Hubungan Clinical Pathways dengan Sistem Pembiayaan Casemix (INA DRG), Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang Undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati, Jakarta. Pendahuluan Sistem casemix adalah suatu cara sistem pembiayaan berdasarkan pengelompokan jenis diagnosis kasus yang homogen. Secara ringkasnya sistem casemix terdiri dari 3 komponen utama – yakni kodefikasi diagnosis (ICD 10) dan prosedur tindakan (ICD 9 CM), pembiayaan (costing) yang dapat berupa top-down approach, activity based costing dan atau kombinasi keduanya, dan clinical pathways. Sistem casemix merupakan suatu cara mengelola sumber daya rumah sakit seefektif mungkin dalam memberikan layanan kesehatan yang terjangkau kepada masyarakat berdasarkan pengelompokkan spektrum diagosis penyakit 1,2,3,4,5 yang homogen dan prosedur tindakan yang diberikan.
Casemix is a crucial tool that will help in managing healthcare resources effectively, and in so doing keep healthcare affordable. It is a fairer Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan clinical Pathways RSUP Fatmawati Jakarta 1 – 2 Oktober 2009. 1 Goldman L. Cost-Effectiveness in a flat world — Can ICDs help the United States get rhythm? N Engl J Med 2005;353(14 ):1513-5. 2 Dana B Mukame DB, Zwanziger J, Bamezai A. Hospital competition, resource allocation and quality of care. BMC Health Services Research 2002; 2(10): 1472-81. 3 Diane Rowland D. Medicaid — Implications for the health safety net. N Engl J Med 2005;353(14):1439-41. 4 Greally C. After 12 years of Casemix in Ireland, a major review leading to its modernisation and expansion as a central pillar in hospital funding policy. Ireland Department of
Health, 2004. 5
Casemix Unit Department of Health and Children. Casemix Measurement in Irish Hospitals. Ireland Department of Health, 2005.
1
means of allocating resources as it takes into account the wide spectrum of disease conditions, their varying degrees of severity, and significant patient variables such as age and gender. Changing needs and disease patterns are considered under the Casemix system. The dynamism and responsiveness of the Casemix system stem from the fact that Casemix allocation rules are based on data collected from actual service provider workload and community disease patterns in the local context. Therefore refine and adjust the system when necessary to suit specific 1-5 circumstances. INA-DRG adalah versi Departemen Kesehatan RI untuk sistem pembiayaan berdasarkan pendekatan sistem casemix. Untuk saat ini INA-DRG yang disusun berdasarkan data dari 15 rumah sakit vertikal Depkes RI (tipe A, B dan rumah sakit khusus) telah berhasil membuat 23 MDC (Major Diagnostic Categories) sebagaimana dalam Tabel 1 dan daftar biaya.
Tabel 1. Pengelompokan 23 Major Diagnostic Groups (MDG) berdasarkan INA DRG hasil data dari 15 rumah sakit vertical Depkes RI.
2
Upaya tersebut memang belum sempurna dan belum mencerminkan realitas keadaan seluruh pelosok tanah air – namun sebagai titik tonggak awal, hal tersebut merupakan suatu keberhasilan dalam membuat suatu sistem pembiayaan layanan kesehatan rumah sakit dan usaha baik menuju kepastian dan dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitas maupun validitas datanya yang representatif untuk Indonesia. Sebagai sistem yang baru lahir INADRG akan terus bergulir dan berkembang sesuai tuntutan perkembangan layanan kesehatan baik nasional maupun regional.6 INA-DRG adalah variasi sistem casemix untuk Indonesia yang disusun berdasarkan data dari 15 rumah sakit vertikal, mempergunakan ICD 10 untuk diagnosis dan ICD 9 CM untuk prosedur tindakan serta biaya berdasarkan tarif yang berlaku pada waktu tersebut. (Gambar 1)
Versi 1 Versi Revisi + Clinical Pathways (Jamkesmas) Gambar 1. INA-DRG : Sistem casemix versi Indonesia dengan berbagai komponen ICD 10, ICD 9 CM, costing dan clinical pathways. 6
Firmanda D. Sosialisasi INA DRG: Konsep INA-DRG dan keterkaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Kesehatan daerah (Rakerkesda) Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2009 di Hotel Grand Elite Kompleks Riau Business Centre, Pekanbaru 2 – 5 Maret 2009.
3
Hubungan Clinical Pathways dengan Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang Undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Profesi medis dalam melaksanakaan profesinya berdasarkan falsafah meliputi etika, mutu dan evidence-based medicine. Konsep dan filosofi Komite Medik RS adalah perpaduan antara ketiga komponen yang terdiri dari Etika Profesi, Mutu Profesi dan Evidence-based Medicine (EBM) sebagaimana terlihat 7 dalam Gambar 2.
Gambar 2. Konsep dan Filosofi Komite Medik RS: Etika, Mutu dan Evidencebased Medicine (EBM) Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu (Quality), kaidah tehnik mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based (Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), dan Sistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah pengembangan suatu sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalam menilai progresivitas dan kinerja (performance) dalam bentuk indikator indikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Secara ringkasnya bagan dalam Gambar 3 berikut menunjukkan evolusi mutu dari inspection, quality control, quality assurance hingga total quality serta komponen komponennya; dan evolusi epidemiologi klinik, evidence-based, health technology assessment sampai information mastery. 8,9,10,11,12 7 8
Firmanda D. Sistem Komite Medik RS Fatmawati, 20 Februari 2003.
