guru, Waka
Guru Guru Guru Ka TU, guru
Guru Guru Guru Guru Guru, Waka
Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Pustakawan Pustakawan
TU TU
Sumber data : Kantor MTs Al Rosyid Bojonegoro tahun 2005
4. Struktur organisasi Organisasi merupakan bentuk kerja sama antara orang-orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
41
42
sebelumnya secara terperinci dan terkoordinasi. Struktur itu sendiri secara umum menggambarkan posisi masing-masing individu dan kelompok dalam organisasi. Struktur organisasi di MTs Al Rosyid termasuk struktur organisasi garis atau lini, karena pembagian kekuasaan, tugas dan fungsi yang bertingkat serta berjalan dari atas ke bawah. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi MTs Al Rosyid dapat digambarkan pada gambar 1.
Pengurus Yayasan
Kepala Sekolah Diknas Kabupaten
42
43
Komite Sekolah
Waka Kurikulum
Ka. Tata Usaha
Waka Kesiswaan
Wali Kelas VII
Waka Sarana Prasarana
Wali Kelas VIII
Waka Humas
Wali Kelas III
Guru Mata Pelajaran
S I S WA
MASYARAKAT
Sumber data : Kantor MTs Al Rosyid, 2005
Gambar 1 STRUKTUR ORGANISASI MTs AL ROSYID BOJONEGORO Keterangan : - - - - - - - - = Garis Koordinasi __________ = Garis Komando Kedudukan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing jabatan struktural adalah sebagai berikut : 1. a. Kepala sekolah selaku edukator -
Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien
43
44
b. Kepala sekolah selaku manajer - Menyusun perencanaan - Mengorganisasikan kegiatan - Mengarahkan kegiatan - Mengkoordinasikan kegiatan - Melaksanakan pengawasan - Melakukan evaluasi terhadap kegiatan - Menentukan kebijaksanaan - Mengadakan rapat - Mengambil keputusan - Mengatur proses belajar mengajar - Mengatur administrasi, ketatausahaan, siswa, ketenagaan, sarana prasarana, dan keuangan - Mengatur OSIS - Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait. c. Kepala sekolah selaku administrator -
Menyelenggarakan administrasi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, keuangan, perpustakaan, Laboratorium, Bimbingan Konseling, UKS, dan OSIS
d. Kepala sekolah selaku supervisior
44
45
-
Menyelengarakan supervisi mengenai Proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait, sarana prasarana, dan kegiatan OSIS
e. Kepala sekolah selaku pemimpin - Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa - Memiliki visi dan misi sekolah - Mengambil keputusan urusan intern dan ekstern sekolah - Pendelegasian wewenang f. Kepala sekolah selaku motivator - Menciptakan ruang kantor yang kondusif - Menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis - Menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman
2. Wakil Kepala sekolah urusan kurikulum a. Menyusun dan menjabarkan kelender pendidikan b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran c. Mengatur program pengajaran d. Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler e. Mengatur pelaksanaan program penilaian, kreteria kenaikan kelas, dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembgian raport dan STTB f. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
45
46
g. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar h. Mengatur pengembangan MGMP i. Mengatur mutasi siswa j. Menyusun laporan
3. Wakil Kepala sekolah urusan kesiswaan a. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling b. Mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan 7 K ( Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kesehatan dan Kerindangan ) c. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS d. Mengatur program pondok romadlon e. Menyususn dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan f. Menyeleksi calon untuk diajukan mendapatkan beasiswa g. Menyusun laporan
4. Wakil Kepala sekolah urusan sarana prasarana a. Merencanakan kebutuhan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar b. Merencanakan program pengadaan barang c. Mengatur pemanfaatan sarana prasarana sekolah d. Mengelola perawatan, perbaikan sarana prasarana e. Mengatur inventarisasi sarana prasarana
46
47
f. Menyusun laporan
5. Wakil Kepala sekolah urusan Humas a. mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah b. Menyelenggarakan bakti sosial, karya wisata c. Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan sekolah d. Menyusun laporan
