Case Report Session
ABSES SUBMANDIBULA
Oleh :
Shintia Surya Putri
1740312279
Fitria Syafrina
1810312273
Preseptor : dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL(K), FICS
BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR M. DJAMILPADANG
2019
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Case Report Session
Abses Submandibula Putri SS, Syafrina F
1. PENDAHULUAN
mengakibatkan keterlambatan penatalaksanaan yang
1.1 Latar Belakang
dapat menimbulkan kematian.5
Abses
leher
dalam
didefinisikan
sebagai
kumpulan nanah setempat yang terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam akibat dari kerusakan jaringan yang merupakan penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Pada saat ini infeksi tonsil merupakan penyebab utama pada anak-anak, sedangkan pada orang dewasa infeksi terutama bersumber dari gigi atau odontogenik.1,2 Abses di ruang submandibula adalah salah satu abses leher dalam yang sering ditemukan. Ruang submandibula merupakan suatu ruang potensial pada leher yang terdiri dari ruang sublingual dan submaksila yang
dipisahkan
disebabkan
oleh
submandibula
bisa
oleh
otot
infeksi
gigi,
milohioid.4 infeksi
disebabkan
kelenjar submandibula,
oleh
limfadenitis,
di
Selain ruang
sialadenitis
trauma atau
pembedahan dan bisa juga sebagai kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain. Penyebab infeksi dapat disebabkan
oleh
kuman
aerob,
anaerob
atau
campuran. Infeksi di ruang submandibula biasanya ditandai dengan pembengkakan di bawah rahang, baik unilateral atau bilateral.1,4,6
pengobatan infeksi leher dalam merupakan suatu tantangan baik bagi dokter maupun ahli bedah. Disamping struktur yang kompleks dan lokasi yang dalam pada region leher, menyebabkan diagnosis dan cukup
sulit.
Infeksi
ini
merupakan
masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang
cukup
signifikan.4
Meskipun
penggunaan
antibiotik telah menurunkan angka kematian akibat abses leher dalam namun abses leher dalam masih merupakan masalah yang serius dan menimbulkan komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Diagnosis yang
terlambat
atau
1.3 Metode Penulisan Metode penulisan case report session ini adalah studi pustaka mengenai abses submandibula. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat penulisan case report session ini adalah untuk menambah wawasan khususnya tentang abses submandibula.
2. TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI Leher terdiri atas fasia servikal superfisial dan profunda yang memisahkan struktur menjadi beberapa bagian. Ruang leher bagian dalam dibentuk dari fasia ini, namun fasia servikal superfisial dari leher tidak ikut berperan untuk terjadinya infeksi leher dalam. Ruang fasial wajah dan leher merupakan daerah jaringan penyambung longgar, dimana memungkinkan menjadi daerah pembentukan abses sesuai dengan perluasan jalannya infeksi. Ruangan ini dikelilingi oleh selubung fasia yang merupakan lapisan penyambung padat menutupi otot dan organ. Fungsi selubung ini adalah untuk memberi perlindungan juga memungkinkan
Dalam beberapa abad terakhir, diagnosis dan
pengobatan
1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan case report session ini adalah untuk mengetahui abses submandibula.
misdiagnosis
pencegahan terjadinya pergerakan struktur satu dan lainnya.1 Fasia kepala dan leher dalam membungkus otot dan organ-organ viscera leher, kemudian membentuk dasar dan ruangan yang membatasi penyebaran infeksi, diantaranya : ruang submandibula, ruang faring lateral, ruang retrofaring, ruang bahaya (danger space) dan ruang prevertebra. Infeksi pada ruangruang ini mempunyai efek yang sangat fatal dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atau meluas kedaerah vital seperti mediastinum dan atau carotid sheath.1
dapat
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
1
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fasia servikal terdiri dari lapisan dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus organ, otot,
Selubung ini menutupi arteri carotis, vena jugularis interna dan nervus vagus.6
saraf dan pembuluh darah yang membagi leher menjadi
ruang
potensial.
Fasia
servikal
Menurut Hollingshead seperti dikutip oleh Gadre
terbagi
menjadi dua bagian yaitu fasia servikal superfisial dan fasia servikal profunda. Fasia servikal superfisial yang disebut juga panikulus adiposus menutupi seluruh leher dan berlanjut ke muskulus platisma di sebelah anteriornya. Fasia servikalis profunda atau yang disebut juga deep cervical fascia terbagi menjadi tiga lapis yaitu lapisan superfisial, lapisan media dan
ruang-ruang
potensial
leher
diklasifikasikan
berdasarkan hubungannya dengan tulang hyoideus menjadi ruang yang melibatkan seluruh panjang leher, ruang yang terletak di atas tulang hyoideus dan ruang yang terletak di bawah tulang hyoideus. Ruang yang melibatkan seluruh panjang leher adalah ruang retrofaring, danger space, ruang prevertebra dan ruang vaskular viseral. Ruang yang terletak di atas
lapisan profunda.
tulang hyoideus adalah ruang parafaring, ruang Lapisan media fasia servikal profunda terdiri dari
submandibula, ruang parotis, ruang mastikator, ruang
divisi muskularis dan divisi viseral. Divisi muskularis
peritonsiler dan ruang temporal. Ruang yang terbatas
melekat pada tulang hyoideus dan kartilago tiroid di
dibawah tulang hyoideus adalah ruang pretrakeal atau
superior dan melekat pada sternum, klavikula dan
ruang viseralis anterior dan ruang suprasternal.6
skapula di sebelah inferior. Divisi viseral yang disebut juga fasia pretrakeal menyelubungi kelenjar tiroid, trakea dan esofagus meluas sampai ke rongga dada dan menyatu dengan pericardium.6 Lapisan profunda fasia servikalis profunda terdiri dari dua lapisan yaitu fasia prevertebra dan fasia alaris. Fasia prevertebra terletak di sebelah anterior korpus vertebra dan meluas ke lateral menutupi otot-otot prevertebralis dan melekat pada prosesus transversus vertebra dan ligamen-ligamennya, kemudian meluas ke posterior menutupi otot-otot ekstensor leher dan kemudian melekat pada prosesus spinosus vertebra. Fasia prevertebra merupakan dinding belakang dari danger space yang meluas dari dasar tengkorak sampai ke diafragma.
Fasia
alaris
terletak
antara
fasia
prevertebralis di posteriornya dan divisi viseral lamina media fasia servikal profunda. Fasia alaris melekat antara kedua prosesus transversus vertebra pada
Gambar 1. Anatomi fascia dan ruang pada leher
bidang transversal dan antara dasar tengkorak sampai
Ruang submandibula adalah ruang fasial kepala
vertebra torakalis kedua pada bidang vertikal, dimana
dan leher ( kadang-kadang juga disebut ruang fasial
fasia alaris menyatu dengan divisi viseral lamina
atau ruang jaringan ). Merupakan ruang potensial ,
media
dan
fasia
servikalis
profunda.