Firmanda D. Clinical Governance: Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen medik. Disampaikan pada seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari Kedokteran Berbasis Bukti (Evidenceased Medicine/EBM) menuju Clinical Governance” dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 di Gedung
4
Gambar 3. Evolusi bidang mutu dan epidemiologi klinik.2-6 Untuk suatu rumah sakit yang akan mulai berbenah diri, sebaiknya terlebih dahulu membuat Sistem Rumah Sakit ( Corporate Governance) yang terdiri dari sistem manajemen rumah sakit, sistem profesi medis (Komite Medik dan SMF – Clinical Governance), sistem keperawatan, dengan berbagai subsistem untuk pelayanan, pendidikan/pelatihan serta penelitian rumah sakit dengan berbagai peraturan di tingkat rumah sakit (Hospital Bylaws) dan tingkat profesi medis (Medical Staff Bylaws) dengan mengacu kepada Keputusan
Bidakara Jakarta 30 Mei 2000. Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of procedures, clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What are they? J Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144. 10 Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002. 11 Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di rumah sakit. Disampaikan pada Pendalaman materi rapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober 2001. 12 Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based Medicine (EBM) towards Clinical Governance. Presented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd July 2001. 9
5
Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws ) di rumah sakit.13
Quality Assurance di bidang kesehatan/kedokteran telah bergeser ke arah satu variasi yang dinamakan ‘Clinical Governance (CG)’ dengan 14,15,16,17,18,19 menitikberatkan dalam hal dampak ( impact) yakni Patients Safety. Konsep garis besar ‘Clinical Governance (CG)’ dikatakan sebagai upaya dalam rangka continuous quality improvement (CQI) berdasarkan pendekatan integrasi Evidence-based Medicine (EBM), Evidence-based Health Car (EBHC) dan Evidence-based Policy yang terdiri dari empat aspek utama dari enam aspek yaitu professional performance, resource use (efficiency), risk management dan patients’ satisfaction. Penerapan ‘Clinical Governance’ dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan memerlukan beberapa persyaratan yakni organisastion-wide transformation, clinical leadership dan positive organizational cultures.20,21,22,23 Sudah seyogyanya pelayanan kesehatan/kedokteran di rumah sakit (terutama rumah sakit pendidikan) terstruktur dan dengan baik serta diselenggarakan secara simultan dan berkesinambungan melalui suatu sistem dan subsistem
13 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005. 14
Donaldson L. Championing patient safety: going global – a resolution by the World Health Assembly. Qual Saf Health Care 2002; 11:112. 15 US Department of Health and Human Services. US and UK sign agreements to collaborate on health care quality. 10 October 2001. 16 World Health Organization. World Health Organization Executive Board Resolution EB109.R16, 18 January 2002. 17 Moss F, Barach P. Quality and safety in health care: a time of transition. Qual Saf Health Care 2002;11:1. 18 Leach DC. Changing education to improve patient care. Qual Health Care 2001; 10:54-8. 19 Lilford RJ. Patient safety research: does it have legs? Qual Saf Health Care 2002; 11:113-4. 20 Firmanda D. The evolution and roles of Evidence-based Health Policy in Health Service Management. Presented in seminar and discussion panel on “Evidence-based Policy for the era of Indonesian Health Decentralized System in 21st Century”. Center for Public Health Research, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta 1st March 2001. 21 Scally G, Donaldson LJ. Clinical governance and the drive for quality improvement in the new NHS in England. BMJ 1998; 317(7150):61-5. 22 Heard SR, Schiller G, Aitken M, Fergie C, Hall LM. Continuous quality improvement: educating towards a culture of clinical governance. Qual Health Care 2001; 10:70-8. 23 Sausman C. New roles and responsibilities of chief executives in relation to quality and clinical governance. Qual Health Care 2001;10(Suppl II):13-20.
6
yang jelas dan konsisten dalam hal kebijakan (policy) dan panduan (manual). 24,25, 26,27 Secara ringkas kita dapat memadukan kerangka konsep Clinical Governance dengan kondisi struktur perumah sakitan di tanah air pada saat ini dalam penerapan Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang Undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam suatu model integrasi yang mengedepankan mutu pelayanan dalam bentuk keamanan dan keselamatan pasien ( patients safety) dengan biaya yang terjangkau secara pendekatan sistem pembiayaan DRGs Casemix (diharapkan nantinya berkembang menjadi Health Resource Groups /HRG) melalui suatu mekanisme Clinical Pathways yang jelas dan terintegrasi dengan standar fasilitas yang sesuai dengan kompetensi pelaksana sehingga dapat dilakukan evaluasi/audit tidak hanya semata dari segi kriteria indikator input/struktur, proses dan outcome/output, akan tetapi bergerak lebih jauh lagi dalam bentuk lebih rinci, sensitif dan spesifik yakni Health Impact Intervention. Dalam implementasinya Komite Medik RSUP Fatmawati membuat skema sistem Clinical Governance sebagaimana dalam Gambar 4 dan mempersiapkan berbagai panduan serta pedoman sebagaimana dalam Gambar 5 berikut.
24
Groll R, Baker R, Moss F. Quality improvement research: understanding the science of change in health care – essential for all who want to improve health care and education. Qual Saf Health Care 2002; 11:110-1. 25 Pittilo RM, Morgan G, Fergy S. Developing programme specifications with professional bodies and statutory regulators in health and social care. Qual Assur Education 2000; 8(4):215-21. 26 Ancarani A, Capaldo G. Manegement of standarised public services: a comprehensive approach to quality assessment. Managing Service Qual 2001;11(5):331-41. 27 Carroll JS, Edmondson AC. Leading organisational learning in health care. Qual Saf Health Care 2002;11:51–6.
7
Gambar 4. Skema Clinical Governance Komite Medik RSUP Fatmawati
Gambar 5. Beberapa panduan dan pedoman Komite Medik RSUP Fatmawati
8
Sesuai dengan rencana skema Komite Medik RSUP Fatmawati sebagaimana dalam Gambar 4 di atas. Clinical Pathways tersebut merupakan kombinasi pertemuan antar Clinical Governance dan Sistem Pembiayaan Casemix. Titik penting (crucial point) adalah pada clinical pathways sebagai entry point dalam melaksanakan kegiatan praktik profesi kedokteran sehari hari di rumah sakit – baik untuk tingkat sistem maupun individu – dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yakni: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien (patient safety) 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter. dan inti tujuan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yakni: 1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit 3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan 4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Untuk masa yang akan datang, bila telah berhasil terkumpul seluruh clinical pathways – maka INA DRG akan lebih disempurnakan dengan menghitung DRG Relative Weight dan Casemix Index serta Base Rate setiap pengelompokkan jenis penyakit sebagaimana dalam Gambar 7 sebagai contoh; dan selanjutnya dapat membandingkan (benchmarking) cost efficiency antar rumah sakit dalam memberkan layanan kesehatan yang sama.
