MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
Dosen Pengampu: dr. Suharto, SpOG
Disusun Oleh: Kiki Triati Kristian Septiyadi Lie Yusti Anastasia Muhammad Gadafi Natalia Adriani Uku Hipir Putri Utami Reina Maria Eklesia
113063C117018 113063C117019 113063C117020 113063C117021 113063C117022 113063C117023 113063C117024
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN SARJANA&PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2019
Kata Pengantar Segala puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa sebab karena limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makalah Keperawatan Maternitas II Perdarahan Pasca Melahirkan” ini. 1
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu Dr. Suharto, SpOG selaku Dosen Pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas yang berisikan tentang masalah yang terdapat dalam kehamilan yaitu mengenai perdarahan pasca melahirkan. Kami berharap selain untuk memenuhi tugas yan diberikan kepada kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak pembaca terkhusus bagi mahasiswa/i keperawatan. Kami sadar makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritis dan saran atas makalah ini. Akhir kata kami pun mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan hati. Banjarmasin, Maret 2019 Penyusun
DAFTAR ISI Kata Pengantar......................................................................................................................................2 I.
Definisi......................................................................................................................................4
II.
Penyebab...................................................................................................................................4
III.
Manifestasi Klinis..................................................................................................................7
IV.
Komplikasi dari perdarahan postpartum................................................................................7
V. VI.
Diagnosa keperawatan...............................................................................................................9 Terapi atau Pengobatan yang Digunakan untuk Menangani Perdarahan Pospartum..............9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
2
I.
Definisi Perdarahan pasca melahirkan biasanya didefenisikan sebagai hilang nya darah lebih dari 500 ml setelah melahirkan normal tanpa komplikasi atau 1000 ml setelah kelahiran sesar perdarahan pasca melahirkan dapat berlangsung dini (dalam 24 jam) atau akhir (antara 24 jam dan 6 minggu setelah kelahiran).
II.
Penyebab Penyebab yang paling umum perdarahan pasca melahirkan adalah atonia uteri dan adanya laserasi. Perdarahan pasca melahirkan akhir disebabkan fragmen plasenta yang tertahan (retensio placenta) atau subinvolusi uteri. 1. Atonia uterus Atonia uterus adalah hipotonia yang jelas pada uterus. Normal nya pemisahan dan ekpulsi plasenta dipasilitasi oleh kontraksi uterus, yang juga mencegah 3
perdarahan dari tempat penempelan plasenta. Korpus merupakan badan dari jalinan berkas otot polos yang kuat, yangdilalui oleh banyak pembulu darah besar ibu. Jika uterus lemas setelah pelepasan seluruh atau sebagian plasenta, perdarahan vena aktif terjadi, dan koagulasi normal dari pembulu darah yang terbuka terganggu dan terus berlanjut hingga otot uterus berkontraksi (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013, p.384). Atonia uterus merupakan penyebab utama perdarahan postpartum (PPM), terjadi pada skitar satu dari 20 kelahiran (Francois & Foley, 2007; Lowdermilk, et al, 2013, p.385). Hal ini berkaitan dengan paritas tinggi, hidramnion, janin makrosomia, dan gestasi janin multipel. Penyebab lain dari atonia uterus meliputi kelahiran yang menimbulkan trauma, penggunaan anestesi berhalogen (seperti halotan) atau magnesium sulfat, persalinan cepat atau memanjang, korioamnionitis, dan penggunaan oksitosin untuk induksi atau augmentasi persalinan (Francois & Foley, 2007; Lowdermilk, et al, 2013, p.385). PPM pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko predominan untuk terjadinya PPM kembali (Kominiarek & Kilpatrick, 2007; Lowdermilk, et al, 2013, p.385).