Fasia
alaris
berpasangan
di
kedua
sisi,
terletak
pada
merupakan dinding anterior dari danger space dan
permukaan dari otot milohioid antara anterior dan
sekaligus dinding posterolateral dari ruang retrofaring.
posterior otot digastrikus. Ruang ini berhubungan
Fasia
dengan segitiga submandibula, bagian dari segitiga
servikal
profunda
membatasi
ruang-ruang
potensial leher. Ruang ruang potensial leher bukan
anterior leher.
merupakan suatu kompartemen yang kedap namun kerap kali berhubungan satu sama lain. Selubung
Batas-batas anatomi setiap ruang submandibular
karotis terbentuk dari bagian tiga lapisan fasia servikal
adalah otot milohioid pada bagian superior. Kulit, fasia
profunda, yang memanjang dari kepala hingga dada.
superficial, otot platysma dan lapisan superfisial dari Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
2
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas fasia servikalis pada bagian inferior dan lateral.
garis milohioid dan puncak dari molar pertama
Permukaan medial mandibula pada bagian anterior
atas. Kebanyakan infeksi molar apikal melubangi
dan lateral. tulang hyoid pada bagian posterior. Bagian
mandibula pada sisi lingual, jadi jika puncak gigi
anterior dari otot digastrikus pada sisi medial.5
berada di atas garis milohioid itu akan melibatkan ruang sublingual .Jika perforasi terjadi pada bagian bawah garis milohioid maka yang terkena adalah ruang submandibula. Pasien dengan infeksi pada daerah submandibula umumnya akan mengalami demam, trismus, pembengkakan pada leher daerah submandibula, kesulitan dalam membuka mulut dan makan.7 Posisi akar gigi terhadap linea obliqua mandibula
memberikan
gambaran
klinis
penyebaran infeksi odontogenik dari akar gigi. Infeksi yang berasal dari akar gigi yang terletak superior terhadap linea obliqua mandibula yaitu dari gigi insisivus sampai molar pertama pada umumnya memberikan gejala awal pada daerah
Gambar 2. Anatomi ruang submandibula
submentalis sedangkan infeksi yang berasal dari Ruang submandibula terletak di anterior dari
akar gigi yang terletak inferior terhadap linea
ruang parafaring, sebelah inferior berbatasan
obliqua mandibula yaitu pada gigi molar umumnya
berbatasan dengan lapisan superfisial fascia
bermanifestasi di ruang submandibula. Infeksi gigi
servikalis profunda, meluas dari os hyoid sampai
periapikal umumnya menembus korteks lingual
ke mandibula, bagian inferiornya berbatasan
dari
dengan korpus mandibulla dan bagian superior
submandibula.9, 10
dengan
mukosa
dari
dasar
mulut.
mandibula
dan
timbul
di
ruang
Ruang
submandibula terdiri dari ruang sublingual bagian superior dan bagian inferior ruang submaksilla, yang dipisahkan oleh muskulus milohyoideus. Ruang sublingual berisi kelenjar sublingual, n. Hipoglossus
dan
duktus
Whartons.
Ruang
submaksila dibagi oleh m. Digastrikus anterior menjadi
kompartemen
submental,
dua
sentral,
kompartemen
kompartemen
lateral
dan
kompartemen submaksilla. Semua bagian ini saling
berhubungan,
submaksilla
meluas
oleh dari
karena ruang
kelenjar
submaksilla
sepanjang tepi posterior m. Milohyoideus sampai ke
ruang
menyebabkan
sublingual
sehingga
dapat
infeksi
secara
penyebaran
DEFINISI Abses peritonsil atau Quinsy adalah suatuinfeksi akut dan berat di daerah orofaring. Abses peritonsil merupakan kumpulan pus yang terlokalisir pada jaringan
yang
umumnya
merupakan
komplikasi dari tonsilitis akut berulang atau bentuk abses dari kelenjar Weber pada kutub atas tonsil. Infeksi yang terjadi akan menembus kapsul tonsil (umumnya pada kutub atas tonsil) dan meluas ke dalam ruang jaringan ikat di antara kapsul dan dinding posterior fosa tonsil.5
EPIDEMIOLOGI Abses
langsung.4
peritonsil
submandibula
adalah
suatu
peradangan yang disertai pembentukan pus pada Otot
milohioid
berperan
penting
dalam
daerah submandibula. Keadaan ini merupakan
penyebaran infeksi yang bersumber dari gigi. Otot
salah satu infeksi pada leher bagian dalam. Pada
ini menempel ke mandibula dan, meninggalkan
umumnya
akar dari gigi molar kedua dan ketiga di bawah
submandibula berasal dari proses infeksi dari gigi,
sumber
infeksi
pada
ruang
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
3
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula.
manusia relatif menurun sehingga tubuh tidak mampu
Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher
melawan bakteri Abses ini berasal dari gigi premolar
dalam
lain.11
atau molar rahang bawah.yang meluas ke arah lingual di bawah m. Mylohyoid.18 Menurut penelitian yang
Abses submandibula sudah semakin jarang dijumpai,
hal
ini
disebabkan
penggunaan
antibiotik yang luas dan kesehatan mulut yang meningkat.11
Rana
dkk
dalam
penelitiannya
menyatakan bahwa diantara abses leher dalam, abses submandibula merupakan abses leher dalam yang paling sering terjadi (60%), diikuti oleh abses parafaring (16%), abses parotis (6%) dan abses retrofaring (4%).6 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Paolo Rizzo, penyebab tersering abses submandibula adalah infeksi pada gigi (46,9%). Selain disebabkan
oleh
submandibula
infeksi
bisa
gigi,
infeksi
disebabkan
oleh
di
ruang
sialadenitis
kelenjar submandibula, limfadenitis, trauma, atau pembedahan dan bisa juga sebagai kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain. Penyebab infeksi dapat disebabkan
oleh
kuman
aerob,
anaerob
atau
campuran. 12
dilakukan oleh Paolo Rizzo ditemukan bahwa penderita abses submandibula berusia antara 12
Sumber infeksi dari abses leher dalam pada
sampai 96 tahun dengan rata-rata usia sekitar 57
orang dewasa dan anak-anakterdapat perbedaan yaitu
tahun. Angka kejadian abses submandibula lebih
pada orang dewasa sumber infeksi biasanya berasal
banyak
(51,9%)
dari gigi dan kelenjar ludah sedangkan pada anak-
dibanding perempuan (48,1%).12 Hal ini sesuai
anak penyebaran infeksi ke ruang leher dalam
dengan
retrospektif
terutama berasal dari infeksi dari daerah tonsil dan
dibagian Rekam Medik RSU Prof. DR. R. D.
faring.1,9,14 Higiene orodental yang buruk merupakan
Kandaou, Manado, didapati jumlah penderita
faktor predisposisi terjadinya abses submandibula.
