Kepemimpinan Sekolah Dan Kemitraan Masyarakat

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kepemimpinan Sekolah Dan Kemitraan Masyarakat as PDF for free.

More details

  • Words: 12,213
  • Pages: 52
Paket Pelatihan School Leadership

KEPEMIMPINAN SEKOLAH DAN KEMITRAAN MASYARAKAT A. Pengantar ‘The higher you go as a leader, the easier you lead’ (John Maxwell) ‘Only principal who are equipped to handle to a complex, rapidly changing environment can implement the reforms that lead to sustained improvement in student achievement’ (Michael Fullan) Sukses atau tidaknya kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan sifat yang melekat saja, tetapi juga dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok

yang

dipimpin.

Betapapun

seorang

pemimpin

memiliki

sifat

kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsi kelompok, tetapi sukses dan tidaknya masih ditentukan juga oleh situasi yang mempengaruhi perkembangan kehidupan organisasi sekolahnya. Menurut Stogdill (1974) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan

suatu

penentuan/pencapaian

kelompok

tujuan.

yang

diorganisasi,

Keberhasilan

dan

menuju

kegagalan

kepada pemimpin

ditentukan oleh sifat dan gaya kepemimpinan dalam mengarahkan dinamika kelompoknya. Untuk mempengaruhi orang lain seorang pemimpin harus memiliki kedewasaan (maturity), kecerdasan (IQ,EQ,danSQ), kepercayaan diri yang tinggi, konsistensi, ketegasan, kemampuan mengawasi, partnership dan lainlainnya. Individu dalam kelompok memiliki ciri khusus dan unik dalam menghadapi tantangan dan masalah pribadinya maupun masalah kelompoknya. Untuk itu diperlukan banyak gaya pendekatan dalam menerapkan perilaku kepemimpinan agar sesuai dengan situasi yang berkembang dalam organisasi. B. Tujuan Setelah sesi ini diharapkan peserta memiliki kompetensi untuk: 1. Mendefinisikan pengertian kepemimpinan 2. Menyebutkan teori kepemimpinan 3. Mengidentifikasi tipologi Kepemimpinan

Halaman 1 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

4. Menerangkan peran-peran pemimpin 5. Mengidentifikasi perbedaan pemimpin dan manajer 6. Mengidentifikasi ciri-ciri dan indikator kinerja pemimpin sekolah yang bermutu 7. Menjelaskan Rasional di balik perlunya kemitraan dengan masyarakat 8. Menemukan Peran Pemimpin Sekolah 9. Menjelaskan Sekolah dan tanggung-jawab sosialnya C. Materi Pokok-pokok Materi: 1. Kepemimpinan a.Pengertian kepimpinan b.Teori kepemimpinan c. Tipologi Kepemimpinan d. Peran-peran pemimpin 2. Manajer a. Pengertian manajer b. Perbedaan pemimpin dan manajer 3. Pemimpin sekolah yang bermutu a. Ciri-ciri pemimpin bermutu b. Aktualisasi pemimpin bermutu c. Kepala sekolah pemimpin dalam peningkatan mutu sekolah 4. Kemitraan sekolah dengan masyarakat 5. Peran Pemimpin Sekolah Dalam Kemitraan Masyarakat 6. Sekolah dan tanggung-jawab social

Halaman 2 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

KEPEMIMPINAN SEKOLAH DAN KEMITRAAN MASYARAKAT I KEPEMIMPINAN A. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: 1. pemimpin sebagai subjek, dan. 2. yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya. Mitos-mitos Pemimpin Mitos pemimpin adalah pandangan-pandangan atau keyakinan-keyakinan masyarakat yang dilekatkan kepada gambaran seorang pemimpin. Mitos ini disadari atau tidak mempengaruhi pengembangan pemimpin dalam organisasi. Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu mitos the Birthright, the For All Seasons, dan the Intensity. Mitos the Birthright berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin Mitos the For All Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya. Mitos the Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras. Pada kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapat menumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja.

Atribut-atribut Pemimpin

Halaman 3 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Secara umum atribut personal atau karakter yang harus ada atau melekat pada diri seorang pemimpin adalah: 1. mumpuni, artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih baik daripada orang-orang yang dipimpinnya, 2. juara, artinya memiliki prestasi baik akademik maupun non akademik yang lebih baik dibanding orang-orang yang dipimpinnya, 3. tangungjawab, artinya memiliki kemampuan dan kemauan bertanggungjawab yang lebih tinggi dibanding orang-orang yang dipimpinnya, 4. aktif, artinya memiliki kemampuan dan kemauan berpartisipasi sosial dan melakukan sosialisasi secara aktif lebih baik dibanding oramg-orang yang dipimpinnya, dan 5. walaupun tidak harus, sebaiknya memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi disbanding orang-orang yang dipimpinnya. Meskipun demikian, variasi atribut-atribut personal tersebut bisa berbeda-beda antara situasi organisasi satu dengan organisasi lainnya. Organisasi dengan situasi dan karakter tertentu menuntut pemimpin yang memiliki variasi atribut tertentu pula. B. TEORI KEPEMIMPINAN Teori Klasik dan Teori Kontigensi Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory) Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin. Berbagai pendapat tentang sifat-sifat/ciri-ciri ideal bagi seorang pemimpin telah dibahas dalam kegiatan belajar ini termasuk tinjauan terhadap beberapa sifat/ciri yang ideal tersebut. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory) Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada

Halaman 4 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang puas. Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert's Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.

O R IEN T A SI K PD B A W A H A N Teori Kontingensi (Contigensy Theory) Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori PathGoal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut.

O T

Halaman 5 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut. LPC Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut. Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.

Leader Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku kepemimpinan seseorang yang bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.

TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER

Halaman 6 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Teori Atribut Kepemimpinan Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya. Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu: 1. Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. 2. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan). 3. Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat. Kepemimpinan Kharismatik Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik telah dibahas dalam kegiatan belajar ini. Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut. Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.

Halaman 7 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Kepemimpinan Transformasional Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi. Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam organisasi dan membedakan kepemimpinan transformasional, karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhankebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual. Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru. C. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN Tipologi Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis Kondisi sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal dan internal yang ada pada saat pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi sosio-psikologis pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok (leaders of crowds), pemimpin siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin publik (public leaders), dan pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing tipe pemimpin tersebut masih bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin kelompok adalah: crowd compeller, crowd exponent, dan crowd representative. Sub-tipe pemimpin siswa/mahasiswa adalah: the explorer president, the take charge president, the organization president, dan the moderators. Sub-tipe pemimpin publik ada beberapa, yaitu:    

Menurut Pluto: timocratic, plutocratic, dan tyrannical Menurut Bell, dkk: formal leader, reputational leader, social leader, dan influential leader Menurut J.M. Burns, ada pemimpin legislatif yang: ideologues, tribunes, careerist, dan parliementarians. Menurut Kincheloe, Nabi atau Rasul juga termasuk pemimpin publik, yang memiliki kemampuan yang sangat menonjol yang membedakannya dengan

Halaman 8 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

pemimpin bukan Nabi atau Rasul, yaitu dalam hal membangkitkan keyakinan dan rasa hormat pengikutnya untuk dengan sangat antusias mengikuti ajaran yang dibawanya dan meneladani semua sikap dan perilakunya. Tipe pemimpin yang lain adalah pemimpin perempuan, yang oleh masyarakat dilekati 4 setereotip, yaitu sebagai: the earth mother, the manipulator, the workaholic, dan the egalitarian. Tipologi Kepemimpinan Berdasar Kepribadian Tipologi kepemimpinan berdasar kepribadian dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu tipologi Myers - Briggs dan tipologi berdasar skala CPI (California Personality Inventory). Myers - Briggs mengelompokkan tipe-tipe kepribadian berdasar konsep psikoanalisa yang dikembangkan oleh Jung, yaitu: extrovert - introvert, sensing - intuitive, thinking - feeling, judging - perceiving. Tipe kepribadian ini kemudian dia teliti pada manajer Amerika Serikat dan diperoleh tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:    

ISTJ: introvert - sensing - thinking - judging ESTJ: extrovert - sensing - thinking - judging ENTJ: extrovert - intuitive - thinking - judging INTJ:introvert - intuitive - thinking - judging

Kemudian dengan menggunakan tipe kepribadian yang disusun berdasar konsep psikoanalisa Jung, Delunas melakukan penelitian terhadap para manajer dan ekesekutif negara bagian, dan mengelompokkan tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:    

