Sumber Limbah Cair Pltu.docx

  • Uploaded by: adel
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sumber Limbah Cair Pltu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 997
  • Pages: 3
Sumber Limbah Cair PLTU Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga termal, limbah yang dihasilkan berasal dari proses utama, kegiatan pendukung, dan kegiatan yang menghasilkan air limbah yang mengandung minyak. Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam,blowdown cooling tower, blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. Kegiatan pendukung meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber. Air limbah yang mengandung minyak (oily water) adalah air limbah yang berasal dari pencucian peralatan-peralatan, tumpahan dari kegiatan operasional yang dibung ke media lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atauoil trap. Parameter Limbah Cair PLTU Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga thermal, parameter limbah cair PLTU, yaitu PH, TSS, minyak dan lemak, klorin bebas (Cl2), kromium total, tembaga (Cu), besi (Fe), seng (Zn), phospat (PO4-), alkalinitas, SO42-, dan temperatur. 1. PH Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihannya (Sugiharto, 1987). Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa bergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap pH dan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah (Sumantri, 2010). 2. TSS Total suspended solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Suspended solid dapat dibagi menjadi zat padat dan koloid. Kandungan TSS memiliki hubungan erat dengan keceraghan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalagi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menunjukan hubungan yang berbanding terbalik (Blom dalam Sumantri, 2010). 3. Minyak dan Lemak Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatil, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air akan terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan

akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari dalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu (Sumantri, 2010). 4. Klorin Bebas (Cl2) Pada PLTU, digunakan klorin untuk membunuh binatang dan tumbuhan laut agar tidak menyumbat saluran air pendingin. Air pendingin dari air laut diperlukan dalam jumlah besar, yaitu beberapa ton per detik. Air laut ini mengandung berbagai bakteri (mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan menempel pada saluran sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi sistem pendinginan PLTU. Untuk mengurangi pengaruh mikroorganisme ini, ke dalam saluran air disuntikan gas klor (Cl2) untuk membunuh mikroorganisme ini. Penyuntikkan gas klor ini tidak dilakukan secara kontinu untuk mencegah kekebalan mikroorganisme (Marsudi, 2011). 5. Besi (Fe) Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian, dan air industri. Dalam buangan limbah industri, kandungan besi berasal dari korosi pipa-pipa air. Mineral logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada perubahan air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat mengantarkan listrik, dan ini mempercepat terjadinya korosi (Ginting, 2007). 6. Phospat (PO4-) Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya yang dikenal dengan sebutan eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air pada badan air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut.Phospat banyak berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phospat.Dalam industri penggunaan phospat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan (Ginting, 2007) 7. Alkalinitas Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan dari senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pipapipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium, dan kalium harus diturunkan serendahrendahnya agar kesadahan menjadi minim. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion Ca, CO3, ion Mg bikarbonat, dan lain-lain (Ginting, 2007) 8. Sulfat (SO42-) Sulfur mempunyai bentuk bermacam-macam dalam air buangan. Jenis-jenis sulfur yang terdapat pada air buangan seperti asam sulfida, sulfit, sulfat, thiosulfat, sulfur dioksida, dan merkaptan membuat limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak mengenakkan. Dalam konsentrasi rendah sampai dengan ambang batas yang ditetapkan limbah sulfur dipandang tidak membahayakan namun tetap mengeluarkan bau (Ginting, 2007).

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga thermal, kandungan sulfur berasal dari flue gas desulphurization (FGD) sistem sea water wet scrubber dan stockpilebatu bara. Flue gas desulphurization (FGD) sea water wet scrubber adalah sistem penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air laut. Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang menghasilkan air limbah berupa air limpasan. 9. Temperatur Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah (Ginting, 2007).

Related Documents


More Documents from "Allensius Karelsta Harefa"