Abses Submandibula yang datang di bagian poli
Faktor predisposisi yang lainnya adalah adanya
bedah, IRD Bedah dan Irna A Rumah Sakit
penyakit
Umum Prof. DR. R. D. Kandaou Manado, pada
penyakit imunodefisiensi karena penyakit-penyakit
periode juni 2009 sampai juli 2012 adalah 39
tersebut yang dapat mempermudah perkembangan
orang..
bakteri serta penyebaran infeksi.1,6,12
ditemukan
hasil
penelitian
Diantara Submandibula penderita
pada
laki-laki
secara
penderita-penderita didapatkan
abses
bahwa
Submandibula
Abses mayoritas
adalah
sistemik
seperti
diabetes
melitus
dan
Pada penelitan yang dilakukan oleh Rana dkk pada
tahun
2009
sampai
dengan
tahun
2010
pria
didapatkan penyebab tersering terjadinya abses leher
dengan presentasi 53% dibandingkan dengan
dalam adalah infeksi yang berasal dari gigi (48%),
Selain pada
diikuti oleh infeksi pada tonsil (14%).6 Pada era
pria presentasi penderita Abses Submandibula
preantibiotik , organisme yang paling sering terisolasi
terbanyak juga terdapat pada kelompok umur >50
dari leher dalam abses ruang leher dalam adalah
tahun mencapai 33%. Berdasarkan penelitan
Staphylococcus
Abses submandibula ini didapatkan juga pada
antibiotik , streptokokus aerob dan non-streptokokus
anak-anak dengan usia termuda 1 tahun dan
anaerob menjadi agen penyebab infeksi leher dalam,
yang tertua pada umur 70 tahun,oleh karena itu
Tetapi
tidak
polimikrobial.8
wanita yang hanya mencapai 43%
ada
batasan
umur
11.
pada
abses
aureus.
kebanyakan
Sejak
infeksi
Organisme
leher
diperkenalkannya
dalam
penyebab
yang
bersifat paling
submandibula, seperti yang diungkapkan oleh
umum ditemukan dari hasil kultur adalah Streptokokus
Sakaguchi bahwa Abses Submandibula dapat
viridians,
ditemui dari umur 1-81
Stafilokokus
epidermidis,
Stafilokokus
aureus, Streptokokus β hemolitikus, Bacteroides,
tahun.11
fusobacterium, spesies Peptostreptokokus, Neisseria, ETIOLOGI
Klebsiella pneumoniae dan pseudomonas.1,12 Pada
Abses submandibula merupakan salah satu abses
odontogenik
yang
cukup
sering
ditemui,
abses submandibula yang bersumber dari infeksi gigi, bakteri yang paling sering ditemukan adalah grup
khususnya di masa pancaroba saat daya tahan tubuh Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
4
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Streptokokus
dan
bakteri
anaerob.10,15
Jenis
penyebab terbanyak dari abses submandibula. Infeksi
streptokokus yang paling sering ditemukan pada
gigi
penderita abses submandibula yang disebabkan oleh
Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen
infeksi gigi adalah Streptokokus viridians sedangkan
apikal
pada abses submandibula yang tidak disebabkan oleh
odontogenik
infeksi gigi, kuman yang paling sering ditemukan
antara satu hari sampai tiga minggu. Infeksi dari
adalah Stafilokokus
aureus.3,7
Klebsiella pneumoniae
merupakan bakteri aerob gram negatif yang paling banyak ditemukan pada pasien diabetes
melitus.14
dapat
mengenai
pulpa
dan
periodontal.
gigi ke daerah sekitarnya. perkembangan
Pada infeksi
infeksi
dapat
terjadi
submandibula dapat meluas ke ruang mastikator kemudian
ke
parafaring
parafaring.
juga
dapat
Perluasan langsung
infeksi dari
ke
ruang
submandibula. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke PATOGENESIS
daerah potensial lainnya.7,12
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam jaringan yang
Infeksi yang bersumber dari gigi dapat menyebar
disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri,
melalui jaringan ikat, pembuluh darah, dan pembuluh
parasit atau benda asing lainnya. Abses merupakan
limfe.
reaksi pertahanan yang bertujuan mencegah agen-
perkontinuitatum karena adanya celah atau ruang
agen infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pus
diantara jaringan yang berpotensi sebagai tempat
itu sendiri merupakan suatu kumpulan sel-sel jaringan
berkumpulnya pus. Perjalanan infeksi pada rahang
lokal yang mati, sel-sel darah putih, organisme
atas
penyebab infeksi atau benda- benda asing dan racun
submukosa,
Yang
dapat
paling
sering
membentuk abses
terjadi
abses
gingiva,
adalah
palatal,
abses
thrombosis
sinus
darah.1,2
kavernosus, abses labial, dan abses fasial. Perjalanan
Bakteri yang masuk kedalam jaringan yang sehat
infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses
dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Sebagian sel
sublingual, submental, abses submandibula, abses
mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
submaseter, dan angina Ludovici. Ujung akar molar
jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
milohioid yang terletak di aspek dalam mandibula,
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut dan setelah
sehingga jika molar kedua atau ketiga terinfeksi dan
menelan bakteri maka sel darah putih akan mati. Sel
membentuk abses, pusnya akan menyebar ke ruang
darah putih yang mati inilah yang membentuk pus dan
submandibula
mengisi rongga tersebut. Adanya penimbunan pus ini
parafaring.23
yang dihasilkan oleh organisme dan sel-sel
dan
dapat
meluas
ke
ruang
menyebabkan jaringan disekitarnya akan terdorong dan tumbuh di sekeliling abses menjadi dinding
GAMBARAN KLINIS Onsetgejala abses peritonsil biasanya dimulai
pembatas.17,18
sekitar 3 sampai 5 hari sebelum pemeriksaan dan Infeksi ruang leher dalam dapat terjadi melalui beberapa
cara
perkontinuitatum
yaitu dan
limfogen,
infeksi
hematogen,
langsung.
diagnosis.Gejala klinis berupa rasa sakit di tenggorok yang terus menerus hingga keadaan yang memburuk
Beratnya
secara progresif walaupun telah diobati. Rasa nyeri
infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan
terlokalisir,demam tinggi, (sampai 40°C), odinofagi
tubuh dan lokasi anatomi. Ruang submandibula
dapat merupakan gejala yang menonjol dan pasien
terletak diantara otot dan kulit milohyoid yang memiliki
mungkin mendapatkan kesulitan untuk makan bahkan
batas posterior yang terbuka sehingga berhubungan
menelan ludah. Akibat tidak dapat mengatasi sekresi
dengan ruang di dekatnya. Saat ruang submandibula
ludah
mengalami infeksi, pembengkakan dimulai pada batas
seringkali menetes keluar. Keluhan lainnya berupa
inferior lateral dari mandibula dan meluas ke medial
mulut berbau (foetor ex ore), muntah (regurgitasi)
menuju area digastrikus dan ke posterior menuju
sampai nyeri alih ketelinga (otalgi).9
tulang hyoid.14,18 Beberapa penelitian melaporkan bahwa infeksi gigi atau odontogenik merupakan
sehingga
Trismus mengenai
terjadi
akan
otot-otot
hipersalivasi
muncul
bila
dan
infeksi
ludah
meluas
pterigoid.Penderita mengalami Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
5
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas kesulitan
berbicara,
suaramenjadi
seperti
suara
hidung, membesar seperti mengulum kentang panas (hot
potato’s
voice)
karenapenderita
berusaha
mengurangi rasa nyeri saat membuka mulut.9 Pada
pemeriksaan
tonsil,
ada
pembengkakanunilateral, karena jarang kedua tonsil terinfeksi pada waktu bersamaan. Bila keduanya terinfeksi maka yang kedua akan membengkak setelah tonsil yang satu membaik.