Sensors - perceivers Sensors - judgers Intuitive - thinkers Intuitive - feelers

Tipologi kepribadian yang lain adalah sebagaimana yang disusun dengan menggunakan skala CPI (California Personality Invetory) yang mengelompokkan tipe pemimpin menjadi: leader, innovator, saint, dan artist. Tipologi Kepemimpinan Berdasar Gaya Kepemimpinan Ada empat kelompok tipologi kepemimpinan yang disusun berdasar gaya kepemimpinan, yaitu tipologi Blake - Mouton, tipologi Reddin, tipologi Bradford Cohen, dan tipologi Leavitt. Menurut Blake - Mouton tipe pemimpin dapat dibagi ke dalam tipe:

Halaman 9 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership     

Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi, Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah, Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah, Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Moderat, Orientasi Tugasnya Moderat, dan Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi

Kemudian Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi ini, dan menemukan tipe pemimpin sebagai berikut: deserter, missionary, compromiser, bureaucrat, benevolent autocrat, developer, dan executive. Sementara Bradford dan Cohen membagi tipe pemimpin menjadi: technician, conductor, dan developer. Tipologi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Leavitt membagi tipe pemimpin menjadi: pathfinders, problem solvers, dan implementers. Tipologi Kepemimpinan Berdasar Peran Fungsi dan Perilaku Tipologi pemimpin berdasar fungsi, peran, dan perilaku pemimpin adalah tipologi pemimpn yang disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok. Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasar fungsi, berdasar peran, dan berdasar perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin. Berdasar perilakunya, tipe pemimpin dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Cattell dan Stice; S. Levine; Clarke; Komaki, Zlotnik dan Jensen. Berdasar fungsinya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Bales dan Slater; Roby; Shutz; Cattell; Bowes dan Seashore. Berdasar perannya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Benne dan Sheats; dan Mintzberg. D. PERAN-PERAN PEMIMPIN Peran Pemimpin sebagai seorang Visioner Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran. Agar visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja. Peran Pemimpin dalam Pengendalian dan Hubungan Organisasional Tindakan manajemen para pemimpin organisasi dalam mengendalikan organisasi meliputi: (a) mengelola harta milik atau aset organisasi; (b) mengendalikan kualitas kepemimpinan dan kinerja organisasi; (c) menumbuhkembangkan serta

Halaman 10 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

mengendalikan situasi maupun kondisi kondusif yang berkenaan dengan keberadaan hubungan dalam organisasi. Dan peran pengendalian serta pemelihara / pengendali hubungan dalam organisasi merupakan pekerjaan kepemimpinan yang berat bagi pemimpin. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan, seni dan keahlian untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif. Ruang lingkup peran pengendali organiasasi yang melekat pada pemimpin meliputi pengendalian pada perumusan pendefinisian masalah dan pemecahannya, pengendalian pendelegasian wewenang, pengendalian uraian kerja dan manajemen konflik. Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan dan pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta perwakilan bagi organisasinya. Peran Pembangkit Semangat Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu 'event' khusus. Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan melalui kata-kata, baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimatkalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya. Peran Menyampaikan Informasi Informasi merupakan jantung kualitas organisasi; artinya walaupun proses, produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka organisasi itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus

Halaman 11 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Anwar dan Amir (2000) mengemukakan bahwa: “ kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.” Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan; Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru. 1. Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik) Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. 2. Kepala sekolah sebagai manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi

Halaman 12 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya. Dapat juga melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. 3. Kepala sekolah sebagai administrator Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4. Kepala sekolah sebagai supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Tingkat penguasaan kompetensi guru yang disupervisi selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Danim (2002) mengemukakan bahwa: “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik 5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya

Halaman 13 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (Mulyasa, 2003). 6. Kepala sekolah sebagai wirausahawan Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 7.Peran kepala sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut : •

• •



Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Halaman 14 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership •



E.

Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.

GAYA KEPEMIMPINAN Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok. Di samping itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif). Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip saling menghormati dan menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan disalurkan secara wajar. Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dalam gaya kepemimpinan ini selalu terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Sedang bagi para anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain. Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam

Halaman 15 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama. Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi secara keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu dihormati dan disegani secara wajar

Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan sematamata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin menilai kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku. Kepemimpinan dengan gaya otoriter banyak ditemui dalam pemerintahan Kerajaan Absolut, sehingga ucapan raja berlaku sebagai undang-undang atau ketentuan hukum yang mengikat. Di samping itu sering pula terlihat gaya dalam kepemimpinan pemerintahan diktator sebagaimana terjadi di masa Nazi Jerman dengan Hitler sebagai pemimpin yang otoriter. Gaya Kepemimpinan Bebas dan Gaya Kepemimpinan Pelengkap Kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya sebenarnya tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun juga. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan

Halaman 16 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan suatu kegiatan. Sehingga apabila tidak seorang pun orang-orang yang dipimpin atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan dan tidak pula melakukan sesuatu kegiatan, maka kepemimpinan dan keseluruhan kelompok/organisasi menjadi tidak berfungsi. Kebebasan dalam menetapkan suatu keputusan atau melakukan suatu kegiatan dalam tipe kepemimpinan ini diserahkan sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Keadaan ini menyebabkan, kegiatan menjadi tidak terarah dan simpang siur. Wewenang tidak jelas dan tanggung jawab menjadi kacau, setiap anggota saling menunggu dan bahkan saling salah menyalahkan apabila diminta pertanggungjawaban. Gaya atau perilaku kepemimpinan yang termasuk dalam tipe kepemimpinan bebas ini antara lain a. Kepemimpinan Agitator Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan, adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan perten- tangan dan lain-lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. b. Kepemimpinan Simbol Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai lambang atau simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya. Di samping gaya kepemimpinan demokratis, otokrasi maupun bebas maka pada kenyataannya sulit untuk dibantah bila dikatakan terdapat beberapa gaya atau perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu tipe kepemimpinan tersebut. Sehubungan dengan itu sekurang kurangnya terdapat lima gaya atau perilaku kepemimpinan seperti itu. Kelima gaya atau perilaku kepemimpinan itu adalah 1. 2. 3. 4. 5.

Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Ahli (Expert) Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Kharismatik Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Paternalistik Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Pengayom Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Tranformasional

Halaman 17 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

II. MANAJER A. Pengertian Manajer Manajer bertugas menetapkan rencana dan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mewujudkan rencana itu. Ia menetapkan struktur organisasi untuk mencapai persyaratan yang telah direncanakan dan menempatkan orang yang sesuai dengan struktur yang ada, lalu mendelegasikan tanggung jawab serta wewenang untuk melaksanakan rencana, menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memberikan panduan dan membuat metode untuk memantau pelaksanaan rencana itu. Manajer memantau hasil-hasil yang didapat kemudian dibandingkan dengan rencana semula, lalu mengidentifikasi terjadinya penyimpangan serta membuat lagi perencanaan dan mengorganisasi untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Dan akhirnya seorang manajer merekayasa suatu taraf yang telah direncanakan untuk tetap menghasilkan output yang sesuai dengan hasil yang diharapkan.

B. Perbedaan antara Pemimpin dan Manajer Terdapat sejumlah perbedaan tugas antara pemimpin dan manajer didalam suatu organisasi yang apapun bentuknya, dimana Pemimpin adalah orang yang melakukan hal-hal yang benar (people who do the right thing) dan Manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatu secara benar (people who do things right). Kepemimpinan bukan pada pencarian kesalahan dan kelengahan untuk melakukan penghukuman tetapi untuk mengidentifikasi guna mengeliminir penyebab kegagalan. Fokus Pemimpin adalah pada perbaikan sistem yang dipimpinnya, sedangkan manajer adalah pada perolehan target hasil (Goal). Pemimpin mengembangkan Visi serta menetapkan arah dan strategi untuk menghasilkan perubahan yang dibutuhkan agar tercapainya visi tersebut. Lalu mengkomunikasikan Tujuan yang ingin dicapai melalui pernyataan dan perbuatan kepada siapa saja yang mungkin diperlukan untuk memberikan pengaruhnya bagi pembentukan Tim yang memahami visi dan strategi organisasi, serta menerima kebenarannya. Seorang pemimpin juga memberikan motivasi bagi orang-

