LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....... TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT PT.PGN LNG INDONESIA a. Peta Lokasi Pembuangan Air Limbah
1
b. Koordinat Titik Penaatan Air Limbah No.
c.
Jenis Air Limbah
Lokasi Titik Penaataan
Koordinat LS
BT
1.
Air Limbah Domestik
TP-1
O5°-26’-35,4’’ S 1O5°-56’-37,3’’ E
2.
Air Pendingin
TP-2
O5°-26’-35,2’’ S 1O5°-56’-38,3’’ E
3.
Air Limbah Regasifikasi
TP-3
O5°-26’-35,2’’ S 1O5°-56’-37,0’’ E
4.
Air Limbah Desalinasi
TP-4
O5°-26’-35,7’’ S 1O5°-56’-37,7’’ E
5.
Air Ballast
TP-5
O5°-26’-35,3’’ S 1O5°-56’-37,2’’ E
6.
Air Bilge Separator
TP-6
O5°-26’-35,5’’ S 1O5°-56’-38,5’’ E
Koordinat Titik Pembuangan Air Limbah (Outfall) dan Kedalaman Pembuangan No.
Jenis Air Limbah
1.
Air Limbah Domestik (T.Lim - 1)
2.
Air Pendingin (T.Lim - 2)
3.
Air Limbah Regasifikasi (T.Lim - 3)
4.
Air Limbah Desalinasi (T.Lim - 4)
5.
Air Ballast (T.Lim - 5)
6.
Air Bilge Separator (T.Lim - 6)
Lokasi Pembuangan Perairan MaringgaiSelat Sunda, Lampung Timur Perairan MaringgaiSelat Sunda, Lampung Timur Perairan MaringgaiSelat Sunda, Lampung Timur Perairan MaringgaiSelat Sunda, Lampung Timur Perairan MaringgaiSelat Sunda, Lampung Timur Perairan MaringgaiSelat Sunda, Lampung Timur
Koordinat LS
BT
Kedalaman (m)
O5°-26’-34,9’’ S 1O5°-56’-37,8’’ E
8
O5°-26’-35,8’’ S 1O5°-56’-37,7’’ E
8
O5°-26’-34,7’’ S 1O5°-56’-37,5’’ E
7
O5°-26’-35,2’’ S 1O5°-56’-38,3’’ E
8
O5°-26’-34,5’’ S 1O5°-56’-37,6’’ E
8
O5°-26’-35,7’’ S 1O5°-56’-37,6’’ E
8
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA 2
LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....... TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT PT. PGN LNG INDONESIA 1. Tata Letak Pengolahan Air Limbah a. Bilge Water dan Air Pendingin
3
b. Air limbah domestik
4
c. Air Desalinasi
5
2. Neraca Massa Air Limbah
3.000
3.000
Perairan Laut (TP-5, T.Lim-5)
Air Ballast
7.000
7.000
Perairan Laut (TP-3, T.Lim-3)
Air Regasifikasi Perairan Laut (in)
1.600
Perairan Laut (TP-6, T.Lim-6)
1.600
Air Pendingin
Perairan Laut (TP-2, T.Lim-2) 1,1
1,1 1,1
Operasional FSRU 88
Proses Desalinasi
0,15
Air Karyawan 86,75 Brine water ke Perairan Laut (TP-4, T.Lim-4)
0,025
Bilge Separator Menguap/ hilang
0,125
Pengolahan Air Limbah Domestik
0,125
Perairan Laut (TP-1, T.Lim-1)
Gambar Neraca Penggunaan Air dan Air Limbah (m3/jam)
Air laut digunakan sebagai air ballast, air pemanas regasifikasi, air pendingin mesin, dan air keperluan karyawan diperoleh dari proses pengolahan air laut melalui desalinasi. Pada saat pemasukan LNG dari kapal LNG (LNG Carier) ke kapal FSRU akan dilakukan pengeluaran ballast water dari ballast tank di FSRU ke perairan laut agar terjaga kesetimbangan dalam FSRU. Air ballast yang dibutuhkan sekitar 3.000 m3/jam tidak diolah dan diberi tambahan bahan kimia sehingga bisa secara langsung dibuang ke perairan laut. Air laut sebagai media pemanas LNG dalam proses regasifikasi di vaporizer system sebanyak 7.000 m3/jam dipompa ke vaporizer system setelah melalui penyaringan kotoran. Proses pemanasan LNG dilakukan dalam alat penukar panas (heat exchanger) sehingga suhu air laut akan menurun menjadi 21 oC dan langsung dialirkan ke laut. Operasional peralatan di FSRU seperti Power Plant membutuhkan air pendingin (cooling water) sekitar 1.600 m3/jam untuk mempertahankan suhu peralatan Pengolahan air pendingin dilakukan dengan cara injeksi sodium hipoclorit untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
