Data Commentary-salsabila Ramadhani.docx

  • Uploaded by: salsabilar
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Data Commentary-salsabila Ramadhani.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,399
  • Pages: 7
Mid Term Essay Pengantar Komunikasi Bisnis dan Teknik Penulisan Ilmiah

Salsabila Ramadhani 1806218100

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia 2019

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama

: Salsabila Ramadhani

NPM

: 1806218100

Mata Kuliah

: Pengantar Komunikasi Bisnis dan Teknik Penulisan Ilmiah

Judul Tugas

: Sedekah in Jar: Solusi Terbaik Sedekah Mudah

Dosen

: Miranti Kartika Dewi

Depok, 27 Maret 2019

(Salsabila Ramadhani)

Sedekah in Jar: Solusi Terbaik Sedekah Mudah Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim terbanyak di dunia. Dalam ajaran Agama Islam pula, terdapat anjuran untuk bersedekah. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia mengerti tentang konsep sedekah. Namun, pada kehidupan saat ini, masih ditemukan adanya miskonsepsi tentang aturan bersedekah. Seperti contohnya bahwa apabila seseorang ingin bersedekah, orang tersebut harus mengeluarkan uang dalam bentuk yang sangat besar, atau sedekah hanya untuk orang yang mampu saja. Miskonsepsi ini seringkali ditemukan di kalangan masyarakat Indonesia.

Sebagaimana Nabi dalam hadis-hadisnya menjelaskan bahwa sedekah bisa dilakukan oleh semua orang baik yang berkemampuan maupun tidak, yang kaya bisa bersedekah dengan hartanya, yang berilmu bisa bersedekah dengan ilmunya, dan yang mempunyai kekuatan bisa bersedekah dengan tenaga. Kedua, sedekah masih dipahami dalam makna yang sempit yaitu hanya berupa pemberian materi semata yang dikatakan sedekah. Hal ini menyebabkan anjuran bersedekah hanya dipandang sebagai beban atas orang-orang yang tidak berpunya. Padahal sedekah merupakan salah satu jalan yang paling mudah untuk memperoleh kebaikan dan pahala di sisi Allah swt. Dengan jalan melakukan setiap kebaikan baik untuk pribadi maupun sosial maka itupun disebut sedekah.

Table 1. CAF World Giving Index Tahun 2018 Sumber: Report World Giving Index 2018

Tabel diatas menunjukkan 10 negara dengan tingkat kedermawanan paling tinggi secara global. Menurut data Charity Aids Foundation World Giving Index tahun 2018, Indonesia secara global menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling dermawan di dunia. Baik dari segi membantu orang asing, mendonasikan uang, serta menjadi penyukarela waktu untuk organisasi.

Posisi pertama ini merupakan suatu kemajuan karena pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke-2. Adanya peningkatan ini, khususnya dalam mendonasikan uang mungkin saja terjadi karena saat ini media untuk berdonasi atau bersedekah sudah begitu banyak dan mudah untuk disalurkan. Adanya peningkatan yang signifikan ini tentunya bukan hanya berasal dari kontribusi yang besar-besaran oleh perusahaan yang sudah mengglobal, melainkan juga dari langkah kecil yang dimulai oleh suatu komunitas atau kelompok kecil dalam masyarakat.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sedekah dapat dilakukan oleh siapapun, tidak dapat dibatasi umur maupun hal pembatas lainnya seperti jumlah uang maupun materil.

Grafik 1. Partisipasi Global dalam Mendonasikan Uang Menurut Umur

Sumber: Report CAF World Giving Bank tahun 2018.

CAF World Giving Index tahun 2018 menyebutkan bahwa usia 50 tahun ke atas merupakan golongan usia yang persentase partisipasinya terbanyak dibandingkan dengan usia 15-29 tahun dan usia 30-49 tahun. Kemungkinan yang terjadi adalah adalah masyarakat yang

berusia 50 tahun ke atas menjadi penyumbang dana terbanyak lantaran harta yang sudah mereka tabung sudah cukup banyak mengingat usianya juga sudah cukup tua untuk mneyimpan kekayaan. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa era millenial (usia 15-29) masih tergolong rendah dibandingkan dengan golongan usia lainnya dalam berkontribusi untuk menyumbangkan uangnya yang pada faktanya memiliki dampak sosial yang sangat bagus. Namun apabila dilihat lebih teliti lagi, terdapat kenaikan persentase partisipasi pada golongan usia 15-29 tahun pada dua tahun terakhir, yakni dari tahun 2016 ke tahun 2017. Kenaikan persentase ini hanya dialami oleh golongan usia 15-29 tahun, sedangkan pada golongan usia 30-49 tahun dan 50 tahun ke atas cenderung menurun. Hal ini dapat berarti bahwa kemudahan dalam bersedekah memberikan pengaruh yang cukup besar pada era millenial. Kemudahan yang didapat tersebut mencakup kecanggihan teknologi maupun inovasi di dalamnya.

Peningkatan persentase partisipasi masyarakat golongan usia 15-29 tahun tersebut merupakan awal yang baik dalam mempertahankan posisi Indonesia sebagai peringkat pertama negara di dunia yang memiliki populasi manusia paling dermawan. Dari penduduk usia 15-29 tahun itu pula, perubahan yang lebih besar dan lebih baik dapat tercipta. Seperti halnya dalam bersedekah. Tekonologi yang semkain canggih dan semakin menyentuh seluruh kalangan masyarakat membuat sedekah menjadi hal yang seamkin mudah untuk diakses. Bahkan dalam media social manapun kita seringkali menemukan adanya sedekah online atau penggalangan dana dalam membantu seseorang atau membuat sesuatu. Terdapat begitu banyak gerakan sosial yang sedang terjadi di sekitar kita, hal ini menunjukkan betapa inovatifnya masyarakat Indonesia bahkan dalam hal tolong menolong. Budaya tolong menolong telah ada dalam diri masyarakat Indonesia sejak dahulu, apalagi dipadukan dengan kecanggihan teknologi yang ada.

