LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS PUSKESMAS I WANGON FAKTOR RESIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 WANGON KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS
Preceptor Fakultas: dr. Dwi Arini Ernawati, MPH Preceptor Lapangan: dr. Tulus Budi Purwanto
Disusun oleh: J. Arinda. P Safina Firdaus
G4A016123 G4A017031
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS PUSKESMAS I WANGON FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 WANGON KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS
J. Arinda. P Safina Firdaus
Disusun oleh: G4A016123 G4A017031
Disusun untuk memenuhi syarat dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Telah dipresentasikan dan disetujui Tanggal, Juli 2018
Pembimbing Fakultas
Pembimbing Lapangan
dr. Dwi Arini Ernawati, MPH NIP. 197712152005012015
dr. Tulus Budi Purwanto NIP. 198203272009031006
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yag bergabung dengan PBB yang berkomitmen untuk mencapai SGDs (Sustainable Development Goals) yang terdiri dari 169 target guna meningkatan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua orang disegala usia. Pada tahun 2015 terdapat pencapaian dari MDGs (Millenium Development Goals) yang belum tuntas yaitu angka kematian bayi dan balita (Bappenas, 2016). ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, dan merupakan penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan setempat. Pada puskesmas terdapat 40%-60% kunjungan pasien, sedangkan di Rumah Sakit sebesar 15%-30% karena ISPA. ISPA memiliki hubungan erat dengan pneumonia, dimana ISPA yang berat dapat berlanjut menjadi pneumonia, hal ini sering terjadi pada balita terutama yang mengalami gizi kurang atau buruk, dan dikombinasi dengan lingkungan yang tidak higienis (Kemenkes RI, 2012; Mardjanis, 2010). Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Penyakit ini lebih banyak menyerang pada anak khususnya di bawah usia 5 tahun dan diperkirakan 1,1 juta kematian setiap tahun disebabkan Pneumonia. Diperkirakan 2 Balita meninggal setiap menit disebabkan oleh pneumonia. Pada tahun 2013 sekitar 940.000 anak meninggal akibat Pneumonia (15% dari semua kematian balita (WHO, 2013; UNICEF 2015). Di Indonesia, Pneumonia masih merupakan masalah besar mengingat angka kematian akibat penyakit ini masih tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) 2012, Angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita 40/ 1.000 kelahiran hidup, lebih dari ¾ kematian balita pada tahun pertama kehidupan, terbanyak saat neonatus. Hasil survey Sistem Registrasi Sampel (SRS) oleh Balitban gkes tahun 2014 proporsi kematian Pneumonia pada balita yaitu 9,4% (Kemenkes RI, 2015).
3
Salah satu upaya penurunan angka kesakitan dan kematian pneumonia pada balita ditentukan oleh keberhasilan penemuan sedini mungkin dan tatalaksana penumonia balita di sarana pelayanan kesehatan setempat. Kemenkes RI juga telah menyebarluaskan pedoman tatalaksana pneumonia pada balita sehingga daat mencegah timbulnya komplikasi dan kematian (Kemenkes RI, 2015). Puskesmas 1 Wangon merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas 1 Wangon secara administratif mencakup 7 desa dengan total penduduk 8.602.586 jiwa (data puskesmas tahun 2017). Selama tahun 2017 terdapat 169 kasus (27%) pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas 1 Wangon, sedangkan di tahun 2016 terdapat 2.2% kasus dari total balita. Tahun 2015 yaitu 6.2% kasus dari total balita. Intervensi komprehensif dalam rangka menekan angka kejadian pneumonia dapat dilakukan dengan melakukan community health analysis (CHA). Community health analysis merupakan proses mental yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mecari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. Proses ini yang terdiri dari langkah langkah berkesinambungan yang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan (Reed, 2000). Berdasarkan data sekunder Puskesmas 1 Wangon dilihat dari standar pelayanan minimal (SPM) tahun 2017 untuk indikator penemuan penderita pneumonia balita sebanyak 100% belum mencapai target SPM, yaitu 64.20%. Berdasarkan fakta bahwa kejadian pneumonia yang banyak dan beberapa pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis faktor risiko yang berpengaruh terhadap angka kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas I Wangon.
4
B. Tujuan 1. Tujuan umum Melakukan analisis kesehatan komunitas tentang faktor risiko kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas I Wangon, Banyumas. 2. Tujuan khusus a. Menentukan
faktor
risiko
yang paling berpengaruh
terhadap
peningkatan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas I Wangon, Banyumas. b. Mencari alternatif pemecahan masalah pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas I Wangon, Banyumas. c. Memberikan informasi mengenai faktor risiko pneumonia balita sebagai upaya promotif dan preventif terhadap komplikasi di wilayah kerja Puskesmas I Wangon, Banyumas. C. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Menambah ilmu dan pengetahuan di bidang kesehatan dalam mencegah kejadian pneumonia pada balita, terutama faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya pneumonia pada balita.
2.
Manfaat Praktis a.
Manfaat bagi masyarakat Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pneumonia pada balita, faktor risiko dan cara untuk mencegah terjadinya kejadian pneumonia pada balita.
b.
Manfaat bagi puskesmas Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah pneumonia pada balita sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
c.
Bagi mahasiswa Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Wangon, Banyumas.