6
Proses desalinasi dilakukan dalam evaporator yang akan menghasilkan distilat yang merupakan air murni dan larutan garam (brine). Larutan garam akan dikembalikan ke perairan laut sedangkan distilah setelah dikondensasi akan disalurkan untuk keperluan air bersih di FSRU. Pengolahan air limbah domestik dilakukan dalam sewage treatment plant yang berasal dari masing-masing toilet di seluruh FSRU dialirkan ke unit tangki. Air terolah sebelum dialirkan ke perairan laut dilakukan proses disinfeksi sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu. Operasional FSRU yang membutuhkan air akan menghasilkan air limbah berminyak (Bilge Water/oily water) yang diolah dalam 15 ppm Bilge Separator Air limbah terolah akan dialirkan ke perairan laut. 3. Diagram Alir Pengolahan Air Limbah a. Air Limbah Domestik Air Limbah Domestik
Biofilter Media
Tangki Sedimentasi
Filter Carbon Aktif
Tangki Sterilisasi
Laut
Blower
Pengolahan air limbah domestik dilakukan dalam sewage treatment plant yang berasal dari masing-masing toilet di seluruh FSRU dialirkan ke unit tangki biofilter yang diisi dengan media perkembangbiakan mikroorganisma. Lumpur organik yang terbentuk dipisahkan dalam bak sedimentasi. Sebagian lumpur dikembalikan ke tangki biofilter sedangkan kelebihannya akan ditampung dan dibakar di incinerator. Air limbah dari bak sedimentasi dialirkan ke tangki 3 untuk pengolahan dengan karbon aktif. Air terolah sebelum dialirkan ke perairan laut dilakukan proses disinfeksi sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan sesuai Kepmen LH No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Lampiran XLVI.
7
b. Air Pendingin Air Pendingin Air Laut
FSRU
Laut
Operasional peralatan di FSRU seperti Power Plant membutuhkan air pendingin (cooling water) untuk mempertahankan suhu peralatan sesuai persyaratan. Sistem pendingin menerapkan teknologi once through cooling water system. Air pendingin diperoleh langsung dari perairan laut dengan kebutuhan sekitar 1.600 m3/jam dengan kandungan sisa Clor 0,5 mg/L dan suhu di bawah 40 ºC akan langsung dibuang ke peraiaran laut tanpa pengolahan karena sudah memenuhi baku mutu air limbah kegiatan pembangkit listrik tenaga termal sumber kegiatan pendukung (sumber Pendingin) Permen LH No 08 Tahun 2009.
c. Air Limbah Regasifikasi Air Regasifikasi Air Laut
FSRU
Laut
Kebutuhan terbesar air laut adalah sebagai media pemanas LNG dalam proses regasifikasi di vaporizer system sebanyak 7.000 m3/jam. Air laut untuk regasifikasi
ini
mengendalikan
diolah
dengan
pertumbuhan
cara
injeksi
sodium
hipoclorit
mikroorganisme.
Proses
pemanasan
untuk LNG
dilakukan dalam alat penukar panas (heat exchanger) sehingga suhu air laut akan menurun menjadi 21 oC dan langsung dialirkan ke laut. d. Air Limbah Desalinasi
Air Laut
Proses Desalinasi
Air Limbah (brine water) Laut
Air Bersih
Proses desalinasi dilakukan dalam evaporator yang akan menghasilkan distilat yang merupakan air murni dan larutan garam (brine). Larutan garam akan dikembalikan ke perairan laut sedangkan distilah setelah dikondensasi akan disalurkan untuk keperluan air bersih di FSRU 8
e. Air Ballast
Air Laut
Air Ballast
Ballast Tank
Laut
Air ballast digunakan untuk menjaga kesetimbangan dalam FSRU pada saat dilakukan loading maupun unloading LNG. Air ballast merupakan air laut yang setelah digunakan akan dikembalikan ke perairan laut. Debit air ballast yang dialirkan ke laut sebesar 3.000 m3/jam. f.