9
Gambar 6. Contoh penghitungan DRG RW, CMI dan Base Rate dari setiap clinical pathways serta implementasi biaya setelah dilakukan penyesuaian (adjustment) anggaran yang tersedia.
Sedangkan mengenai Penyusunan Clinical Pathways itu sendiri akan dibahas pada acara workshop secara tersendiri, di luar dari ruang lingkup pembahasan makalah ini. Akan tetapi secara sekilas dapat dilihat berbagai ilustrasi contoh akan manfaat dari implementasi Clinical Pathways dalam Gambar 7 sampai 11 berikut.
10
Gambar 7. Hubungan Clinical Pathways dengan Clinical Risks Management/ Patient Safety dan kegiatan Health/High Impact Interventions (HII) di RSUP Fatmawati.
11
Gambar 8. Hubungan Clinical Pathways dengan jasa dokter dan kinerja individu.
Gambar 9. Hubungan Clinical Pathways dengan penggunaan obat rasional.
12
Gambar 10. Hubungan Clinical Pathways dengan audit medis dan surveilans infeksi nosokomial
13
Gambar 11. Hubungan Clinical Pathways dengan perlindungan hukum dan risiko tanggung gugat (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan UU No. 39 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Maka bila ditinjau dari segi ekonomi keuangan - penyusunan/pembuatan, pelaksanaan implementasi yang konsisten dan diisi dengan lengkap seluruh komponen Clinical Pathways akan mempengaruhi jumlah besaran nominal biaya kesehatan. Dari data Clinical Pathways tersebut juga terlihat biaya komponen mana yang kurang atau tidak efisien. Jadi hubungan antara Clinical Pathways dan sistem pembiayaan casemix dapat diringkaskan sebagaimana dalam Gambar 12 berikut. 14
Gambar 12. Hubungan Clinical Pathways dengan sistem pembiayaan DRG Casemix dan mutu pelayanan (tingkat RS, tim dan individu)
Penerapan Clinical Pathways dalam Clinical Governance di rumah sakit atau sarana institusi layanan kesehatan memerlukan sistem dan kebijakan yang jelas, konsisten dan konsekuen serta kepemmpinan (leadership) yang mampu melihat ke depan (visioner) – see before the others, mampu menuangkan ide 15
ide dalam bentuk konsep dan model yang layak serta dapat diterapkan di tempatnya; mampu mengajak dan memotivasi anggota/rekan seprofesinya melalui kegiatan yang dibuat bersama untuk mencapai tujuan (objektif) yang terukur dengan misi dan visi yang telah ditetapkan bersama. 28, 29,30,31, 32,33,34
Terima kasih, semoga bermanfaat. Jakarta 1 - 2 Oktober 2009 Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta http://www.pdfcoke.com/Komite Medik
28
King S. What is the latest on leadership? Manag Development Review 1994; 7(6):7-9. Marquardt JM. Action learning and leadership. The Learning Organization 2000; 7(5):233-40. 30 Llyod B. A new approach to leadership. Leadership and Organization Development Journal 1996; 17(7): 29-32. 31 Russell RF. The role values in servant leadership. Leadership and Organization Development Journal 2001; 22(2):76-83. 32 Stone AG, Russell RF, Patterson K. Transformational versus servant leadership: a difference in leader focus. Leadership and Organization Development Journal 2004; 25(4):349-61. 33 Stern Z. The future of quality leadership. Int J Qual Health Care 2002: 14(2):85-86. 34 Bowerman JK. Leadership development through action learning: an executive monographincorporating leadership in health services. Int J Health Care Qual Assur 2003; 16(4): 6-13. 29
16
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
R. Rawat
……………. HR 1 HR 2 HS ..
HS ..
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR HR HR 10 11 12 HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang:
………….. ………….. ………….. …………..
Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) …………………… PPDU: …………… PPDS: …………… Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP): ............................. Verifikator: ……………………
……………… ……………… ………………
………….. …………..
Diagnosis Akhir: Utama Penyerta Komplikasi
……………………… ……………………… ………………………. ……………………… ……………………… ………………………. ……………………… ………………………. ………………………
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ………….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Umur: Berat Badan: ……………… ……………..kg Kode ICD 10 : …………………… Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: R. Rawat ………………. ………………. ……………. HR HR HR HR HR HR HR HR 1 2 3 4 5 6 7 8 HS HS HS HS HS HS HS HS
Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: …………..cm ……………………………. Rencana rawat : …… hari Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ……... hari …….. …………. …………… HR HR HR HR HR HR 9 10 11 12 13 14 HS HS HS HS HS HS
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
……….. ……….. ……….. ……….. …………… …………… ……………
……….. ………..
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ……….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
37
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians:
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) R. Rawat ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… ……………. Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
………………. ………………. ……………….
…………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… ……………
…………… …………… ……………
………………. ………………. ………………. ……………….
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
………………. ………………. ……………. ………………. ……………….
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
…………… …………… …………… …………… …………… ……………
…………… ……………
………………. ………………. ………………. ……………….
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
………………. ………………
…………… …………… …………… …………… …………… ……………
…………… ……………
Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
…………… …………… …………… ……………
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
……………….. ……………….. ………………..
Jenis Tindakan:
………….. ………….. ………….. ………….. ……………… ……………… ………………
………….. …………..
Jumlah Biaya ……….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
38
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang:
R. Rawat
……………. Hari Rawat 1 Hari Sakit: …
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6 Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
………….. ………….. ………….. …………..
Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
………………. ……………… ……………….