5
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas Puskesmas adalah bagian terintegral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembagunan kesehatan. Puskesmas 1 Wangon beralamat di Jalan Raya Barat No 059 Wangon, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. 1. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang terdapat di Puskesmas I Wangon, diantaranya Puskesmas (1), Puskesmas Keliling (1), PKD (13), Posyandu (80), Rumah Bersalin (3), Balai Pengobatan (2), Klinik Pratama (2), Apotek (3) dan Praktik Dokter (8).
2.
Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas I Wangon adalah sebagai berikut: a.
Tenaga Dokter Puskesmas I Wangon memiliki 4 orang dokter umum (1 PNS, 3 Pegawai Non PNS BLUD). Rasio tenaga medis puskesmas terhadap penduduk sebesar 5,62 per 100.000 penduduk.
b.
Tenaga Dokter Gigi Puskesmas I Wangon memiliki 1 orang dokter gigi (Pegawai Non PNS BLUD).
c.
Tenaga Perawat Pada tahun 2017 jumlah perawat di Puskesmas I Wangon sebanyak 13 orang Perawat Umum (8 PNS dan 5 Non PNS BLUD), dan 2 orang perawat gigi (1 PNS dan 1 Non PNS BLUD).
d.
Tenaga Bidan Jumlah tenaga bidan di Puskesmas I Wangon sebanyak 20 orang, terdiri dari 18 orang PNS, 1 orang PTT dan 1 orang Pegawai Non PNS BLUD.
6
e.
Tenaga Kesehatan Masyarakat Puskesmas I Wangon memiliki 1 orang tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) pegawai Non PNS BLUD.
f.
Tenaga Kesehatan Lingkungan Tahun 2017 jumlah tenaga sanitarian di Puskesmas I Wangon sebanyak 2 orang PNS (1 S.ST-KL dan 1 D1 kesling).
g.
Tenaga Ahli Laboratorium Medik Tenaga teknisi medis di Puskesmas I Wangon sebanyak 1 orang analis laboratorium PNS.
h.
Tenaga Gizi Jumlah tenaga gizi di Puskesmas I Wangon sebanyak 2 orang nutrisionis, terdiri dari 1 orang PNS dan 1 Non PNS. Hal ini sesuai dengan standar Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan gizi klinik dan gizi masyarakat.
i.
Tenaga Kefarmasian Tenaga farmasi di Puskesmas I Wangon terdiri dari 1 orang apoteker (Non PNS) dan 1 assisten apoteker (PNS).
3. Sumber Daya Kesehatan Lainnya Berdasarkan data tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon terdapat 80 Posyandu. Adapun menurut strata posyandu adalah sebagai berikut: a. Posyandu Madya
: 19 atau sekitar 23,75 % dari seluruh
Posyandu. b. Posyandu Purnama : 60 atau sekitar 75%
dari seluruh
Posyandu. c. Posyandu Mandiri
: 1 atau 1,25% dari seluruh Posyandu.
Jumlah posyandu aktif di wilayah Puskesmas I Wangon adalah 76,25%, yang menunjukan sudah terpenuhinya target persentase Posyandu Aktif (Purnama dan Mandiri) pada tahun 2017 sebesar 40% dari jumlah Posyandu yang ada.
7
B. Deskripsi, Situasi, Kondisi, dan Wilayah Kerja Puskesmas 1. Keadaan Geografi Puskesmas I Wangon merupakan salah satu bagian dari wilayah kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 40 km2. Wilayah kerja Puskesmas I Wangon terdiri atas 7 desa, antara lain Wangon, Kelapa Gading, Randegan, Banteran, Pengadegan, Rawaheng dan Kelapa Gading Kulon, dengan desa yang memiliki wilayah paling luas adalah Randegan dengan luas 10,4 km2, dan yang tersempit adalah Banteran dengan luas 2,5 km2.
Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon
Batas Wilayah Puskesmas I Wangon:
Utara
: Wilayah Puskesmas II Wangon
Selatan
: Wilayah Kabupaten Cilacap
Timur
: Wilayah Puskesmas Jatilawang
Barat
: Wilayah Puskesmas Lumbir.
2. Keadaan Demografi a. Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon Tahun 2015-2017 dari data statistik Kecamatan Wangon, Pada Tahun 2017
8
jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Klapagading Kulon yaitu 14.643 jiwa, mengalami peningkatan dari Tahun 2015 yang berjumlah 11.755 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada Desa Rawaheng yaitu sebanyak 6.412 jiwa. b. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Tahun 2017 hampir mengalami kenaikan pada tahun sebelumnya. Desa Klapagading Kulon memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni 4.171 jiwa per km2 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesa 3.349 jiwa per km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat pada Desa Rawaheng sebesar 615 jiwa per km2 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni 595 jiwa per km2. c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tahun 2017 Desa Klapagading Kulon merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak di wilayah Puskesmas I Wangon dengan jumlah laki-laki 7.417 jiwa dan perempuan sebanyak 7.226 jiwa. Sedangkan Desa Rawaheng jumlah penduduk yang paling sedikit dengan jumlah laki-laki 3.281 jiwa dan perempuan 3.131 jiwa. d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Di Puskesmas I Wangon pada Tahun 2017 Kelompok usia 3539 tahun merupakan kategori dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar 3.245 jiwa laki-laki dan 2.975. C. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat Derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Wangon dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), dan status gizi masyarakatnya, yaitu sebagai berikut: 1. Mortalitas Kejadian kematian dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, sehingga dapat digunakan sebagai indikator dalam
penilaian
keberhasilan
pelayanan
kesehatan
dan
program
pembangunan kesehatan lain. Angka kematian pada umumnya dapat 9
dihitung dangan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi di Puskesmas I Wangon akan diuraikan dibawah ini: a. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian Bayi di Wilayah Puskesmas I Wangon Tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu 14 kasus, sedangkan pada tahun 2016 tercacat terdapat 20 kasus. b. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Tahun 2017 tidak ada atau 0% mengalami penurunan dari Tahun 2016 sebesar 96,52% atau 1 kasus. c. Angka kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKBA) Tahun 2017 sebesar 14 kasus mengalami penurunan jika dibandingkan Tahun 2016 yaitu 26. 2. Morbiditas a. Penyakit Malaria Selama tahun 2017 di Puskesmas I Wangon tidak dijumpai kasus malaria, hal ini sama dengan tahun lalu dimana juga tidak ada kasus malaria. b. Angka Kesembuhan TB paru Angka Kesembuhan (Cure Rate) Penderita TB Paru BTA (+) di Tahun 2017 mecapai 100% mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 46,5% pada Tahun 2016. c.