Air Bilge (Bilge Water)
Proses Separator
Filtrasi
Laut
Operasional FSRU yang membutuhkan air akan menghasilkan air limbah berminyak (Bilge Water/oily water) yang diolah dalam 15 ppm Bilge Separator yang mempunyai kapasitas maksimum 5 m3/jam. Pemisahan minyak di Bilge Separator akan menurunkan kadar minyak menjadi 15 ppm. Air limbah terolah akan dialirkan ke perairan laut.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA
9
LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....... TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT PT. PGN LNG INDONESIA a. Kadar Maksimum Air Limbah yang Diizinkan Dibuang ke Laut 1. Air Limbah Domestik No.
Parameter
Satuan
Kadar Paling Tinggi
-
6-9
1.
pH
2.
BOD
mg/Liter
100
3.
TSS
mg/Liter
100
4.
Minyak dan Lemak
mg/Liter
10
Satuan
Kadar Paling Tinggi
-
6-9
0C
38
2. Air Pendingin No.
Parameter
1.
pH
2.
Temperatur
3.
Chlorin Bebas
mg/Liter
1
4.
Minyak dan Lemak
mg/Liter
10
5.
Salinitas
‰
-
Satuan
Kadar Paling Tinggi
-
6-9
0C
38
3. Air Limbah Regasifikasi No.
Parameter
1.
pH
2.
Temperatur
3.
Chlorin Bebas
mg/Liter
1
4.
Minyak dan Lemak
mg/Liter
10
5.
Salinitas
‰
-
4. Air Limbah Desalinasi No.
Parameter
1.
pH
2.
Temperatur
Satuan
Kadar Paling Tinggi
-
6-9
0C
38
10
No.
Parameter
Satuan
Kadar Paling Tinggi
3.
Chlorin Bebas
mg/Liter
1
4.
Minyak dan Lemak
mg/Liter
10
5.
Salinitas
0/00
Pada radius 30 m dari lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama dengan kadar salinitas alami.
5. Air Ballast No.
Parameter
Satuan
Kadar Paling Tinggi
-
6-9
0C
38
1.
pH
2.
Temperatur
3.
Chlorin Bebas
mg/Liter
1
4.
Minyak dan Lemak
mg/Liter
10
5.
Salinitas
‰
-
Satuan
Kadar Paling Tinggi
-
6-9
0C
38
6. Air Bilge No.
Parameter
1.
pH
2.
Temperatur
3.
Chlorin Bebas
mg/Liter
1
4.
Minyak dan Lemak
mg/Liter
10
5.
Salinitas
‰
-
b. Debit Maksimum Harian Air Limbah yang diizinkan dibuang ke Laut No.
Jenis Air Limbah
Debit Paling Tinggi (m3/ Jam) 0,125
1.
Air Limbah Domestik
2.
Air Pendingin
1.600
3.
Air Limbah Regasifikasi
7.000
4.
Air Limbah Desalinasi
86,75
5.
Air Ballast
3.000
6.
