Diponegoro, Jogja Galery.docx

  • Uploaded by: Ananda Putri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diponegoro, Jogja Galery.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,742
  • Pages: 7
Nama kelompok : 1.

Ananda Putri Sunarto (18/425889/SV/15031)

2.

Desi Ristiyani

(18/425894/SV/15036)

Kelas : Kearsipan A 2018

Paper untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebudayaan Indonesia Dosen Pengampu : Faizatush Solikhah, M.A

Persembahan untuk Diponegoro, Bunga Bangsa yang Gugur untuk Kehormatan Negara Di Indonesia banyak sekali pahlawan yang terus, selalu, dan akan selamanya memperjuangkan kemerdekaan bangsa yang memanglah didamba-damba oleh semua orang di negara. Berjejer para bunga bangsa yang siap mempertaruhkan nyawa demi negeri tercinta, menumpahkan segala darah dan asa untuk memperjuangkan semua rakyat demi kata merdeka. Tiada kata lelah maupun kata menyerah, semuanya hanyalah untuk tanah air ini, ibu pertiwi. Salah satu contoh pahlawan tanpa tanda jasa, Pangeran Diponegoro. Sosok yang telah terkenal di seluruh penjuru nusantara, dijunjung sebagai pejuang yang paling disukai oleh penduduk dan selalu dikenang dalam hati yang paling dalam oleh semua orang. Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A Mangkarawati yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya. Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro setidaknya menikah dengan 9 wanita dalam hidupnya, yaitu: 1) B.R.A. Retna Madubrangta puteri kedua Kyai Gedhe Dhadhapan;

2) R.A. Supadmi yang kemudian diberi nama R.A. Retnakusuma, putri Raden Tumenggung Natawijaya III, Bupati Panolan, Jipang; 3) R.A. Retnadewati seorang putri Kyai di wilayah Selatan Jogjakarta; 4) R.Ay. Citrawati, puteri Raden Tumenggung Rangga Parwirasentika dengan salah satu isteri selir; 5) R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretna (putri HB II), jadi R.A Maduretna saudara seayah dengan Sentot Prawiradirdja, tetapi lain ibu; 6) R.Ay. Ratnaningsih putri Raden Tumenggung Sumaprawira, bupati Jipang Kepadhangan 7) R.A. Retnakumala putri Kyahi Guru Kasongan; 8) R.Ay. Ratnaningrum putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II. 9) Syarifah Fathimah Wajo putri Datuk Husain (Wanita dari Wajo, Makassar), makamnya ada di Makassar. Syarifah Fathimah ini nasab lengkapnya adalah Syarifah Fathimah Wajo binti Datuk Husain bin Datuk Ahmad bin Datuk Abdullah bin Datuk Thahir bin Datuk Thayyib bin Datuk Ibrahim bin Datuk Qasim bin Datuk Muhammad bin Datuk Nakhoda Ali bin Husain Jamaluddin Asghar bin Husain Jamaluddin Akbar. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari Sultan Hamengkubuwana I, Gusti Kangjeng Ratu Tegalrejo, daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana V (1822). Ketika itu, Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujuinya. Maka, Pangeran Diponegoro adalah salah seorang pahlawan nasional republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Banyak hal besar yang dilakukan olehnya, sebagai warga negara yang berbakti dan sebagai seorang pemimpin yang patut untuk diacungi jempol. Pada tanggal 7-23 Februari 2019, pada galery seni jogja yang mempunyai nama Jogja Galery memamerkan mahakarya para pelukis hebat Indonesia, mempresentasikan visualisasi terbaik daripada pangeran kita, Diponegoro dengan sangat artistik dan menarik. Banyak sekali