Bila
terjadi
pembengkakan
secara
bersamaan, gejala sleep apnea dan obstruksi jalan nafas akan lebih berat.
Gambar 2. Abses peritonsiler
Pemeriksaan fisik penderita dapatmenunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan pembengkakan serta nyeri kelenjar servikal / servikal adenopati. Di saat abses sudah timbul, biasanya akan tampak pembengkakan pada
daerah
peritonsilar
yang
terlibat
disertai
pembesaran pilar-pilar tonsil atau palatum mole yang terkena.9 Tonsil olehjaringan
sendiri sekitarnya
pada yang
umumnya
tertutup
membengkak
atau
tertutup oleh mukopus. Timbul pembengkakan pada uvula yang mengakibatkan terdorongnya uvula pada sisi yang berlawanan. Paling sering abses peritonsil pada bagian supratonsil atau di belakang tonsil, penyebaran pus ke arah inferior dapat menimbulkan
Gambar 3.tonsillitis akut (kiri) dan abses peritonsil (kanan). DIAGNOSIS
pembengkakan supraglotis dan obstruksi jalan nafas.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
Pada keadaan ini penderita akan tampak cemas dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala
sangat ketakutan.9
yang
paling
umum
adalah
demam,
nyeri
dan
Abses peritonsil yang terjadi pada kutubinferior
pembengkakan di bawah rahang pada satu atau
tidak menunjukkan gejala yang sama dengan pada
kedua sisi yang dirasakan nyeri. .Lamanya gejala ini
kutub superior. Umumnya uvula tampak normal dan
bervariasi antara 12 jam sampai 28 hari dengan rata-
tidak bergeser, tonsil dan daerah peritonsil superior
rata 5 hari. Gejala lain yang dapat timbul adalah
tampak berukuran normal hanya ditandai dengan
perubahan suara, odinofagia, disfagia dan trismus.
kemerahan.9
Pasien dapat menjadi dehidrasi karena kurangnya asupan nutrisi dan cairan.1,2 Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat sakit gigi, faktor predisposisi seperti diabetes melitus, imunodefisiensi, riwayat penyalahgunaan obat dan terapi yang telah diberikan kepada
pasien.1,2,10,13
Gejala
dapat
bervariasi
tergantung dari progresivitas penyakit. Abses leher dalam yang berat dapat menimbulkan gejala lain yang merupakan manifestasi dari komplikasi abses leher dalamseperti gangguan jalan napas, syok septik dan mediastinitis.2,12
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
6
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dari anamnesa juga ditanyakan adanya riwayat
dari aspirasi akan memberikan hasil kultur yang
penyakit infeksi lain yang dapat menjadi sumber
paling akurat. Hasil kultur yang negatif dapat
infeksi dari abses submandibula diantaranya adalah
memberi kesan bahwa penyebab abses leher
infeksi
limfe
dalam adalah infeksi oleh bakteri anaerob. 3 Foto
submandibula, adanya trauma serta kelanjutan infeksi
panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi
gigi,
dasar mulut,
dari ruang leher dalam
faring,
lainnya.3-5
kelenjar
Adanya faktor
dan adanya abses pada gigi. Pemeriksaan ini
predisposisi dari abses submandibula yaitu higiene
dilakukan terutama pada kasus abses leher dalam
orodental yang buruk, diabetes melitus serta adanya
yang diduga sumber infeksinya berasal dari gigi. 15
penyakit imunodefisiensi dapat diperoleh juga dari
Pemeriksaan foto polos jaringan lunak leher posisi
anamnesa.6,12
Rana dkk menyatakan bahwa gejala
anteroposterior dan lateral dapat digunakan untuk
berupa bengkak dan nyeri merupakan keluhan utama
mendiagnosa adanya proses infeksi di ruang
sebagian besar dari abses leher dalam. Dari 50 pasien
leher dalam dengan adanya udara di daerah
abses leher dalam sebanyak 96% pasien mengeluh
subkutan,
adanya
cairan di daerah jaringan lunak serta adanya
pembengkakan,
sebanyak
92%
mengeluh nyeri dan 66% pasien mengeluh
pasien
demam. 6
adanya
pembengkakan,
gambaran
penyempitan disaluran nafas akibat pendorongan trakea.3,4, Pemeriksaan foto polos dada dilakukan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paolo Rizzo pada tahun 1998-2006 di Rumah Sakit Treviso, Italia, gejala klinis yang sering terjadi pada pasien dengan abses submandibula adalah prmbengkakan pada leher (98,8%) dan sulit menelan (35,8%). Gejala lain yang sering ditemukan adalah 23,5% pasien mengeluh demam, 24,7% mengeluh nyeri dan 17,3% pasien
mengeluh
adanya
trismus.
12
Pada
pemeriksaan fisik infeksi di ruang submandibula biasanya ditandai dengan pembengkakan di bawah rahang, baik unilateral atau bilateral yang nyeri tekan, hiperemi dan berfluktuasi. Pembengkakan di bawah rahang dapat juga disertai dengan pembengkakan di bawah lidah serta adanya trismus.1,4,6 Terdapat adanya pus pada aspirasi yang dilakukan di tempat pembengkakan tersebut.14 Pada
pemeriksaan
untuk mengetahui adanya komplikasi dengan didapatkannya gambaran pneumotoraks serta pneumomediastinum yang merupakan indikator pembentukan abses yang berasal dari leher dalam.3,4 Jika hasil pemeriksaan foto polos jaringan lunak menunjukkan kecurigaan abses leher
dalam,
maka
idealnya
dilakukan
pemeriksaan Computed Tomography scan atau CT scan dengan kontras yang merupakan standar untuk evaluasi infeksi leher dalam. Pemeriksaan ini dapat menentukan lokasi dan perluasan abses, adanya
pelebaran
mediastinitis,
mediastinum
adanya
edema
akibat
paru
serta
pneumomediastinum akibat komplikasi.3,4,19 Pada CT scan dengan kontras akan terlihat abses berupa daerah hipodens yang berkapsul, dapat
laboratorium
dapat
ditemukan lekositosis. Pemeriksaan lekosit secara
disertai udara di dalamnya, dan edema jaringan sekitarnya. CT scan memiliki sensitifitas 90% dan 60%.3,19
serial merupakan cara yang baik untuk menilai
spesifisitas
respons terapi.2,5 Pemeriksaan glukosa darah
lainnya adalah Magnetic Resonance Imaging atau
diperlukan untuk mencari faktor predisposisi.