Halaman 18 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

orangnya untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam perubahan menuju perbaikan dengan cara memenuhi kebutuhan mereka yang sangat mendasar sebagai manusia yang sering tak terpenuhi. Pada akhirnya pemimpin merekayasa perubahan, sering kali dalam taraf yang dramatis untuk menghasilkan perubahan yang sangat berguna bagi kemajuan organisasi yang dipimpinnya. KEPEMIMPINAN •

• • • • • • • • • •

Berfokus pada manusia (murid, guru, diri sendiri, masyarakat) untuk membantu orang merasa percaya diri, aman dan mampu melakukan yang terbaik Mengarahkan kapala sekolah Menjadikan lebih baik Memberi inspirasi dan memotivasi orang Melakukan hal yang benar Mendorong perubahan dalam lingkungan yang kondusif Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas Gambaran umum masa depan Perubahan, peningkatan, pertumbuhan Inovasi Menemukan jalan/cara

MANAJEMEN •

• • • • • • • • • • •

Berfokus pada benda/hal (materi, sistem, proses, aturan) untuk mendukung pekerjaan terbaik orang Menjaga kapala tetap pada jalur Mempertahankan (hal/benda) seperti apa adanya Mengetahui, mengatur dan melaksanakan kebijakan dan prosedur Melakukan pekerjaan dengan benar Menjaga stabilitas Ketergantungan Rincian Sekarang Pemenuhan Order / sesuai prosedur Mengikuti jalan

FUNGSI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN Dimensi

Kepemimpinan

Manajemen

Menyusun agenda Menentukan visi dan arah

Perencanaan dan penganggaran

Mengembangkan jaringan kerja manusia

Menyatukan orang

Mengatur staf & delegasi

Pelaksanaan

Memotivasi dan mengilhami Pengendalian dan pemecahan masalah

Hasil

Mencapai perubahan yang Mencapai prediktabilitas berfaedah (predictability) dan keteraturan Adapted from Kotter, J. (1990). A Force for Change: How Leadership Differs from Management. New York, The Free Press

Halaman 19 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

III. PEMIMPIN SEKOLAH YANG BERMUTU Kelebihan dan Keunggulan Seorang Pemimpin Berbagai literatur dalam dan luar negeri, yang kuno maupun yang mutakhir, yang tradisional maupun modern, yang sederhana maupun yang canggih, mengajarkan kepada kita bahwa seorang pemimpin harus selalu memiliki kelebihan dan keunggulan dari pada anggota organisasinya / pengikutnya.

Berikut ini petikan pendapat para pakar kepemimpinan : 1. ”Memimpin adalah mempengaruhi“. John Maxwell mendeskripsikan satu kata, singkat dan sederhana, yang menempatkan kepemimpinan dalam jangkauan setiap orang. Kepemimpinan bukan jabatan, posisi, atau bagan alir (Flowchart). Kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain.

JohnMaxwell : Thehigher youg the

5 LEVEL KEPEMIMPINAN MENURUT JOHN C MAXWELL

Level 1: (Posisi)

Pada level kepemimpinan ini anggota dalam organisasi menghormati anda karena posisi dalam organisasi yang anda dapatkan. Pada level ini otoritas yang anda miliki tidak ada hubungannya dengan job description anda. Berikut ini adalah hal-hal yang harus anda lakukan agar anda bisa menempati level yang lebih baik dalam kepemimpinan:  Pelajarilah dan pahamilah job description anda dengan baik  Pelajari dan pahami juga asal-usul dari organisasi yang anda pimpin

Berusahalah menjalin hubungan yang baik dengan para anggota organisasi (jadilah bagian dari tim) Laksanakanlah pekerjaan anda dengan konsisten dan seksama Bekerjalah lebih dari yang anda harapkan

Halaman 20 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Berusahalah menciptakan ide ide yang kreatif dalam rangka menciptakan perubahan yang lebih baik

Level 2: (Hubungan dengan orang lain) Pada level kepemimpinan ini anggota dalam organisasi menghormati anda bukan hanya karena posisi anda dalam organisasi. Pada level ini anda bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan. Pada level ini juga bisa membuat anda menjadi seorang pemimpin yang tidak mengenal istirahat dalam menjalankan pekerjaan anda karena motiasi anda begitu tinggi. Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus diambil sebelum anda mencapai level yang lebih tinggi.  Peliharalah rasa dicintai dari anggota organisasi anda.  Bentuklah orang-orang yang senantiasa bekerja sama dengan anda menjadi semakin sukses.  Perhatikanlah orang-orang disekitar anda  Tanamkanlah rasa cinta kepada orang-orang lebih dari sekedar menjalankan prosedur  Lakukanlah prinsip win-win solution atau sama sekali jangan

melakukannya  Sertakanlah orang lain dalam perjalanan pekerjaan anda  Berusahalah berlaku bijaksana terhadap orang yang sulit diajak kerja sama Level 3: (Produk/Hasil) Pada level ini anggota organisasi menghormati/mentaati anda karena apa yang sudah anda lakukan terhadap organisasi’. Kesuksesan yang dimaksud adalah dirasakan oleh hampir semua anggota organisasi. Mereka menyukai tindakan yang telah anda lakukan terhadap organisasi. Segala permasalahan dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat dan dengan usaha yang tepat. Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus anda lakukan dengan baik sebelum anda melangkah ke level leadership berikutnya:  Berinisiatif dan berusaha bertanggungjawab atas kemajuan organisasi  Menciptakan gagasan-gagasan demi kemajuan organisasi  Menciptakan energi kerja sebagai bagian integral dari gagasan-

gagasan akan kemajuan organisasi

Halaman 21 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

 Meningkatkan akuntabilitas dari hasil kerja yang dimulai dari anda sendiri  Mengetahui dan melakukan sesuatu yang akan memberikan nilai

tambah yang tinggi bagi organisasi  Mengkomunikasikan strategi dan visi dari organisasi  Menjadi agen perubahan  Membuat suatu keputusan sulit yang akan mengantar kearah perbedaan yang lebih baik. Level 4: Peningkatan Kesejahteraan anggota organisasi Pada level ini anggota organisasi mengikuti/mentaati anda karena apa yang telah anda perbuat terhadap mereka. Pada tahap ini juga terjadi perkembangan yang sangat berarti pada organisasi anda. Komitmen kepemimpinan anda terhadap organisasi menyebabkan kemajuan yang luar biasa terhadap organsasi dan anggotanya. Apapun yang anda lakukan akan selalu menimbulkan efek yang bagus terhadap organisasi. Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang harus anda lakukan untuk mencapai ke level yang lebih tinggi:  Menyadari akan pentingnya orang-orang disekitar anda sebagai suatu asset yang sangat berharga  Mengemukakan asas prioritas dalam meningkatkan kapasitas anggota  Jadikanlah anda sebagai model sebagai panutan orang-orang disekitar anda  Tularkanlah strategi-straegi kepemimpinan anda kepada 20 % dari anggota yang anda anggap memenuhi syarat  Tunjukkanlah kunci kesuksesan anda sebagai leader kepada mereka  Berusahalah untuk menarik perhatian orang-orang sukses disekitar anda dengan prestasi yang anda peroleh  Tebarkanlah pesona kepada sekitar anda dengan kesuksesan yang anda miliki sebagai seorang leader yang berhasil. Level 5: Kehormatan Pada level ini orang akan mentaati anda karena sudah mengetahui siapa sebenarnya anda dan prestasi anda selama ini. Level ini hanya bisa dimiliki oleh seorang pemimpin yang telah berjuang sekian lama bersama-sama Halaman 22 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