HIV dan AIDS Kasus HIV dan AIDS mengalami peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 2 kasus (HIV) dan 2 kasus (AIDS) setelah pada tahun sebelumnya Tahun 2016 1 kasus dan Tahun 2015 tidak ada kasus.
d. Acute Flacid Paralysis(AFP) Selama tahun 2017 tidak didapatkan kasus AFP di wilayah Puskesmas I Wangon.
10
d. Demam Berdarah Dengue (DBD) Jumlah Kasus DB sebanyak 15 kasus pada tahun 2015 meningkat menjadi 21 kasus pada Tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah kasus DB di wilayah kerja Puskemas I Wangon tidak ada. e. Diare Angka Kasus diare yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon mengalami peningkatan di tahun 2017 yaitu 65,2%, (873 kasus) sedangkan di Tahun 2016 yaitu sebesar 55% dan Tahun 2015 sebesar 16,2%. f. Pneumonia Balita Cakupan Penemuan Pneunomia dan Ditangani Selama tahun 2017 di Puskesmas I Wangon ditemukan sebanyak 27% (169 kasus) meningkat dari tahun 2016 yang mencakup 2,2% dan tahun 2015 yang mencakup 6.2%.
3. Status Gizi a. Angka Balita Bawah Garis Merah (BGM) Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon Tahun 2017 sebesar 0,6% (20 kasus) meningkat dari tahun sebelumnya di Tahun 2016 dan Tahun 2015 yaitu 0,2%. b. Angka Balita Gizi Buruk Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon Tahun 2017 sebesar 20 balita meningkat dari tahun sebelumnya di Tahun 2016 yaitu 4 balita dan Tahun 2015 yaitu 1 balita. c. Cakupan Asi Eksklusif Cakupan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon sebesar 33,1% (131 bayi) mengalami penurunan di Tahun 2017 setelah di tahun sebelumnya cakupnnya sebesar 46,8%, dan di Tahun 2015 sebesar 67,6%.
11
d. Angka kasus Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Angka Kasus BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, di Tahun 2017 angka kasusnya sebesar 8,3% (83 kasus) meningkat dari Tahun 2016 sebesar 6,6% dan Tahun 2015 sebesar 7%.
4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Seorang ibu memiliki peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh terhadap kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil Cakupan K1 di Tahun 2017 sebanyak 106,1% meningkat dari Tahun 2016 99,2% (1165 ibu hamil) dan Tahun 2015 sebesar 103,2%. Sedangkan Cakupan K2 di Tahun 2017 sebesar 96,6% meningkat dari Tahun 2016 sebesar 92,5% dan Tahun 2015 sebesar 92,7%. b. Persalinan yang di tolong oleh Tenaga Kesehatan (Nakes) Persalinan yang ditolong oleh nakes di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2017 sebesar 97,6% (1024 kasus) meningkat dari tahun 2016 sebesar 94,2% dan tahun 2015 sebesar 95,7%. c. Komplikasi Neonatal yang ditangani Persentase Persalinan komplikasi neonatal dan ditangani oleh nakes pada Tahun 2017 sudah mencapai 100% sama dengan tahun sebelumnya. d. Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Fe Pada tahun 2017 cakupan Ibu hamil yang mendapatkan Fe1 sebesar 106,1% (2226 ibu hamil) meningkat dari tahun 2016 (98,9%) dan tahun 2015 (103,08%), sedangkan cakupan Fe3 juga mengalami peningkatan, pada tahun 2017 sebesar 96,6% sedangkan tahun 2016 (94,4%) dan tahun 2015 (93,3%).
12
e. Pelayanan Keluarga Berencana Cakupan layanan KB di Tahun 2017, di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon PUS lebih banyak memilih menggunakan KB suntik yaitu 41%. Persentase peserta KB aktif di wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon di Tahun 2017 sebesar 76,4% (9897) turun dari tahun 2016 yang mencapai 79,4%. f. Pelayanan Imunisasi Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi berumur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk WUS/ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT). Cakupan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon pada tahun 2017 sebesar 93.08% meningkat dibandingkan Tahun 2016 yang persentasenya sebesar 90,7%. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2017 sebesar 93,08% (93,08617234 balita) belum sesuai dengan yang target cakupannya mencapai 100%. Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) sebanyak 7 desa sudah mencapai 100%.
5. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan a. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap Cakupan kunjungan rawat jalan di Puskesmas 1 Wangon tahun 2017 sebanyak 44.788 atau sekitar 62,96% dari jumlah penduduk. Sedangkan cakupan rawat inap pada tahun 2017 adalah sebanyak 1.492 atau sekitar 2,09%. b. Kemampuan Laboratorium Kesehatan Puskesmas 1 Wangon adalah Puskesmas Rawat Inap yang telah dilengkapi sarana laboratorium kesehatan sederhana. Hanya karena keterbatasan sumber daya sehingga pelayanan laboratorium hanya bisa diakses pada saat jam kerja.
13
6. Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1). Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar (2). Pemeliharaan dan Pengawasan kualitas lingkungan, (3). Pengendalian dampak risiko lingkungan (4). Pengembangan Wilayah Sehat. a. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi 1) Akses Sarana Air Bersih / Air Minum Salah satu parameter air bersih adalah parameter fisik yaitu jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna, suhunya sejuk tidak boleh panas, dan tidak menimbulkan endapan. Cakupan kelayakan air minum di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon mengalami peningkatan setiap tahunnya. Cakupan pada tahun 2017 sebesar 64 %, sedangkan tahun 2016 sebesar 63% dan tahun 2015 sebesar 62%. 2) Sarana Sanitasi Dasar Persentase warga yang sudah menggunakan jamban sehat pada Tahun 2017 sebesar 96,8% mengalami peningkatan dari Tahun 2016 yang mencapai 74,9 % dan 2015 (69,5%). b. Pengawasan dan Pemeliharaan Kualitas Lingkungan 1) Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Persentase keluarga ber-PHBS di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2017,
persentase
keluarga
ber-PHBS
yaitu
93,1%
turun
dibandingkan tahun 2016 (94,5%) dan tahun 2015 (97,9%). 2) Rumah Sehat Persentase Rumah Sehat di Tahun 2017 sebesar 81,9% mengalami kenaikkan dari Tahun 2016 (68,5%) dan tahun 2015 (56,9%).
14
7. Perbaikan Gizi Masyarakat a. Pemantauan Pertumbuhan Balita Persentase Balita yang datang dan ditimbang di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon mengalami peningkatan,
pada Tahun 2017
persentasenya sebesar 84% meningkat dari tahun 2016 yang mencapai 81,1% dan 2015 sebesar 81,94% b. Pelayanan Gizi 1) Pemberian Kapsul Vitamin A pada bayi dan balita Balita yang diberikan Vitamin A pada tahun 2017 mencapai 108,96% sama dengan tahun sebelumnya yang telah mencapai 100%. Standar Pelayanan Minimal untuk balita mendapat kapsul Vit. A sebanyak 2x sebesar 100%, dengan demikian cakupan balita yang mendapatkan kapsul Vit. A telah memenuhi target SPM. 2)
Ibu nifas mendapat Kapsul Vit. A Cakupan ibu nifas mendapat kapsul Vit. A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul Vit.A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode 40 hari setelah melahirkan. Didapatkan bahwa cakupan ibu nifas yang mendapat Vit.A pada tahun 2017 (97,61%) meningkat dibandingkan tahun 2016 (94,06%) dan tahun 2015 (95,6%).
15
III. IDENTIFIKASI PRIORITAS MASALAH
A. Daftar Permasalahan Kesehatan Kegiatan Kepaniteraan Ilmu Kesehatan (IKM) di wilayah kerja Puskesmas I Wangon mengidentifikasi permasalahan yang ada, salah satunya dengan melihat profil puskesmas tahun 2017 di Puskesmas I Wangon. Permasalahan teridentifikasi jika terdapat selisih antara target dan realisasi dari Standar Pelayanan Minimal (SPM). Tabel 3.1. Daftar 8 Permasalahan di Puskesmas 1 Wangon dilihat dari profil Puskesmas 2017 B. Penentuan Prioritas Masalah No
Penyakit
1
Gizi Buruk
2
Pneumonia Balita
3
Diare
4
Hamil usia > 35 tahun
5
Hamil usia < 20 tahun
6
Limbah Rumah Tangga
7
ASI Eksklusif rendah
8
PHBS rendah
9
Cakupan imunisasi kurang
10
BBLR
Penentuan prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas I Wangon menggunakan metode Hanlon. Penentuan prioritas dengan metode Hanlon dilakukan dengan menggunakan 4 kriteria, yaitu kriteria A (besarnya masalah), kriteria
B
(tingkat
keseriusan
masalah),
kriteria
C
(kemudahan
penanggulangan masalah), dan kriteria D yang menggunakan istilah PEARL faktor untuk menggambarkan dapat tidaknya program dilaksanakan (Symon, 2013).
16
Berikut adalah penjelasan dari kriteria dalam menentukan prioritas masalah dengan mengguakan metode Hanlon : 1. Kriteria A (Besarnya Masalah) Besarnya masalah dapat diartikan sebagai angka kejadian penyakit, yaitu ukuran besarnya populasi yang mengalami masalah tersebut. Angka kejadian yang besar diberikan skor yang besar pula (Symon, 2013). 2. Kriteria B (Tingkat Keseriusan Masalah) Keseriusan masalah dilihat dari 3 aspek, yaitu urgensi (urgency), keparahan (severity), dan ekonomi (cost). Untuk menilai keseriusan masalah, masing-masing aspek diberikan skor, aspek yang paling penting diberikan skor yang paling besar kemudian dihitung rata-rata skor dari 3 aspek. a. Urgensi
: Dinilai dari keperluan penyelesaian masalah secara segera
dan perhatian publik b. Keparahan : Dinilai dari kemungkinan mortalitas dan fatalitas suatu penyakit c. Ekonomi :
Dinilai
dari
besarnya
dampak
ekonomi
kepada
masyarakat. 3. Kriteria C ( Kemudahan Penanggulangan Masalah) Kriteria ini dinilai dari ketersediaan solusi
yang efektif
menyelesaikan masalah. Semakin tersedia solusi efektif diberikan skor yang semakin tinggi. 4. Kriteria D (PEARL) Dinilai berdasarkan jawaban ya dan tidak, jika ya diberikan skor 1 dan jika tidak diberikan skor 0. PEARL terdiri atas: a. P : Propiety
: Kesesuaian program dengan masalah
b. E : Economic
: Apakah secara ekonomi bermanfaat
c. A : Acceptability : Apakah bisa diterima masyarakat d. R : Resources
: Adakah sumber daya untuk menyelesaikan
masalah e. L : Legality
: Tidak bertentangan dengan aturan hukum yang
ada.