MRI
Pemeriksaan elektrolit darah diperlukan untuk
perluasan
menilai keseimbangan elektrolit yang mungkin
yang
dapat dan
Pemeriksaan
mengetahui
sumber
penunjang
lokasi
infeksi,
abses,
sedangkan
Ultrasonografi atau USG adalah pemeriksaan
terjadi akibat gangguan asupan cairan dan
penunjang diagnostik yang tidak invasif dan relatif
nutrisi.5 Pada abses leher dalam harus dilakukan
lebih murah dibandingkan CT scan serta dapat
pemeriksaan kultur bakteri dan uji sensitivitas terhadap antibiotika.2,3,5 Aspirasi pus untuk kultur dan uji sensitivitas harus dilakukan sebelum pemberian antibiotika secara empiris.5 Sedapat mungkin dilakukan kultur aerob dan anaerob. Pus
menilai lokasi dan perluasan abses.3,4 DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding dari abses submandibula adalah limfadenitis, abses submaseter, abses bukal, sialodenitis dan neoplasma di daerah leher.3,6,11 Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
7
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TATALAKSANA
8
setelah mengambil spesimen kultur tanpa menunggu
Penilaian keadaan umum pasien penting dalam
hasil kultur tersebut. Umumnya sebelum didapatkan
penatalaksanaan abses leher dalam. Prioritas utama
hasil kultur, pasien diberikan antibiotik intravena dosis
adalah
tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.8,9 Beberapa
stabilisasi
jalan
napas,
pernafasan
dan
sirkulasi. Karena abses leher dalam memiliki potensi
hal
untuk mengancam nyawa maka pasien harus dirawat
antibiotika adalah efektifitas obat terhadap kuman
di rumah sakit. Penatalaksanaan abses submandibula
target, risiko peningkatan resistensi kuman minimal,
dapat dilakukan dengan memberikan terapi antibiotik
toksisitas obat rendah, stabilitas tinggi dan masa kerja
yang adekuat dan drainase dapat
dilakukan
abses.1,14
dengan
Drainase abses
aspirasi
abses
yang
perlu
diperhatikan
dalam
pemilihan
yang lebih lama.8
yang Bakteri penyebab abses leher dalam umumnya
kemudian dilanjutkan dengan insisi dan eksplorasi, tergantung pada luasnya abses dan komplikasi yang ditimbulkannya.4,8,9 Evakuasi abses dapat dilakukan dengan anestesi lokal maupun dengan anestesi umum.4 Insisi abses submandibula untuk drainase dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan luas abses. Insisi tersebut sedapat mungkin sejajar dengan garis lipatan kulit alamiah menembus jaringan subkutan, muskulus platisma sampai ke fasia servikal profunda. Diseseksi tumpul dengan hemostat dilakukan sampai ke dalam rongga abses dan kemudian dilakukan drainase abses. Setelah itu rongga abses diirigasi dengan larutan garam fisiologis dan dipasang drain. 4,12
adalah polimikroba termasuk bakteri aerob dan anaerob. Oleh karena itu terapi antibiotik empiris yang harus diberikan sebaiknya yang dapat bekerja pada bakteri aerob dan anaerob. Lebih dari dua pertiga infeksi leher dalam disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan beta laktamase. Antimikroba yang paling efektif adalah kombinasi dari penisilin dan antibiotik yang resisten terhadap beta laktamase inhibitor
(
amoksisilin
/
klavulanat,
tikarsilin
/
klavulanat, piperacillin / Tazobactam ), cefoxitin, carbapenem, atau klindamisin. Pemberian makrolid atau
ketolides
dipertimbangkan
ditambah pada
metronidazol pasien
dapat
yang
alergi
amoksisilin.19 Perlu diperhatikan, dalam 4 sampai 8 jam pertama
sebaiknya
dilakukan
observasi
dan
penatalaksanaan awal dengan pemberian antibiotik intravena dan hidrasi. Hal ini dilakukan sambil mengawasi diperlukan
perkembangan sebaiknya
keadaan
pasien
dilakukan
jika
drainase.
Perkembangan gejala yang menunjukkan perlunya dilakukan drainase adalah apabila terjadi demam persisten, nyeri, bengkak dan peningkatan WBC (white blood cell). Indikasi lainnya untuk dilakukan drainase meliputi potensi kompromi jalan napas,
Pada penelitian yang dilakukan oleh Shih-Wei Yang dkk pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 mengenai cakupan spektrum kerja antimikroba yang berbeda pada hasil kultur bakteri aerob dan anaerob dari 89 pasien dengan hasil kultur positif, didapatkan kombinasi dari seftriakson dan klindamisin, seftriakson dan metronidazol, atau penisilin G dan gentamisin
dan
klindamisin
merupakan
terapi
antibiotika yang disarankan untuk penatalaksanaan abses leher dalam. 20
kondisi kritis karena komplikasi atau septikemia, dan
Tabel 1. Tingkat spektrum kerja antara antimikroba
melibatkan beberapa ruang. Drainase dapat dilakukan
yang berbeda pada hasil kultur bakteri aerob dan
melalui
anaerob dari 89 pasien dengan hasil kultur positif.20
berbagai
pendekatan
termasuk
drainase
transoral, dan aspirasi jarum. Setelah mengakses rongga , sampel pus atau jaringan debridement harus dikumpulkan untuk kultur dan sensitivitas .8
KOMPLIKASI Komplikasi akibat
Pilihan antibiotika ini tergantung pada bakteri penyebabnya yang didasarkan atas hasil kultur dan uji
abses
keterlambatan
submandibula
terjadi
diagnosis
dan
penatalaksanaan serta terapi yang tidak tepat dan adekuat. Komplikasi yang dapat terjadi
sensitivitas terhadap antibiotika.3,8,9 Namun demikian
adalah
antibiotika empiris intravena harus diberikan segera
mandibula, penyebaran infeksi ke ruang leher
obstruksi
jalan
nafas,
osteomielitis
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dalam di dekatnya, mediastinitis serta sepsis yang
menyebabkan
semakin
Bengkak di rahang kiri bawah hingga pipi kiri
sulitnya
sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bengkak
penanganan dan bahkan dapat menyebabkan
pada leher kiri sejak 1 bulan yang lalu.
kematian.7,12,
antibiotik
Awalnya sebesar jelereng kemudian makin
modern, telah dilaporkan angka kematian akibat
membesar dan meluas ke dagu, pipi, dan
komplikasi dari abses submandibula mencapai
bawah mata. Bengkak semakin bertambah
40%.3
besar sejak 1 minggu ini. Bengkak berwarna
terjadinya
Pada
era
merah dan nyeri bila ditekan. Bengkak yang Salah satu penyebaran infeksi pada abses
meluas mengganggu pandangan pasien
submandibula yang dapat terjadi adalah ke
Nyeri tenggorok ada sejak 1 bulan yang lalu
ruang submental. Ruang ini adalah ruang fasia
Rasa sakit saat membuka mulut ada
kepala
Nyeri menelan ada, pasien jarang makan 1
dan
leher
yang
merupakan
ruang
potensial terletak antara otot milohioid superior ,
minggu ini, minum bisa
otot platisma inferior, terletak digaris tengah
Rasa asin di mulut tidak ada.
bawah dagu . Ruang ini terletak tepat di wilayah
Gangguan pendengaran tidak ada
segitiga submental , bagian dari segitiga anterior
Rasa pusing berputar tidak ada
leher. Abses dari gigi molar mandibula kedua
Telenga berdenging tidak ada
dan ketiga dapat melubangi mandibula dan
Keluar cairan dari telinga tidak ada
menyebar ke dalam ruang submandibula dan
Hidung tersumbat tidak ada
submental.21
Penurunan penciuman tidak ada
Keluar cairan dari hidung tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Demam tidak ada
Wajah mencong tidak ada.
