Disribusi Dan Frekuensi Infeksi Menular Seksual.docx

  • Uploaded by: salsa farah diba
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Disribusi Dan Frekuensi Infeksi Menular Seksual.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,364
  • Pages: 9
A. Distribusi dan Frekuensi Infeksi Menular Seksual (IMS) WHO pada tahun 2001 memperkirakan penderita IMS di seluruh dunia sebanyak 340 juta orang. Sebagian besar penderita berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara yaitu sebanyak 151 juta, diikuti Afrika sekitar 70 juta, dan yang terendah adalah Australia dan Selandia Baru sebanyak 1 juta. Semakin lama jumlah penderita IMS semakin meningkat dan penyebarannya semakin merata di seluruh dunia. WHO memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar kurang lebih 250 juta orang setiap tahunnya. Peningkatan insidensi IMS ini terkait juga dengan perilaku berisiko tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini. Di Indonesia, angka prevalensi IMS bervariasi menurut daerah. Hasil survey ISR (infeksi saluran reproduksi) tahun 2005 melaporkan angka IMS di kalangan WTS Bitung 35%, Jakarta 40%, dan Bandung 50%. Hasil laporan periodic presumptive treatment (PPT) periode I bulan Januari 2007 menunjukkan hasil yang hampir sama, yaitu angka IMS di Banyuwangi 74,5%; Denpasar 36,6%; Surabaya 61,21%; dan Semarang 79,7% (Widoyono, 2011). a. Distribusi Gonore menurut Orang, Waktu, dan Tempat -

Menurut Orang Pada umumnya Gonore diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun (Rosen dalam Sinta, 2012)

-

Menurut Waktu Kultur bakteri N. gonorrhea dilaporkan pertama kali oleh Leistikow dan Loffler pada tahun 1882 dan dikembangkan pada tahun 1964 oleh Thayer dan Martin yang menemukan tempat biakan selektif pada media agar khusus. Media Thayer-Martin merupakan media yang selektif untuk mengisolasi gonokok. Tahun 1980-an sampai pada tahun 2005 di laporkan terjadi 339.593 kasus, dimana angka ini menunjukkan peningkatan, terutama pada Negara berkembang (termasuk Amerika Serikat) (Edwards, 2004).

-

Menurut Tempat Laporan WHO pada tahun 1999 secara global terdapat 62 juta kasus baru gonorrhea, 27,2 juta diantaranya terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara, di Amerika Serikat dan di Jepang terdapat peningkatan kasus infeksi oleh bakteri Neisseria

gonorrhoeae yang sudah resisten terhadap Ciprofloxacin, dan di Indonesia, data dari Kesehatan RI tahun 1988, angka insidensi gonorrhea adalah 316 kasus per 100.000 penduduk. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap PSK wanita menunjukkan bahwa prevalensi gonorrhea berkisar antara 7,4-50% (Purwono, 2015) b. Distribusi Sifilis menurut Orang, Waktu, dan Tempat -

Menurut Orang Sifilis tersebar di seluruh dunia; di AS yang paling sering terkena infeksi adalah golongan usia muda berusia antara 20-29 tahun, yang aktif secara seksual. Sifilis juga ditemukan lebih tinggi pada ras dan kultur tertentu. Adanya perbedaan prevalensi penyakit pada ras yang berbeda lebih disebabkan oleh faktor sosial daripada faktor biologis. Laki-laki lebih sering terinfeksi daripada wanita. Pada tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, prevalensi tinggi dijumpai pada kelompok homoseksual dan pada tahun 1983 menurun secara drastis.

-

Menurut Waktu Tahun 1991, sejak tahun 1985 merupakan tahun pertama kali kasus sifilis yang dilaporkan menurun drastis, penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Penyakit kelamin pada usia muda dan sifilis kongenital meningkat secara bermakna hampir diseluruh dunia sejak tahun 1957.

-

Menurut Tempat Sifilis lebih tinggi prevalensinya didaerah perkotaan dibandingkan dengan didaerah pedesaan. Dibanyak wilayah AS, terutama di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan bagian selatan kejadian sifilis dan sifilis kongenital yang dilaporkan meningkat sejak tahun 1986 dan berlanjut sampai dengan tahun 1990 dan kemudian menurun sesudah itu. Peningkatan ini terjadi terutama dikalangan masyarakat dengan status ekonomi rendah dan dikalangan anak-anak muda

c. Distribusi Klamidia menurut Orang, Waktu, dan Tempat -

Menurut Orang Klamidia dapat menginfeksi pria maupun wanita. Wanita lebih sering terinfeksi dibandingkan pria, terutama wanita dengan umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Pada

perbedaan ras ditemukan bahwa orang dengan kulit hitam lebih tinggi prevalensinya dibanding ras/etnis lain. Selain itu, gay, biseksual dan LSL juga dapat terinfeksi klamidia karena klamidia bisa menular melalui seks anal dan oral. (CDC, 2010) -

Menurut Waktu C. trachomatis adalah agen klamidia pertama yang ditemukan dalam tubuh manusia. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada tahun 1907 oleh Halberstaedter dan Von Prowazek yang melakukan observasi bakteri tersebut dalam kikisan konjungtiva orangutan yang terinfeksi. (Budai I, 2007)

-

Menurut Tempat Klamidia dapat ditemukan lebih banyak pada negara-negara miskin/ berkembang seperti di Afrika dan Asia. (Kristina dkk, 2016)

d. Prevalensi Gonorre, Sifilis, dan Klamidia Menurut Orang, Waktu, dan Tempat -

Penasun Pada tahun 2013, prevalensi sifilis Penasun di semua kota berkisar antara 0-6% dengan prevalensi tertinggi di Pontianak (6%) dan terendah di Makassar (0%). Jika dibandingkan tahun 2009, prevalensi sifilis mengalami peningkatan di semua kota, sementara di Makassar tidak didapatkan kasus sifilis pada survei tahun 2013.

