Contoh Tugas Individu Riset Public Relations.pdf

  • Uploaded by: Dyas Farifqi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Tugas Individu Riset Public Relations.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,281
  • Pages: 26
PROGRAM CSR KOMPAS GRAMEDIA GROUP DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA PERUSAHAAN MELALUI GERAKAN LITERASI NUSANTARA #AKUBACA

TUGAS INDIVIDU Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Riset Public Relations

EZRIN SEPTALASTIANI NIM: 41150007

Program Studi Hubungan Masyarakat Fakultas Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Sarana Informatika Jakarta 2018

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud 1.2.2. Tujuan 1.3. Metode Penelitian 1.3.1 Teknik Pengumpulan Data 1.3.2 Metode Analisa Data 1.3.3 Waktu Penelitian 1.4. Ruang Lingkup 1.5. Permasalahan Pokok 1.6. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum 2.1.1. Pengertian Public Relations 2.1.2. Tujuan dan Fungsi Public Relations 2.2. Studi Literatur 2.2.1. Citra 2.2.2. Publik Esternal 2.2.3. CSR 2.3. Kerangka Pemikiran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian bisnis di Indonesia semakin terasa dengan banyak hadirnya perusahaan yang siap berdiri dan berinovasi serta berorientasi maju kedepan. Namun ternyata juga tidak sedikit perusahaan yang sudah tidak terlihat lagi keberadaannya, seakan dituntut untuk berusaha lebih keras mempertahankan esksitensinya di tengah masyarakat. Menyadari bahwa saat ini sudah berada dalam era disruption, dimana perubahan yang sangat dinamis semakin terasa sehingga mempengaruhi kehidupan organisasi/perusahaan. Perkembangan ini tentu berdampak kepada setiap perusahaan tidak terkecuali perusahaan media di Indonesia. Pada Juni 2017 PT Media Nusantara Informasi yang bernaung di bawah MNC Group milik Hary Tanoesudibyo harus menutup 8 biro koran Sindo. Dalam hal ini tidak hanya berbicara seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan setiap bulannya. Ada hal yang seharusnya menjadi pertimbangan sebuah perusahaan sebagai salah satu faktor dari keberlangsungan hidup perusahaan. Disinilah praktisi Public Relations (selanjutnya disebut PR) dalam sebuah perusahaan mengambil peran dalam mengusahakan dan membangun citra sebuah perusahaan di mata publiknya. Identitas perusahaan yang tercermin melalui nama perusahaan, logo dan tampilan lainnya seperti pelayanan, nilai perusahaan serta komunikasi dengan pubik internal dan eksternal menjadi pijakan pertama untuk membentuk sebuah citra. Keberadaan sebuah perusahaan sejatinya tidak bisa dipisahkan dengan masyakarat sebagai publik eskternalnya. Adanya hubungan timbal balik, dimana kontribusi dan peran dari keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa serta kualitas kehidupan masyarakatnya. Kompas Gramedia Group sebagai salah satu perusahaan multi industri yang pondasi utamanya di bidang media massa. Perusahaan yang berkembang pesat terutama dalam bidang

komunikasi ini membuktikan bahwa butuh usaha keras dalam membangun sebuah persepsi yang positif yang tidak dihasilkan hanya dengan waktu singkat. Perusahaan yang sudah melebarkan sayapnya itu selama 55 tahun sejak tahun 1963 mengetahui pentingnya sebuah corporate image bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kompas gramedia Group yang berkantor pusat di Jl.Palmerah Selatan No.22-26, Jakarta Pusat, memiliki beberapa anak perusahaan atau bisnis dari media massa cetak maupung daring, percetakan, penerbitan, toko buku, radio, hotel, stasiun televisi , Event Organizer, hingga lembaga pendidikan dan universitas. Bertahannya Kompas Gramedia Group bukanlah tanpa usaha. Jatuh bangun yang dialami selama menjajaki dunia bisnis sudah dirasakan dan menjadi batu loncatan bagi perusahaan ini untuk terus melakukan ekspansi ke berbagai bidang bisnis. Kompas Gramedia Group terus bertranformasi dengan integritas dan terus bergerak secara dinamis memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Menyesuaikan perkembangan zaman membuat perusahaan ini memiliki tempat tersendiri di hati publik eskternalnya. Seiring berkembangnya perusahaan maka menjadikan perusahaan semakin sadar akan tanggung jawabnya sesuai dengan visi misinya. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility yang seringkali disingkat dengan CSR juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Tertuang dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, CSR menjadi sebuah kewajiban yang utuh bagi setiap Perseroan Terbatas. Diluar wajib atau tidaknya, Kompas Gramedia Group menyadari pentingnya sebuah kontribusi khusunya untuk pengembangan masyarakat. Program Gerakan Literasi Nusantara #AkuBaca menjadi andalan Kompas Gramedia Group pada Mei 2017. Salah satu CSR dari perusahaan ini yang juga sejalan dengan visinya yaitu menciptakan masyarakat yang terdidik dan tercerahkan. Pasalnya berdasarkan studi Most

