Pada sesi ini kita akan belajar mencatat atau membukukan pemotongan pajak lebih detail lagi.... siap yaa! Pencatatan pemotongan dan Penyetoran Pajak (PPh 21) dapat dilakukan dengan 2 ( dua ) cara, yaitu : 1. Diakui sebagai hutang 2. Diakui sebagai pembayaran dimuka (Pdm – PPh 21) Cara-1, sudah dipelajari dan diaplikasikan pada sesi sebelumnya. Sekarang kita akan membahas cara yang ke – 2. Cara kedua dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengendalian, perusahaan dapat memilih salah satu cara dari kedua cara yang ada.
dan pimpinan
Dalam cara pertama pencatatan saat terjadi pemotongan pajak, dicatat sebagai hutang disebelah kredit , dan saat penyetoran pajak, hutang PPh 21 di catat disebelah kredit, sehingga menjadi ‘Nol’, di bulan berikut. Ingat?!
Dalam cara ke-2 pencatatan pembayaran gaji dan pemotongan pajak diperlakukan sama dengan cara -1, yaitu : Mendebet perkiraan beban gaji dan mengkredit perkiraan hutang PPh 21 dan Kas. Pada saat terjadi penyetoran pajak, disini perusahaan tidak mencatat debet Hutang PPh 21 dan credit Kas , tapi perusahaan menampilkan akun baru yaitu ‘debet - Pembayaran dimuka PPh 21 (atau Pdm PPh 21) dan credit - kas. Sekarang mari kita lihat ilustrasi dari dua cara pencatatan di atas: Cara 2:
Cara 1: Jurnal saat pembayaran gaji: Dr Beban gaji x Cr Hutang PPh 21 x Cr Kas x Jurnal Saat Penyetoran pajak: Dr Hutang PPh21 x Cr Kas x Per 31 desember: No - AJE
Jurnal saat pembayaran gaji: Dr Beban gaji x Cr Hutang PPh 21 x Cr Kas x Jurnal Saat Penyetoran pajak: Dr Pdm PPh21 x Cr Kas -
x
Per 31 desember: Dr Hutang PPh ps 21 x Cr Pdm PPh 21 x ( AJE untuk perkiraan hutang PPh21 dan Pdm PPh 21)
BAGAIMANA....BISA TERLIHAT PERBEDAANNYA?? Dari jurnal tersebut selanjutnya kita buat buku besar dalam bentuk T - Account
Hutang PPh 21
AJE 1.320 Saldo 120 1.440
Jan Feb Mrt Dst Nov Des
Pdm PPh 21
120 120 120
Jan Feb Mrt
120 120
120 120
Des
120
1.440
1.320 Selisih 120
AJE 1.320 1.320