dalam mencapai kesuksesan dengan organisasi yang dipimpinnya. Hanya sedikit saja oang ang bisa mencapai level ini. Level ini juga dinamakan kesempurnaan dari seorang pemimpin. Berikut ini adalah karakteristik yang harus dijaga dan dipelihara sebelum anda menapaki level selanjutnya:  Pengikut-pengikut anda adalah orang-orang yang sangat loyal dan rela berkorban  Anda telah bekerja sekian lama dalam membentuk dan menciptakan pemimpin-pemimpin yang baru  Anda telah menjadi seorang konsultan yang sangat diburu oleh organisasi-organisasi lainnya  Anda akan merasakan kebahagisaan ketika anda bisa menyaksikan orang-orang yang anda bentuk tumbuh berkembang dengan sukses  Popularitas anda melebihi dari organisasi yang anda pimpin. Setiap orang adalah pemimpin karena setiap orang bisa mempengaruhi orang lain dengan cara tersendiri. Tak semua orang bisa menjadi pemimpin yang luar biasa, tetapi setiap orang bisa menjadi pemimpin yang lebih baik, pertanyaannya sekarang adalah: “Apakah anda mau menjadi pemimpin yang gagal ataukah anda ingin memperbaiki diri untuk menapaki level yang lebih tinggi? ” Karakter adalah kekuasaan “. Booker T. Washington, yang harus dipelajari dalam pelajaran pertama adalah kepemimpinan berwawasan luas dibangun dari karakter yang hakiki. Infrastruktur karakter yang baik sangat penting untuk mendukung tingkah laku ( behaviour) yang baik. Kepercayaan dan keterlibatan pengikut akan paralel dengan level karakter kita ( pemimpin ). 3. ” Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan, Stephen R. Covey: “. Taburlah gagasan, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah KARAKTER. Taburlah karakter, tuailah nasib “. The Seven Habits of Highly Effective People. 4. ” NASIB merupakan sisa dari rancangan ”, Branch Rickey selanjutnya menyatakan: “Orang banyak membicarakan nasib bagus dan nasib jelek, jarang sekali keberhasilan ditentukan oleh PELUANG. Orang bilang: ” Nasib baik terjadi ketika peluang sesuai dengan persiapan “. 5. ” Gunakan kekuasaan untuk membantu orang. Kita diberi kekuasaan tidak untuk meraih tujuan pribadi, atau membuat pertunjukan terbesar di dunia, dan bukan untuk mendapatkan nama. Hanya ada satu kegunaan kekuasaan yakni membantu orang.” George Bush. 2.

A. Ciri-ciri Pemimpin Bermutu.

Halaman 23 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Aktualisasi karakter kepemimpinan yang diharapkan dalam pendidikan adalah pemimpin yang mampu mengantarkan anak bangsa dari ketergantungan (dependency) menuju kemerdekaan (independency), selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit ke saling tergantungan (interdependency) secara harmonis, memerlukan pembiasaan melalui contoh keteladanan perilaku dalam kehidupannya. Habitat yang dapat dijadikan persemaian karakter pemimpin itu antara lain harus dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan perilaku dan sifat-sifat seperti : 1. Kesadaran diri sendiri (self awareness) jujur terhadap diri sendiri dan terhadap oranglain, jujur terhadap kekuatan diri, kelemahan dan usaha yang tulus untuk memperbaikinya. 2. Dasarnya seseorang pemimpin cenderung memperlakukan orang lain dalam organisasi atas dasar persamaan derajad, tanpa harus menjilat keatas, menyikut kesamping dan menindas ke bawah. Diingatkan oleh Deepak Sethi agar pemimpin berempati terhadap bawahannya secara tulus. 3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya. 4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing ( lawan politik ) atau musuh, dan belajar dari mereka dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya. 5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan dalam jabatannya. Hasil pekerjaanya berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 6. Memiliki rasa kehormatan diri (a sense of personal honour and personal dignity) dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya. Tidak seperti saat ini para pemimpin saling lempar ucapan pedas terhadap rekan sejawatnya yang berbeda aliran politiknya. 7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat ” team work “, kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas. B. Aktualisasi pemimpin bermutu 1. Seraya menjalankan peranannya sebagai kepala sekolah yang dipercaya memmimpin sekolah, maka kepala sekolah harus dapat mengimplementasikan “Karakter kepemimpinan”. Yakni suatu karakter kepemimpinan yang berdisiplin, demokratis, memiliki sifat hangat dalam bergaul tanpa meninggalkan etika berkomunikasi antarpersonal. Suatu karakter kepemimpinan yang memiliki daya dorong bangkitnya INSPIRASI membentuk kerangka kerja sekolah yang memahami bahwa visi, misi harus jelas dan cukup spesifik untuk membantu terciptanya sekolah yang unggul. (Inspirator )

Halaman 24 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

2. Dengan penuh keterbukaan pemimpin berprestasi menyalin komunikasi dua arah antar sesama pemimpin maupun dengan pengikutnya. Saat inilah pendidikan dapat diberikan kepada warga sekolah, masyarakat, seni dasar demokrasi dipersemaikan sejak dini oleh para pemimpin pendidikan . (Komunikatif) 3. Pemimpin berkarakter tegas dalam menjalankan kewajiban kepemimpinannya, melakukan persuasi dalam membangun konsensus dengan seni mempengaruhi (persuasif). Mereka harus mampu memimpin orang untuk bekerja dengan cara yang tepat dan melakukan hal yang tepat. (komitment) 4. Efek riak kepemimpinan kepala sekolah merembet dan menular ke strata kepemimpinan yang dibawahnya, maka tidak heran bila para kepala sekolah telah berhenti atau dipindah tugaskan, ternyata disekolah masih dirasakan keteladannya,kebijaksanaanya, pengendalian lidah dan mulutnya serta keberadaannya oleh warga sekolah. (Keteladanan) 5. Pemimpin berkarakter memiliki gaya emosi yang istimewa, senang bergaul, secara emosi lebih ekspresif dan dramatis, lebih hangat dan lebih sosial, bebas dari prasangka buruk terhadap warga sekolah, lebih kooperatif, lebih menyenangkan, lebih apresiatif dan dapat dipercaya, bahkan lebih lembut daripada pemimpin biasa. (perfect) 6. Pemimpin yang berkarakter menonjol positif memiliki kemampuan visioner yang komprehensif terhadap pola-pola yang mencolok ditengah-tengah informasi yang Chaos (kacau dan membingungkan ), chaos yang tercipta secara otomatis akibat perbuatan buruk pemimpin dapat menimbulkan chaos baru yang lebih vandal dan vulgar. ( Visioner) 7. Pemimpin berkarakter mampu memadukan realitas emosi dengan apa yang mereka lihat, sehingga dapat menghasilkan pengaruh yang mendalam bagi pengikutnya dan menjadikan visi yang mampu membangkitkan inspirasi (Bill Newman ; The Ten Laws of Leadership). ( realistis ) 8.Pemimpin berkarakter terbaik memiliki kecakapan yang dapat membangkitkan daya cipta orang lain, dan mengilhami mereka untuk bergerak kearah yang dikehendaki (seperti dikatakan oleh Kaplan dari Center for Creative Leadership). (Kreatif) 9. Pemimpin berkarakter terbaik mampu mengalirkan Energi. Seperti Ronald Reagan yang dikenal sebagai, ” Komunikator Ulung ” selama masa kepresidenannya, ia adalah aktor professional. Daya emosi dalam karismanya menonjolkan kemampuan mempengaruhi pendengarnya dalam debat terbuka melawan Walter Mondale. ( Komunikator)

Halaman 25 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

10.Pemimpin berkarakter menyadari sisi negatif kepemimpin adalah mudahnya tersebar emosi kepada kelompok pengikut fanatiknya. Disini berlaku pepatah ” Ikan membusuk dari kepalanya dulu “. (sensitif) 11.Pemimpin berkarakter menyadari pengaruh sebagai inti dari kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah sikap, perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin yang bermutu tidak hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula mengkaji proses-proses mempengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpin. Kepala sekolah mampu mengidentifikasi berbagai taktik mempengaruhi yang berbeda-beda seperti persuasi rasional, permintaan berinspirasi, pertukaran, tekanan, permintaan pribadi. (kritis) (Drs. Abdul Rahman Kadir, MM, http://artikel.total.or.id C. Pemimpin Sekolah sebagai Agen Perubahan Dalam setiap organisasi perlu ada “Pembaharu” atau Agent of Change yaitu orang yang mampu melakukan perubahan dalam lingkungan organisasinya. Pada dasarnya ketika Anda ditunjuk sebagai leader atau Pimpinan suatu organisasi, maka bersama itu juga melekat tanggungjawab sebagai The Agent of Change. Karena di tangan seorang Pimpinanlah terdapat kewenangan untuk mengambil keputusan-keputusan penting kemana organisasi mau dibawa. Oleh karena itu ketika seorang Pimpinan tidak mampu bertindak sebagai “Pembaharu” atau Agent of change, maka dia sebenarnya bukanlah seorang pimpinan yang layak disebut sebagai leader . Kalau kita pilah berdasarkan kemampuan mengambil keputusan, maka ada 2 karakteristik Pemimpin yaitu: Safety player dan Risk Taker. Seorang pemimpin yang bersifat safety player, akan sangat hati-hati dalam mengambil keputusan yang mengandung resiko bahkan seringkali membiarkan persoalannya tanpa ada keputusan (mengambangkan). Sedangkan seorang Pemimpin yang bersifat risk taker pada hakekatnya orang yang bersedia bertanggungjawab atas keputusan yang telah diambil apapun resikonya. Karena pada prinsipnya setiap masalah harus dipecahkan dan setiap keputusan pasti ada resikonya. Seorang “pembaharu” lebih dekat kearah karakteristik risk taker, karena setiap perubahan mengandung resiko kegagalan atau penolakan dari bawahan (mungkin juga atasan dan rekan selevel). Adanya resiko kegagalan menyebabkan lebih banyak pimpinan yang mengambil sikap sebagai safety player, karena kegagalan dapat berdampak terhadap perkembangan karir nya. Pertanyaannya kenapa kita harus melakukan perubahan? Lingkungan pendidikan yang terus berubah menuntut setiap sekolah mampu beradaptasi dengan Perubahan lingkungannya. Tanpa mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan pendidikan, maka sekolah akan sulit untuk mempertahankan eksistensinya. Jika sekolah terus menghindari perubahan, maka dalam jangka panjang sekolah akan sulit untuk bertahan dalam persaingan bahkan kelangsungan hidupnya pun dapat terncam, contoh-contoh nyata pernah dialami