lukisan yang menarik serta memanjakan mata terpampang dengan indah. Ide lukisan sangat segar dan tidak terlalu sukar dinikmati oleh orang yang awam mengenai hal yang berkaitan dengan seni. Salah satunya adalah lukisan milik Nasirun, seorang seniman yang merupakan seorang perupa kelahiran Cilacap, 1 Oktober 1965 itu, memang seniman yang kuat dan kokoh dalam soal produktivitas dan kreativitas. Meskipun ia sudah jadi milyarder, tapi ia tetap naik motor bebek yang dibelinya sekitar tahun 1997. Kalau mau membeli mobil super car, tentu Nasirun sanggup, namun itulah sifat kesedehanaan nya. Diawali menggambar di waktu kecil. Pada 1983, Nasirun belajar membatik dan mengukir di SSRI (Sekolah Seni Rupa Indonesia). Lalu 1987 masuk jurusan seni murni di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Jogja. Tapi kuliah di ASRI hanya mengerjakan tugastugas dari dosen. Baru pada 1991 terjadi akumulasi kesadaran bahwa seni lukis adalah profesi nya. Nasirun lulus dari ISI Institut Seni Indonesia, Yogyakarta pada tahun 1994. Beliau pernah pameran tunggal di Yogyakarta, Solo dan Jakarta, dan telah berpartisipasi dalam berbagai pameran kelompok di Indonesia, Singapura dan Belanda. Penghargaan yang diterima termasuk Lukisan Terbaik ISI Yogyakarta tahun 1991; McDonald Award, Lustrum X, ISI Yogyakarta 1994, dan dia adalah salah satu pemenang hadiah Top Ten Awards Seni Indonesia pada tahun 1997. Nasirun termasuk perupa yang diperhitungkan pada tingkat nasional dan regional. Karya-karyanya adalah usaha menafsir ulang seni tradisi (terutama wayang) dengan melakukan distorsi anatomi para tokohnya dan mengevaluasi struktur nilainya. Tak jarang, interpretasi itu dikaitkan dengan masalah sosial-politik yang sedang aktual dengan sentuhan humor dan ironi yang kental. Nasirun seorang pelukis yang komplit. Tekniknya tinggi, imajinasinya luar biasa. Ia cerdas dan menguasai konsep, namun ia tidak meninggalkan segi estetik bahkan rasa merupakan sisi terkuat dari Nasirun. Karyanya ekspresif dan imajinatif. Pameran-pameran yang pernah beliau ikuti yaitu pameran tunggal (seleksi) : di gedung Merdeka Jogjakarta, di Baleanda Gallery Jogjakarta, di Mirota Kmapus Jogjakarta pada tahun 1993, di cafe Solo di Bank Bali JL. Mangkubumi tahun 1993, di Gallery Nasional tahun 2000, di Nadi Gallery 2002. Pameran Bersama (seleksi) : tahun 2015 pameran bersama di Muzium Contemporar Lyon, Lyon, Prancis. Pameran bersama “ Muktamar NU – Matja ’’ di Jogja National Museum (JNM). Pameran bersama “ Jeju – Asian Contemporary Art Spesial Exhibition ’’ di Jeju, Korea Selatan. Pameran bersama – Bazaar Art 2015 – Beijing, di CAFA Art Museum Pameran dan Lelang 33 Auction Singapore, di Grand Hyaat, Singapore 2016. Pameran bersama “ From Koyosan to Borobudur ’’ – Nasirun dan Tanaja Koji, Mizuma Gallery. Singapore. Pameran bersama – Art Stage Singapore 2016. Pameran bersama “ Diverse 4 Indonesian Positions ” di Gallery Suppan Contemporary – Vienna. Pameran tunggal Shah Alam Biennale “OPEN” di Tapak Gallery, Shah Alam, Selangor, Malaysia. Pameran Bersama “Art Taipe 2016” di World Trade Center Taipei, Taiwan in partner with Edwin,s Gallery and Puri Art Space 2017 – Pameran Bersama “Art Stage Jakarta” by Mizuma Gallery. Pameran bersama “Kepada Republik” DPRI, Jakarta. Pameran bersama “Multi Frame” di Sangkring Art Space, Yogyakarta. Pameran bersama “Allegory” di Gallery Petronas, Kuala Lumpur 2018. Pameran bersama “Pathos of The Fringers” di Jeonbuk Museum of Art – Korea Selatan. Pameran Spektrum Hendra Gunawan di Artpreuneur Ciputra, Jakarta. Pameran bersama

“Phatos” di Museum Jeunbuk, Korea Selatan. Pameran Shah Alam Bienalle, Malaysia. Pameran ART BALI “Beyond The Myths” di Nusa Dua, Bali 2019. “Gambar Babad Diponegoro” Jogja Gallery Yogyakarta. Disamping itu beliau memiliki penghargaan yaitu Juara II Lomba Kaligrafi Arab, Juara II Lomba Lukis Celengan pada Dies Sastra UGM. Sketsa dan Seni Lukis terbaik ISI Yogyakarta. Mc Donald Award pada Lustrum ISI ke X. Philip Morries Award 1997. 1