Littered Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca. Sedangkan berdasarkan survei UNESCO pada tahun 2015, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen, itu artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang Indonesia yang suka membaca. Kenyataan miris ini menjadi salah satu yang mendorong Kompas Gramedia membuat sebuah gerakan literasi bertajuk #AkuBaca Semakin berkembangnya era digital, buku seakan menjadi barang yang sudah tidak terlalu populer lagi. Kepedulian Kompas Gramedia Group yang mayoritas bisnisnya bergerak sebagai perusahaan penerbitan ini dalam hal baca direalisasikan melalui kegiatan CSR. Perusahaan melihat salah satu cara menginvestasikan masa depan yaitu melalui membaca. CSR ini dibuat menjadi jembatan sebagai penyeimbang dalam era digital yang semua serba cepat berubah diluar dunia konvesional. Tentu hal ini membangun berbagai persepsi yang berbeda dari publik eskternalnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dari itu penulis mengambil judul dengan tema: “Program Corporate Social Responsibility (CSR) Kompas Gramedia Group Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan Melalui Gerakan Literasi Nusantara #AkuBaca”

1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud 1. Untuk mengetahui bagaimana program CSR Kompas Gramedia Group dapat mempertahankan citra perusahaan 2. Untuk memberikan saran dan salah satu bentuk evaluasi kepada Kompas Gramedia Group dalam pelaksanaan CSR Gerakan Literasi Nusantara yang sudah berlangsung sejak Mei 2017.

1.2.2 Tujuan Sedangkan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Diploma Tiga (D.III) Program Hubungan Masyarakat pada Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika (AKOM BSI) Jakarta.

1.3. Metode Penelitian 1.3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam hal pengumpulan data, ada beberapa teknik yang penulis lakukan diantaranya:

a. Observasi Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015:145) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Sedangkan menurut Nasution dalam Sugiyono (2016:377) mengatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Sugiyono mengklasifikasikan observasi dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation (tidak berperan serta). (Sugiyono 2015:145). Dalam hal ini penulis menggunakan non participant observation (observasi tidak berperan serta), dimana penulis tidak ikut terlibat langsung dalam aktivitas kegiatan CSR namun datang ke Kompas Gramedia untuk melakukan wawancara kepada pihak pelaksana di jadwal tertentu dan hanya sebagai pengamat independen. b. Wawancara

Seperti yang dikemukakan oleh Esterberg dalam Sugiyono (2016:384) mendefinisikan interview sebagai berikut, “a meeting of two personsto exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. (wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu). Sejalan dengan yang dijelaskan oleh Mulyana (2013:180) yaitu, “wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”. Esterberg dalam Sugiyono (2016:386), mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu: 1. Wawancara Terstruktur (structured interview) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan pertanyaanpertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya juga telah disiapkan. 2. Wawancara Semiterstruktur (semistructure interview) Jenis wawancara termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tetapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas yang terkait dengan permasalahan. 3. Wawancara Tidak Terstruktur. (unstructured interview) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Dalam teknik wawancara terdapat dua jenis sumber informasi, yaitu:

a. Key Informan Menurut Sugiyono (2017:225) Informan Kunci atau Key Informan adalah “orang yang memiliki kekuasaan pengetahuan umum dan mau membukakan pintu kepada peneliti untuk bisa menjelajahi semua objek yang diteliti”. b. Informan Menurut Moleong dalam Ardianto (2013:336) menyatakan bahwa, “informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian”. Berdasarkan penjabaran diatas maka dalam hal ini penulis melakukan wawancara mendalam dimana penulis sebelumnya telah menyiapkan susunan wawancara, namun pada saat pelaksanaan wawancara penulis juga menanyakan beberapa pertanyaan diluar draft wawancara yang telah disiapkan. Sedangkan untuk jenis sumber informasi, penulis memiliki satu key informan dan dua informan. Untuk key informan yang penulis wawancara adalah bapak Teguh Azmi Pamungkas,S.Sos yang merupakan CSR Officer Kompas Gramedia Group yang juga bertanggung jawab atas kegiatan CSR ini. Untuk informan pertama penulis mewawancarai pengurus taman bacaan Mata Aksara dibawah Lembaga Mata Aksara yaitu Ibu Heni yang juga menerima sumbangan buku yang terkumpul setiap bulannya. Sedangkan informan kedua penulis mewawancarai seorang mahasiswi semester 8 yaitu Tita Delavega yang juga berpartisipasi dalam donasi buku bergerak.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono 2017:208). Sedangkan menurut Ruslan (2013:31) mengatakan bahwa “kepustakaan adalah mencari data untuk informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah,buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan”. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data derngan cara mempelajari buku-buku termasuk penulisan karya ilmiah (Skripsi dan Tesis) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan Tugas Akhir ini. d. Dokumentasi Menurut Sugiyono (2016:396), “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Sependapat dengan Sugiyono, menurut Suharsaputra (2014:215) bahwa, “dokumentasi merupakan rekaman kejadian masa lalu yang tertulis atau dicetak dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian dan dokumen-dokumen”. Untuk dokumentasi, peneliti mendapatkan data dari Kehumasan mengenai ha-hal yang berhubungan dengan penelitian berupa data-data program, foto-foto kegiatan selama sub program berlangsung dan dokumen yang dimiliki Kompas Gramedia Group.

1.3.2 Metode Analisa Data Menurut Creswell dalam Sugiyono (2016:347) menyatakan bahwa, “penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok,

menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan”. Selanjutnya menurut Catherin Marshall, Gretchen B.Rossman dalam Sugiyono (2016:377) bahwa, “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review (metode dasar yang diandalkan oleh peneliti kualitatif untuk mengumpulkan informasi adalah, partisipasi dalam pengaturan, pengamatan langsung, wawancara mendalam, tinjauan dokumen)”. Adapun pengertian penelitian deskriptif menurut Ruslan (2016:12) dijelaskan “penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat, kelompok atau individual tertentu sebagai objek penelitian”. Lalu menurut Arthertin dan Klemmack yang tertuang dalam buku Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi karya Ruslan (2016:13) bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan sama dengan suatu ramalan tertentu, untuk mengetahui tingkat presentase publik yang mendukung atau menentang rencana pelaksanaan program atau kebijakan tertentu”. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yang semua data dianalisa dengan metode deskriptif. Pendekatan kualitatif memiliki keistimewaan pada data yang detil dan spesifik pada fenomena tertentu. Berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang umumnya lebih menitikberatkan pada jumlah informan yang banyak daripada kedalaman informasi yang akan diperoleh. Sedangkan metode deskriptif menjadi metode yang dipakai peneliti dalam menganalisa suatu fenomena tertentu, yaitu mengenai program CSR Kompas Gramedia Group dalam mempertahankan citra perusahaan. Metode ini bukan hanya melakukan pengumpulan data saja tetapi juga berusaha untuk mengolah dan menganalisis data penelitian sehingga nantinya dapat memecahkan masalah penelitian dan menarik suatu kesimpulan.

1.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Humas Kompas Gramedia Group yang berlokasi di Jl.Palmerah Selatan No.22-26, Jakarta Pusat. Periode penelitian dimulai dari April 2018 s.d Mei 2018 oleh penulis dengan observasi non partisipan selama 3 bulan.