Sakit kepala tidak ada.
Mual muntah tidak ada.
Pasien pernah berobat ke RS Siti Rahmah.
PROGNOSIS Sejak ditemukan antibiotik, kejadian komplikasi terkait dengan abses leher dalam telah menurun selama dekade terakhir. Diagnosis dini , manajemen agresif dengan bedah intervensi dan manajemen jalan napas yang tepat dapat mengurangi komplikasi dan kematian yang terkait dengan abses leher dalam termasuk abses submandibula. 6
Pasien diberikan obat minum penghilang nyeri selama
1
minggu
namun
keluhan
tidak
berkurang. Pasien kembali berobat ke RS Siti
3. ILUSTRASI KASUS
Rahmah, kemudian pasien dirujuk ke RSUP
Identitas Pasien
Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis syok
Nama
: Ny. L
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 37 tahun
Alamat
: Padang
Status
: Kawin
Suku
: Minangkabau
sepsis. Riwayat Penyakit Dahulu - Pasien sebelumnya mengeluhkan sakit gigi di sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu namun tidak diobati - Riwayat alergi tdak ada.
Keluhan Utama :
- Riwayat DM dan Hipertensi tidak ada. Riwayat Penyakit Keluarga :
Bengkak di leher kiri bawah yang semakin
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti
membesar sejak 1 minggu yang lalu
pasien
Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi: - Pasien seorang ibu rumah tangga Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
9
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - Pasien merokok tidak ada
Utuh
10
Reflek
(+), arah
(+), arah
- Kebiasan minum minuman beralkohol tidak ada
cahaya
jam 5
jam 7
Pemeriksaan Fisik
Bulging
Tidak ada
Tidak ada
Status Generalisata
Retraksi
Tidak ada
Tidak ada
Atrofi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Jenis
Tidak ada
Tidak ada
Kwadran
Tidak ada
Tidak ada
Pinggir
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Fistel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak ada
Nyeri ketok
Tidak Ada
Tidak ada
Keadaan Umum : Sakit sedang Kesadaran
: Composmentis kooperatif
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Frekuensi nadi
: 88 x/menit
Jumlah perforasi Perforasi
Frekuensi nafas : 18 x/menit : 36,90C
Suhu
Tanda Kepala : normochepal, rambut hitam tidak mudah
radang
dicabut. Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Mastoid
Kelenjar getah bening : tidak membesar Toraks
: paru dan jantung dalam batasnormal.
Abdomen: dalam batas normal.
Rinne
Extremitas: dalam batas normal. Tes garpu Status Lokalis THT-KL
Pemeriksaan
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Trauma
Tidak ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup
Cukup
Cukup
lapang (N)
lapang
lapang
Sempit
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Ada / Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Bau
Tidak ada
Tidak ada
Sekret/
Warna
Tidak ada
Tidak ada
Serumen
Jumlah
Tidak ada
Tidak ada
Jenis
Tidak ada
Tidak ada
Kel kongenital
Kel.
Daun telinga
Metabolik Nyeri tarik Nyeri tekan tragus
Dinding liang telinga
Weber
Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan
Kesan : Normal
Putih
Putihmutiar
mutiara
a
Tidak dilakukan
Hidung Pemeriksaan
Kelainan
Dektra
Sinistra
Deformitas
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Trauma
Tidak ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan kongenital Hidung luar
Sinus Paranasal Pemeriksaan
Dekstra
Sinistra
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri ketok
Tidak ada
Tidak ada
Rinoskopi Anterior Pemeriksaan Vestibulum
Warna
Sama dengan pemeriksa
Audiometri
Membran timpani
+
Schwabach
tala
Telinga
+
Cavum nasi
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Vibrise
Ada
Ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Cukup
Cukup
Cukup
lapang (N)
lapang
lapang
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Sekret
Konka inferior
Konka media
Sempit
Tidak ada
Lapang
Tidak ada
Tidak ada
Jaringan
Lokasi
Tidak ada
Tidak ada
granulasi
Jenis
Tidak ada
Tidak ada
Ukuran
Jumlah
Tidak ada
Bau
Tidak ada
Ukuran
Eutrofi
Tidak ada Tidak ada
Mukosa
Konka inferior
Edem
Warna Permukaan Edem
Eutorfi
Merah
Merah
Adenoid
Ada/tidak
muda
muda
Muara tuba
Tertutup secret
Permukaan
Licin
Licin
eustachius
Edem mukosa
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Lokasi
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Ukuran
Merah
Merah
muda
muda
Permukaan
Licin
Licin
Post Nasal
Ada/tidak
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Drip
Jenis
Warna
Warna
Cukup
Cukup lurus
lurus/deviasi
Septum
Tidak ada
Massa
Bentuk Permukaan
Oral Cavity dan Orofaring (Sulit dilakukan)
Permukaan
Licin
Pemeriksaan
Kelainan
Warna
Merah muda
Trismus
Ada
Spina
Tidak ada
Krista
Tidak ada
Abses
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna Massa Konsistensi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Mudah
Tidak
digoyang
ada
Pengaruh vasokonstrik tor
Tidak ada
Tidak ada
Bifida
Palatum
faring
Warna
Hiperemis
hiperemis
Edema
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
dat
Tidak ada
Warna
Dekstra
Dinding
Warna
Sulit dinilai
Faring
Permukaan
Sulit dinilai
Ukuran
T2
Tidak ada Warna Tidak ada Tonsil Tidak ada
Permukaan Muara Kripti
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
Asimetris
Tidak
Peritonsil
Merah muda Licin Tidak melebar
sulit dininilai hiperemis Sulit dinilai Sulit dinilai
Detritus
Tidak ada
Sulit dinilai
Eksudat
Tidak ada
Sulit dinilai
Rinoskopi Posterior (Sulit dilakukan) Kelainan
Tidak ada
Simetris/
Warna Pemeriksaan
Sinistra
(terdorong ke kanan)
Bercak/eksu
Tidak ada
Dekstra
Uvula
mole + Arkus Tidak ada
11
Merah muda
hiperemis
Edema
Tidak ada
Ada
Abses
Tidak ada
Ada,
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas fluktuatif Perlengketan
Pemeriksaan Laboratorium Tidak ada
Tidak ada
Lokasi Bentuk Tumor
Ukuran Tidak ada
Permukaan Konsistensi Gigi
Lidah
- Hb
: 12,1 gr/dl
- Leukosit
: 22.500/mm3
- Trombosit
: 352.000/mm3
- PT
: 12,7 detik
- APTT
: 42,7 detik
Resume
Karies/radiks
Ada
Kesan
Oral higene kurang
Warna
Merah muda
Bentuk
Normal
Deviasi
Tidak ada
Awalnya sebesar jelereng kemudian makin
Massa
Tidak ada
membesar dan meluas ke dagu, pipi, dan
Anamnesis:
Bengkak di rahang kiri bawah hingga pipi kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bengkak pada leher kiri sejak 1 bulan yang lalu.
