Chapter I(1) Dikonversi

  • Uploaded by: Andi Aam
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Chapter I(1) Dikonversi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,476
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara adalah tuntutan perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi, pengembangan wilayah dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban,

dan

kelancaran

berlalu

lintas

dan

angkutan jalan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI No. 22 Tahun 2009). Keselamatan dan kesehatan pengendara pengguna lalu lintas di jalan raya merupakan ranah manjemen dari program kesehatan dan keselamatan kerja transportasi (K3) Transportasi. Sektor transportasi darat termasuk kendaraan pribadi yang berupa kendaran roda dua atau sepeda motor memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat karena turut menggerakkan roda perekonomian dan mobilitas masyarakat. Melalui moda transportasi, diselenggarakan kegiatan angkutan barang, penumpang dan jasa lainnya dari suatu daerah kedaerah lainnya (Siahaan, 2013). Berdasarkan hal tersebut dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang memberikan 1

persyaratan untuk sistem manajemen K3 untuk membantu perusahaan ataupun perseorangan dalam mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan kinerja K3 sekaligus produktivitas perusahaan. Sistim Manajemen K3 Transportasi ini berlaku bagi perusahaan jasa angkutan darat untuk :1) Membangun sistim Manajamen K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas atau kejadian lainnyan yang tidak diinginkan; 2) Menerapkan , memelihara dan meningkatkan SMK3 secara terus menerus; 3) Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi norma keselamatan yang ditentukan (Siahaan, 2013). Ketidakamanan dan ketidaktertiban dapat menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan dapat terjadi pada setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu lebih sering terjadi pada keadaan manusia berlalu lintas sebab lalu lintas itu terjadi hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana-mana. Kesibukan lalu lintas terjadi di darat, laut dan udara. Hingga dewasa ini perhatian masih banyak ditujukan pada lalu lintas darat walaupun masalah lalu lintas di laut dan udara tidak kalah menariknya. Karena angka kejadian dan kematian pada kecelakaan lalu lintas darat sangat tinggi, terutama dikarenakan cedera kepala. Sehingga dianggap jalan raya adalah kuburan terpanjang di dunia (Bustan, 2007). Berdasarkan laporan Global Status report on Road Safety-Time for Action, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular dengan jumlah kematian tertinggi. WHO melaporkan pada tahun 2009 dari kajian di 178 negara, setiap tahun sekitar 1,3 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas dan 20 - 50 juta jiwa menderita luka/cacat dimana 90% terjadi di negara-

negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak tahun 2004-2009 dilaporkan jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak terjadi penurunan yang signifikan. Pejalan kaki, pengemudi sepeda, dan pengemudi sepeda motor merupakan kelompok terbesar yang menjadi korban, jumlahnya hampir separuh dari total korban (Kemenkes RI, 2011). Jumlah tersebut di atas dipastikan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta orang di tahun 2020 mendatang apabila tidak dilakukan apapun untuk menekan jumlah kecelakaan. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan diperkirakan menjadi penyebab kematian nomor lima di dunia setelah penyakit jantung, stroke, paru dan infeksi saluran pernapasan. Atas keprihatinan kondisi yang ada saat ini, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meluncurkan Decade of Action for Road Safety (Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah PBB tersebut. Dekade Aksi Keselamatan Jalan (DAKJ) yang memiliki rentang waktu 10 tahun (2010-2020), memiliki lima pilar yakni manajemen keselamatan jalan, infrastruktur, kendaraan yang lebih menjamin kesehatan, perilaku pengguna jalan, dan penanganan pasca kecelakaan (Kemenhub RI, 2011). Di seluruh dunia, kecelakaan lalu lintas menewaskan hampir 1,2 juta jiwa dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2011). Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada, 90% di antaranya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan kerugian materiil yang ditimbulkan mencapai sekitar 3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tiap-tiap negara (Kemenkes RI, 2011). Sehingga memicu Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan resolusi dengan membentuk Global Road Safety Partnership (GRSP) di bawah