1.3.4 Ruang Lingkup Pembatasan masalah sangat diperlukan, tujuannya agar penulisan menjadi lebih terarah dan memperoleh gambaran yang jelas sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Untuk itu masalah yang akan dibahas pada penulisan mencakup definisi konsep: pengertian PR, pengertian CSR, dan pengertian publik eskternal serta definisi konsep citra yang dibahas pada bab 2.

1.3.5 Permasalahan Pokok Bagaimana program CSR Kompas Gramedia Group dalam mempertahankan citra perusahaan?

1.3.6 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul Program Corporate Social Responsibillity Kompas Gramedia Group Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan Melalui Gerakan Literasi #AkuBaca, digunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I

PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis membahas mengenai definisi konsep: pengertian humas, pengertian CSR, dan pengertian publik eskternal serta definisi konsep citra. BAB III

PEMBAHASAN Bab ini uraian secara umum sejarah perusahaan, struktur organisasi, serta tugas dari tiap bagian, dilanjutkan dengan proses kegiatan CSR, di akhir adalah permasalahan yang dihadapi dan pemecahan masalah.

BAB IV

PENUTUP Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan dari tugas akhir dengan judul “Program Corporate Social Responsibility Kompas Gramedia Group Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan Melalui Gerakan Literasi Nusantara #AkuBaca” yang disusun dan juga saran-saran yang nantinya dapat digunakan oleh pihak Perusahaan atau Instansi.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum 2.1.1. Pengertian Public Relations Menurut J.C. Seidel, direktur PR, Division of Housing State New York dalam Ardianto (2016:9) menyebutkan bahwa Public Relations (selanjutnya disebut PR), “PR adalah proses yang kontinu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill (itikad baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan publik yang lebih luas; ke dalam mengadakan analisis, sedangkan ke luar memberikan pernyataan-pernyataan”. Sedangkan Ardianto (2016:15) mengatakan bahwa, “PR adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama”. Dari pernyataan mengenai definisi diatas mengartikan bahwa PR sendiri memiliki peran yang cukup krusial didalam sebuah perusahaan atau organisasi. PR harus mampu mendukung kesuksesan bisnis yang dijalankan. Para praktisi PR dalam konteks PR sebagai fungsi manajemen harus membantu organisasi dalam membangun filosofi-filosofinya, mencapai

semua tujuan yang ditetapkan, beradaptasi dengan lingkungan dan tentu bisa sukses dalam berkompetisi di dalam era yang tidak mudah lagi bagi kelangsungan hidup sebuah organisasi. Dalam bukunya Handbook Of Public Relations (2016:13), Ardianto memberikan katakata kunci yang perlu diingat untuk mendefinisikan Public Relations, yaitu: 1. Sengaja (deliberate) 2. Terencana (planned) 3. Kinerja (performance) 4. Kepentingan publik (public interest) 5. Komunikasi dua arah (two way communication) 6. Fungsi Manajemen (management function) PR menyelenggarakan komunikasi timbal balik antara organisasi/lembaga dengan publiknya untuk menciptakan saling pengertian (public understanding) dan dukungan (public support) bagi terwujudnya tujuan, kebijakan dan langkah serta tindakan lembaga/organisasi itu. Semua itu untuk mengembangkan pengertian dan kemauan baik (goodwill) publiknya serta untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan atau untuk menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan publik (Soemirat dan Elvinaro, 2015 : 89). Intinya, PR adalah good image (citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence (saling memercayai), mutual appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi). 2.1.2. Tujuan dan Fungsi PR 1. Tujuan PR Frida Kusumastuti menyebutkan tujuan PR dalam Mukarom dan Ardianto (2015:55) adalah sebagai berikut: a. Terpeliharanya saling pengertian; b. Menjaga dan membentuk saling percaya; c. Memelihara dan menciptakan kerja sama.