17
Adapun perincian masing–masing kriteria pada prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas I Wangon adalah sebagai berikut: 1. Kriteria A (Besarnya Masalah) Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari selisih antara target capaian program dengan realisasi program : a. 25% atau lebih
: 10
b. 10% - 24,9%
:8
c. 1% - 9,9 %
:6
d. 0,1% - 0,9%
:4
e. 0,01% - 0,09%
:2
f. < 0,01%
:0
Tabel 3.2. Hasil Kriteria A Hanlon Puskesmas I Wangon Masalah
Besarnya Masalah
Gizi Buruk
8
Pneumonia balita
8
Diare
9
Hamil usia > 35 tahun
7
Hamill usia < 20 tahun
7
Limbah rumah tangga
6
ASI Eksklusif rendah
9
PHBS rendah
8
Cakupan imunisasi kurang
6
BBLR
8
2. Kriteria B (Kegawatan Masalah) Tabel 3.3. Panduan Scoring Kriteria B Metode Hanlon Urgency Very Urgent Urgent Some urgency Little urgency No urgency
Severity Very severe Severe Moderate
Cost Very costly Costly Moderate cost
Score 10 8 6
Minimal
Minimal cost
4
None
No cost
2
18
Tabel 3.4. Hasil Kriteria B Hanlon Puskesmas I Wangon Masalah
Kegawatan
Urgensi
Biaya
Nilai
Gizi Buruk
10
10
10
10
Pneumonia
10
10
10
10
Diare
6
6
6
6
Hamil usia > 35 tahun
8
7
6
7
Hamil usia < 20 tahun
8
7
6
7
Limbah rumah tangga
2
4
2
2.7
ASI Eksklusif kurang
8
7
6
7
PHBS rendah
4
4
4
4
Cakupan Imunisasi rendah
6
4
8
6
BBLR
8
9
7
8
3. Kriteria C (Ketersediaa Solusi) Kriteria pemberian skor Kriteria C adalah sebagai berikut : a. Sangat efektif
: 10
b. Relatif efektif
:8
c. Efektif
:6
d. Efektif moderat
:4
e. Relatif inefektif
:2
f. Inefektif
:0
Tabel 3.5.Hasil Kriteria C Hanlon Puskesmas I Wangon Masalah
Penanggulangan Masalah
Gizi Buruk
7
Pneumonia
6
Diare
6
Hamil usia > 35 tahun
5
Hamil usia < 20 tahun
5
Limbah Rumah Tangga
4
ASI Eksklusif kurang
6
PHBS rendah
6
Cakupan imunisasi kurang
4
19
BBLR
6
4. Kriteria D (PEARL Faktor) Propriety
: Kesesuaian (1/0)
Economic
: Ekonomi murah (1/0)
Acceptability
: Dapat diterima (1/0)
Resourcesavailability
: Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality
: Legalitas terjamin (1/0)
Tabel 3.6. Kriteria D Metode Hanlon Puskesmas I Wangon Masalah Gizi buruk Pneumonia Diare Hamil usia > 35 tahun Hamil usia < 20 tahun Limbah rumah tangga ASI Eksklusif kurang PHBS rendah Cakupan imunisasi
P 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R 1 1 1 1 1 1 1 1 1
L 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Hasil 1 Perkalian 1 1 1 1 1 1 1 1
kurang BBLR
1
1
1
1
1
1
Untuk mengetahui hasil akhir prioritas masalah setelah komponen A, B, C, dan D diketahui, dilakukan perhitungan sebagai berikut : a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
20
Tabel 3.7. Hasil Penentuan Metode Hanlon D Masalah
A
B
NPD
C
NPT
Urutan prioritas
P E A R L Gizi buruk
8
10
7
1 1 1 1 1 126
126
1
Pneumonia balita
8
10
6
1 1 1 1 1 108
108
2
Diare
9
6
6
1 1 1 1 1
90
90
4
Hamil usia > 35 tahun
7
7
5
1 1 1 1 1
70
70
6
Hamil usia < 20 tahun
7
7
5
1 1 1 1 1
70
70
6
Limbah Rumah tangga
6
2.7
4
1 1 1 1 1 34.8
34.8
8
ASI Eksklusif kurang
9
7
6
1 1 1 1 1
96
96
3
PHBS rendah
8
4
6
1 1 1 1 1
72
72
5
Cakupan imunisasi kurang
6
6
4
1 1 1 1 1
48
48
7
BBLR
8
8
6
1 1 1 1 1 57.6
96
3
21
IV. KERANGKA KONSEP MASALAH
A. Pneumonia Pada Balita 1. Definisi Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang mengenai bagian parenkim paru. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi pada kapiler pembuluh darah didalam alveoli, pada pneumonia ada pus (nanah) yang mngisi alveoli sehingga ngehampat proses pertukaran oksigen. Pneumonia dapat terjadi pada anak-anak dan sering kali terjadi bersamaan dengan infeksi pada bronkus sehingga disebut pneumonia. Anak yang menderita pneumonia kemampuan paru untuk mengembang berkurang sehingga terjadi peningkatan frekuensi pernafasan, dan jika pneumonia semakin parah maka paru dapat menjadi kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam serta dapat menyebabkan kematian karena hipoksia atua sepsis (Depkes RI, 2015).