Oleh karena itu, sebagai bagian dari mahasiswi Ilmu Ekonomi Islam, mengembangkan studi tentang praktik ekonomi islam itu sendiri menjadi hal yang cukup penting. Terlebih lagi era yang digital seperti sekarang ini memudahkan manusia untuk belajar dengan lebih baik dan lebih mudah. Dimulai dari pengertian sedekah itu sendiri, sedekah yang berarti 'amal', adalah konsep pemberian sukarela dalam Islam, fi sabillilah (untuk tujuan Allah). Istilah ini berasal dari akar kata Arab ‘sidq’, yang berarti ketulusan hati.1 Jadi memberikan sedekah dianggap

1

https://www.ikca.org.uk/get-involved/sadaqah-donations/

sebagai tanda keimanan yang tulus. Sedekah menjadi salah satu dari tiga amalan yang pahalanya tidak akan terputus meskipun orang tersebut sudah meninggal. Pahalanya akan terus mengalir hingga hari akhir tiba. Selain itu, begitu banyak manfaat yang dapat kita dapatkan dari bersedekah, mulai dari sedekah dapat menghapus dosa, memberi keberkahan pada harta, bahkan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.

Namun, sebagai bagian dari sivitas akademika yang memiliki begitu banyak kesibukan yang harus dikerjakan, terkadang membuat kita lalai dalam bersedekah. Padahal, seberapa besar jumlah uang yang disedekahkan, tidak akan mengurangi pahalanya. Seperti diketahui, hal-hal besar dimulai dari hal-hal kecil dan dari konsep tersebut pula muncul ide untuk membuat suatu inovasi tabungan yang disediakan bagi mahasiswa yang ingin menabung kebaikan dalam bentuk Sedekah in Jar.

Salah satu contoh inovasi tersebut dilakukan oleh salah satu organisasi di FEB UI yang sudah berjalan sejak tahun 2017 lalu. Dalam salah satu program kerjanya, BMT FEB UI menghimpun sedekah dari beberapa mahasiswa yang secara rutin ditujukan untuk kegiatan sosial.

Grafik 2. Alokasi Dana Sedekah in Jar

Alokasi Dana Sedekah in Jar 10% Hibah Qardh

30%

60%

Operasional

Sumber: Divisi Maal BMT FEB UI

Program ini dinamakan Sedekah in Jar karena investor akan membawa pulang sebuah toples (jar) dan secara rutin setiap dua minggu sekali dibawa ke pihak BMT FEB UI. Nantinya, uang yang dikumpulkan dari Sedekah in Jar tersebut akan dialokasikan untuk hibah, qardh, dan operasional. Besaran alokasi untuk hibah adalah sebesar 60%. Sampai saat ini, sasaran

penerima hibah mencakup lingkungan FEB UI saja, namun terdapat rencana program kerja yang akan melibatkan kunjungan serta penyerahan sumbangan ke beberapa panti jompo. Contoh dari hibah misalnya ada yang membutuhkan dana darurat untuk pembiayaan rumah sakit untuk pembiayaan atau semacamnya.

Selain hibah, uang dari Sedekah in Jar juga dialokasikan untuk qardh sebesar 30%. Qardh adalah memberikan pinjaman kepada yang membutuhkan dalam rangka membantu sesama muslim tanpa adanya pemberian bunga, sehingga pihak dari BMT FEB UI tidak mengambil keuntungan sedikitpun, atau akad ini biasa dikenal dengan akad tabarru’ yakni akad tolong menolong. Alokasi yang terakhir yakni sebesar 10% digunakan untuk keperluan operasional BMT FEB UI, seperti misalnya membeli toples, membuka stand untuk open recruitment, dan kebutuhan lainnya.

Dengan adanya kemudahan dalam bersedekah ini, diharapkan nantinya begitu banyak manfaat yang didapatkan, baik dari pihak investor, BMT FEB UI, maupun kampus UI itu tersendiri. Kehadiran Sekedah in Jar ini harus dimaksimalkan oleh mahasiswa FEB UI maupun dosen dan karyawannya. Tidak ada batasan untuk menjadi orang baik dan berdampak social yang baik untuk lingkungan. Dimulai dari hal yang kecil, lembaga pendidikan juga mampu untuk memberikan kontribusi dalam arti yang lebih untuk kemajuan ekonomi islam dan kesejahteraan masyarakat.

Sedekah in Jar merupakan salah satu dari sekian banyak platform sedekah era millennial ini. Begitu banyak wadah lain yang dapat dimanfaatkan demi terciptanya lingkungan yang saling mendukung dalam bersedekah. Namun, dalam kalangan mahasiswa, Sedekah in Jar menjadi solusi terbaik bagi mereka untuk menyisihkan hartanya secara terarah dan mudah. Dengan menjadi mahasiswa yang turut berperan aktif dalam berderma atau bersedekah, hal ini dapat terus meningkatkan potensi persentase populasi usia golongan 15-29 tahun dalam mendonasikan uangnya. Hal ini pula dapat membawa negara kita, negara Indonesia untuk tetap menjadi peringkat pertama dunia sebagai negara dengan populasi paling dermawan.

Related Documents

Data
July 2020 50
Data
May 2020 49
Data
December 2019 77
Data
November 2019 66
Data
June 2020 51
Data
November 2019 71

More Documents from ""