pengawasan WHO pada 2006 silam, dengan tujuan utama menekan angka kecelakaan dan tingkat fatalitas yang ditimbulkan terhadap korban-korbannya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga meluncurkan Decade of Action for Road Safety (Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung langkah PBB tersebut dengan menerapkan Dekade Aksi Keselamatan Jalan Indonesia 20102020 (Kemenhub RI, 2011). Diperkirakan pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian tertinggi setelah jantung dan depresi (WHO, 2004). Hingga saat ini kecelakaan jalan raya masih memegang predikat “pembunuh” terbesar ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan TBC (Kemenhub RI, 2011). Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2015, terdapat 39.690 kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia, dengan kasus kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 8.163 kasus, kemudian di Jawa Tengah sebanyak 6.772 kasus, disusul provinsi Jawa Barat sebanyak 3.462 kasus, dan provinsi Sumatera Utara berada pada urutan keempat yakni sebanyak 2.827 kasus (Korlantas Polri, 2015). Kondisi lalu lintas di Sumatera Utara ini juga masih belum baik. Bahwa kesadaran keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di Sumatera Utara sampai saat ini masih tergolong rendah. Hal itu didukung dengan data kecelakaan lalu lintas di wilayah Sumatera Utara tahun 2014. Direktorat Lalu Lintas Polda Sumatera Utara mencatat sebanyak 5.643 kasus kejadian kecelakaan yang berarti perharinya 15-16 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban 1.753 jiwa meninggal dunia atau 4-5 orang meninggal setiap harinya (Elin, 2014).

Sementara pada 2015, tercatat sebanyak 6.396 kasus yang berarti setiap harinya terjadi 19-20 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban jiwa meninggal dunia mencapai 1.821 jiwa atau 4-5 orang meninggal setiap harinya. Data tersebut menunjukan peningkatan kecelakaan lalu lintas yang signifikan, yakni 13,3% dan korban meninggal dunia juga meningkat 3,8%. Bahkan data yang ada menunjukkan hampir separuh dari kasus kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara berakibat fatal yakni meninggal dunia. Saat ini, pengguna jalan di Sumatera Utara khususnya di kota Medan memiliki perilaku berkendaraan yang buruk yakni rendahnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku. Kejadian kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2015 meningkat dan angka kematian masih tinggi. Dari data yang dihimpun oleh Satuan Lalu Lintas Polresta Medan, pada tahun 2014 kecelakaan lalu lintas mencapai 1.326 kasus dengan korban meninggal sebanyak 292 jiwa, luka berat sebanyak 647 jiwa dan luka ringan 752 jiwa dan total korban keseluruhan 1.691 jiwa. Sedangkan pada tahun 2015 terjadi 1.598 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal sebanyak 251 jiwa, luka berat sebanyak 939 jiwa dan luka ringan sebanyak 868 jiwa. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2010-2014 yaitu Indonesia berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2015. Diharapkan baik individu, masyarakat dan perusahaan sadar dan peduli akan keselamatan dan kesehatan kerja dimanapun berada karena menyadari keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebutuhan. Dengan demikian akan terwujudlah setiap orang berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga terciptalah pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja baik di rumah tangga, lingkungan masyarakat dan perusahaan/tempat kerja (Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI, 2009). Keselamatan dalam berlalu lintas merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, defenisi kerja adalah melakukan sesuatu dan juga dapat diartikan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008). Jadi seseorang yang sedang mengemudi atau menyeberang merupakan seseorang yang sedang melakukan kerja. Karena itu kecelakaan lalu lintas termasuk masalah yang juga harus diatasi dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Potret buruk dalam berlalu lintas dengan angka kecelakaan lalu lintas darat yang angka kematiannya tinggi, membuat kecelakaan lalu lintas darat menjadi beban kesehatan masyarakat. Jumlah kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara tahun 2015 sekitar 11.139 kasus kecelakaan yang terdiri dari 7.585 kasus kecelakaan sepeda motor, 1.743 kasus kecelakaan pada mobil penumpang, 1.329 kasus kecelakaan pada mobil barang, 269 kasus kecelakaan pada bus, dan 213 kasus kecelakaan pada kendaraan khusus. Pada kota Medan jumlah kasus kecelakaan lalu lintas sepeda motor sekitar 2.047. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka

perlu

dilakukan

penelitian untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015 untuk selanjutnya dilakukan upaya pencegahan untuk meminimalisir kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor tersebut.

Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ bagaimana gambaran faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015?” Tujuan Penelitian Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui karakteristik (jenis kelamin, usia, pekerjaan, kepemilikan SIM) pengendara sepeda motor yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas di kota Medan tahun 2015. 2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015. 3. Mengetahui lokasi dan waktu terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015. 4. Mengetahui jenis kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015. 5. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara sepeda motor di kota Medan tahun 2015.

A.