2. Laserasi Saluran Genital Laserasi serviks, vagina, dan perineum, juga merupakan penyebab PPM. Laserasi perineum adalah perlukaan yang sering terjadi pada saluran genital bawah laserasi ini diklasifikasikan sebagai derajat satu, kedua, ketiga, dan keempat. Kondisi jaringan bersamaan dengan jenis kelahiran dapat meyebabkan iskemia atau nekrosis akibat oenekanan. Kondisi jaringan bersamaan jenis kelahiran dapat menyebabkan iskemia atau nekrosis akibat penekanan. Kondisi jaringan bersamaan dengan jenis kelahiran dapat menyebabkan laserasi vagina dalam, dengan predisposisi terjadinya hematoma vagina. Laserasi serviks biasanya terjadi terjadi pada sudut lateral os eksternal. Sebagian besar laserasi dangkal dan perdarahan minimal. Laserasi yang lebih ekstensif dapat meluas ke dalam liang vagina atau ke dalam segmen uterus bawah. (Kominiarek & Kilpatrick, 2007; Lowdermilk, et al, 2013, p.385). 3. Inversi uterus 4
Inversi uterus setelah melahirkan dapat mengancam nyawa namun merupakan komplikasi yang jarang. Inseiden inversi uterus terjadi sekitar 1 dari 2.500 kelahiran (Francois & Foley, 2007), dan kondisi dapat terulang kembali pada kelahiran berikutnya. Inversi uterus jelas terlihat; massa bulat, merah, besar (mungkin dengan plasenta yang menempel) menonjol 20 sampai 30 cm diluar introitus. Inversi tidak lengkap tidak dapat ilihat namun harus dirasakan; massa halus akan terpalpasi melalui serviks yang berdilatasi. Faktor yang berperan dalam terjadinya inversi uterus meliputi malformasi uterus, implamantasi plasentasi plasenta pada fundus, ekstrasi plasenta manual, tali pusat yang pendek, atonia uterus, leiomioma dan penempelan jaringan plasenta abnromal (Francois & Foley). Tanda-tanda utama inversi uterus adalah perdarahan, syok, dan nyeri dengan tidak terabanya fundus pada abdomen. Pencegahan selalu lebih mudah, lebih murah, dan terapi yang paling efektif, terutama diperlukan pada inversi uterus. Tali pusat tidak boleh ditarik dengan kencang jika belum benar-benar terpisah. (Kominiarek & Kilpatrick, 2007; Lowdermilk, et al, 2013, p.385). 4. Subinvolusi Uterus Perdarahan postpartum akhir dapat terjadi akibat subvinvolusi uterus. Penyebab-penyebab yang diketahui dapat menyebabkan subinvolusi meliputi fragmen plasenta yang bertahan dan infeksi panggul. Tanda dan gejala meliputi pengeluaran lokia yang memanjang, perdarahan iregular atau dalam jumlah banyak, dan terkadang hemoragik. Pemeriksaan panggul biasanya menunjukkan uterus yang lebih besar dari normal dan dapat sembab. (Kominiarek & Kilpatrick, 2007; Lowdermilk, et al, 2013, p.385). 5. Plasenta yang Tertahan a. Plasena tertahan dan tidak menempel Plasenta tertahan dapat diakibatkan dari permisahan sebagai plasenta normal, tertahannya sebagian atau seluruh plasenta yang terpisah oleh konstriksi jam waktu cincin uterus, penanganan persalinan kala III yang salah, penempelan abnormal seluruh atau sebagian plasenta pada dinding uterus. Retensi plasenta dikarenakan pemisahan plasenta yang sulit sering terjadi pada kelahiran sangat premature (20-24 minggu kehamilan) (Lowdermilk, et al, 2013). 5
Penatalaksanaan plasenta tertahan dan tidak menempel adalah dengan cara pemisahan dan pengeluran manual oleh petugas kesehatan primer. Anestesi tambahan biasanya tidak diperlukan pada ibu yang telah diberikan anestesi regional oksida dan anestesi oksigen inhalasi atau thiopental intravena membantu eksplorasi uterus dan pengeluaran plasenta. Setelah pengeluaran plasenta ini, ibu tetap memiliki risiko untuk terjadinya PPM dan infeksi (Lowdermilk, et al, 2013). b. Plasenta tertahan dan menempel Penempelan plasenta abnormal terjadi tanpa penyebab yan diketahui, namun diduga diakibatkan oleh implamasi zigot pada daerah endometium yang tidak normal sehingga tidak ada area terpisah antara plasenta dan desidua. Usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan cara biasa tidak berhasil, dan laserasi atau perforasi dinding uterus dapat terjadi, menyebabkan ibu berisiko tinggi untuk terjadinya PPM dan infeksi berat (Cunningham, et al, 2005; Lowdermilk, et al, 2013). Penempelan plasenta yang tidak biasa dapat sebagian atau lengkap. Dikenal beberapa derajat penempelan berikut. - Plasenta akreta, penetrasi miometrium ringan oleh trofoblas plasenta. - Plasenta ikreta, penetrasi miometrium dalam oleh plasenta. - Plasenta perkreta, perforasi uterus oleh plasenta. (Lowdermilk, et al, 2013) Perdarahan dengan plasenta akreta lengka atau total dapat tidak terjadi jika pemisahan plasenta tidak berusaha dilakukan. Dengan penempelan yang lebih ekstensif, perdarahan akan menjadi banyak ketika plasenta berusaha dilakukan (Lowdermilk, et al, 2013). III.