Lebih jelas lagi Mukarom (2015:55) mengemukakan tujuan PR pada intinya adalah “mewujudkan dan memelihara hubungan saling percaya dengan publik dalam rangka menjalin kerja sama yang baik”. 2. Fungsi PR Menurut F. Rachmadi dalam Mukarom dan Ardianto (2015:56) disebutkan bahwa: fungsi utama humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan Iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga atau organisasi. Secara terperinci Betrand R.Canfield dalam Mukarom dan Ardianto (2015:55) menjelaskan fungsi PR adalah sebagai berikut: 1) Mengabdi pada kepentingan umum Jika tidak untuk kepentingan publik, baik internal maupun eskternal, tidak mungkin akan tercipta hubungan yang menyenangkan. Dalam arti setiap badan atau perusahaan dapat sukses apabila segala tindakannya merupakan pengabdian kepada kepentingan umum. 2) Memelihara komunikasi yang baik Seseorang pimpinan yang melakukan kegiatan public relations akan berhasil dalam kepemimpinannya apabila ia ikut bergaul dengan karyawannya. Membangun komunikasi tidak hanya dalam hubungan pekerjaan, tetapi juga di luar pekerjaan. 3) Menitikberatkan pada moral dan tingkah laku yang baik Seorang pemimpin yang baik dalam tingkah lakunya akan mementingkan moralitas serta tingkah laku yang baik sesuai norma yang ada.

2.2 Studi Literatur 2.2.1 Citra Pada

dasarnya

dalam

suatu

perusahaan,

PR

bertugas

untuk

berusaha

menumbuhkembangkan dan tentu juga menjaga citra baik perusahaan (Kriyantono dkk, 2013:107). Seperti dikatakan Bill Canton dalam Soemirat dan Ardianto (2015:111) bahwa citra adalah “image: the impression, the feeling, the conception which the public has of a company; a concioussly created created impression of an object, person or organization”(Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi). Dalam bukunya Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat (Soemirat dan Ardianto, 2015:114) menyebutkan bahwa, “citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi”. Dalam News of Perhumas (2004) disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu, segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya. Menurut Kadar Nurjaman beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra dan reputasi perusahaan, antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i.

Kemampuan finansial Mutu produk dan pelayanan Fokus pada pelanggan Keunggulan dan kepekaan SDM Realibility Inovasi Tanggung jawab lingkungan Tanggung jawab sosial Penegakan Good Corporate Governance (GCG)

Frank Jefkins mengemukakan jenis-jenis citra di dalam bukunya Public Relations dan buku lainnya Essential of Public Relations, antara lain: (Soemirat dan Ardianto, 2015:117)

a) The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya. b) The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image. c) The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh secara lengkap. d) The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. e) Corporate image (citra perusahaan), yaitu citra yang tertuju pada sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-infomasi yang diterima seseorang. Danasaputra menjelaskan komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. (Soemirat dan Ardianto, 2015:114) Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S.Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang Tingkah Laku Konsumen, seperti digambarkan berikut:

Pengalaman mengenai stimulus

Kognisi Stimulus

Persepsi

Sikap

Respon Perilaku

Motivasi

Sumber: Soemirat dan Ardianto, 2015 Gambar II.1 Model Pembentukan Citra

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Dalam hal ini PR digambarkan sebagai input-output, dimana input adalah stimulus yang diberikan sedangkan ouput adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Jika stimulus yang diberikan ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan mungkin berjalan. Hal ini pun menunjukkan stimulus yang diberikan tidak efektif dalam mempengaruhi individu atau publik. Lalu sebaliknya, jika stimulus diterimanoleh individu berarti terdapat komunikasi dan perhatian sehingga proses dapat berlanjut. Empat komponen persepsi-kognisimotivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang yang disebut “picture in our head” oleh Walter Lipman. (Soemirat dan Ardianto, 2015:115) Siswanto Sutojo dalam Gassing dan Suryanto (2016:159) mengemukakan bahwa citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai beberapa manfaat sebegai berikut: a. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.