PEMBAHASAN Kecelakaan Transportasi jalan darat mempunyai resiko yang besar, bahkan bisa

melebihi korban perang, korban dari kecelakaan ini tak seharusnya terjadi mengingat semakin berjalannya waktu perkembangan sistem transportasi jalan darat semakin diarahkan kejalan perkembangan yang modern. Memang secara nasional Indonesia belum memiliki angka pasti berapa korban yang jatuh akibat kecelakaan namun Indonesia saat ini masih merujuk pada data kepolisian sebagai acuan yang paling realistis guna menghitung angka kecelakaan akibat transportasi jalan darat secara nasional. Pemaparan di atas menegaskan bahwa program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan memang masih membutuhkan suatu evaluasi untuk diberikan umpan balik agar penerapannya bisa lebih baik dimasa mendatang. Dalam penelitian ini kriteria evaluasi Dunn menjadi salah satu mata pisau untuk membedah permasalahan keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan. Kriteria tersebut meliputi :

a.

Efektivitas

Merupakan suatu hasil dari sebuah pekerjaan atau program yang dilakukan secara baik dan benar, menurut tata cara yang sesuai prosedur yang berlaku dan sesuai jadwal yang telah ditentukan sebelumnya tanpa ada inefesiensi waktu, tenaga dan pikiran. Kaitannya dengan evaluasi program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura adalah segala upaya yang telah dilakukan pemerintah terkait dengan pelaksanaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura. Penerapan program keselamatan transportasi jalan dinilai telah mempunyai tujuan-tujuan yang besar dan bisa dipastikan mempunyai efektivitas yang besar pula terkait hasil yang akan dicapai pada tujuan tersebut. Secara keseluruhan penerapan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura sudah sesuai dengan tujuan yang ditentukan sebelumnya namun untuk hasil dan dampak dari tujuan tersebut belum bisa mengurangi kecelakaan secara signifikan, di

lain pihak penerapan program ini bisa memberikan kelancaran arus barang dan jasa dan mendukung penerapan program satu dengan lainnya sehingga program ini dipandang telah mencapai sebagian tujuan yang ditentukan di awal. Pelaksanaannya Pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di jalur Pantura Pekalongan penerapannya sesuai dengan keadaan yang tengah berkembang di lingkungan masyarakat dan dengan pelaksanaan program ini telah membantu pemerintah untuk memahami akan pentingnya keselamatan transportasi jalan. Meski belum bisa berjalan dengan baik dan mengurangi jumlah korban kecelakaan namun secara keseluruhan penerapan program keselamatan transpotasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan berjalan cukup efektif dan tidak bisa dianggap gagal karena sebagian besar hasil dan dampak yang diharapkan masyarakat sudah tercapai. b.

Efisiensi

Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien.

Pelaksanaan program keselamatan transportasi jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota Pekalongan sama-sama mengklaim bahwa mereka melakukan efesiensi anggaran dengan sebaik-baiknya karena memang anggaran APBD sudah terencana dengan baik, selain itu terkadang masalah dana yang dirasa kurang untuk melakukan sosialisasi keselamatan program keselamatan transportsi jalan pemda daerah yang bersangkutan mengajukan tambahan dana kepada Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui mekanisme yang ada, mekanisme dan prosedur bersifat sebagai rambu-rambu semata dalam penerapannya proses negosiasi lah yang menjadi penentu turunnya anggaran dari pusat ke daerah. Pemerintah Pusat biasanya melihat keseriusan dari daerah yang dicek dilapangan sedang pemerintah daerah biasanya memberikan penjelasan dan berupaya untuk membenahi sistem transportasi di Jalur Pantura untuk kelanjutan program keselamatan transportasi jalan kedepannya. c.

Kecukupan

Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. William N. Dunn mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah (Dunn, 2003:430). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Pelaksanaan program keselamatan transportasi jalan bukan tidak berbenturan dengan berbagai kepentingan yang ada baik itu terkait dengan pelaksanaan program itu sendiri atau terkait dengan program yang lain. Terkait dengan permasalahan transportasi untuk menghindari benturan atau gesekan kepentingan biasanya pemerintah daerah melakukan rapat yang bertajuk “Forum Lalu-lintas dan Angkutan Jalan” dimana disekitar Jalur Pantura Pekalongan biasa diikuti oleh kepolisian, dishub, dinsos, dinkes dan kumpulan para pengusaha angkutan jalan. Disitu digodok bagaimana pelaksanaan program keselamatan transportasi jalan, ada proses

negosiasi dan saling memberikan solusi untuk terlaksananya program. Proses pengambilan keputusan biasanya secara (deliberative) sehingga bisa terdapat kerja sama yang baik antar berbagai pihak yang berkepentingan. Pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura dinilai cukup baik, melihat kerja sama dari berbagai pihak untuk bisa bersinergi baik secara instansi maupun program yang ada. Peran instansi terkait dalam pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan telah berjalan dengan baik. Sejauh ini kerja sama tidak hanya ada pada skala mikro namun juga makro guna memberikan kesempatan untuk berkontribusi aktif dalam mengembangkan pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan. d.