Halaman 26 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

perusahaan-perusahaan raksasa dari Amerika Serikat seperti: IBM, General Motors dan Sears. Untuk di dalam negeri pun banyak perusahaan–perusahaan besar pernah ditimpa hal serupa seperti: PT Timah, PT DI , PT INTI , dsb. Kondisi ini sudah terasa di pendidikan banyak sekolah yang lokasi dan sarananya bagus pemilihnya menurun bahkan ada sampai yang tidak dapat siswa. Oleh karena itu adanya The agent of Change dalam setiap organisasi sangat diperlukan, karena dia lah yang akan membawa perubahan terhadap organisasinya (sekolah). Perubahan dapat dilakukan secara incremental (evolusioner) atau secara radikal ( revolusioner). Tentunya perubahan bukanlah asal berubah, tapi tujuannya menghasilkan kinerja organisasi (sekolah) yang lebih baik. Meskipun tidak ada rumus yang mujarab untuk mengelola setiap perubahan, Allan R Cohen menyatakan ada 10 langkah yang dapat dipedomani dalam mengelola perubahan: 1. Analisis Organisasi dan Kebutuhannya akan perubahan. 2. Ciptakan visi yang dimiliki bersama dan arah bersama. 3. Pisahkan dari masa lalu. 4. Ciptakan rasa urgensi. 5. Kembangkan peran Pemimpin yang kuat. 6. Atur sponsor politis. 7. Rancang rencana implementasi. 8. Kembangkan struktur yang handal dan penguatan ulang. 9. Komunikasikan, libatkan orang dan bersikap jujur. 10.Pantau,haluskan, dan lembagakan perubahan. Masalahnya adalah setiap perubahan mengandung resiko penolakan. Karena manusia adalah mahluk yang hidup dengan kebiasaan, begitu juga organisasi. Fitrah manusia untuk hidup dalam kemapanan. Adanya perubahan menimbulkan kecemasan tetang resiko yang akan terjadi dan berdampak terhadap kepentingannya. Pertanyaannya seberapa siap Anda untuk memikul tugas itu? Sebagai gambaran, sejarah menunjukkan bahwa dunia hanya milik orang pemberani. Tugas pembaharu menuntut keberanian. Seorang Pembaharu harus siap menghadapi adanya penolakan atau bahkan pengucilan terhadap dirinya. Mungkin beberapa langkah berikut ini berguna untuk mengatasi penolakan:

Halaman 27 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

1. 2. 3. 4. 5.

Dengarkan, berempati dan akui akan adanya kesulitan. Komunikasikan informasi kunci. Tampung keprihatinan yang wajar. Libatkan mereka yang skeptis. Gunakan orang-orang yang berpengaruh dan berikan insentif terhadap perubahan. 6. Jika semua hal telah dilakukan dan tidak berhasil, sebaiknya harus dipertimbangkan para penolak harus disingkirkan atau dipecat.

Tugas seorang pembaharu memang berat dan kadang harus kesepian. Oleh karena itu seorang pembaharu bukan milik orang yang berhati lemah. Dia harus memiliki kepekaan seperti seorang pekerja sosial, wawasan seorang psikolog, stamina pelari marathon, keteguhan seperti anjing buldog, ketahanan diri seorang pertapa, dan kesabaran seorang suci. Siapkah Anda? D. KEPALA SEKOLAH PEMIMPIN DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH. Kepala sekolah menciptakan model peningkatan peningkatan mutu pembelajaran dengan mengidentifikasi kebutuhan , kekuatan, kelemahan peluang yang dimiliki sekolah, serta menyusun perencanaan dengan warga sekolah yang meperdayakan sumberdaya menuju visi, misi, nilai sekolah , sert secara terus menerus mengadakan kajian kajian bagi setipa kinerja yang telah dihasilkan untuk terus negupayakan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Nilai yang dikembangkan dalam kepemimpinan sekolah berbasis pada nilai nilai yang universal damai (peace), hormat (respect), kerjasama (cooperation), bebas (freedom), bahagia (happiness), jujur honesty), rendah hati (humility), cinta (love), tanggung jawab (responsibility), sederhana (simplicity), toleran (tolerance), dan kesatuan (unity). Nilai-nilai universal yang berkembang akan meningkatkan kecerdasan majemuk yang ditumbuhkembangkan seperti IQ,SQ,KQ,EQ

Pendapat dari Cindi Rigsbee bahwa menjadi seorang pemimpin sekolah yang baik itu adalah: a. Menganggap Sekolah sebagai bagian dari keluarga: Akan terasa adanya suasana keterikatan/keakraban antara warga sekolah ketika kita memasuki suatu sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah yang baik. Nilai-nilai yang ada di dalamnya adalah: kebersamaan, transparansi, kekeluargaan, kerja sama, dan kenyamanan.

Halaman 28 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

b. Guru diperlakukan secara Profesional.

Seorang kepala sekolah yang baik adalah seorang pemimpin yang bersifat instruksional yang membantu guru untuk menciptakan bagaimana cara terbaik siswa belajar. Pemberian keleluasaan kepada guru untuk menentukan cara terbaik sehingga proses belajar menjadi sangat berarti. Nilai-nilai: Kepercayaan, keleluasaan.

c. Memberikan Instruksi berdasarkan data. Guru dilengkapi dengan berbagai data mengenai keberadaan siswa sehingga kemajuan pembelajaran dapat dilihat dari data tersebut. Selain itu juga pemberian reward terhadap siswa dan guru yang memperoleh/mencapai suatu prestasi akademik sehingga mereka merasa termotivasi.

d. Berpusat pada siswa Seorang kepala sekolah yang baik mengetahui keberadaan siswanya secara mendalam yaitu: latar belakang siswa, nama siswa, kelebihan siswa, kelemahan siswa, latar belakang keluarga siswa, dll, sehingga timbulah atmosfir keterbukaan antara kepalasekolah dan seluruh warga sekolah.

e. Merangkul keluarga siswa Kepala sekolah yang baik akan selalu menyertakan peran keluarga dalam komunitas sekolah sehingga orang tua merasa dielaborasi dalam setiap program persekolahan. Hubungan yang dekat antara kepala sekolah dan orang tua siswa ini terjadi setiap saat dan bersifat terbuka dengan cara kunjungan langsung kepala sekolah ke rumah-rumah orang tua siswa sehingga tercipta keharmonisan diantara mereka.

f. Mengalirkan energi positif (menjadi sarana dalam mengalirkan

energi positif) Kepala sekolah selalu meluangkan waktu untuk membahas tentang kesiswaan, orang tua siswa, disiplin siswa, menyertai siswa dalam kegiatan sekolah baik yang berupa kegiatan olah raga, seni, dll. Ketika ada waktu

Halaman 29 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

luang maka dia akan menghabiskan waktunya untuk meningkatkan kompetensinya dengan membaca artikel-artikel mengenai pedidikan sehingga informasi mengenai perkembangan dunia kependidikan selalu diikutinya dengan baik dan menerapkannya di sekolah yang dipimpinnya.

g. Mengembangkan Kepemimpinan Seorang kepala sekolah akan memberikan pelajaran kepada para guru untuk menjadi pemimpin yang baik di depan kelasdan juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kapasitasnya dalam peningkatan profesionalisme mereka. Kepada para siswa diberikan kesempatan untuk menggali minat dan bakat mereka dengan cara ikut serta dalam program-program ekstrakulikuler sekolah.

h. Penolong yang baik Kepala sekolah yang baik akan selalu melibatkan anak buahnya dalam menggapai misi sekolah. Dia tidak pernah berfikir bahwa dia bisa melakukannya sendiri. Guru merasa bahwa dirinya akan selalu ingin menjadi guru yang lebih baik dari hari ke hari karena dorongan dari kepala sekolahnya.