2. Etiologi Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu (Said, 2008): 1) Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak,terutama dalam sprectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan. 2) Status imunologis 3) Status lingkungan 4) Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara) 5) Status imunisasi 6) Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
22
Tabel 4.1 Klasifikasi Etiologi Pneumonia Usia
Etiologi
Lahir-20 hari
Bakteri : E.colli,Streptococcus grup B, Listeriamonocytogenes Virus : Respiratory Sincytial Virus (RSV).
3 minggu - 3 bulan
Bakteri : Clamydiatrachomatis, Streptococcus pneumoniae Virus : Adenovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV). Influenza, Parainfluenza 1, 2, 3
4 bulan-5 tahun
Bakteri : Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae Virus : Adenovirus, Rinovirus, Influenza, Parainfluenza
>5 tahun
Bakteri : Clamydia pneumoniae, pneumonia. Bordetella tuberculosis
Mycoplasma pertusis, M.
3. Epidemiologi Penyakit ini lebih banyak menyerang pada anak khususnya di bawah usia 5 tahun dan diperkirakan 1,1 juta kematian setiap tahun disebabkan Pneumonia. Diperkirakan 2 Balita meninggal setiap menit disebabkan oleh pneumonia. Pada tahun 2013 sekitar 940.000 anak meninggal akibat Pneumonia (15% dari semua kematian balita (WHO, 2013; UNICEF 2015). Di Indonesia, Pneumonia masih merupakan masalah besar mengingat angka kematian akibat penyakit ini masih tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) 2012, Angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita 40/ 1.000 kelahiran hidup, lebih dari ¾ kematian balita pada tahun pertama kehidupan, terbanyak saat neonatus. Hasil survey Sistem Registrasi Sampel (SRS)
23
oleh Balitban gkes tahun 2014 proporsi kematian Pneumonia pada balita yaitu 9,4% (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi Pneumonia semua umur sebesar 4.50% sedangkan Period Prevalence Pneumonia balita adalah 1.85%, menurun dibanding angka tahun 2007 (2.13%). Berdasarkan kelompok umur, Period Prevalence Pneumonia yang tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok umur berikutnya. Balita Pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima besar yang mempunyai insiden pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (3.85%), Aceh (3.56%), Kepulauan Bangka Belitung dan Sulawesi Barat (3.48%), Kalimantan Tengah (3.27%).
4. Klasifikasi Pneumonia pada balita diklasifikasikan berdasarkan MTBS-M (Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat) tahun 2015 menjadi : a.
Pneumonia Berat Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu dari gejala berikut, kepala terangguk-angguk, nafas cuping hidung, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, foto thoraks menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll). Serta dapat pula ditemukan tanda seperti napas cepat (Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit, Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit, Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit, Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit), Suara merintih (grunting) pada bayi muda, suara auskultasi patologis (Crackles (ronki), Suara pernapasan menurun, Suara pernapasan bronkial). Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai,
tidak
dapat
menyusu
atau
minum/makan,
atau
memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat.
24
b. Pneumonia (Pneumonia Ringan) Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat pada anak umur 2 bulan – 11 bulan ≥ 50 kali/menit, pada anak umur 1 tahun – 5 tahun ≥ 40 kali/menit. Untuk tatalaksananya anak di rawat jalan, beri antibiotik Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari. c. Batuk Bukan Pneumonia Ditemukan batuk, kesulitan bernafas namun tidak ditemukan tarikan dinding dada kedalam serta tidak ada nafas cepat. Terapi yang dapat diberikan seperti obat pelega batuk yang aman, rujuk jika batuk >14 hari, kunjungan ulang dalam 5 hari jika tidak ada perbaikan, obati wheezing jika ada.