………….. …………..
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ………….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
39
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) R. Rawat ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… ……………. Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat 1 2 3 4 5 6 7 Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… …………………………..
……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……...... ……….. ………..
Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ……… Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
40
Clinical Pathways Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati, Jakarta.
Pendahuluan Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dari perspekstif pasien dan penyandang dana, manajer dan profesi dari pemberi jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan layanan kesehatan di tingkat regional, nasional dan institusi. (Quality is different things to different people based on their belief and norms). 1 Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu (Quality), kaidah tehnik mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based (Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), dan Sistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah pengembangan suatu sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalam menilai progresivitas dan kinerja (performance) dalam bentuk indikator indikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Secara ringkasnya bagan dalam Gambar 1 berikut menunjukkan evolusi mutu dari inspection, quality control, quality assurance hingga total quality serta komponen komponennya; dan evolusi epidemiologi klinik, evidence-based, health technology assessment sampai information mastery. 2,3,4,5, 6 Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Clinical Pathways RSUP Fatmawati, Jakarta 1-2 Oktober 2009.
1
Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000; 4(3):19-23. 2 Firmanda D. Clinical Governance: Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen medik. Disampaikan pada seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari Kedokteran Berbasis Bukti (Evidenceased Medicine/EBM) menuju Clinical Governance” dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 di Gedung Bidakara Jakarta 30 Mei 2000. 3 Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of procedures, clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What are they? J Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144. 4 Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.
1
Gambar 1. Evolusi bidang mutu dan epidemiologi klinik. 2-6 Sedangkan evolusi sistem layanan kesehatan di rumah sakit secara prinsipnya mulai dari yang bercirikan ’doing things cheaper’ dalam hal ini efficiency pada tahun 1970an pada waktu krisis keuangan dan gejolak OPEC, kemudian ekonomi mulai pulih dan masyarakat menuntut layanan kesehatan bercirikan ’doing things better’ dalam hal ini quality improvement. Selama dua dekade tersebut manajemen bercorak ’doing things right’ yang merupakan kombinasi ’doing things cheaper’ dan ’doing things better’. Ternyata prinsip ’doing things right’ tidak memadai mengikuti perkembangan kemajuan teknologi maupun tuntutan masyarakat yang semakin kritis; dan prinsip manajemen ‘doing things right’ tersebut telah ketinggalan zaman dan dianggap sebagai prinsip dan cara manajemen kuno.
5
Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di rumah sakit. Disampaikan pada Pendalaman materi rapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober 2001. 6 Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based Medicine (EBM) towards Clinical Governance. Presented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd July 2001.
2
Pada abad 21 ini menjelang era globalisasi dibutuhkan tidak hanya ’doing things right’, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right things’ (dikenal sebagai increasing effectiveness) sehingga kombinasi keduanya disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things right’. (Gambar 2). 7,8,9,
Gambar 2. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan.7-9 10
Pada saat ini kita sedang mengalami periode krisis keuangan global. Istilah akan krisis keuangan global itu sendiri mempunyai batasan dan persepsi yang berbeda untuk setiap individu dan bersifat relatif tergantung sudut pandang 11,12,13 dari berbagai dimensi.
7
Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm 8 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm 9 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.
Pisani-Ferry J, Santos I. The world in crisis – reshaping the global economy. Finance and Development March 2009; 8-13. 11 Cottarelli C. Paying the piper. Finance and Development March 2009; 27-30. 12 Hoffman D. Deep impact. Finance and Development March 2009; 13-4. 10
3
Berdasarkan data World Bank yang disajikan pada pertemuan G20 di London Inggris terjadi penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dari 14 6.4% menjadi 4.5% bahkan ada yang sampai 0.1% (Gambar 3). Kerugian dan dana talangan (bailouts) untuk mengatasi akibat krisis keuangan global di Amerika dan Eropa sebagaimana dalam Gambar 4 berikut. Sedangkan di dalam negeri saat terakhir ini kondisi nilai tukar rupiah dalam posisi konsolidasi karena imbas dari kebijakan pemerintah Amerika yang mencetak mata uang USD beredar lebih banyak (M1) sehingga menekan indeks nilai tukar USD, dan secara tidak langsung meningkatkan nilai tukar rupiah sebagai leading economics index meskipun tidak harus paralel dengan real effective exchange rate index sebagaimana dalam Gambar 5.
Gambar 3. GDP Growth 1980 t0 2010.5
13
Higgot R, Robotti P. Reshapping globalization – multilateral dialogues and new policy initiatives. Budapest: Central European University, 2001 14 World Bank Group G20 Summit on Financial Markets and the World Economy. Background Paper - G20 Global Financial Crisis: Responding Today, securing Tomorrow. Wahington DC, November 15, 2008.
4
Gambar 4. Kerugian dan dana talangan di Amerika dan Eropa akibat krisis keuangan global
5
Gmabar 5. Peredaran USD dan kaitannya dengan Rupiah. 15
Pada tanggal 12 November 2008 WHO mengimbau seluruh anggotanya untuk mengambil langkah langkah sebagai berikut: 1. Melindungi rakyat miskin (protecting the poor) 2. Mempromosikan perbaikan ekonomi (promoting economic recovery) 3. Mempromosikan stabilitas sosial (promoting social stability) 4. Menganjurkan efisiensi (generating efficiency) 5. Menganjurkan pembangunan jejaring pengamanan kesehatan (building security) Pada tanggal 19 Januari 2009 lalu, hasil konsultasi tingkat tinggi WHO16 menganjurkan kerangka kerja tindak lanjut meliputi bidang sebagai berikut: 15
WHO Director General statement. Impact of the global financial economic crisis on health. Geneva; November 12, 2008.