IV. Kemitraan Sekolah dengan Masyarakat Bertolak dari penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berupa desentralistik, maka hal ini berdampak pula terhadap reorientasi Visi dan Misi Pendidikan Nasional yang di dalamnya menyangkut pula tentang Standar Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional. Yang berimbas pula pada Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pendanaaan, dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional. Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis Sekolah ini adalah upaya kemandirian, kreativitas sekolah dalam peningkatan kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam peningkatan mutu melalui kerjasama atau pemberdayaan pemerintah dan masyarakat, maka diperlukan pula administrasi pendidikan di bidang hubungan sekolah dengan masyarakat. Dari paparan di atas, maka melalui kita mencoba mengupas hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.

Halaman 30 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Istilah hubungan dengan masyarakat dikemukakan kali pertama oleh presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson tahun 1807 dengan istilah Public Relations. Hingga saat ini pengertian hubungan dengan masyarakat itu sendiri belum mencapai suatu mufakat konvensional. Adapun pengertian hubungan dengan masyarakat menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya (Suryosubroto,2004:155). Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan untuk kebaikan bersama. Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pendidikan antara lain 1. Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya. 2. Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya. 3. Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. 4. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan. 5. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama. 6. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan. Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik apabila di dukung oleh beberapa faktor yakni: 1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis. 2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap. 3. Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai. 4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan hubungan.

Halaman 31 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dibangun dengan tujuan popularitas sekolah di mata masyarakat. Popularitas sekolah akan tinggi jika mampu menciptakan program-program sekolah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan dari program tersebut mampu melahirkan sosok–sosok individu yang mapan secara intelektual dan spiritual. Dengan popularitas ini sekolah eksis dan semakin maju. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya sebagai berikut: 1. Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah situasi dan perkembangannya. 2. Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah. 3. Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja sama antar warga sekolah sendiri. Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 50), tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; 2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; 3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Bentuk Opersional Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Tergantung pada inisiatif dan kreatifitas sekolah, kondisi dan situasi, fasilitas sekolah dan sebagainya. 1. Di bidang Sarana Akademik Tinggi rendahnya prestasi lulusan (kualitas maupun kuantitas), penelitian, karya ilmiah (lokal, nasional, internasiona), jumlah dan tingkat kesarjanaan pendidiknya, sarana dan prasarana akademik termasuk laboratorium dan perpustakaan atau PSB, SB yang mutakhir serta teknologi instruksional yang mendukung PBM, termasuk ukuran prestasi dan prestise-nya. 2. Di bidang Sarana Pendidikan .Gedung atau bangunan sekolah termasuk ruang belajar, ruang praktikum, kantor dan sebagainya beserta perabot atau mebeuler yang memadai akan memiliki daya tarik tersendiri bagi popularitas sekolah. 3. Di bidang Sosial Partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya, seperti kerja bakti, perayaan-perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi dan sebagainya akan menambah kesan masyarakat sekitar akan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sekitar sebagai anggota masyarakat yang senantiasa sadar lingkungan demi baktinya terhadap pembangunan masyarakat. 4. Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM, demikian sebaliknya fasilitas yang ada di masyarakat sekitarnya dapat digunakan untuk kepentingan sekolah. 5. Mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan masih banyak lagi kegitan operasional hubungan sekolah dengan masyarakat yang dikreasikan sesuai situasi, kondisi serta kemampuan pihak-pihak terkait.

Halaman 32 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi kunci sukses di dalamnya. Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.

V. Peran Kepala Sekolah Dalam Kemitraan Dengan Masyarakat 1.Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosiopsiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa (2003) tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator) 2.Kepala sekolah sebagai wirausahawan Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Halaman 33 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

VI. SEKOLAH DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL Sekolah merupakan tempat menumbuhkembangkan sikap tanggung jawab mencakup tiga hal pokok yaitu tanggung jawab individu, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab susila.Tangung jawab individu berarti seorang yang berani berbuat, berani bertanggung jawab tentang segala resiko dari perbuatannya. Menolak tanggung jawab dengan alasan yang benar dan dianggap benar oleh semua orang juga berarti bertanggung jawab.Tanggung jawab sosial berarti bahwa semua perbuatan yang dilakukan seseorang harus sudah dipikirkan akibatakibatnya atau untung ruginya bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.Tanggung jawab susila berarti bahwa perbuatan seseorang harus sesuai dengan norma-norma susila, moral dan etika. Oleh sebab itu segala perilakukan harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan etika. Karena itu pendidikan pada dasarnya juga harus membentuk nilai moral dan ettika kepada peserta didik untuk dapat mempersiapkan kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab secara moral. Secara langsung sekolah memiliki tanggungjawab sosial terhadap masayarakat pemakai jasa pendidikan Adanya Sifat Mandiri Mandiri berarti bahwa segala perbuatan yang dilakukan seseorang adalah atas dasar pilihannya sendiri, ditentukan dan diputuskan atas kemauan sendiri dengan pertimbangan yang matang. Apa yang dipilih, ditentukan dan diperbuat memang diputuskan atas dorongan dari dalam diri sendiri bukan karena desakan atau paksaan orang lain. Keputusan yang diambil berdasarkan masukan/saran-saran dari sejumlah orang juga berarti keputusannya sendiri, sejauh saran dan masukan dari olrang lain tersebut hanya manjadi bahan untuk memikirkan dan mempertimbangkan keputusan yang terbaik menurut dirinya sendiri, tanpa menggantungkan harapan kepada orang lain. Mandiri secara ekonomi berarti bahwa seseorang yang mengaku dirinya dewasa maka ia sudah memiliki kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri, membiayai kehidupannya atas dasar usahanya sendiri, bukan karena meminta atau disokong (support) oleh orang lain. Usaha sendiri bukan berartri tidak boleh bekerja pada orang lain.Dengan demikian berarti pendidikan dapat pula dipandang sebagai suatu lembaga yang melakukan kegiatan dalam rangka mendewasakan manusia melakukan berbagai aktivitas mendidik dalam wujud pemberian pengalamanpengalaman belajar, berlatih dan melakukan berbagai kegiatan kepada semua peserta didik (manusia yang belum dewasa). Pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan pendidikan adalah merupakan gejala yang Halaman 34 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