Manifestasi Klinis 1. Fundus sulit untuk ditentukan lokasinya. 2. Fundus lunak atau “terasa gmbur”. 3. Uterus menjadi mengeras melalui pijatan, namun kehilangan kekuatannya ketika pijatan berhenti. 4. Terlampau banyak lochia berwarna merah terang. 5. Terlau banyak gumpalan yang dikeluarkan. (Lowdermilk, et al, 2013)
IV.
Komplikasi dari perdarahan postpartum Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan : 1. Syok hemoragie Akibat terjadinya perdarahan ibu akan mengalami syok dan penurunan kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan 6
gangguan sirkulasi darah keseluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan tepat dan cepat, maka akan menyebabkan kerusakan nekrosis tubulus renal dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini 2.
terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan. Anemia Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan
3.
tidak bergairah dan juga akan berdampak pada asupan asi bayi Syndrom sheehan Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok syndrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi sistem endokrin. (Kasdu.2007.p.19)
Diagnosis perdarahan pervagina setelah melahirkan Gejala yang timbul serta Tanda dan
gejala yang Kemungkinan Diagnosis
tanda dan gejala lain yang kadang kala timbul biasanya timbul Hemoragi pasca partum
Syok
Atonik uterus
Robekan
segera
Uterus lunak dan tidak
berkontraksi Hemoragi pascpartum
Plasenta lengkap
segera Plasenta tidak lahir dalam
,atau perenium Uterus berkontraksi Hemoragi pascapartum Retensi plasenta
30
segera
menit
kelahiran Bagaimana
setelah permukaan
maternal plasenta hilang atau
robeknya
ketuban
selaput
serviks,
vagina
Uterus berkontraksi Hemoragi pascapartum Retensi bagian plasenta segera Uterus berkontraksi
dengan
pembuluh darah Fundus urteri tidak teraba
Inversi
pada palpasi abdomen
pada vulva
uterus
7
tampak Inversi uterus
Nyeri ringan atau nyeri
Hemoragi
hebat Perdarahan terjadi lebih
pascapartum segera Perdarahan bervariasi Hemoragi
dari
(ringan
24
jam
atau
pascapartum
berat, lambat
melahirkan
kontinu atau tidak teratur)
Uterus lebih lunak dan
dan berbau busuk .
lebih besar dari yang di
Anemia
perkirakan
setelah
pada
setelah
melahirkan Hemoragi pascapartum
Syok
segera ( perdarahan intra
nyeri tekan abdomen
abdomen
denyut nadi ibu cepat
dan/
atau
Reptur uterus
pervagina)
Nyeri
abdomen
berat
( dapat berkurang setelah ruptur) (Yulianti.2006.p.109)
V.
Diagnosa keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b/d Kehilangan ciran aktif ( perdarahan ) 2. Resiko syok ( hipovolemik) b/d penurunan aliran darah ke jaringan ditandai 3. 4. 5. 6. 7. 8.