Perataan

William N. Dunn menyatakan bahwa kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompokkelompok yang berbeda dalam masyarakat. Dalam indikator ini para pelaku atau para pengguna program terlihat setuju bahwa program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura ini telah secara adil dilaksanakan tanpa merugikan pihak lain. Seperti pelaksanaan manajemen rekayasa lalu lintas yang dibangun oleh Kab. Pekalongan dan Kota Pekalongan dimana dalam proses perencanaan, implementasi dan dampak

telah

melibatkan

berbagai

element

yang terkait langsung maupun tidak langsung, yakni pengguna jalan, pengusaha angkutan umum bahkan sektor perparkiran telah ditata agar pelaksanaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura bisa berjalan dengan baik. Namun memang hal ini tetap menjadi kendala utama terutama perilaku masyarakat terkait dengan keselamatan transportasi yang kurang bisa di prediksi. Program keselamatan transportasi jalan yang diimplementasikan di Jalur Pantura Pekalongan dianggap telah memenuhi pemerataan yang ada karena masyarakat dan pemerintah menganggap kebijakan tersebut mempunyai tujuan yang jelas yaitu memperkecil angka kecelakaan di Jalur Pantura Pekalongan mengingat padatnya lalu lintas di Jalur Pantura Pekalongan terutama pada saat jam sibuk dan menjelang perayaan hari besar lainnya. e.

Responsivitas

Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan. Tidak diperlukannya program pengganti disebabkan oleh tidak adanya kerugian yang besar dari penerapan program ini, penerapan kebijakan hingga tingkat desa sudah mumpuni dan bisa dikatakan sesuai dengan kultur yang ada namun tetap yang menjadi perhatian adalah partisipasi SDM pengguna jalan mau tidak mereka menerapkan program keselamatan transportasi jalan, dan tentunya program keselamatan transportasi jalan bisa di kembangkan kearah yang lebih baik. f. Ketepatan Ketepatan menurut William N. Dunn berkenaan dengan Kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas substantif, karena kriteria ini menyangkut

substansi tujuan bukan cara atau instrumen untuk merealisasikan tujuan tersebut. Selama pelaksanaanya instansi terkait saling bekerja sama baik lingkup mikro maupun makro dimana disini Kementerian Perhubungan berperan dalam perencanaan, selama pelaksanaan dilimpahkan pada Pemerintah Daerah dalam hal ini Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan dibantu dengan instasi terkait baik dalam lingkup daerah maupun lintas daerah lintas instansi sedangkan dalam pengawasanya masyarakat sebagai pengguna layanan dipantau oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah itu sendiri. Pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan perlu mendapat perhatian dan dipertahankan untuk kedepannya karena program ini dibutuhkan oleh masyarakat dan pengelolaan program ini juga dianggap bisa menjawab tantangan era globalisasi meskipun tidak benar-benar bisa menghilangkan angka kecelakaan sama sekali. Program ini juga mendukung adanya pelaksanaan program lainnya yang saling terkait untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Program keselamatan ini merupakan program yang saling melengkapi dan mendorong berjalannya program lainnya di Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan.

B.

PENUTUP

Hasil pemetaan berdasarkan indikator yang dibangun adalah sebagai berikut, Kebijakan pemerintah Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan untuk