6
1. Kepemimpinan (leadership) 2. Pelaksanaan monitoring dan analisis (monitoring and analysis) 3. Kebijakan publik biaya berorientasi keberpihakan kepada rakyat miskin (pro-poor and pro-health public spending) 4. Kebijakan sektor kesehatan (policies for the health sector) 5. Perilaku usaha bidang layanan kesehatan internasional (new ways of doing business in international health) Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta biaya. Maka prinsip prinsip ’good corporate governance’ (dalam hal ini mencakup hospital governance dan clinical governance) – yakni transparency, responsiveness dan accountable akan semakin menonjol serta mengedepankan akan efesiensi dan efektifitas suatu layanan. Istilah efesiensi sangat berhubungan erat antara inputs dan proses, sedangkan efektifitas berhubungan dengan proses dan hasil. Sedangkan istilah, definisi dan dimensi akan efisiensi juga belum ada kesepakatan yang jelas dan eksplisit – tergantung dari berbagai perspektif. Efisiensi dapat digolongkan kepada efisiensi tehnik (technical efficiency), efisiensi produksi/hasil (productive efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative/societal efficiency) termasuk didalamnya bidang market dan kesehatan. Oleh karena saat ini dibutuhkan tidak hanya ’doing things right’, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right things’ (dikenal sebagai increasing effectiveness) sehingga kombinasi keduanya disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things right’. (Gambar 2). 17, 18,19,
16
WHO. The financial crisis and global health. Report of a High-Level Consultation WHO, Geneva; January 19, 2009. 17 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm 18 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm 19 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.
7
Maka bila ketiga filosofi dan konsep di atas dipadukan serta diimplementasikan dalam praktek layanan kesehatan di rumah sakit melalui suatu sistem yang terintegrasi dinamakan clinical governance. Berbagai tantangan dari luar saat ini adalah era globalisasi pasar terbuka yang telah memasuki modus operandi tahap empat ( resources) dengan cara harmonizations of reciprocal agreement (dalam hal standarisasi dan indikator). Profesi medis berperan penting dalam melaksanakan analisis efektivitas klinis, sedangkan pihak manajerial dan direksi dalam bidang analisis ekonomi dan pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan) selaku pembuat kebijakan dan regulator berperan dalam melakukan analisis dampak terhadap sistem layanan kesehatan (Gambar 5 dan 6) termasuk sistem pembiayaan dan keamanan pasien (patient safety).
Gambar 5. Strata pemanfaatan pendekatan Health Technology Assessment (HTA) dari tingkat pembuat kebijakan/regulator, pelaksana kebijakan dan instrumen aplikasinya pada tingkat layanan kesehatan (rumah sakit) dalam rangka kendali mutu dan biaya.20 -21 20
Firmanda D. Pedoman implementasi HTA di RS Fatmawati. Disampaikan pada Sidang Pleno Komite Medik RSUP Fatmawati, Jakarta 2 Juni 2008.
8
Gambar 6. Kerangka konsep implementasi evidence-based medicine dan HTA dalam penyusunan SPM, Clinical Pathways dan Audit Medis dikaitkan dengan sistem pembiayaan Casemix (INA DRG) dan Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Undang Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Rumah Sakit . Menjaga mutu layanan medis (dalam hal ini quality assurance di bidang profesi medis) yang mencakup standar pelayanan medis, audit medis dan peningkatan mutu berkesinambungan. Maka diperlukan suatu instrumen yang dapat 21
Firmanda D. Pedoman HTA di Rumah Sakit. Disampaiakan pada pada Pertemuan Finalisasi Pedoman dan Draft Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty, Bandung 27 – 30 Agustus 2008.
9
merangkum seluruh kegiatan dan upaya tersebut di atas dalam penyelenggaraan layanan kesehatan di rumah sakit melalui Clinical Pathways. Kendala utama adalah kemauan untuk ikut berpartisipasi dan kemampuan akan dalam menguasai evidence-based, tehnik health technology assessment dan membuat standar pelayanan medis, audit medis serta menyusun clinical pathways sesuai bidang keahliannya serta mampu mengakomodir perbedaan pendapat antar profesi. Maka dalam rangka antisipasi kendala di atas dan dalam rangka mempersiapkan kader kepemimpinan Komite Medik RSUP Fatmawai telah menyusun buku Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik (Medical Leadership and Medical Management) yang terdiri dari 16 modul berikut22 ; Clinical Governance Medical Staff Bylaws Evolusi Mutu bidang kesehatan dan kedokteran Sistem Mutu (Quality Systems) Standar (Setting the standards) Sistem Komite Medik dan Sistem SMF di rumah sakit. Mekanisme Kerja Sub Komite dan Tim Klinis Komite Medik Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and Patient Safety) 9. Layanan berkesinambungan dan fokus kepada pasien (Patient focussed and continouos care) 10. Efektifitas Klinis (Clinical Efectivity) 11. Audit Medis dan High Impact interventions (HII) 12. Clinical Pathways 13. Evidence-based Medicine/Healthcare and Health technology Assessment 14. Tatakelola obat dan alat kesehatan (Drugs and Therapeutics Committee) 15. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial I 16. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Serta melakukan berbagai pelatihan berjenjang kepada seluruh anggota profesi yang diselenggarakan oleh Sub Komite Pendidikan/Pelatihan, Sub komite Etik dan Mutu Profesi dan Sub Komite Pengedalian Infeksi Nosokomial Komite Medik secara terintegrasi dan terjadwal. Diharapkan
22
Firmanda D. Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik (Medical Leadership and Medical Management) RSUP Fatmawati, Jakarta 2004.
