Dongeng Si Pahit Lidah.docx

  • Uploaded by: Rian TheNantzers
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dongeng Si Pahit Lidah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 511
  • Pages: 2
Si Pahit Lidah Cerita dari Sumatera Selatan

Dikisahkan pada zaman dahulu, ada seorang pemuda yang bernama Serunting. Ia pun memiliki sifat buruk, yaitu selalu iri dengan keadaan orang lain. Termasuk kepada saudara ipar, adik kandung dari istrinya sendiri, yang bernama Aria Tebing. Sifat irinya pun semakin menjadi tatkala disebabkan oleh ladang padi yang letaknya bersebelahan, dan hanya dipisahkan oleh pepohonan. Ladang milik Aria Tebing selalu subur, sedangkan ladang milik Serunting sendiri kering kerontang. Padahal, letak ladang mereka bersebelahan. Serunting curiga, Aria Tebing berbuat curang padanya. Maka, dia pun mengajak Aria Tebing berduel. Sayangnya, Serunting kalah. Karena malu, dia pun pergi meninggalkan desanya dan menuju ke Gunung Siguntang. Di gunung itu, Serunting bertapa dan berlatih ilmu bela diri. Suatu hari, ada bisikan gaib di telinganya. “Maukah kau memiliki kesaktianku? Jika ya, bertapalah dibawah pohon bambu sampai seluruh tubuhmu tertutup oleh daunnya.” Serunting pun menurut, dan setelah dua tahun, tubuhnya pun tertutup oleh daun bambu. Serunting mendapatkan kesaktian yang dijanjikan, yaitu mampu mengutuk apa pun yang ditemuinya. Karena kesaktian itu, dia amat ditakuti. Orang – orang menjulukinya “Si Pahit Lidah”. Serunting pun menjadi orang yang sombong dan semena – mena. Jika dia tak tak menyukai seseorang, dia tak segan mengutuknya menjadi batu. *** Tahun demi tahun berlalu, Serunting rindu pada istrinya. Dia berkemas dan berjalan pulang. Sepanjang perjalanan, Serunting masih semena – mena. Orang – orang yang bertemu dengannya segera menyingkir. Mereka takut terkena kutukan si Pahit Lidah. Karena lelah berjalan, Serunting pun beristirahat. Namun, dia melihat di sekitarnya amat tandus. Tak ada sebatang pohon pun yang bisa dijadikannya tempat berteduh. Serunting tak sengaja berkata, “Aku mau tempat ini penuh dengan pepohonan.” Dalam sekejap, suasana di sekitar Serunting menjadi teduh. Banyak pohon besar yang rindang. Orang – orang pun mengikuti Serunting beristirahat di bawah pepohonan. Diam – diam, Serunting merasa senang. *** Setelah cukup beristirahat, Serunting melanjutkan perjalanannya lagi. Lalu dia bertemu dengan sepasang kakek nenek renta yang sedang menebang pohon. “Mengapa mereka masih harus bekerja keras di usia setua itu?” Serunting bicara dalam hati. Serunting lalu menghampiri mereka. Ternyata mereka tak mempunyai anak. Serunting pun iba. Dia lalu menawarkan apakah mereka mau memiliki anak. Kakek dan nenek itu pun tak menolak. Serunting lalu berucap, “Aku mau kakek dan nenek ini memiliki dua anak.”

Sesudah berkata demikian, terdengarlah suara bayi menangis dari dalam rumah. Lalu muncullah seorang anak laki – laki dari rumah dengan menggendong seorang bayi perempuan. Kakek dan nenek itu amat bahagia. Mereka tak henti – hentinya mengucapkan terima kasih pada Serunting. Serunting sangat bahagia. Dia menyadari betapa menyenangkan melihat orang – orang berbahagia daripada melihat mereka ketakutan. Serunting kemudian bertekad menggunakan kesaktiannya untuk hal – hal yang baik, bukan untuk mencelakai orang. *** Nah, teman – teman. Itulah tadi kisah tentang si Pahit Lidah, cerita dari Sumatera Selatan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut, yaitu dengan selalu berkata baik kepada semua orang. Setiap manusia yang hidup di dunia ini, telah dikaruniakan kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Oleh sebab itu, hendaknya dipergunakan di jalan yang benar, dengan menolong orang lain, sehingga dapat membuat orang disekitar kita menjadi bahagia.

Related Documents

Dongeng Si Pahit Lidah.docx
October 2019 25
5 Dongeng
August 2019 54
Dongeng Inggris
May 2020 32
Kliping Dongeng
June 2020 23

More Documents from "Beno Digo"