25
5. Patomekanisme Bakteri Masuk ke saluran pernafasan Paru Edem pada bronkus
Mempermuda terjadinya poliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitar Kuman terakumulasi hingga alveoli Infeksi
Edem
Konsolidasi
Penurunan kapasitas paru
Sekresi mucus Akumulasi mucus di alveoli
Makrofag akan mengeluarkan pirogen dan endogen
Hipotalamus Ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi jaringan paru
Gangguan pertukaran gas
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan pengaturan suhu tubuh
Mempengaruhi saraf fagus
Mual muntah
Hipoksemia Gangguan nutrisi pada tubuh Lemas
26
6. Faktor Risiko Beberapa
faktor
meningkatkan
risiko
kejadian
dan
derajat
pneumonia, antara lain usia, defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER (gastroesophagealreflux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya (Pudjiadi et al., 2009). Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia pada balita, yaitu (WHO, 2016) a. Faktor Anak 1) Usia Anak yang berusia 0-24 bulan lebih rentan terkena pneumonia dibandingkan anak berusia >2 tahun karena imunitasnya bekym sempurna dan lubang pernafasan masih relatif sempit. Hasil surveilans pada tahun 1998/1999 juga menunjukkan bahwa proporsi pneumonia pada bayi 14.1 % lebih tinggi daripada pada balita. 2) Jenis Kelamin Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan perempuan. 3) Riwayat BBLR Bayi dengan berat badan <2500 gr memiliki kekbalan utbuh yang kurang baik, sehingga lebih berisiko terkena pneumonia 4) Pemberian ASI ASI mengandung nutrisi dan zat penting yang berguna meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Pada saat bayi, tubuh belum dapat memproduksi kekealannya sendiri, sehingga perlu diberikan ASI untuk terlindung dari penyakit. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang tidak diberikan asi cenderung lebih mudah terkena pnuemonia. 5) Status Gizi Kekurangan
gizi
dapat
menghambabt
pertumbuhan
dan
perkembangan anak jika tidak segera diatasi. Usia 0-24 bulan
27
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Studi WHO menunjukkan bahwa insidensi ISPB cenderung lebih tinggi pada anak dengan malnutrisi. Penelitian Efni, et al (2016) menjelaskan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia (p<0,05; 95%ci=1,034-80,089). Balita dengan status gizi kurang berisiko 9,1 kali menderita pneumonia dibandingkan dengan balita dengan status gizi baik 6) Status Imunisasi Pneumonia juga dapat dicegah dengan pmberiain vaksin campak dan pertusis. Pertusis erat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas bawah yang berat seperti penumonia, sehingga pemberian imunisasi DPT dapat mencegah pneumonia. 7) Defisiensi Vitamin A Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa balita yang tidak mendapat vitamin A dosis tinggi secara lengkap 4.1 kali lebih berisiko terkena pneumonia
b. Faktor Orang Tua 1) Pendidikan Ibu dan pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu berhubbungan dengan perilaku ibu memberikan makanan yang memadai dan bergizi pada anaknya serta perilaku ibu dala mmencari pengobatan. 2) Sosial Ekonomi Status ekonomi yang berhubungan dengan insidens pneumonia diukur dari besarnya rumah, banyaknya kamar, dan banyaknya orang yang menghuni tiap kamar. Masyarakat kurang mampu juga identik dengan ketidak mampuannya untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup, sheingga meningkatkan risiko terkena pnumonia. Selain itu sosial ekonomi yang kurang juga mempengaruhi upaya pencarian pengobatan.
28
c. Faktor Lingkungan Adapun
faktor
lingkungan
ikut
berpengaruh
terhadap
meningkatnya kejadian pneumonia, antara lain (WHO, 2016): 1) Polusi udara dalam ruangan yang diakibatkan pemanas atau alat masak dengan bahan bakar kayu 2) Tinggal di lingkungan padat penduduk 3) Paparan asap rokok 4) Terpapar asap obat nyamuk bakar Hasil penelitian Padmonobo et al., (2012) menyimpulkan bahwa balita yang terkena pneumonia menunjukkan tendensi lebih banyak tempat tinggal dirumah dengan kondisi fisik lebih buruk (jenis dinding, jenis lantai, luas ventilasi, pencahayaan alami, suhu kamar, kelembaban kamar, kepadatan hunian kamar, dan keberadaan sekat dapur) dibanding kelompok balita kontrol. Penelitian tersebut juga didapatkan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang mendominasi dengan kejadian pneumonia antara lain suhu kamar balita, jenis dinding rumah, ventilasi kamar tidur, dan kelembaban kamar. Faktor risiko terhadap kejadian kopneumonia dalam penelitian Paramitasari (2014) disebutkan bahwa luas ventilasi, kepadatan hunian, asap rokok, dan asap dapur (P<0,05) berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pati 1 Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Merokok mempengaruhi transport mukosilier, pertahanan humoral dan seluler, dan fungsi sel epitel dan meningkatkan perlekatan Streptococcuspneumoniae dan Haemophylus influenzae kepada epitel orofaring. Lebih dari itu merokok merupakan predisposisi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophylus influenzae, dan Legionella pneumophilla
7. Diagnosis Diagnosis
pneumonia
dilakukan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemriksaan penunjang. Pada pasien ini sering
29
mengalami batuk dengan sputum kuning kehijauan, demam serta menggigil, sulit bernapas, lemas dan
nafsu makan menurun. Pasien
merasa mual, mengalami diare, dan atau nyeri dada. Terdapat penurunan suara dasar paru atau adanya suara abnormal seperti ronki. Hasil uji darah dapat menunjukkan leukositosis karena infeksi akut. Foto polos toraks dan CT scan toraks akan memberikan gambaran pneumonia yaitu tampak infiltrat atau perselubungan. Kultur sputum dapat menunjukkan patogen penyebab pneumonia, seperti streptococcus pneumonia (ATS, 2016). Diagnosis pneumonia ditegakkan jika ditemukan pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah 3 dari 5 gejala sebagai berikut (Priyanti, 2000): 1) Batuk bertambah berat, dan sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada. 2) Perubahan karateristik dahak/purulent. 3) Suhu tubuh ≥37,5°C (oral) atau riwayat demam. 4) Pemeriksaan fisik: ada ronki atau konsolidasi atau napas bronkial. 5) Leukosititosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan) Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-hal sebagai berikut (Sectish, et all. 2014): 1) Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal,dan pernafasan cuping hidung. Tanda