Air Bilge
1,1
11
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA
12
LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....... TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT PT. PGN LNG INDONESIA PERHITUNGAN BEBAN PENCEMARAN DAN EFISIENSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH a. Perhitungan beban air limbah bulanan dari outlet L out = Q rata-rata bulanan x C out
b. Perhitungan beban air limbah bulanan dari inlet L in
= Q rata-rata bulanan
x C in
c. Perhitungan efisiensi pengolahan air limbah
EfIPAL =
L in - L out L in
Keterangan : L out L in EfIPAL Q rata-rata bulanan C out C in
= = = = = =
x 100%
beban pencemaran air limbah outlet beban pencemaran air limbah inlet efisiensi pengolahan air limbah Debit rata-rata bulanan air limbah hasil uji parameter air limbah bulanan yang diukur oleh laboratorium di outlet hasil uji parameter air limbah bulanan yang diukur oleh laboratorium di inlet
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA
13
LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....... TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT PT. PGN LNG INDONESIA
a. Titik Pantau Kualitas Air Laut Titik Pemantauan Kualitas Air laut Temperatur (KAL 1) X Musim Barat (Kondisi air Pasang) 105.939681° Musim Barat (Kondisi air Surut) 105.945429° Musim Timur(Kondisi air Pasang) 105.936906° Musim Timur (Kondisi air Surut) 105.946459°
Y -5.444609° -5.443342° -5.441818° -5.444363°
BOD (KAL 2) Barat (Kondisi air Pasang) Barat (Kondisi air Surut) Timur(Kondisi air Pasang) Timur (Kondisi air Surut)
BT 105.938068° 105.947179° 105.937950° 105.945668°
LS -5.445877° -5.442815° -5.439645° -5.445920°
Minyak Lemak (KAL 3) Musim Barat (Kondisi air Pasang) Musim Barat (Kondisi air Surut) Musim Timur(Kondisi air Pasang) Musim Timur (Kondisi air Surut)
BT 105.935931° 105.952534° 105.933187° 105.946280°
LS -5.447753° -5.444272° -5.435944° -5.450659°
Salinitas (KAL 4) Barat (Kondisi air Pasang) Barat (Kondisi air Surut) Timur(Kondisi air Pasang) Timur (Kondisi air Surut)
BT 105.938219° 105.944836° 105.937906° 105.946122°
LS -5.444403° -5.445324° -5.440740° -5.442373°
Musim Musim Musim Musim
Musim Musim Musim Musim
Musim Barat Musim Timur
Oktober-April April-Oktober
b. Baku Mutu Kualitas Air Laut dan Biota Laut No. Parameter Fisika 1. Kecerahan a
2. 3. 4.
Kebauan Kekeruhana Padatan tersuspensi total
Satuan M
b
NTU mg/L
Baku Mutu coral: >5 mangrove: seagrass: >3 alami3 <5 coral: 20 mangrove: 80 seagrass: 20
14
No. 5. 6.
7.
Parameter Sampah Suhuc
Lapisanminyak5
Kimia 1. pHd 2. Salinitase
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
-
%
Oksigen terlarut (DO) BOD5 Ammonia total (NH3-N) Fosfat (PO4-P) Nitrat (NO3-N) Sianida (CN-) Sulfida (H2S) PAH (Poli aromatik hidrokarbon) SenyawaFenol total PCB total (poliklorbifenil) Surfaktan (deterjen) Minyak dan lemak Pestisidaf TBT (tributil tin) 7 Logam terlarut: Raksa (Hg) Kromium heksavalen (Cr(VI)) Arsen (As) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) Nikel (Ni)
Biologi 1. Coliform (total) 2. Patogen 3. Plankton
Satuan ˚C
g
Baku Mutu nihil1 (4) alami3 (c) coral: 28-30 (c) mangrove: 28-32 lamun: 28-30 (c) nihil1 (5)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L µg/L mg/L mg/L µg/L µg/L
7 - 8,5 (c) alami3 ( e) coral: 33-34 (c) mangrove: s/d 34 lamun: 33-34 (c) >5 20 0,3 0,015 0,008 0,5 0,01 0,003 0,002 0,01 1 1 0,01 0,01
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,001 0,005 0,012 0,001 0,008 0,008 0,05 0,05
MPN/100 mL sel/100 mL sel/100 mL
(c)
(c)
1000 (g) Nihil 1 Tidakbloom6
Catatan: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan). 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional. 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim). 4. Pengamatan oleh manusia (visual). 5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm. 6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itusendiri. a. TBT adalah zatantifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic; b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman; c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami; d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH;
15
e. f. g. h.
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman; Berbagai jenis pestisida seperti DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor; Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman; dan Melakukan pengamatan keragaman, keseragaman, dan index dominansi dari plankton, ikan,dan benthos untuk melihat kondisi perairan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA
16
LAMPIRAN VI KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....... TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT PT. PGN LNG INDONESIA
Standard Operating Procedure (SOP) Kondisi Darurat
17
18
19
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA
20