6. Guru a. Membuat perangkat pengajaran b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses pembelajaran d.
Melakukan analisis hasil evaluasi
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan f. Mengisi daftar nilai siswa g. Membuat dan mempersiapkan alat peraga pembelajaran h. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum dan MGMP i. Membuatan catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa j. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran k. Mengatur ruang pembelajaran
7. Wali Kelas
47
48
a. Membantu kepala sekolah dalam pengelolaan kelas b. Membuat administrasi kelas yang meliputi : denah tempat duduk siswa, papan absensi, daftar pelajaran, daftar piket, buku absensi, tata tertib siswa. c. Menyusun statistik bulanan siswa d. Membuat catatan khusus tentang siswa e. Mencatat mutasi siswa f. Mengisi Buku Laporan Hasil Belajar g. Membagi Buku laporan hasil Belajar
8. Kepala tata Usaha a. Menyususn program kerja Tata Usaha sekolah b. Mengelola keuangan sekolah c. Mengurus administasi ketenagaan dan siswa d. Membina dan mengembangkan karir pegawai tata usaha sekolah e. Menyususn adminsitasi perlengkapan sekolah f. Menyusun dan menyajikan data/ statistik sekolah g. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan ketata-usahaan secara berkala
9. Pustakawan a. merencanakan pengadaan buku-buku/bahan pustaka b. mengurus pelayanan perpustakaan
48
49
c. Memeliharan dan memperbaiki buku/bahan pustaka d. Menginventarisasi dan mengadministrasikan buku/bahan pustaka e. Menyimpan buku / media pustaka f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala
B. Hasil penelitian Dari hasil penelitian atau tanggapan terhadap 20 responden dengan memberikan jawaban atas kuesioner yang telah disediakan, dapat diperoleh data untuk masing-masing variable sebagaimana pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 DATA SKOR RESPONDEN UNTUK VARIABLE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X ) No 1 2 3 4 5
1 5 4 5 5 4
2 4 4 4 5 3
3 3 5 4 3 4
ITEM KUESIONER 4 5 6 7 5 5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 5 4 5 4 3 3 4 4
49
8 4 5 4 4 5
9 2 4 3 3 3
10 1 4 3 2 1
SKOR 35 42 37 40 34
50
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
5 5 4 3 5 3 4 4 4 5 4 3 3 5 4
4 3 3 3 4 2 4 3 3 4 5 3 3 2 4
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4
4 5 3 5 4 5 4 3 4 4 3 3 5 5 3
5 5 3 5 5 5 4 4 3 4 3 4 3 5 5
3 3 4 3 3 4 4 3 3 5 4 3 4 1 2
3 3 4 3 4 5 3 4 4 4 2 4 3 5 4
5 3 4 5 2 5 4 4 5 4 3 2 2 3 4
4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3
2 2 3 3 2 1 2 2 4 3 2 3 1 1 2
39 37 36 36 35 38 35 35 38 40 33 32 32 34 35
Data responden diolah tahun 2006
Dari data pada tabel 3, dapat kita ketahui bahwa skor responden untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut : -
skor minimal sebesar 32
-
skor maksimal sebesar 42
Adapun skor responden untuk variabel kinerja guru dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 DATA SKOR RESPONDEN UNTUK VARIABLE KINERJA GURU ( Y ) No 1 2 3 4 5
1 4 4 3 5 3
2 4 4 4 5 4
3 4 4 5 4 4
ITEM KUESIONER 4 5 6 7 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 5 5 3
50
8 3 4 4 5 3
9 3 5 2 3 5
10 3 5 5 5 3
SKOR 35 41 37 44 39
51
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 5 4 3 3 4 4 4 3 4 5 3 5 4 3
4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 3 4 5 4
3 5 3 5 5 3 3 4 3 5 5 3 4 5 5
5 3 4 5 4 3 3 3 4 5 3 3 3 4 2
3 2 2 2 2 1 3 3 4 4 2 2 2 1 1
4 3 3 4 2 2 2 4 3 4 3 3 2 2 2
5 3 4 3 3 5 3 3 3 4 4 4 4 2 2
4 3 3 4 5 5 3 3 4 5 4 4 5 3 5
5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 5 3 2 4 4
4 5 4 4 4 5 5 3 2 4 4 4 4 4 4
41 38 34 38 36 36 33 34 34 44 39 32 35 34 32
Data responden diolah tahun 2006
Dari data pada tabel 4, dapat kita ketahui bahwa skor responden untuk variabel kinerja guru adalah : -
skor minimal sebesar 32
-
skor maksimal sebesar 44
Dari tabel 3 dan 4, skor masing-masing variabel dikumpulkan menjadi satu tabel sebagaimana terlihat pada tabel 5.
