Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri(2).docx

  • Uploaded by: Desy Dwi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri(2).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,757
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RSJ SURAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Keperawatan Jiwa I Dosen Pengampu: Christin Wiyani, S.kep.,Ns.,MSN

Disusun Oleh : Nama

: Siti Umaiyah

NIM

: 14130101

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2016

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RSJ SURAKARTA

DisusunOleh : Nama

: Siti Umaiyah

NIM

: 14130101

Mengetahui :

Pembimbing Klinik

(

PembimbingAkademik

)

(

)

Mahasiswa

(

)

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PENGERTIAN Defisit perawatan diri adalah keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri (Carpenito, 2007). Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelasaikan mandi/ aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. ( T. Hearther herman. 2012-2014 ). Defisit perawatan diri adalah ketidak mampuan merwat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi (buang air beasr dan air kecil) secara mandiri (Keliat, dkk, 2010). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Jadi Defisit perawatan diri adalah ketidak mampuan pasien dalam membersihkan dirinya dan menjaga kesehatan tubuhnya.

B. TANDA DAN GEJALA 1. Data Subyektif a. Mengatakan malas mandi b. Tidak tahu cara makan yang baik c. Mengatakan tidak tahu cara dandan yang baik d. Mengatakan tidak tahu cara BAB/BAK yang baik e. Merasa tidak berguna f. Merasa tidak perlu mengubah penampilan g. Merasa tidak ada yang peduli 2. Data Obyektif a. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigikotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

b. Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidk sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan. c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan kemampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya. d. Ketidakmampuan toileting secara secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan air setelah BAB/BAK e. Malas, tidak ada inisiatif (Stuart dan Sudden, 2009).

Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan & Rusdi (2013) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1. Fisik a. Badan bau, pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor d. Gigi kotor disertai mulut bau e. Penampilan tidak rapi 2. Psikologis a. Malas, tidak ada inisiatif. b. Menarik diri, isolasi diri. c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial a. Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah : 1. Data subyektif a. Pasien merasa lemah b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya. 2. Data obyektif a. Rambut kotor, acak – acakan b. Badan dan pakaian kotor dan bau c. Mulut dan gigi bau. d. Kulit kusam dan kotor e. Kuku panjang dan tidak terawatt f. Mekanisme Koping g. Regresi h. Penyangkalan i. Isolasi diri, menarik diri j. Intelektualisasi

C. PENYEBAB 1. Faktor Predisposisi a. Biologis 1) Riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dimana lobus trsebut berpengaruh terhadap proses kognitif 2) Ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa 3) Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh pada fungsi perhatian memori 4) Suplay oksigen dan glukosa terganggu b. Psikologis Faktor yang memengaruhi defisit perawatan diri antara lain: 1) Halusinasi Klien terlalu menikmati halusinasinya 2) Isolasi sosial Klien malas untuk berinteraksi dengan orang lain 3) Harga diri rendah Klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri 4) Waham Klien merasa ada hal yang mengancam dirinya

5) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya c. Sosial budaya 1) Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2) Praktek sosial pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status sosial ekonomi, personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya

2. Faktor Presipitasi a. Faktor biologis, sakit fisik (kecacatan, kelemahan, kelelahan, nyeri, gangguan neuromuscular). b. Faktor psikologis, menurunnya motivasi, malas. c. Faktor sosiobudaya, adanya pembatasan kontak sosial dengan teman dan keluarga, perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi. d. Konsep diri, gambaran diri seperti tidak menyukai tubuh/fisik, merasa tidak sempurna (Keliat, dkk, 2010).

D. AKIBAT Defisit perawatan diri adalah akibat dari masalah keperawatan jiwa lainnya sepertihalusinasi, isolasi sosial, HDR, yang dapat berakibat kurangnya perawatan diri. Secara klinis, defisit perawatan diri dapat menyebabkan kuman-kuman masuk dan bersifat patologis. (Yosep, 2007)

E. PSIKOPATOLOGI Gangguan jiwa dapat bersumber dari faktor genetic (masyarakat umum, orang tua, saudara kandung, anak),lingkungan dan juga ekspresi rmosi yang berlebihan. Semua itu

mmbuat individu mengalami stressor. Dari ketidakmampuan individu menghadapi stressor akan berimbas ke koping yang tidak efektif. Dari koping yang tidak efektif tentunya akan menimbulkan banyak masalah. Jika menimbulkan gangguan berfikir, maka akan terjadi waham, HDR dan kecemasan yang berimbas ke halusinasi dan resiko perilaku kekerasan. Koping individu yang tidak efektif juga dapat menurunkan motivasi dan kemampuan dalam hubungan sosial yang menyebabkan isolasi sosial, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan dan DPD (Stuart dan Sudden, 2009).

F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA Diagnosa keperawatan utama adalah defisit perawatan diri

G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada deficit perawatan diri adalah strategi pelaksanaan defisit perawatan diri.Selain itu ada penatalaksanaan lain yaitu: 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri 2. Membimbing dan menolong klien merawatan diri 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

H. FOKUS INTERVENSI Menurut Keliat, dkk (2010) yaitu: 1. Tindakan mandiri SP I a. Mnjelaskan pentingnya kebersihan diri. b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan. c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihann diri. d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP II a. Mengevaluasi jadwl kegiatan harian pasien. b. Menjelaskan cara makan yang baik. c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik. d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP III a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik. c. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik. d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. b. Menjelaskan cara berdandan. c. Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan. d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

2. Tindakan modalitas a. Libatkan pasien dalam terapi kelompok. b. Terapi kognitif dan dalam kegiatan sehari-hari. c. Terapi kognitif sesuai dengan kemampuan dan bakat.