10
dengan pembekalan tersebut setiap anggota dan ketua SMF dapat ’menguasai’ ilmu dan ketrampilan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Standar Pelayanan Medis/Kedokteran Standar Pelayanan Medis/Kedokteran tidak identik dengan Buku Ajar, Textbooks ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi. Karena Standar Pelayanan Medis merupakan alat/bahan yang diimplementasikan pada pasien; sedangkan buku ajar, text-books, jurnal, bahan seminar maupun pengalaman pribadi adalah sebagai bahan rujukan/referensi dalam menyusun Standar Pelayanan Medis. Standar Pelayanan Medis di rumah sakit pada umumnya dapat diadopsi dari Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi masing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan kompetensi yang ada di rumah sakit. Bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut sesuai dengan kondisi rumah sakit – maka tinggal disepakati oleh anggota profesi (SMF) terkait dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah sakit tersebut. Namun bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi rumah sakit atau dalam Pedoman/Standar Pelayanan Medis dari profesi belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologi penyakit di daerah/rumah sakit tersebut – maka profesi di rumah sakit tersebut wajib membuat Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakit tersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah sakit. Dalam menyusun Standar Pelayanan Medis untuk rumah sakit - profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan pendekatan evidence-based medicine. Secara ringkasnya langkah tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
11
Gambar 7. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidencebased, tingkat evidens dan rekomendasi dalam bentuk standar pelayanan medis dan atau standar prosedur operasional.23-24
12
Format Pedoman/Standar Pelayanan Medis
Nomor : ............................................................. SMF : ............................................................ Rumah Sakit : ...........................................................
1. Judul/topik
: ……………………………………………………
2. Tanggal/Nomor/Update: ………………../………………../………………. 3. Ruang Lingkup pengguna: dokter umum/spesialis/konsultan* 4. Sumber informasi/literatur/bahan acuan: i. …………………………….. ii. …………………………….. iii. …………………………….. iv. …………………………….. v. …………………………….. 5. Nama Reviewer/Penelaah kritis: i. ………………………... ii. ………………………... iii. ………………………… 6. Tingkat eviden: ……… 7. Hasil Telaah/Rekomendasi: ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………….dst 8. Tingkat Rekomendasi: …………. 9. Indikator klinis : …………………………………………………………………
13
Proses selanjutnya setelah menyusun Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit adalah membuat Clinical Pathways sebagai salah satu komponen dari Sistem Casemix (INA DRG) yang saat ini dipergunakan untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit sebagaimana dalam Gambar 6 di atas.
Clinical Pathways Definisi Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. 23, 24,25 Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical Pathways Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inap di rumah sakit harus bersifat: a. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/integrasi dan berorientasi fokus terhadap pasien (Patient Focused Care) serta berkesinambungan (continuous of care) b. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, penata, laboratoris dan farmasis)
23
Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005. 24 Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005. 25 Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.
14
c. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat di unit emergensi). d. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen yang merupakan bagian dari Rekam Medis. e. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit. f. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors) . g. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
Clinical Pathways tersebut dapat merupakan suatu Standar Prosedur Operasional yang merangkum: a. Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap Kelompok Staf Medis/Staf Medis Fungsional (SMF) klinis dan penunjang. b. Profesi keperawatan: Asuhan Keperawatan c. Profesi farmasi: Unit Dose Daily dan Stop Ordering d. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari Sistem Kelompok Staf Medis/Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi dan Sistem Manajemen Rumah Sakit. Langkah langkah penyusunan Clinical Pathways Langkah langkah dalam menyusun Format Clinical Pathways yang harus diperhatikan: 1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical Pathways 2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dan kondisi 26 setempat seperti data Laporan RL2 (Data Keadaan Morbiditas Pasien) yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkan Buku Petunjuk
26
Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: indikator mutu rekam medik dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi Pola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni 2006.
15
Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit 27 dan sensus harian untuk: a. Penetapan judul/topik Clinical Pathways yang akan dibuat. b. Penetapan lama hari rawat. 3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu kepada Standar Pelayanan Medis, Standar Prosedur Operasional dan Daftar Standar Formularium yang telah ada di rumah sakit setempat, Bila perlu standar standar tersebut dapat dilakukan revisi sesuai kesepakatan setempat. 4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi diagnosis dan ICD 9 CM untuk hal tindakan prosedur sesuai dengan profesi/SMF masing masing.26 Persiapan dalam penyusunan Clinical Pathways Agar dalam menyusun Clinical Pathways terarah dan mencapai sasaran serta efisien waktu, maka diperlukan kerjasama dan koordinasi antar profesi di SMF, Instalasi Rawat Inap (mulai dari gawat darurat, ruangan rawat inap, ruangan tindakan, instalasi bedah, ICU/PICU/NICU) dan sarana penunjang (instalasi gizi, farmasi, rekam medik, akuntasi keuangan, radiologi dan sebagainya). 1. Profesi Medis – mempersiapkan Standar Pelayanan Medis (SPM/SPO) sesuai dengan bidang keahliannya. Profesi Medis dari setiap divisi berdasarkan data dari rekam medis diatas - mempersiapkan SPM/SPO, bila belum ada dapat menyusun dulu SPM/SPOnya sesuai kesepakatan. 2. Profesi Rekam Medis/Koder – mempersiapkan buku ICD 10 dan ICD 9 CM, Laporan RL1 sampai dengan 6 (terutama RL2). Profesi Rekam Medis membuat daftar 5 - 10 penyakit utama dan tersering dari setiap divisi SMF/Instalasi dengan kode ICD 10 serta rerata lama hari rawat berdasarkan data laporan morbiditas RL2. 3. Profesi Perawat – mempersiapkan Asuhan Keperawatan. 4. Profesi Farmasi – mempersiapkan Daftar Formularium, sistem unit dose dan stop ordering. 5. Profesi Akuntasi/Keuangan – mempersiapkan Daftar Tarif rumah sakit
27
Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
16
Gambar 8. Keterkaitan dan keterpaduan antar profesi dalam menyusun Clinical Pathways.
17
Gambar 9. Peran profesi medis dalam menyusun Clinical Pathways.
18
Gambar 10. Peran profesi rekam medis dalam menyusun Clinical Pathways.
19
Gambar 11. Peran profesi keperawatan dalam menyusun Clinical Pathways.
20
Gambar 12. Peran profesi apoteker dalam menyusun Clinical Pathways.
21
Gambar 13. Peran profesi akutansi dalam menyusun Clinical Pathways.
