FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN KANKER
INFEKSI SALURAN KEMIH KELOMPOK 12 –VI C: VITANIA REBECCA GURNING YOLANDA KRISTINE. P FITRI MARDIYANTI SIBUEA ZAHRATUL HAYATI
(141501155) (141501173) (141501193) (141501212)
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh bakteri. kebanyakan penyebab ISPA disebabkan oleh virus dan mikoplasma, dengan pengecualian epiglotitis akut dan pneumonia dengan distribusi lobular.
Etiologi
• Tanda-tanda klinis • • Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dindi • ngthorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. • • Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan • cardiac arrest. • Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. • • Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda laboratoris • hypoxemia,• hypercapnia dan• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisaminum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya padaanak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnyamenurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaranmenurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin
Manifestasi Klinis
Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu : 1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia 2. Makrofag alveol 3. Antibodi setempat
Patofisiologis
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah : 1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara 2. Sindroma imotil 3. Pengobatan dengan O2 kosentrasi tinggi (25% atau lebih)
Patofisiologis
Klasifikasi Berdasarkan Umur 1. Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas : • •
2.
Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, diklasifikasikan atas : • • • • •
3.
Pneumonia berat Bukan pneumonia
Pneumonia sangat berat Pneumonia berat Pneumonia Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) Pneumonia persisten
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi
•
Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA). Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis media, faringitis.
•
Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA). Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.
Klasifikasi
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otototot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paruparu dan dapat merusaknya
Infeksi Saluran Nafas Bawah - Bronkitis
Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paru utamanya memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih jarang mikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun. Gejala khasnya meliputi batuk, nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnostik mencakup rontgen dan pengambilan kultur dari sputum.
- Pneumonia
Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi Otitis Media Akut, Otitis Media Efusi, dan Otitis Media Kronik. Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu menurunnya imunokompetensi pada anak. Disfungsi tuba Eustachius berkaitan dengan adanya infeksi saluran napas atas dan alergi. Beberapa anak yang memiliki kecenderungan otitis akan mengalami 3-4 kali episode otitis pertahun atau otitis media yang terus menerus selama > 3 bulan (Otitis media kronik).
- Otitis Media
Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu: 1. Stadium Oklusi Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna suram. 2. Stadium Hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak hiperemis disertai edem. 3. Stadium Supurasi Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. 4. Stadium Perforasi Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga. 5. Stadium Resolusi Pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
Infeksi Saluran Nafas Atas Otitis Media
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas. Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi. Sinusitis dikelompokkan atas: 1. sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. 2. sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan 3. Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu.
- Sinusitis
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tibatiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae.
- Faringitis
Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Untuk gejala yang menetap setelah 10-14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi. Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran sekret, namun perlu diwaspadai bahwa pemakaian lebih dari lima hari dapat menyebabkan penyumbatan berulang.
Terapi - Sinusitis
• Terapi pokok Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Grup A, sehingga penting sekali untuk dipastikan penyebab faringitis sebelum terapi dimulai. Terapi dengan antibiotika dapat dimulai lebih dahulu bila disertai kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai penyebab, sambil menunggu hasil pemeriksaan kultur. Namun perlu diingat adanya 2 fakta berikut: •
Faringitis oleh Streptococcus grup A biasanya sembuh dengan sendirinya, demam dan gejala lain biasanya menghilang setelah 3-4 hari meskipun tanpa antibiotika.
•
Terapi dapat ditunda sampai dengan 9 hari sejak tanda pertama kali muncul dan tetap dapat mencegah komplikasi.13
• Terapi pendukung Analgesik seperti ibuprofen • Antipiretik • Kumur dengan larutan garam, gargarisma khan • Lozenges/ Tablet hisap untuk nyeri tenggorokan
-Faringitis
Terapi pokok Terapi antibiotika pada bronkhitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumoniae, H. Influenzae.42,44 Untuk batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae sehingga penggunaan antibiotika disarankan. Untuk anak dengan batuk > 4 minggu harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut terhadap kemungkinan TBC, pertusis atau sinusitis. Terapi Pendukung • Stop rokok, karena rokok dapat menggagalkan mekanisme pertahanan tubuh • Bronkhodilasi menggunakan salbutamol, albuterol. • Analgesik atau antipiretik menggunakan parasetamol,NSAID. • Antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk. • Vaporizer
- Bronkitis
Cara yang paling efektif untuk mengurangi angka kematian karena pneumonia adalah dengan memperbaiki manajemen kasus dan memastikan adanya penyediaan antibiotik yang tepat secara teratur melalui fasilitas perawatan tingkat pertama dokter praktik umum. Langkah selanjutnya untuk mengurangi angka kematian karena pneumonia dapat dicapai dengan menyediakan perawatan rujukan untuk anak yang mengalami ISPbA berat memerlukan oksigen, antibiotik lini II, serta keahlian klinis yang lebih hebat Terapi ditujukan untuk : 1. Simtomatik • • • •
Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin Hipnotika Roboransia - Istirahat yang cukup
2.
Penyulit Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada asma bronkial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta adrenergic - Antibiotika perlu ditambahkan bila terjadi infeksi sekunder bakteri. Terapi infeksi saluran nafas memang tidak hanya bergantung pada antibiotika. Beberapa kasus infeksi saluran nafas atas akut disebabkan oleh virus yang tidak memerlukan terapi antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi suportif berperan besar dalam mendukung sukses terapi antibiotika, karena berdampak mengurangi gejala, meningkatkan perfoma pasien. (Direktorat, 2005).
- Pneumonia
Terapi Pokok Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risiko tinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila: • antibiotika pilihan pertama gagal • riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama hipersensitivitas • Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang dibuktikan dengan tes sensitifitas • adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua.
-Otitis Media
Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyamanan khususnya pada anak. Terapi penunjang lain dengan menggunakan dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat tidak memberikan keuntungan namun justeru meningkatkan risiko efek samping .
- Otitis Media