VI.
dengan hipotensi, hipoksia Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan perfusi darah keperifer Intoleransi aktivitas b/d penurunan suplai oksigen ke seluruh tubuh Defisit perawatan diri b/d kelemahan Resiko infeksi b/d trauma jaringan, stasis ciaran tubuh, penurunan Hb Nyeri akut b/d trauma atau distensi jaringan Ansietas b/d perubahan dalam fungsi peran (NANDA NIC-NOC.2015)
Pemeriksaan laboratorium
PANDUAN PENGKAJIAN Mengkaji Luasnya Perdarahan Tanda dan Gejala
Volume Darah Yang Hilang
8
Uterus lembek Tekanan darah
Penurunan sebanyak 15%-20% (750normal
atau
agak
1.250 mL)
menurun Frekuensi nadi normal atau agak naik Vasokonstriksi ringan (tangan, kaki dingin) Haluaran urine normal Sadaar, waspada, mungkin mengalami kecemasan Atoni Uterus Tekanan darah sistolik <90 sampai 100 mmHg Takikardi
sedang
kali/menit Vasokonstriksi
100
sedang
sampai (kulit
Penurunan sebanyak 25%-35% (1.2501.750 mL)
120 pucat,
ekstremitas
Penurunan sebanyak 35%-50% (1.800-
dingin dan lembab) Penurunan haluaran urine (oliguria) Peningkatan kegelisahan, dapat
2.500 mL)
mengalami disorientasi Atoni uterus Tekanan darah bahkan
sistolik
<60
mmHg,
dapat
tidak terukur oleh manset Takikardi berat >120 kali/menit Vasokonstriksi berat (bibir dan jari-jari tangan pucat, dingin lembap, dan sianosis) Haluaran urine berhenti (anuria) Kondisi mental stupor, letargi, semikoma
VII.
Terapi atau Pengobatan yang Digunakan untuk Menangani Perdarahan Pospartum Terapi 1 9
Obat : Oksitosin Cara kerja : Kontraksi uterus ; mengurangi perdarahan Efek samping : Jarang terjadi ; intoksikasi air, mual dan muntah Kontraindikasi : Tidak ada untuk PPM Dosis dan cara pemberian : 10-40 unit/L dilarutkan dalam cairan ringer laktat atau normal salin pada 125 hingga 200 miliunit/permenit IV ; atau 10-20 unit IM Pertimbangan keperawatan : Terus monitor perdarahan vagina dan tonus uterus Terapi 2 Obat : Metilergonovin (metergin) Cara kerja : Kontraksi uterus Efek samping : Hipertensi, mual, muntah, sakit kepala Kontraindikasi : Hipertensi, penyakit jantung Dosis dan cara pemberian : 0,2 mg IM setiap 2-4 jam hingga lima dosis ; dapat juga diberikan intrauterus atau secara oral Pertimbangan keperawatan : Periksa tekanan darah sebelum memberikan obat, dan jangan diberikan bila ≥140/90 mmHg ; lanjutkan pengawasa perdarahan vagina dan tonus uterus. Terapi 3 Obat : 15-metilprostaglandin F² ͣ (prostin/15m; carbropost, hemabate) Cara kerja : Kontraksi uterus Efek samping : Sakit kepala, mual dan muntah, demam, takikardia, hipertensi, diare Kontraindikasi : Hindari pada asma tau hipertensi Dosis dan cara pemberian : 0,25 mg IM atau intrauterus setiap 15-90 menit hingga delapan dosis Perimbangan keperawatan : Terus memonitor perdarahan vagina dan tonus uterus Terapi 4 Obat : Dinoproston (prostin E²) Cara kerja : Kontraksi uterus Efek samping : Sakit kepala, mual dan muntah, demam, menggigil, diare Kontraindikasi : Hindari pada hipertensi Dosis dan pemberian : 20 mg supositoria vagina tau rektal setiap 2 jam Penimbangan keperawatan : Terus memonitor perdarahan vagina dan tous uterus Terapi 5 Obat : Misoprosol (cytotec) Cara kerja : Kontraksi uterus Efek samping : Sakit kepala, mual dan muntah, diare Kontraindikasi : Riwayat alergi terhadap prostaglandin Dosis dan perberian : 800 hingga 1000 mikrogram secara rektal, sekali Penimbangan keperawatan : Terus memonitor perdarahan vagina dan tonus uterus 10
11
DAFTAR PUSTAKA Kasdu Dini.(2007).Kesehatan Wanita Solusi Problem Persalinan.Jakarta:Puspa Swara Lowdemilk, et al.(2013). Keperawatan Maternitas, 8th ed. Indonesia: Elsevier Mosby Nurarif.A.H& Kusuma.H.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction Yulianti Devi.(2006).Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan.Jakarta:EGC
12