22
Format Umum Clinical Pathways Langkah selanjutnya adalah mengkaji dan mendesain Format Umum Clinical Pathways sebagai ‘template’ untuk setiap profesi untuk membuat clinical pathways masing masing sesuai dengan bidang keahliannya dan melibatkan multidisiplin profesi medis, keperawatan dan farmasis/apoteker sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.
Gambar 14. Contoh format umum Clinical Pathways untuk RSUP Hasan Sadikin Bandung 23
Jadi bila dihubungkan antara mutu (quality) dan efisiensi pembiayaan layanan kesehatan rumah sakit – dari segi hal mencegah pemborosan dari hal yang mubazir secara elimating waste, efisiensi disini adalah sebagai komponen mutu; dan mutu bila ditinjau dari segi azas manfaat (net benefit) akan menjadi salah satu bagian dari efisiensi disamping bagian lainnya yaitu biaya sumber atau inputs (resource costs) – maka secara ringkas sebagai suatu formula: Efisiensi layanan kesehatan = azas manfaat (net benefit) biaya sumber (resource costs) Untuk tingkat direksi dan manajer rumah sakit untuk segi azas manfaat (net benefit) di atas dapat dicapai dalam hal menentukan pengadaan sarana (obat, alat kesehatan penunjang diagnostik dan terapeutik/operasi, ruangan, laundri, makanan pasien dan sebagainya) berdasarkan pendekatan : a. Efisiensi dan produktivitas: i. Efisiensi = episode perawatan / biaya ii. Efisiensi = Jumlah episode perawatan / Jumlah tenaga profesi iii. Efisiensi = Jumlah intervensi yang bermanfaat (more good than harm) / biaya iv. Efisiensi = Jumlah intervensi terbukti efektif / biaya b. Efisiensi berdasarkan hasil (outcomes) i. Efisiensi = pasien keluar hidup / biaya ii. Efisiensi = pasien keluar hidup – kejadian tidak diharapkan / biaya → QALY (Quality Adjusted Life years) Sedangkan untuk profesi medis dapat melalui pendekatan mekanisme pengambilan keputusan klinis evidence-based medicine (EBM) dan Health Technology Assessment dalam bentuk standar pelayanan medis dan clinical pathways yang diimplementasikan secara konsisten, tidak mengulang (not repetitive) dan tidak duplikasi.28 Untuk memudahkan pihak manajerial dalam menentukan pemilihan dan pengadaan berbagai alat penunjang diagnostik (dengan menggunakan kaidah evidence based-healthcare dan health technology assessment) serta profesi medis dalam memilih penunjang pemeriksaan diagnostik dalam penanganan 28
Kenagy JW, Berwick DM, Shore MF. Service quality in healthcare. JAMA 1999:281(7): 661-5.
24
pasien di rumah sakit (dengan menggunakan kaidah evidence based-medicine dan health technology assessment) – manfaatkan dan pergunakan hubungan sensitifitas, spesifisitas dan rasio kemungkinan positif (positive likelihood ratio) dapat digunakan Gambar 15 berikut.29
Gambar 15. Hubungan sensitifitas, spesifisitas dan penghitungan rasio kemungkinan positif (positive likelihood ratio) LR (+) - sebaiknya dipilih alat penunjang yang mempunyai LR(+) > 5. 29
Firmanda D. Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment/HTA) di rumah sakit. Disampaikan pada Pertemuan Finalisasi Pedoman dan Draft Rekomendasi Hasil HTA 2008, diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel dan Apartemen Majesty, Bandung 27 – 30 Agustus 2008.
25
Sedangkan untuk obat obatan dilihat dari nilai NNT dan NNH (numbers needed to treatment/harm), disamping adanya kebijakan (policy) yang mengahruskan/mengutamakan produk dalam negeri atau PMDN atau PMA yang membuka pabrik perusahaannya di tanah air – sehingga sirkulasi keuangan dan konsumsinya terjadi di dalam negeri termasuk nilai tambah (value added) seperti fiskal, pajak dan membuka/menambah lapangan kerja – sehingga leading economic index kita meningkat dan daya beli masyarakat (purchasing power parity) bertambah serta ekonomi negara rebound keluar dari krisis keuangan global ( down-ward spiral effects ). Dengan mempergunakan Clinical Pathways secara micro-system: untuk individu pasien/keluarga, penyandang dana (asuransi) sebagai purchasers dan external customers, dan profesi (dokter, apoteker, perawat, penata, akuntasi dan rekam medik) serta penyelenggara rumah sakit sebagai provider dan internal customer menjadi jelas, eksplisit dan akauntabel dari segi mutu layanan maupun biaya yang dikeluarkan (value for money) . Secara macro-system – dalam hal ini pemerintah mudah untuk mengalokasikan biaya kesehatan yang diperlukan untuk masyarakat dan dapat menilai benchmarking efisiensi biaya dan mutu layanan setiap penyelenggara kesehatan sehingga mempertajam skala prioritas pembangunan kesehatan dalam menyusun national health accounts dan universal coverage system asuransi nasional.
26
Clinical Pathways dalam proses pendidikan kedokteran tingkat klinis dan pendidikan kedokteran spesialis serta kegiatan penelitian. Clinical Pathways dapat dipergunakan juga sebagai alat dalam pendidikan kedokteran dan dokter spesialis untuk implementasi pengetahuan (knowledge), ketrampilan klinis (skill) maupun perilaku (attitude) dalam tata kelola pasien sesuai dengan Kurikulum, Pedoman Pendidikan dan Log Book strata pendidikan (Gambar 16 dan 17)
Gambar 16. Berbagai komponen yang dibutuhkan dari Kolegium, Organisasi Profesi dan Rumah Sakit Pendidikan dalam rangka pendidikan kedokteran/spesialis untuk mewujudkan patient safety melalui clinical pathways.
27
Gambar 17. Berbagai komponen yang dibutuhkan dari Kolegium, Organisasi Profesi dan Rumah Sakit Pendidikan dalam rangka pendidikan kedokteran/spesialis untuk mewujudkan Clinical Governance melalui clinical pathways.