Citra perusahaan yang baik dan kuat akan menjadi identitas atau kepribadian perusahaan yang tidak mudah ditiru perusahaan lain sekaligus melindungi perusahaan dari pesaing. b. Menjadi perisai selama masa krisis Perusahaan yang memiliki citra baik dan kuat akan lebih mudah mendapatkan dukungan serta maaf dari masyarakat atas kesalahannya. c. Menjadi daya tarik eksekutif andal. Sebuah perusahaan dengan citra yang baik dan kuat akan mampu menarik, memotivasi dan menahan eksekutif andal yang merupakan aset penting penggerak roda perusahaan. d. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran Dengan citra yang sudah terbentuk dengan baik, dalam menerjunkan produk baru di pasar maka kegiatan melakukan strategi pemasaran tidak akan sebesar saat belum adanya citra. e. Penghematan biaya operasional Sebuah perusahaan dengan citra yang baik dan kuat akan membutuhkan biaya untuk mempromosikan produk lebih sedikit atau lebih hemat dibandingkan yang dilakukan oleh perusahaan yang belum memiliki citra atau bahkan belum dikenal konsumen. 2.2.2 Publik Eskternal Dalam menjalankan setiap program tentu PR memiliki sasaran. Sasaran utama PR disebut public, yaitu sekelompok orang, baik dalam satu wilayah maupun juga yang tersebar, yang mempunyai kepentingan atau masalah yang sama dan memerlukan penyelesaian. (Mukarom dan Laksana, 2015:49) Dalam merencakan programnya, menurut Zinkhan et.al dalam Mukarom dan Laksana (2015:194), yang paling mendasar adalah mengenali publik yang mempunyai keterkaitan terhadap perusahaan atau organisasi (stakeholders), baik berposisi pada internal maupun eksternal perusahaan. Lebih jelasnya, Zinkhan et.al memberikan ilustrasi pada gambar berikut.

Stockholde rs

Comunity

Board of Directos

Employees

Corporate

Channel Members

Suppliers

Customers

Sumber: Mukarom dan Laksana, 2015 Gambar II.2 Segmentasi Publik Perusahaan

Soernarko Setyodarmodjo dalam Mukarom dan Laksana (2015:49) menyebutkan: Ada dua macam public, yaitu internal public dan external public. Internal public adalah orang-orang atau kelompok yang berada di dalam organisasi. Sedangkan external public adalah orang-orang atau kelompok orang yang berada di luar organisasi, yang mempunyai kepentingan dan masalah dalam hubungannya dengan organisasi tersebut. Menurut Suryanto (2017:419) definisi Publik Eksternal adalah: Publik yang bukan karyawan dan posisinya berada diluar struktur organisasi, institusi perusahaan; yang meliputi community public (komunitas lokal), pemerintah, pers (media massa), konsumen, pemasok, pengencer, agen, LSM, parpol, lembaga keuangan atau pihak perbankan, lembaga keamanan (security), lembaga hukum, lembaga pendidikan dan lainnya. 2.2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam menjalankan fungsinya, tentu seorang PR harus mampu mengidentifikasi jenis pendekatan PR mana yang wajib dilakukan. Seperti sebuah ungkapan yang tidak asing di telinga bahwa “mempertahankan selalu lebih sulit ketimbang ketika memperoleh sesuatu.” Ungkapan tersebut ternyata juga berlaku bagi citra dan reputasi yang melekat. Bagi organisasi, untuk memperoleh citra positif dan reputasi terpandang dibutuhkan perjuangan. Akan tetapi untuk

mempertahankannya dibutuhkan perjuangan yang lebih berat dan kompleks. Salah satu upaya dalam mempertahankan citra adalah melalui Corporate Social Responsibility (CSR). (Gassing dan Suryanto, 2016:162) Kegiatan yang lebih mengacu kepada kegiatan sosial dimana selanjutnya akan memberikan penghasilan dalam jangka waktu panjang. Hal ini disebabkan oleh mulai banyaknya orang yang peduli dengan lingkungan sekitar dan memperhatikan kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh sebuah perusahaan. Menurut Baker dalam Mardikanto (2014:94) bahwa, “CSR adalah tentang bagaimana perusahaan mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif secara keseluruhan”. Beberapa asosiasi dan lembaga juga merumuskan definisi CSR itu sendiri, salah satunya yang dikemukakan oleh World Business Suistanable Development (WBCSD) dalam Mardikanto (2014:95) yaitu, “Corporate Social Responsibility adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga mereka, masyarakat setempat, dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka”. Berbeda dengan sumbangan sosial, CSR seharusnya dijalankan di atas suatu program jangka panjang, dimana sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak sementara sedangkan CSR diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Menurut Ressi Putri Avicenia (2014) yang dikutip dari Iriantara dalam bukunya Community Relations Konsep dan Aplikasinya, terdapat 3 pilar dasar yang harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan CSR, yaitu: 1. Mendorong kesejahteraan ekonomi 2. Perbaikan lingkungan hidup 3. Tanggung jawab sosial