Tabel 5 DATA SKOR RESPONDEN UNTUK VARIABLE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X ) DAN KINERJA GURU ( Y ) No 1 2 3 4 5
X 35 42 37 40 34
51
Y 35 41 37 44 39
52
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ
39 37 36 36 35 38 35 35 38 40 33 32 32 34 35 723
41 38 34 38 36 36 33 34 34 44 39 32 35 34 32 736
Data responden diolah tahun 2006
Dari tabel tersebut diketahui harga variable X = 723 dan variable Y = 736
C. Pembahasan Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru dapat diketahui dengan menggunakan teknik analisa statistik “Koefisien Korelasi Pearson atau Product Moment”. Untuk penghitungan korelasi maka peneliti akan menyajikan data variable kepemimpinan kepala sekolah (X) dan variable kinerja guru (Y) sebagai berikut : Tabel 6 DATA BESARNYA VARIABLE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X ) DAN KINERJA GURU ( Y ) No
X
52
Y
53
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ
35 42 37 40 34 39 37 36 36 35 38 35 35 38 40 33 32 32 34 35 723
35 41 37 44 39 41 38 34 38 36 36 33 34 34 44 39 32 35 34 32 736
Data responden diolah tahun 2006
Dari tabel tersebut, selanjutnya dapat dihitung masing-masing harga X, Y, XY, X2, Y2 sebagaimana pada tabel 7 berikut :
Tabel 7 PERHITUNGAN UNTUK MENGHITUNG KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X ) DAN KINERJA GURU ( Y ) No 1 2 3 4 5
X 35 42 37 40 34
Y 35 41 37 44 39
53
XY 1225 1722 1369 1760 1326
X2 1225 1764 1369 1600 1156
Y2 1225 1681 1369 1936 1521
54
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ
39 37 36 36 35 38 35 35 38 40 33 32 32 34 35 723
41 38 34 38 36 36 33 34 34 44 39 32 35 34 32 736
1599 1406 1224 1368 1260 1368 1155 1190 1292 1760 1287 1024 1120 1156 1120 26731
1521 1369 1296 1296 1225 1444 1225 1225 1444 1600 1089 1024 1024 1156 1225 26277
1681 1444 1156 1444 1296 1296 1089 1156 1156 1936 1521 1024 1225 1156 1024 27336
Data responden diolah tahun 2006
Dari data tabel 7 tersebut dapat dihitung korelasinya dengan menggunakan analisa korelasi product moment sebagai berikut : rxy =
n ∑ XY − ( ∑ X )( ∑Y )
n ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 n ∑ Y 2 − ( ∑Y ) 2
rxy =
20.26731 − (723)(736) 20.26277 − (723) . 20.27336 − (736)
rxy =
534620 − 532128 525540 − 522729 . 546720 − 541696
rxy =
534620 − 532128 2811. 5024
54
55
rxy =
2492 53,018.70,880
rxy =
2492 3757,915
rxy = 0,663
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rxy sebesar 0,663. Harga ini perlu diuji signifikansinya dengan mengkosultasikan dengan rxy tabel. Harga rxy tabel pada N = 20, untuk taraf signifikansi 5% = 0,444. Ternyata r xy hitung lebih besar dari rxy tabel atau rxy
hitung
(0,663) > rxy
tabel
(0,444). Dengan
demikian koefisien korelasi 0,663 adalah signifikan. Jadi kesimpulannya adalah : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,663 antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro, Tahun Pelajaran 2005/2006. Untuk mengetahui kuatnya hubungan, maka hasil koefisien korelasi hitung tersebut dikonsultasikan dengan pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,663 berada diantara interval koefisien korelasi 0,60 hingga 0,80 dengan interpretasi tingkat hubungan “kuat”. Jadi terdapat hubungan yang kuat antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro, Tahun Pelajaran 2005/2006. Hubungan tersebut baru berlaku untuk sampel yang berjumlah 20 orang tersebut. Untuk
55
56
menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 33 guru, maka perlu diuji dengan uji t. Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. Untuk kesalahan 5% (taraf kepercayaan 95%) dan derajat kebebasan (dk) = n 2 = 20 - 2 = 18, Rumus yang dipakai untuk uji-t tersebut adalah sebagai berikut : t=
r n −2 1 −r
t = nilai pengujian r = korelasi antara variabel x dan variabel y n = nilai sampel Menurut Algifari
(2000 :57)
keputusan
diambil
dengan
jalan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel. -
Jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka keputusan menerima hipotesis nol (H0).
-
Jika t- hitung lebih besar daripada t-tabel maka keputusan menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Berdasarkan uji-t maka diperoleh : t=
r n −2 1 −r
t=
0,663 20 −2 1 −(0,663)
56
57
t=
0,663.4,242 1 −0,439
t=
2,812 0,749
t = 3,754 Dari perhitungan tersebut diketahui t hitung sebesar 3,754. Selanjutnya kita membandingkan dengan t tabel. Pada t tabel diperoleh harga sebesar 1,734. Mengenai harga t tabel dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil uji-t tersebut terlihat t hitung lebih besar dari t tabel atau t hitung (3,754) > t tabel (1,734), maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
Ha ditolak Ha diterima
Ha diterima 1,734
-1,734
3,754
Gambar 2 Uji-t Karena t hitung terletak pada daerah Ha diterima, maka ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Jadi kesimpulannya koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro, Tahun Pelajaran 2005/2006 sebesar 0,663 adalah signifikan, artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi di mana sampel yang sebanyak 20 orang diambil.