28
Clinical Pathways dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penelitian klinis maupun manajemen secara retrospektif, cross sectional maupun prospektif. Contohnya sebagaimana dalam Gambar 18 – 22 berikut
Gambar 18. Contoh hasil penelitian implementasi Clinical Pathways SMF Kesehatan Anak RSUP Fatmawati tahun 2006.
29
Gambar 19. Contoh hasil penelitian implementasi Clinical Pathways Bayi Baru Lahir SMF Kesehatan Anak RSUP Fatmawati tahun 2006.
30
Gambar 20. Contoh hasil penelitian implementasi Clinical Pathways DBD SMF Kesehatan Anak RSUP Fatmawati tahun 2004 dalam rangka mengetahui nilai prevalensi untuk nilai pre test probability bagi implementasi Evidence-based Medicine dan persiapan antisipasi kebutuhan teanga dan stok obat di rumah sakit.
31
Gambar 21. Contoh hasil penelitian implementasi Clinical Pathways Pneumonia SMF Kesehatan Anak RSUP Fatmawati tahun 2006.
32
Gambar 22. Contoh hasil penelitian implementasi Clinical Pathways, Casemix System and Patient Safety RSUP Fatmawati yang disampaikan pertemuan 2nd International Conference of Asia Pacific for Quality Healthcare 2008.
33
Data hasil implementasi clinical pathways dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian tersebut merupakan suatu bukti dari pengamalan evidence-based medicine dan evidence-based healthcare serta health technology assessment untuk membuat dasar kebijakan tingkat manajamen maupun klinisi (evidencebased policy) – maka rumah sakit tersebut telah masuk evolusi tingkat tinggi sebagaimana Gambar 1, 2, 5 dan 6 di atas dan siap bersaing untuk masuk 30 memenuhi kriteria tingkat World Class Hospitals. Maka dengan menggunakan Clinical Pathways secara langsung menjawab inti dari tujuan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yakni: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien (patient safety) 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter. dan inti tujuan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yakni: 1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit 3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan 4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Terima kasih, semoga bermanfaat. Jakarta, 2 Oktober 2009 Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA http://www.pdfcoke.com/Komite Medik 30
Firmanda D. Pedoman Penilaian Kinerja (Performance) Rumah sakit Kelas Dunia (World Class Hospitals) . Disampaikan pada Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Pengembangan RS Kelas Dunia (World Class Hospital) , Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI di Yogyakarta Plaza Hotel, Yogyakarta 22–23 Desember 2008. http://www.pdfcoke.com/doc/9799224/Dody-Firmanda-2008-World-Class-Hospital-DFPedoman-Penilaian-RS-Tingkat-Global
34
LAMPIRAN
CONTOH FORMAT UMUM CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA
35
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
R. Rawat
……………. HR 1 HR 2 HS ..
HS ..
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR HR HR 10 11 12 HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang:
………….. ………….. ………….. …………..
Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) …………………… PPDU: …………… PPDS: …………… Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP): ............................. Verifikator: ……………………
……………… ……………… ………………
………….. …………..
Diagnosis Akhir: Utama Penyerta Komplikasi
……………………… ……………………… ………………………. ……………………… ……………………… ………………………. ……………………… ………………………. ………………………
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ………….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Umur: Berat Badan: ……………… ……………..kg Kode ICD 10 : …………………… Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: R. Rawat ………………. ………………. ……………. HR HR HR HR HR HR HR HR 1 2 3 4 5 6 7 8 HS HS HS HS HS HS HS HS
Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: …………..cm ……………………………. Rencana rawat : …… hari Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ……... hari …….. …………. …………… HR HR HR HR HR HR 9 10 11 12 13 14 HS HS HS HS HS HS
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
……….. ……….. ……….. ……….. …………… …………… ……………
……….. ………..
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ……….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
37
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians:
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) R. Rawat ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… ……………. Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
………………. ………………. ……………….
…………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… ……………
…………… …………… ……………
………………. ………………. ………………. ……………….
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
………………. ………………. ……………. ………………. ……………….
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
……………….. ……………….. ………………..
…………… …………… …………… …………… …………… ……………
…………… ……………
………………. ………………. ………………. ……………….
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
…………… …………… …………… ……………
………………. ………………
…………… …………… …………… …………… …………… ……………
…………… ……………
Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
…………… …………… …………… ……………
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
……………….. ……………….. ………………..
Jenis Tindakan:
………….. ………….. ………….. ………….. ……………… ……………… ………………
………….. …………..
Jumlah Biaya ……….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
38
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang:
R. Rawat
……………. Hari Rawat 1 Hari Sakit: …
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6 Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
………….. ………….. ………….. …………..
Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… ………………………….. Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
………………. ……………… ……………….
………….. …………..
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ………….. Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
39
CLINICAL PATHWAYS RSUP FATMAWATI JAKARTA ……………………………………………………………..
2009
Nama Pasien: …………………………………………………… Diagnosis Awal: ………………………………. Aktivitas Pelayanan
Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis: ……………… ……………..kg …………..cm ……………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp) R. Rawat ………………. ………………. ……... hari …….. …………. …………… ……………. Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat 1 2 3 4 5 6 7 Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..
Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta Komplikasi Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter Konsultasi Pemeriksaan Penunjang: Tindakan: Obat obatan: …………………………… …………………………… …………………………..
……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……...... ……….. ………..
Nutrisi: Mobilisasi: Hasil (Outcome): ………………………….. ………………………….. ………………………….. Pendidikan/Rencana Pemulangan: Varians: Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: …………………… PPDU: …………… Utama ……………………… PPDS: …………… Penyerta ……………………… Dokter ………………………. Penanggung ……………………… Jawab Pasien Komplikasi ……………………… (DPJP): ………………………. ............................. ……………………… Verifikator: ………………………. …………………… ………………………
Kode ICD 10 ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Jenis Tindakan:
Jumlah Biaya ……… Kode ICD 9 – CM
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ………………. ……………….
40