bawah mata. Bengkak semakin bertambah Laringoskopi Indirek (Sulit dilakukan) Pemeriksaan
Kelainan
Dekstra
besar sejak 1 minggu ini. Bengkak berwarna Sinistra
merah dan nyeri bila ditekan. Bengkak yang meluas mengganggu pandangan pasien
Bentuk
Epiglotis
Warna
Nyeri tenggorok ada sejak 1 bulan yang lalu
Edema
Rasa sakit saat membuka mulut ada
Pinggir
Nyeri menelan ada, pasien jarang makan 1
Massa
Ariteniod
minggu ini, minum bisa
rata/tidak
Pasien pernah berobat ke RS Siti Rahmah.
Warna
Pasien diberikan obat minum penghilang nyeri
Edema
selama
Edema
band
Massa
namun
keluhan
tidak
Rahmah, kemudian pasien dirujuk ke RSUP
Gerakan
Ventrikular
minggu
berkurang. Pasien kembali berobat ke RS Siti
Massa
Warna
1
Dr. M. Djamil Padang
Pasien sebelumnya mengeluhkan sakit gigi di sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu namun tidak diobati
Warna Gerakan Plica vokalis
Pingir medial
Pemeriksaan status generalis: - Gigi dan mulut : Karies (+), trismus (+)
Massa Subglotis/tra
Massa
Pemeriksaan Lokalis THT:
kea
Sekret
Tenggorok: trsmus 0,6 cm, arkus faring sulit dinilai,
Sinus
Massa
uvula sulit dinilai, tonsil sulit dinilai, submandibula
piriformis
Sekret
abses (+), , dinding faring sulit dinilai.
Massa
Regio Submandibula (S): bengkak (+), Hiperemis (-),
Sekret
fluktuatif (-), angulus mandibular tidak teraba
Valekula
(jenisnya) Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
- Leukosit
: 22.500/mm3
Inspeksi : Tidak terlihat pembesaran KGB leher Palpasi: Tidak teraba pembesaran KGB leher
Pemeriksaan penunjang: Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
12
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12
- Pemeriksaan pewarnaan gram dan kultur
mengeluh adanya trismus.
Orodental hygiene
- Aspirasi abses submandibula: pus ± 8cc
yang buruk dan adanya infeksi yang berasal dari gigi merupakan faktor predisposisi pada pasien
Diagnosis Utama
:
Abses
submandibula
ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paolo Rizzo pada tahun 1998-2006 di Rumah Sakit
sinistra
Treviso, Diagnosis Tambahan
:-
Italia,
penyebab
tersering
abses
submandibula adalah infeksi pada gigi (46,9%). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang
Diagnosis Banding
dilakukan oleh Rana dkk, bahwa infeksi yang
:-
berasal dari gigi merupakan penyebab tersering dari abses leher dalam yaitu 48%.12
Terapi: Umum
Paolo Rizzo menyatakan bahwa pada
- Istirahat yang cukup
pemeriksaan
- Jaga kebersihan mulut
laboratorium
dapat
ditemukan
lekositosis. Pada pasien ini terdapat lekositosis
- Minum obat dengan teratur
dengan jumlah 22.500/µL. Paolo Rizzo juga menyatakan bahwa pada 37% pasien abses
Khusus
submandibula
- Insisi dan drainase abses submandibula
terdapat
peningkatan
jumlah
lekuosit di atas 12.000/µL.12 Pemeriksaan leukosit
- IVFD NaCl 0,9%
secara serial merupakan cara yang baik untuk
- Ceftriaxone Inj. 2x1 gr
menilai respons terapi.1,14 Dari pemeriksaan fisik
- Metronidazole IV 3X500 mg
dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
- Ranitidin 2x 50mg
pasien didiagnosis dengan abses submandibula sinistra.dengan perluasan ke submentalis. Salah
Prognosis - Quo ad vitam
satu
: Dubia ada Bonam
penyebaran
infeksi
pada
abses
submandibula yang dapat terjadi adalah ke ruang
- Quo ad sanam : Dubia ad bonam
submental. Ruang ini adalah ruang fasia kepala 4.
dan leher yang merupakan ruang potensial
DISKUSI Abses submandibula merupakan abses
leher dalam yang paling sering terjadi. Gejala pada pasien ini adalah bengkak dan nyeri dibawah leher kiri hingga di bawah dagu yang disertai trismus. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rana dkk6, bahwa gejala berupa bengkak dan nyeri merupakan keluhan
terletak antara otot milohioid superior , otot platisma inferior, terletak digaris tengah bawah dagu . Ruang ini terletak tepat di wilayah segitiga submental , bagian dari segitiga anterior leher. Abses dari gigi molar mandibula kedua dan ketiga dapat melubangi mandibula dan menyebar ke dalam ruang submandibula dan submental.
21
utama sebagian besar dari abses leher dalam.
Sebagian besar penyebab abses leher
Dari 50 pasien abses leher dalam sebanyak 96%
dalam adalah polimikrobial termasuk bakteri
pasien
anaerob dan aerob. Pada pasien ini diberikan
mengeluh
adanya
pembengkakan,
sebanyak 92% pasien mengeluh nyeri dan 66% pasien
mengeluh
demam.6
terapi
antibiotika
empiris
intravena
dengan
Rizzo
seftriakson 2x1 g intravena dan metronidazol
menyatakan gejala klinis yang sering terjadi pada
3x500 mg intravena. Hal ini sesuai dengan
pasien
adalah
penelitian yang dilakukan oleh Shih-Wei Yang
pembengkakan pada leher (98,8%) dan sulit
dkk, dimana didapatkan pemberian antibiotika
menelan
kombinasi
dengan
ditemukan
abses
Paolo
submandibula
(35,8%).
Gejala
lain
yang
adalah
23,5%
pasien
sering
mengeluh
demam, 24,7% mengeluh nyeri dan 17,3% pasien
seftriakson
dan
metronidazol
merupakan terapi antibiotika yang disarankan untuk
penatalaksanaan
abses
leher
dalam.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
13
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Cakupan
spektrum antimikroba
ini
terhadap
2.