Beberapa kisah inspiratif dan positif yang bisa dipetik dari pelukis yang memiliki sifat ramah dan bersahaja Nasirun. Suatu hari, ia sedang melukis di rumahnya. Tiba-tiba ada seorang anak muda, memakai motor butut datang dan ingin melihat dia melukis. "Saya kemudian ambilkan kursi. Kursinya juga lebih tinggi daripada kursi saya yang saya pakai duduk sambil melukis. Saya juga ambilkan minuman dan saya melanjutkan melukis," tutur Nasirun. Dan pemuda itu asyik melihat saya melukis. Tiba-tiba pemuda ini sambil bicara pingin membeli lukisan yang sedang saya lukis. "Mas Nasirun, saya seneng lihat lukisan ini, Boleh ya saya beli." kata anak muda itu. "Aduh bagaimana ya mas, ini mau saya pamerkan," jawab Nasirun. "Tolonglah mas. Saya seneng sekali dan pingin memilikinya." rengek anak muda ini. Nasirun terdiam sejenak. Sambil dalam hati memikir. Kemudian dengan bahasa yang lugu dan kerendahan hati, akhirnya dia beranikan bicara. "Tapi ini mahal mas. Seratus tujuh puluh lima juta," jawab Nasirun. "Ya mas Nasirun. Gak apa-apa," jawab anak muda ini. Tentu saja Nasirun kaget. Dari "potongannya" anak muda ini, pakaiannya T-shirt, naik motor butut. Tetapi kok mau beli lukisan saya. Singkat cerita, anak muda ini meminta nomor rekening Nasirun dan pulang. Esok harinya ada mobil mewah datang bersama sebuah mobil box. "Pak Nasirun, saya mau ambil lukisan. Ini bukti transfernya, " seorang bapak setengah baya menyerahkan selembar kertas. "Lho....siapa mas yang datang kemarin itu ?" tanya Nasirun terheran heran. "Itu anak bapak..." tuturnya sambil menyebut nama seorang tokoh nasional, pengusaha ternama di Indonesia. Kisah unik lainya, suatu hari Nasirun pernah diremehkan oleh pegawai dealer ketika mau beli sebuah mobil seharga Rp 400 juta. Semua yang datang ke dealer itu disambut para sales dengan senyum dan minuman teh botol sambil dijelaskan sistem cicilan. Tapi Nasirun karena potongan rambutnya gondrong, pakai celana pendek tidak ada satupun yang mau melayani.

1

Java Devindo. Lukisan dan Biografi Nasirun. https://lelang-lukisanmaestro.blogspot.com/2016/08/lukisan-danbiografi-nasirun.html. (diakses pada tanggal 3 Maret 2019 pukul 7.40)

Sampai kemudian istrinya datang dan membawa uang cash Rp 400 juta, Nasirun kemudian memanggil seorang sales dan ia bilang mau beli cash. Tentu saja sales itu malu dan bingung melayani. Lari ia menggambilkan teh botol. Nasirun senyum dan cerita. "Rasa minumannya sudah tidak enak. Karena dari hati yang terpaksa bukan dari hati yang ikhkas." Itulah Nasirun. Seorang pelukis yang unik. Sikap hormat seorang Nasirun kepada teman, sahabat dan tamu-tamunya, kebersahajaan yang luar biasa, adalah kunci awal yang menjadikan karyanya menyentuh hatin orang. Teknik melukis, piawai memainkan warna dan pemahaman tentang lukisan yang indah, adalah modal dasar bagi seorang pelukis sukses. Yang lebih utama justru kesuksesan dia menaklukkan dirinya. Karya yang indah adalah ramuan penguasaan atas teknik melukis dengan kebersihan hati dan kebersahajaan. Hasil karya dari Nasirun telah dipamerkan dalam berbagai pameran di Indonesia salah satunya yaitu berada di Jogja Gallery dengan judul lukisan Merapi Meletus dari Awang-Awang seperti terlihat seperti dibawah ini

Dalam sebuah kotak besar yang terletak di tengah sorot lampu yang menimbulkan kilauan tak kasat mata, terlukis dengan apik sebuah lukisan yang sedikit abstrak namun, nyeni sekali. Di dalam keterangan lukisan yang tertempel di sebelahnya, tertulis pupuh Dhandanggula pada 19 dan 20, dhandhanggula merupakan salah satu tembang macapat yang dalam arti adalah sebuah tembang yang melambangkan manisnya hidup. Digambarkan sebuah gunung berapi yang tengah melepus, dilava-lava panas yang meleleh terdapat wayang-wayang yang sangat banyak, berbentuk seperti buta yang menyeramkan, disudut lukisan terdapat dua orang yang berjalan sejajar. Mungkin, arti daripada

lukisan tersebut adalah gunung merapi yang meletus, lava itu digambarkan sebagai buta karena dapat merusak dan dua orang yang berjalan sejajar tersebut adalah Pangeran Diponegoro dan sang istri, Maduretno yang tengah melihat bencana alam dashyat itu, debu dan tanah bergetar seiringnya keluar material dari gunung paling aktif di Jawa. Dokumentasi kunjungan Jogja Gallery pada tanggal 16 Februari 2019

Related Documents

Prince Diponegoro
May 2020 22
Jurnal Jogja
May 2020 48
Peta Jogja
December 2019 48
Peta Jogja
December 2019 62

More Documents from "lp3y.org"