Social

Environmental

Economic

Sustainable

Sumber: Brooks, 2013 Gambar II.3 Model Konsep Triple Bottom Line

Pilar dasar di atas dikenal juga dengan nama konsep Triple Bottom Line (TBL). Istilah Triple Bottom Line pertama kali dikemukakan oleh John Elkington (1994) dalam buku Cannibals With Forks. TBL juga dikenal dengan istilah 3P yaitu, People, Planet dan Profit (Brooks,2013).

Konsep ini merumuskan bahwa keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan tidak hanya bergantung pada laba usaha (profit) saja namun lebih dari itu sebuah tindakan nyata yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan (planet), dan kesejahteraan manusia (people). Menurut Yusuf Wibisono memang tidak ada jaminan bagi perusahaan yang sudah melaksanakan program CSR untuk selalu mendapatkan keuntungan atau manfaat. Namun, sedikit atau banyak, perusahaan yang menerapkan CSR dengan benar tetap mendapatkan dampak positif bagi sustainability (keberlangsungan) perusahaan. Dalam bukunya Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Korporasi), Mardikanto (2014:136) menyatakan terdapat 7 manfaat CSR bagi korporasi atau perusahaan, antara lain: a. b. c. d. e. f. g.

Meningkatkan citra perusahaan Memperkuat “brand” perusahaan Membedakan perusahaan dengan pesaingnya (Different) Menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder Membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan Meningkatkan harga saham

Menurut Kotler dan Lee dalam Gassing dan Suryanto (2016:163), terdapat enam pilihan inisiatif perusahaan, yaitu: 1. Cause Promotion Bentuk kepedulian perusahaan terhadap isu-isu tertentu yang sedang beredar dalam masyarakat. Perusahaan mengajak semua lapisan masyarakat untuk ikut peduli pada isu tersebut. 2. Cause Related Marketing Perusahaan menggunakan beberapa persen dari harga jual produk (barang atau jasa) untuk donasi dan sumbangan tertentu. 3. Corporate Social Marketing Perusahaan memiliki target untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap suatu isu dari yang kurang baik menjadi baik. 4. Corporate Philanthropy Berupa pemberian kontribusi atau bantuan secara langsung, baik dalam bentuk dana maupun jasa kepada pihak yang membutuhkan seperti bencana alam 5. Corporate Volunteering Perusahaan melibatkan karyawan secara langsung dalam kegiatan CSR pada jam kerja dan tetap membayar gaji karyawan sebagaimana mestinya. 6. Social Responsibility Business Practice Merupakan inisiatif perusahaan untuk mengadopsi dan mengatur praktik bisnis seperti sistem kerja dan investasinya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melindungi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2016. Handbook Of Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Gassing,Syarifuddin dan Suryanto. 2016. Public Relations. Yogyakarta: CV Andi Offset (PenerbitAndi) Mardikanto, Totok. 2014. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta. Meliala, R.M. (2018). Analisis Model Super “A” pada Iklan Promosi Kampus di Televisi. Jurnal Studi Komunikasi, 2(2).doi:10.25139/jsk.v2i2.397

Mukarom,Zainal dan Muhibudin Wijaya Laksana. 2015. Manajemen Public Relations: Panduan Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat. Bandung: PustakaSetia. Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2015. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryanto. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sumber Lain :

Kompas Gramedia Group. 2018. KGG Company http://www.kompasgramedia.com/about-kg/history

Profile.

Diambildari:

Warsono, Nicko. 2018. Kompas Gramedia #AkuBaca Turut Majukan Pendidikan di Timur Bersama PPIA IMPACT. Diambil dari: charity.ppiaustralia.org/index.php/2018/03/26/kompas-gramedia-akubaca/

1

Related Documents


More Documents from "Tath Hira Ompu Kori"