70,79%.20
bakteri aerob dan anaerob adalah
Rosen EJ. Deep neck spaces and infections. Grand rounds resentation, UTMB, Dept. Of Otolaryngology.2002.
Pada kasus ini pasien responsif terhadap
3.
antibiotik tersebut. Evakuasi abses dilakukan dengan insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi.3
Hal
ini
sesuai
dengan
Iskandar M, Soepardi AE editor. Buku ajar 4.
hasil
185-8. 5.
insisi dan drainase (78% pasien) dan hanya 22% pasien
yang
membaik
dengan
terapi
Rahardjo P. Infeksi Leher Dalam. Makasar: Graha Ilmu.2013. p.2-16.
6.
medikamentosa saja.6
Anonim.
(2016,
“Submandibular
Terapi terhadap faktor komorbid adalah leher dalam.6,12 Pada kasus ini pasien sebaiknya
radiks
setelah
21-last
space”,
update), Available:
(Accessed: 2016, September 12). 7.
Rana K, Rathore PK, Wadhwa V, Kumar S. Deep Neck Infections: Continuing Burden in
menjalani pencabutan terhadap gigi-gigi yang gangren
Juni
https://en.wikipedia.org/wiki/Submental space
salah satu bagian dari penatalaksanaan abses
mengalami
ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI;2007. p.
penelitian Rana dkk yang mendapatkan sebagian besar pasien abses leher dalam perlu dilakukan
Fachruddin D. Abses leher dalam. Dalam:
Developing World. International Journal of
abses
submandibula dan abses ruang submentalis yang
Phonosurgery and Laryngology. 2013;3(1):6-
dialaminya tertangani. Hal ini sesuai dengan
9.
pernyataan Rana dkk, yang pada penelitiannya
8.
Das R, Manickam A, Saha j, Basu s.
mendapatkan penyebab paling sering dari abses
Unilateral Marginal Mandibular Nerve Palsy in
leher dalam adalah infeksi dari gigi (40% pasien).
a Case of Submandibular Space Abscess – A Rare Case Report with Review of Literature.
Adapun gigi yang sering menjadi sumber infeksi adalah gigi molar mandibula dengan prevalensi
Global Journal of Medical Research: J
22,7-43%
Dentistry and Otolaryngology. 2015; 15(1):5-
dengan
ruang
submandibula
7.
merupakan tempat infeksi yang paling sering terjadi pada pasien dengan infeksi gigi yaitu
9.
Stong BC, Johns ME, Johns III MM. Anatomy
60%.6 Abses submandibula yang disebabkan oleh
and Physiology of the Salivary Glands. In :
infeksi odontogenik, berasal dari gigi molar kedua
Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD,
atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang
editors. Head and Neck
berada di atas m. milohioid, dan abses dilokasi ini
10. Surgery
-
Otolaryngology.
4th
ed.
dapat menyebar ke ruang submandibular. Ujung
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang
2006. p. 518-25.
bawah linea milohioid yang terletak di aspek
11. Christian JM. Odontogenic Infections. In: Flint
dalam mandibular, sehingga jika molar kedua
PW, Haughey BH, Lund VJ, Niparko JK,
atau ketiga terinfeksi dan membentuk abses,
Richardson MA, Robbins KT, et al., editors.
pusnya akan menyebar ke ruang submandibula
Cummings Otolaryngology Head and Neck
dan dapat meluas ke ruang submental.23
Surgery. Philadelphia: Mosby, Inc.; 2010. p. 177-90. 12. Fragiskos FD. Odontogenic Infections. In:
DAFTAR PUSTAKA 1.
Fragiskos
Gadre AK, Gadre KC. Infections of the deep spaces of the neck. In: Bailey BJ, Johnson JT,editors.
Head
Otolaryngology.
4th
&
neck ed.
FD,
editor.
Oral
Surgery.
Berlin:Springer-Verlag; 2007. p. 232-4. 13. Hesley I, Lumintang N, Limpeleh H. Profil
Surgery
Abses Submandibula Di Bagian Bedah Rs
Philadelphia:
Prof. Dr. R. D. Kando Manado Periode Juni
Lippincott Williams & Wilkins;2006. p.665-82.
2009 Sampai Juli 2012. Bagian Bedah BLU
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
14
Dokter Muda THT-KL Periode Maret 2019 – April 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas RSU
Prof.
dr.
R.D.
Kandou
14. Rizzo P, Mosto MCD. Submandibular Space A
Potentially
Lethal
Infection.
International Journal of Infectious Diseases. 2009;13:327-33. 15. Rogers
J,
(2016,
“Submental
Manado.2013.p.3-4.
Infection:
24. Anonim.
Juni
21-last
space”,
update), Available:
https://en.wikipedia.org/wiki/Submental space (Accessed: 2016, September 12). 25. Imanto M. Evaluasi Penatalaksanaan Abses Leher Dalam Di Departemen THT-KL Rumah
McCaffrey
TV.
Inflammatory
Sakit
Hasan
Sadikin
Bandung
Periode
Disorders of the Salivary Glands. In: Flint
Januari 2012– Desember 2012. Juke Unila .
PW, Haughey BH, Lund VJ, Niparko JK,
2015; 5(9): 33-37.
Richardson MA, Robbins KT, et al., editors. Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia: Mosby, Inc; 2010. p. 1151-3.
26. Doerr T. Odontogenic Infection. In: Bailey BJ, Johnson JT,editors. Head & neck 27. Surgery Otolaryngology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2006. p.804-
16. Oliver ER, Gillespie MB. Deep Neck Space
815.
Infections. In: Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, Niparko JK, Richardson MA, Robbins KT, et al., editors. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia: Mosby, Inc.; 2010. p. 201-8. 17. Lawson
W,
Reino
Odontogenic
AJ,
Infections.
Westreich In:
Bailey
RW. BJ,
Johnson JT, Newlands SD, editors. Head & Neck Surgery - Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 616-28. 18. Parhiscar A, Har-El G. Deep Neck Abscess: A Retrospective Review of 210 Cases. Ann Otol Rhinol Laryngol. 2001;110:1051-4. 19. Mazita A, Hazim MYS, Shiraz MAR, Putra SHAP. Neck abscess: five year retrospective review of hospital university kebangsaan Malaysia
experience.
Med
J
Malaysia
2006;61(2): 151-6. 20. Anonim .(2016- lastupdate),”abses submandibula
“,Available:
http://www.indodentist.com/absessubmandibula (Accessed: 2016, Septemper 9) 21. Lee YQ, Kanagalingam J. Bacteriology of deep neck abscesses: a retrospective 22. review of 96 consecutive cases. Singapore Med J 2011; 52(5) : 351-5. 23. Yang W, Lee H,See C, Huang H. Deep Neck Abscess: An Analysis Of Microbial Etiology And
The
Effectiveness
Of
Antibiotics.
Infection and Drug Resistance. 2008:1 :1–8.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 6(1)
15