bersifat universal dari suatu masyarakat. Isi dan corak dari pengalamanpengalaman pendidikan tersebut sangat bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang memiliki latar belakang budaya, nilai, keyakinan, filosofi yang berbeda. Sifat-sifat universal dari pengalaman-pengalaman pendidikan dapat memberikan kontribusi pengembangan masyarakat dan kebutuhan bagi semua masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai warisan budayanya, dan menanamkan terhadap generasi muda nilai-nilai luhur budaya, cita-cita, kebiasaan-kebiasaan, dan standar perilaku dari budaya masyarakatnya. Pendidikan sebagai suatu wahana untuk mendewasakan manusia lainnya dilakukan dalam suatu proses. Proses dimana anak belajar mengenal cara hidup dan berperilaku, kebiasaan-kebiasaan serta nilai-nilai budaya masyarakat yang disebut sebagai proses enkulturasi. Pada waktu yang sama semua anggota masyarakat harus belajar bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakatnya. Suatu proses dimana generasi muda belajar terhadap nilai-nilai atau kebiasaan-kebiasaan baru tersebut disebut alkulturasi. Dua proses enkulturasi dan alkulturasi tersebut berjalan seiring, berkesinambungan dan saling pengaruh mempengaruhi, sampai pada akhirnya masyarakat merasa memiliki kemantapan nilai-nilai tertentu yang diyakininya sebagai nilai yang dapat membawa kebaikan bagi kehidupannya. Semua orang di dalam masyarakat harus mengadaptasi pola-pola perilaku dan sistem nilai serta cara berfikir yang sudah mantap. Akan tetapi dalam kenyataannya sistem nilai, pola perilaku dan cara-cara berfikir tersebut juga mengalami perubahan, seiring dengan perubahan budaya baik sebagai akibat masuknya budaya lain maupun sebagai akibat kemajuan budaya masyarakat setempat akibat proses pendidikan itu sendiri. Kegagalan seseorang individu yang berada dalam suatu lingkungan untuk mengadaptasi nilai-nilai baru yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya dapat mengakibatkan resiko konflik dan mungkin stagnasi, bahkan seseorang dapat terisolasi dari lingkungan masyarakat dimana dia berada apabila dia gagal dalam mengadaptasi diri. Oleh karena itu pendidikan berfungsi pula untuk mempersiapkan peserta didik kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Sehingga sekolah secara kelembagaan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya dalam pembentukan anak secara utuh. Ini berarti kegagalan dalam beradaptasi merupakan ancaman bagi eksistensi seorang individu dalam lingkungan dimana dia berada, agar mereka tidak mengalami kegagalan tersebutlah sekolah berperan membantu memfasilitas anak. Tingkat dan intensitas terjadinya modifikasi-modifikasi tersebut sangat bervariasi antar sistem budaya masyarakat yang satu dengan sistem budaya masyarakat yang lain. Akan tetapi secara umum, tanpa memandang tingkat kemajuan masyarakat, apakah masyarakat tersebut berpendidikan atau tidak, masyarakat pra-industri atau masyarakat industri, masyarakat tradisional ataupun masyarakat yang telah maju, proses-proses pembudayaan melalui proses sosialisasi dan edukasi dari generasi muda, selalu terjadi dan pasti menghadapi masalahmasalah. Berbagai permasalahan dalam proses adaptasi tersebut menjadi kewajiban orang tua, sekolah dan masyarakat untuk memfasilitasinya. Pembicaraan tentang kebudayaan dan sekolah sering membatasi penggunaan

Halaman 35 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

istilah edukasi dan sosialisasi. Edukasi sering dihubungkan dengan belajar dalam sekolah formal, sedang sosialisasi dianggap suatu konsep yang memiliki makna yang lebih luas, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan upaya belajar untuk menyesuaikan dan mengadopsi nilai-nilai baru. Meskipun sebenarnya edukasi dan sosialisasi keduanya bermuara pada tujuan akhir pendewasaan seseorang. Adakalanya seseorang dapat beradaptasi terhadap nilai baru sebagai akibat dari keikutsertaannya dalam pencarian informasi melalui sosialisasi. Dengan demikian sosialisasi pada dasarnya merupakan salah satu cara dalam proses edukasi.Tumbuh dan berkembangnya budaya masyarakat dapat terbentuk melalui kedua proses tersebut, yaitu proses sosialisasi dan edukasi, walau prosesproses tersebut tidak dapat diabstraksikan dari cakupan budaya dan struktur sosial, agaknya aspek-aspek tersebut dapat dimengerti sebagai bagian dari aspek kebudayaan. Proses pendidikan secara formal dilakukan melalui system persekolahan, pada umumnya dipandang sebagai proses terbuka. Proses pendidikan secara formal ini bersifat terbuka sehingga dapat diketahui dan terlihat oleh siapapun, dan diorganisasi secara baik, mulai dari pengaturan peserta didik sampai pada pengaturan kapan seseorang harus belajar dan apa yang harus dipelajari pada waktu tertentu sampai pada pengaturan system penilaian sebagai bukti terjadinya perubahan pada diri individu sebagai akibat proses pendidikan. Akan tetapi baik edukasi maupun sosialisasi juga dapat terjadi secara informal dan bersifat tertutup, dan bahkan sebagian tidak disadari oleh individu yang bersangkutan. Dalam beberapa masyarakat, misalnya pada kelompok-kelompok masyarakat tribal, terutama di negara-negara sedang berkembang dari Dunia Ketiga, proses edukasi dan sosialisasi dari generasi muda berlangsung tidak selalu melalui prosedur dan jalur belajar formal yang ekstensif. Namun demikian proses “schooling” atau persekolahan sebenarnya selalu terjadi dimana-mana, dan masyarakat sukar menghindari diri dari proses belajar mengajar formal tersebut, baik di dalam masyarakat di desa-desa, masyarakat yang hidup di padang pasir, masyarakat di lereng-lereng gunung, semuanya sekarang pasti telah dijamah oleh proses “schooling” tersebut. Sifat universal dari sekolah-sekolah dan proses schooling tersebut dapat digolongkan menjadi enam golongan besar : 1. Sekolah-sekolah yang memberikan dasar-dasar pengetahuan untuk menyadari dirinya sebagai warga masyarakat dan warga negara. Sekolahsekolah ini meliputi pendidikan tingkat kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah lanjutan. 2. Sekolah-sekolah yang memberikan pengetahuan tingkat lanjut di perguruan tinggi, yang memberikan pendidikan dan latihan spesialis. 3. Sekolah-sekolah yang berorientasi pada pendidikan keagamaan. 4. Sekolah-sekolah yang menyiapkan generasi muda menjadi militer. 5. Sekolah-sekolah kejuruan yang berorientasi pada kerja, dan 6. Sekolah-sekolah dalam bentuknya yang lain misalnya sekolah yang dipersiapkan untuk menyebarluaskan pengetahuan tertentu, misalnya sekolah untuk kepentingan indoktrinasi, sekolah untuk menyiapkan guruguru agama, dan sekolah-sekolah untuk mempersiapkan tenaga-tenaga profesional lainnya (Chesler and Cave, 1981:2)

Halaman 36 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Proses dari persekolahan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Sekolah-sekolah seperti itu sejak lama telah dipersiapkan oleh masyarakat, dan dimaksudkan untuk melestarikan warisan budaya masyarakat, serta berfungsi untuk melangsungkan proses memajukan masyarakat. Lebih jelasnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan dimanapun proses pendidikan itu berlangsung (melalui persekolahan atau diluar persekolahan) adalah untuk menghasilkan orang-orang agar mereka mengenal dan menyadari dirinya serta bertanggungjawab untuk menyempurnakan /mengembangkan masyarakatnya atau dengan kata lain mendewasakan manusia yang ditandai oleh indikator: bertanggung jawab, mandiri, tidak tergantung atau selalu menggantungkan diri kepada orang lain, berani mengambil keputusan terbaik untuk dirinya dan masyarakatnya serta menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya. Munculnya sekolah-sekolah formal sebagai konsekuensi dari perkembangan masyarakat, dan kompleksnya tatanan sosial yang ada, serta untuk merespon kebutuhan bagi upaya melestarikan warisan budaya, kontrol sosial dan untuk memajukan masyarakat yang bersangkutan. Kemunculan sekolah ini pada awalnya didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga oleh orang dewasa di sekitar keluarga, tidak mampu lagi berperan mempersiapkan anggota keluarganya secara intensif dalam memberikan pengalaman belajar untuk menghadapi berbagai kemajuan dan kompleksitas kehidupan dan tatanan sosial budaya yang berkembang secara cepat.Bagi orangorang/masyarakat yang menempatkan permikiran pada orientasi edukasi, untuk memajukan masyarakat, tidak menginginkan perubahan-perubahan masyarakat secara radikal, apalagi dengan jalan berontak atau kekerasan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap institusi dan struktur sosial yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kelembagaan pendidikan itu pada hakekatnya merupakan lembaga konservatif, yang berfungsi untuk mempertahankan dan mewariskan budaya sambil berusaha mengembangkan budaya bagi kesejahteraan masyarakatanya. Titik tolak atau sentral segala upaya dalam pengembangan budaya yang dilakukan melalui proses persekolahan ataiu proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah memajukan kehidupan masyarakat, meningkatkan kualitas kehidupan warga masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang utuh, yaitu sejahtera dalam arti lahir dan sejahtera dalam arti bathin. Dengan demikian orientasinya bukan semata pada aspek materialistis tetapi juga aspek psikologis dan spritualistis. Oleh sebab itulah maka sekolah dimanapun, dalam kondisi apapun sebagai sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya. Mestinya dia tumbuh dan berkembang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Pada sisi lain sekolah dihadapkan pada kenyataan perkembangan budaya masyarakat yang sangat cepat, perubahan-perubahan yang tejadi terhadap berbagai aspek-aspek budaya dan masyarakat yang begitu cepat menjadikan sekolah mempunyai misi sebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan (agent of change), sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Sekolah