57
58
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kepemimpinan kepala sekolah itu baik dan berjalan sesuai dengan tipe kepemimpinan yang dianut maka mampu mendorong semangat kerja guru sehingga kinerjanya menjadi meningkat. Prestasi kerja yang meningkat ini akan menguntungkan guru itu sendiri, kepala sekolah, murid dan dunia pendidikan. Maka kepemimpinan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap tingginya kinerja atau prestasi kerja
guru.
Hal
ini
sejalan
dengan
pendapat
Timotius
(http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian:2005) yang menyatakan : Peran manajer sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya prestasi, semangat tidaknya kerja bawahan sebagian besar tergantung kepada manajer. Di dalam arti, sampai sejauh mana manajer mampu menciptakan atau menimbulkan kegairahan kerja, mampu mendorong bawahan dapat bekerja sesuai denga kebijaksanaan dan program yang telah digariskan oleh organisasi. Oleh karena itu sudah sepantasnya kepemimpinan yang efektif itu selalu diterapkan di dalam sekolah dan dimanifestasikan kepada guru agar tujuan seseorang berpengaruh terhadap tujuan organisasi. Kinerja guru yang baik, tidak terlepas dari kemampuan dan kemauan guru itu sendiri untuk berprestasi dan peran dari orang yang memimpinnya untuk menciptakan gairah kerja agar guru mempunyai kompetensi dan kepribadian yang tinggi, sehingga prestasi kerjanya menjadi baik dan akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
58
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan masalah dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
59
60
-
Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif searah dan kuat terhadap kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro. Analisa data dimana perbandingan antara nilai koefisien korelasi atau rxy hitung sebesar 0,663 dengan rxy tabel untuk taraf kesalahan 5% dan n=20 diperoleh rxy tabel sebesar 0,444. Hal ini berarti bahwa rxy hitung lebih besar daripada rxy tabel. ( rxy hitung=0,663 > rxy tabel=0,444).
-
Pada tahap pengujian apakah kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru yang berlaku untuk semua
populasi,
diperoleh
nilai
t-hitung
sebesar
3,754.
Jika
dibandingkan dengan t-tabel untuk taraf signifikan = 0,05 dan dk=18, diperoleh nilai sebesar 1,734 maka nilai t-hitung lebih besar daripada ttabel. Karena t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro dapat diterima. B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan tersebut, direkomendasikan kepada : -
Kepala sekolah MTs Al Rosyid untuk melaksanakan tugas/peranan yang menjadi tanggung jawabnya selaku unsur pemimpin dalam organisasi, baik peranan yang bersifat interpersonal, informasional
60
61
maupun peranan yang bersifat pengambil keputusan, sehingga akan mampu meningkatkan kinerja guru. -
Kepala sekolah MTs Al Rosyid hendaknya menempatkan guru berdasarkan bidang dan keahliannya agar kualitas pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal.
-
Guru MTs Al Rosyid untuk konsekwen pada tugas mengajar dan halhal yang berkaitan dengan tata tertib atau aturan yang berlaku agar tercapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Algifari, 2000, Analisis Regresi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Amirullah, 2004, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu. Arifin, 2005, Skripsi: Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Semangat Kerja Pegawai, Bojonegoro: STIE Cendekia Bojonegoro
61
62
Hamzah, Awaludin, 2004, Tiga Syarat Penting Seorang Kepala Sekolah, http://www.pikiran-rakyat.com Hasan, M. Iqbal, 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia. Hasibuan, Malayu S.P, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara Ismawanto, 2002, Simpati Ekonomi, Solo: CV. Grahadi Koentjoroningrat, 2001, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gra Media Mulyasa, E, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT RemajaRosdakarya Nasution, M.N. 2004, Manajemen Mutu Terpadu, Bogor: Ghalia Indonesia Rosyada,
Dede,
2004,
Paradigma
Pendidikan
Demokratis,
Jakarta :
Prenada Media Subiyanto, Ibnu, 2000, Metodologi Penelitian Manajemen dan Akuntansi, Yogyakarta: UPP Sutrisno Hadi, 2004, Statistik Jilid 2, Yogyakarta : Andi Offset Tim Perumus, 2004, Pedoman Penulisan Skripsi, Bojonegoro: P3M STIE Cendekia Bojonegoro Timotius,
2005,
Hubungan
Motivasi
Kerja
dengan
Kinerja
Guru,
http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, 2003, Sistem Pendidikan Nasional, http://www.depdiknas.go.id Winardi, J, 2004, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Prenada Media Yatim Riyanto, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit SIC
62