menerapkan pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan merupakan pilihan yang bagus untuk mendukung peningkatan keselamatan transportasi jalan dan untuk mensejahterakan masyarakat. Sejauh ini setelah berjalannya pengelolaan program ini masyarakat mendapatkan manfaat seperti kelancaran dan kenyamanan saat berada dijalan, selain itu pengelolaan program ini bisa menjadikan pembelajaran untuk masyarakat agar daerah Pantura Pekalongan bisa terus berkembang dengan adanya kelancaran distribusi arus barang dan jasa. Program ini juga mendorong adanya sinergi antara program satu dengan program lainnya yang sama-sama bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat pada umumnya selain itu tidak adanya tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Hal ini didasari oleh baiknya kerjasama antar instansi yang terkait untuk mensukseskan program hingga ke daerah-daerah. Hasil penelitian yang berdasarkan indikator yang dibangun dalam teori terdapat beberapa kendala terutama menyangkut sumberdaya manusia dan sosialisasi dalam melaksanakan progam keselamatan transportasi jalan. Kendala SDM secepatnya harus diberikan perhatian bahkan pelatihan juga sosialisasi kepada masyarakat yang belum mengetahui akan pentingnya keselamatan transportasi jalan, selain itu memberikan fasilitas yang menarik agar masyarakat antusias untuk mengikuti sosialisasi yang dilaksanakan pemerintah. Bisa disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan program keselamatan transportasi jalan di Jalur Pantura Pekalongan telah mencapai tujuan, meskipun angka kecelakaan di wilayah Jalur Pantura Pekalongan tidak bisa ditekan hingga 0% atau hilang sama sekali.

DAFTAR RUJUKAN Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Pancur Siwah. Jakarta Alsa, A. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Baratakusumah, Deddy Supriady dan Dadang Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia. Bandung Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Resiko. PT Bumi Aksara. Jakarta Dunn, William N. 1999. Pengantar Analisis kebijakan Publik Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. LkiS. Yogyakarta Erna Widodo dan Mochtar. 2000. Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskiriptif. Avyrous . Jakarta Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen . BPFE, Yogyakarta Iriani, Enni (et.al.). 2007. Kajian Kebijakan Good Local Governance dalam Optimalisasi Pelayanan Publik: Suatu Evaluasi Implementasi Pelayanan Terpadu di Kabupaten/ Kota di Indonesia. PKP2A I-LAN. Bandung. Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. PEMBARUAN. Yogyakarta Labolo, Muhadam. 2008. Memahami Ilmu Pemerintahan: Suatu Kajian, Teori, Konsep, dan Pengembangannya. : PT RajaGrafindo Persada. Jakarta Lijan Poltak Sinambela dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implementasi cetakan ketiga. PT Bumi Aksara. Jakarta Marzuki, Didi (editor). 2006. Bekerja Demi Rakyat: Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah dalam Kebijakan dan Pelayanan Publik. KomunaL. Jakarta Moeljarto. 1987. Politik Pembangunan ; sebuah analisis konsep, arah dan strategi. PT Tiara Wacana. Yogyakarta. Moleong, LJ. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Kosada Karya. Bandung

Nazir. Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nugroho, Riant. 2009. Public Policy : Dinamika Kebijakan – Analisis Kebijakan – Manajemen Kebijakan. Elex Media Komputindo. Jakarta Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik : Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Salim, Abbas. 2004. Manajemen Transportasi. SMTI. Jakarta Siagian, Sondang P. 2005. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta. Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi (Kaidah Perilaku). Penerbit Erlangga. Jakarta Straus, Anslem dan Uliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Sugiyono, 2009,

Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Cetakan ke-6, Penerbit ALFABETA, Bandung Suryadinata, Ermaya .1997. Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan : pendekatan budaya, moral dan etika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Tjokroamidjojo,

Bintoro.

2002.

Reformasi

Nasional

Penyelenggaraan

Good

Governance dan Perwujudan Masyarakat Madani. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta Usman, Prof. Husaini dan Purnomo Setiyadi Akbar, 2008 Metodologi Penelitian Sosial. Edisi Kedua. PT Bumi Aksara. Jakarta. Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Graha Ilmu. Yogyakarta

Sumber Peraturan :

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Jurnal dan Modul: Darmaningtyas dan Siti Aminah. Kebijakan Transportasi Untuk Semua Warga. Jurnal Dialog Kebijakan Publik : Menyoal Aspek Transportasi dalam Kebijakan Publik Nasional. (2007) hlm. 15-28. Penerbit Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Dikun, Suyono. Perspektif Ekonimi Politik dari Pembangunan Transportasi Indonesia. Jurnal Dialog Kebijakan Publik : Menyoal Aspek Transportasi dalam Kebijakan Publik Nasional. (2007) hlm. 7-14. Penerbit Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Taufik, Ahmad. Modul Penelitian Sosial, Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP. Semarang. Tidak diterbitkan

Related Documents

Chapter I(1) Dikonversi
August 2019 14
I1
June 2020 17
I1
October 2019 25
I1
June 2020 20
Parcours I1
April 2020 10
Bab I1
April 2020 34

More Documents from ""

Chapter I(1) Dikonversi
August 2019 14
Glissant.pdf
April 2020 16
Drama Sby Jawa.docx
July 2020 6
24894-56870-1-sm (2).pdf
December 2019 37