Halaman 37 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

berfungsi sebagai alat untuk mengintrodusir nilai-nilai baru yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat tanpa meninggalkan nilai lama yang perlu dipertahankan agar dapat diadopsi oleh masyarakat, demi mengadaptasi perkembangan teknologi dan pengetahuan, yang pada akhirnya sebenarnya bertujuan agar kehidupan masyarakat lebih berkualitas. Jadi tidak mungkin kita berfikir dan memfungsikan sekolah hanya sebagai alat untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan dan tata nilai yang berlaku di dalam masyarakat serta sebagai alat untuk mentransmisikan warisan-warisan budaya masyarakat semata-mata, karena masyarakat akan tertingal dari budaya yang terus menerus berkembang, lebih-lebih pada masa sekarang perkembangan budaya masyarakat jauh lebih cepat dari apa yang dapat dilakukan oleh sekolah. Bersamaan dengan proses pelestarian tersebut, sekolah harus dipandang sebagai agen pembaharuan serta kekuatan yang mampu menciptakan kondisi-kondisi untuk melakukan perubahan-perubahan kearah peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian dalam pembicaraan mengenai sekolah ini kita dihadapkan dua kepentingan atau tujuan pokok, yaitu: melakukan kegiatankegiatan pendidikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat mengantisipasi masa depan tanpa harus meninggalkan budaya dan nilai yang sudah menjadi karakteristik masyarakat. Jadi sekolah disatu pihak dapat dipandang sebagai lembaga konservasi nilai-nilai masa lampau dan kedua sebagai agent untuk melakukan perubahan. Kepentingan tersebut di atas tidak perlu dianggap sebagai asumsi yang harus dipertentangkan, akan tetapi harus ditempatkan di dalam suatu kontinum, yang akan memberi kesempatan kepada pengambil kebijakan, untuk mengambil pilihan-pilihan yang diinginkan, atas pertimbangan-pertimbangan situasi, tempat dan kepentingan tertentu.Dari uraian-uraian tersebut di atas, nampak bahwa pembicaraan tentang persekolahan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang masyarakatnya, sebab sekolah diciptakan sebagai lembaga yang berperan dalam mengembangkan masyarakat kearah kemajuan, berkualitas dan sejahtera. Oleh sebab itu sangat tepat kalau tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berpusat pada tiga lembaga yaitu : keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dalam proses pembentukan masyarakat yang berkualitas Adanya sifat kestabilan dan kemantapan Kestabilan ini mencakup kestabilan dalam tingkah laku, pandangan hidup dan kestabilan dalam nilai-nilai yang dianut. Kestabilan dalam perilaku berarti seseorang yang segala perbuatannya, tingkah lakunya senantgiasa berdasarkan atas suatu rencana yang telah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang. Artinya peserta didik yang memiliki kestabilan adalah mereka yang selalu berupaya memikirkan secara matang untung dan rugi, apa kaitannya dengan nilainilai yang di masyarakat sebelum dia berperilaku atau mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya di masyarakat. Kestabilan disini bukanlah dalam pengertian kaku (tidak dapat diubah-ubah) tetapi kestabilan yang dinamis dalam arti perilaku dapat berubah meskipun sudah direncanakan, tetapi perubahan ini didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang Halaman 38 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

sangat rasional. Dengan kata lain terjadinya perubahan terhadap suatu keputusan yang telah diambil seseorang atas dasar pemikiran yang matang juga berarti suatu kematapan dalam keputusan.Kestabilan dalam pandangan hidup berarti bahwa dengan kesadaran dan keyakinan seseorang telah menganut suatu pandangan hidup/keagamaan tertentu secara utuh dengan tidak mudah tergoyahkan oleh factor apapun.Kestabilan dalam nilai-nilai yaitu segala perbuatan/perilaku dan sikapnya selalu didasarkan kepada nilai-nilai kehidupan/kemasyarakatan serta nilai-nilai dalam berbangsa dan bernegara. DAFTAR PUSTAKA Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Bambang Budi Wiyono. 2000. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru dalam Melaksanakan Tugas Jabatan di Sekolah Dasar. (abstrak) Ilmu Pendidikan: Jurnal Filsafat, Teori, dan Praktik Kependidikan. Universitas Negeri Malang. (Accessed, 31 Oct 2002). Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK & SLB, Jakarta : BP. Cipta Karya ————––. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (accessed 9 Feb 2003). Louise Moqvist. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, Linköping University. Gunawan, Ary. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Mary E. Dilworth & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform Agenda. ERIC Digest. 1995. . (Accessed 31 Oct 2002 ). Mulyasa, Endang. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions. NBPTS HomePage. (Accessed, 31 Oct 2002). Remaja.Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas Pidarta, Made. —–. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Halaman 39 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Sofyan S. Willis. 2004.Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia. Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita. Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Halaman 40 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Lampiran 1: LEMBAR KERJA LEMBAR KERJA 1 The higher you go as a leader, the easier you lead (John Maxwell) Only principal who are equipped to handle to a complex, rapidly changing environment can implement the reforms that lead to sustained improvement in student achievement ( Michael Fullan)

Diskusikan kata kata bijak ini dengan teman sebelah anda, kaitkan dengan tugas keseharian anda sebagai seorang kepala sekolah! Lembar 2 berbagi pengalaman tentang Bentuklah 6 kelompok kerja untukKerja saling topik yang diperoleh atas undian kelompok yang disediakan oleh fasilitator ! Diskusikan pengalaman, masalah yang pernah anda alami dengan anggota kelompok, tuliskan hal hal penting yang berupa kesimpulan kelompok dalam kertas flipchart dan tempelkan di tempat yang disediakan sehingga dapat dibaca oleh anggota kelompok lain untuk mendapatkan masukan dari kelompok lain ! Lembar Kerja 3 Kegiatan belanja, dua anggota kelompok menunggu kesimpulan yang telah ditempelkan untuk memberikan penjelasan kepada pengunjung (anggota kelompok lainnya) serta mencatat masukan yang diberikan oleh pengunjung uuntuk kesempurnaan pendapat kelompoknya. Anggota kelompok lainnya keliling melihat tayangan kesimpulan masing masing kelompok untuk menanyakan hal–hal yang kurang jelas, serta menambahkan hal hal yang dianggap perlu. Setelah waktu saling mengunjungi habis anggota kelompok kembali kekelompok asal untuk memperbaiki tayangan sesuai dengan masukan pengunjung untuk dipresentasikan kepada seluruh peserta pelatihan. Lembar Kerja 4 Setiap kelompok menyajikan tayangan yang mendapat masukan dari pengunjung topik yang dperoleh . Setelah diperoleh kesepakatan dari seluruh peserta pelatihan, bacalah ringkasan materi serta perhatikan tayangkan pointer pointer materi yang diberikan oleh fasilitator untuk dicocokan dengan kesimpulan Lembar yang telah diperoleh dalam diskusi Kerja kelas. 4 Pada akhir penayangan setiap kelompok melaporkan apakah kesimpulan yang dperoleh dari diskusi kelas sebelumnya cocok atau tidak dengan materi yang diberikan oleh fasilitator. Apabila ada hal yang tidak cocok laknjutkan dengan diskusi berikutnya yang dipimpin oleh kelompok yang mendapatkan topik tesebut. Halaman 41 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Lembar Kerja 5 Setelah diskusi berakhir secara perorangan tulislah learning log yang merupakan resume seluruh topik yang telah didiskusikan serta refleksi terhadap tugas keseharian anda sebagai kepala sekolah sebanyak kurang lebih 200 kata Lembar Kerja 6

Sebagai kegiatan pengembangan susunlah rencana aksi kemitraan sekolah dengan masyarakat yang paling mendesak untuk sekolah anda sesuai topik yang telah didiskusikan selama kegiatan. Dalam Rencana Aksi harus ada rincian ; target mutu (Leadership), sumberdaya (Manusia, saranan prasarana,waktu) cara pelaksanaannya.Selanjutnya sebagai sampel 10 peserta dengan cara diundi akan mepresentasikan pekerjaan untuk mendapat masukan untuk perbaikan dari peserta lainnya dengan waktu penyajian masing masing 15 menit

Halaman 42 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Lampiran 2: POWER POINT

Halaman 43 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 44 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 45 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 46 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 47 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 48 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 49 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 50 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 51 dari 52

Paket Pelatihan School Leadership

Halaman 52 dari 52

Related Documents