Grafik 1. Prevalensi Sifilis Penasun menurut Kota tahun 2009 & 2013

-

LSL Prevalensi IMS, antara lain sifilis, gonore, dan klamidia mengalami kenaikan di Yogyakarta dan Tangerang pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2009. Di Yogyakarta, prevalensi IMS tertinggi adalah klamidia, yaitu sebesar 32%. Di Tangerang selain klamidia, prevalensi gonore juga tinggi, yaitu sebesar 32,8%. Di Makassar, prevalensi sifilis mengalami kenaikan menjadi 2,4%, sedangkan gonore mengalami penurunan dari yang sebelumnya pada tahun 2009 sebesar 12,5% menjadi 6,8%.

Grafik 2. Prevalensi Sifilis LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013

Grafik 3. Prevalensi Gonore LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013

Grafik 4. Prevalensi Klamidia LSL menurut Kota tahun 2009 & 2013

-

Waria (Wanita Pria) Prevalensi Sifilis Waria tertinggi terjadi di Kota Palembang (16,0%) dan terendah terjadi di Kota Pontianak (4,8%). Prevalensi Sifilis pada Waria di Kota Pontianak dan Makassar mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Akan tetapi, prevalensi Sifilis Waria mengalami peningkatan di Palembang. Grafik 5. Prevalensi Sifilis Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013

Prevalensi gonore di tiap kota berkisar dari 16,4%-21,9%. Prevalensi gonore tertinggi terjadi pada Waria di Palembang (21,9%) diikuti Makassar (21,1%), Samarinda (17,7%), dan Pontianak (16,4%). Prevalensi gonore mengalami penurunan di tiap kota dibandingkan survei sebelumnya.

Grafik 6. Prevalensi Gonore Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013

Prevalensi klamidia tertinggi terjadi pada Waria di Makassar (27,5%) dan terendah di Pontianak (12%). Prevalensi klamidia mengalami penurunan di tiap kota dibandingkan survei sebelumnya. Grafik 7. Prevalensi Klamidia Waria menurut Kota tahun 2009 & 2013

-

WPSL (Wanita Pekerja Seks Langsung) Prevalensi sifilis pada tahun 2013 cenderung mengalami penurunan di tiap kota kecuali di Samarinda. Prevalensi sifilis di Palembang mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 10,7% menjadi 5,2%. Prevalensi sifilis paling tinggi di Makassar dan paling rendah di Yogyakarta dan Tangerang. Grafik 8. Prevalensi Sifilis WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013

Prevalensi gonore cenderung menurun di tiap kota kecuali di Bitung. Prevalensi gonore berkisar dari 11%-48%. Prevalensi gonore tertinggi pada WPSL di Tangerang (48%) dan terendah di Pontianak (11%). Grafik 9. Prevalensi Gonore WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013

Prevalensi klamidia pada WPSL lebih tinggi dibandingkan prevalensi gonore di tiap kota. Sama halnya dengan prevalensi gonore, prevalensi klamidia tertinggi pada WPSL di Tangerang dan Palembang (56%). Sedangkan prevalensi klamidia terendah pada WPSL di Bitung (24%).

Grafik 10. Prevalensi Klamidia WPSL menurut Kota tahun 2009 & 2013

-

WPSTL (Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung) Prevalensi sifilis di sembilan kota berkisar dari 0,9-2,8. Sifilis paling banyak terdapat pada WPSTL di Palembang dan paling rendah di Yogyakarta. Prevalensi gonore mengalami penurunan di tiap kota kecuali di Pontianak dan Bitung. Prevalensi gonore paling tinggi terdapat di Bengkulu (23%) dan paling rendah di Samarinda (10%). Grafik 11. Prevalensi Sifilis WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013

Sebagian besar prevalensi klamidia mengalami penurunan kecuali di Makassar. Prevalensi klamidia tertinggi juga berada di Makassar (38%) dan terendah di Bitung (20%). Grafik 12. Prevalensi Klamidia WPSTL menurut Kota tahun 2009 & 2013

(STBP, 2013)

Daftar Pustaka Budai I. 2007. Chlamydia trachomatis: milestones in clinical and microbiological diagnostics in the last hundreds years: a review. Acta microbiologica et immunologica Hungarica. 54 (1): 5-22 CDC.

2010.

2010

Sexually

Tranmitted

Diseases

Surveillance

http://www.cdc.gov/std/stats10/chlamydia.htm diakses online pada 5/11/18 Edwards JL, dkk. 2004. The Molecular Mechanisms Used by Neisseria Gonorrhoeae To Initiate Infection Differ Between Men And Women http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC523569

diakses

online pada 2/11/18 Kristina, dkk. 2016. Chlamydia Trachomatis Infection in Pregnancy: The Global Challenge of Preventing Adverse Pregnancy and Infant Outcomes in Sub-Saharan

Africa

and

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4837252

Asia. diakses

online pada 8/11/18 Priyo Budi Purwono, dkk. 2015. Pemeriksaan Mikrobiologi Untuk Penyakit Infeksi Bakteriologi Infeksi Genitalia, Fakultas Kedokteran Airlangga. Surabaya: Sagung Seto Sinta, dkk. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Malang: UB press STBP. 2013. Laporan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2013. Kementerian Kesehatan RI Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga

Related Documents


More Documents from "NonaMarpaung"