3. Tindakan kolaboratif a. Membantu klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan wahamnya. b. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengendalikan waham. c. Bantu klien untuk memastikan bahwa klien minum obat sesuai program dokter. d. Observasi tanda dan gejala terkait dengan efek samping obat.

I. DAFTAR PUSTAKA 1. Hartono, Y. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika 2. Kelliat, dkk, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. 3. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama. 4. Stuart dan Sudden. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. 5. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika 6. Nurjannah. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta : Moco Medi 7. Herman T. Heather. 2012.Nanda internasional Diagnosisi kperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. jakarta : ECG. 8. Dermawan, Deden & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

J. JENIS 1. Kuarng perawatan diri: Mandi dan kebersihan; adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi dan kebersihan diri. 2. Kuarng perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kuarng perawatan diri: Makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kuarang perawatan diri: Toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelsaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).

STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Kondisi Klien Defisit perawatan diri

B. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri

C. Tujuan 1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. 2. Pasien mampu melakukan makan dengan baik. 3. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri 4. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

D. Tindakan 1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 2. Melatih pasien makan secara mandiri a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib. c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan. d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 3. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK 4. Melatih pasien berdandan/berhias a. Berpakaian

b. Menyisir rambut c. Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Berhias

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri ORIENTASI “Selamat pagi, kenalkan saya Siti Umaiyah, saya biasa dipanggil Maya” ”Namanya anda siapa, senang dipanggil siapa?” ”Saya dinas pagi di ruangan ini pukul 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat A ?” “Dari tadi saya lihat A menggaruk-garuk badannya, gatal ya?” ” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ” ” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”

KERJA “Berapa kali A mandi dalam sehari? Apakah A sudah mandi hari ini? Menurut A apa kegunaannya mandi ?Apa alasan A sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut A apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut A yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb. “Apa yang A lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja A menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?” (Contoh untuk pasien laki-laki) “Berapa kali A cukuran dalam seminggu? Kapan A cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran?

Apa alat-alat

yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat

cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya “Berapa kali A makan sehari? ”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan. “Di mana biasanya A berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”. “Menurut A kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali.. A perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”. ”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing A melakukannya. Sekarang A siram seluruh tubuh A termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi A mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh A sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. A bagus sekali melakukannya. Selanjutnya A pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”

TERMINASI “Bagaimana perasaan A setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah A lakukan tadi ?”. ”Bagaimana perasaan A setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba A ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi” ”Bagus sekali mau berapa kali A mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian. Nah... lakukan ya A..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Seperti M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan TD ( tidak dilakukan ) tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan makan yang baik yah?”

SP 2 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik ORIENTASI “Selamat siang A,” ” Wow...masih rapi deh A”. “Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“ KERJA “Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana A makan?” “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan A yang pimpin!. Bagus.. “Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Feby sedang bagi obat, coba...A minta sendiri obatnya.”

TERMINASI “Bagaimana perasaan A setelah kita makan bersama-sama”. ”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)” Bagus sekali A bisa menyimpulkan apa yg sudah kita lakukan.” ” Nah... coba A lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja ya...!”

SP 3 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK ORIENTASI “Selamat pagi A ? Bagaimana perasaan A hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadwal kegiatannya..?” “Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik? “ Kira-kira 20 menit ya... dan dimana kita duduk? Baik disana deh...!

KERJA Untuk pasien pria: “Dimana biasanya A berak dan kencing?” “Benar A, berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....” “Sekarang, coba A jelaskan kepada saya bagaimana cara A cebok?” “Sudah bagus ya A, yang perlu diingat saat A cebok adalah A membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh A”. “Setelah A selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC.

Jika A membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti A ikut

mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing” “Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, A perlu merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

Untuk pasien wanita: “Cara cebok yang bersih setelah A berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”

“Setelah A selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC.

Jika A membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti A ikut

mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing” “Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

TERMINASI “Bagaimana perasaan A setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?” “Coba A jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...! “Untuk selanjutnya A bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”. Nah...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana A bisa melakukan jadwal kegiatannya.

SP 4 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Berhias ORIENTASI “Selamat pagi, bagaimana perasaaan A hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai dijadwal harian ? “Hari ini kita akan latihan berdandan supaya A tampak rapi dan cantik. Mari A kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )

KERJA “ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nah…sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah A biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanya A, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ A, punya lipstik mari dioles tipis. Nah…coba lihat dikaca!

TERMINASI “Bagaimana perasaan A belajar berdandan” ”Coba A jelasakan apa saja yang sudah kita lakukan hari ini. Jadi bisa melakukannya secara mandiri yah dan di masukan ke jadwal harianya. ”Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah diajarkan, A mau dimana ? Jam berapa? Waktunya berapa lama?”. Kalau begitu saya permisi dulu .

Related Documents


More Documents from "maulana"