objektif
yang
merefleksikan
adanya
distres
pernafasan adalah retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas
menyebabkan
retraksi
bagian-bagian
yang
mudah
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal
30
lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua. Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan nafasa tas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atasdengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi. 2) Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris. Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkangetaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasiakan berkurang. 3) Pada perkusi tidak terdapat kelainan 4) Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernadatinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yangmendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarangatau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya)
8. Penatalaksanaan a. Antibiotik Berikan antibiotik oral pilihan pertama amoksisilin dengan dosis 80 - 100 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Ini dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik
31
pilihan kedua eritromisin dengan dosis 40 – 60 mg/KgBB/hari dibagi 3 - 4 dosis. Anak-anak berusia 2 - < 60 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani dengan ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin sebagai pengobatan lini pertama. Ampisilin : 50 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan dan Gentamisin : 7,5 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan. Pada bayi berumur <2 bulan pemberian antibiotik oral merupakan tindakan pra- rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa minum. Jika bayi tidak bisa minum maka diberikan dengan injeksi intramuskular. Untuk terapi rawat inap, Anak-anak berusia 2 s.d. 59 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani dengan Ampisilin: 50 mg/kg BB/hr setiap 6 jam selama setidaknya lima hari, Gentamisin: 7,5 mg/kg IM/IV sekali sehari selama setidaknya lima hari. Berikan antibiotik intramuskular selama 3 hari. Untuk kelompok umur 2 bulan s.d 59 bulan beri Ampisilin ( 50mg/kgBB intramuskular/
intravena
setiap
6
jam)
dan
Gentamisin
(7.5mg/kgBB intramuskular/ intravena setiap 24 jam). Untuk kelompok umur <2 bulan Ampisilin intramuskular/intravena (100mg/kgBB / 2 4 jam diberikan tiap 12 jam dan Gentamisin (5mg/kgBB intramuskular/ intarvena dibagi dalam 2 dosis). Bila anak memberikan respon yang baik maka lanjutkan pemberian in jeksi selama 5 hari. Jika diantara waktu tersebut telah memungkinka nuntuk dirujuk, maka ahrus dirujuk segera. Jika sudah membaik terapi bisa dilanjutkan dirumah dengan amoksisilin oral (50mg/k g B B dibagi dalam 2 dosis) dan Gentamisin IM s ekali/hari selama 5 hari lagi untuk melengkapi keseluruhan pengobatan 10 hari.
b. Parasetamol
32
Diberikan jika suhu >38 atau usia <2 bulan. Berikut dosis yang disarankan oleh kemenkees RI, 2015 :
Gambar 4.2 Dosis Parasetamol untuk balita
c. Bronkodilator Dierikan jika ditemukan wheezing. Jika wheezing terjadi pada bayi <2 bulan maka harus dirujuk.
Bronkodilator yang dapat diberikan yaitu salbutamol, untuk cara pemebriaanya dapat dengan nebulasi, MDI (Metereddoseinhaler) dengan spacer atau jika tidak tersedia dapat diberikan suntikan epinefrin (adrenalin) secara subkutan. Saat keadaan sudah membaik dapat diberikan salbutamol oral dengan dosis tertera pada gambar berikut :
33
d. Oksigen Bayi <2 bulan dengan gangguan nafas berat dan bayi > 2 bulan dengan indikasi ditemukannya Sianosis sen tral, Penurunan kesadaran, tidak responsif, atau responsif hanya pada rangsang nyeri, Kepala terangguk-angguk atau mengerang, Telapak atau konjungtiva sangat pucat (anemia berat) dengan tarikan dinding dada bawah ke dalam atau frekuensi napas cepat, Koma akut atau kejang lebih dari 15 menit, Tidak bisa makan atau minum, Tarikan dinding dada ke dalam, Jika tersedia pulse oksimetri, saturasi oksigen < 90. Berikut adalah dosis laju oksigen tanpa humidifikasi,
34
35
e. Pengobatan Pra Rujuk Bayi muda (<2 bulan) dengan penyakit sangat berat harus ditangani dengan obat suntikan Ampisilin: 5 0 mg/kgBB IM diberikan hanya 1 kali suntikan dan Gentamisin: 7,5 mg/kgBB IM diberikan hanya 1 kali suntikan. Gula darah juga harus dijaga agar tidak turun dan dapat diberikan
36
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konseptual Faktor Anak - Jenis Kelamin - Status Gizi - Pemberian ASI - Riwayat BBLR - Imunisasi - Pemberian Vitamin A
Faktor Orang Tua - Pengetahuan Ibu - Sosial Ekonomi
Faktor Lingkungan
Pneumonia
- Paparan Asap - Rumah Sehat
37
D. Hipotesis Terdapat hubungan antara faktor risiko yang teridentifikasi dengan kejadian Pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon Kecamatan Wangon.
38
IV.
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan control design. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas I Kecamatan Wangon.
B. Ruang Lingkup Kerja Ruang lingkup kerja pada penelitian ini di wilayah cakupan kerja Puskesmas I Wangon.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Target Populasi target penelitian ini adalah seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon. 2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau penelitian ini balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon yang hadir pada kegiatan posyandu bulan Juli 2018. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probality sampling dengan teknik consecutive sampling. 4. Besar Sampel Balita yang terdiagnosis pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Wangon 1. populasi adalah sebagai berikut:
Keterangan: n : besar sampel
39
Zα
: kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 1%, hipotesis 2 arah,
sehingga Zα= 2,575 Zβ
: kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ=
0,84 P1
: proporsi faktor risiko terhadap kasus
P2 :proporsi faktor risiko terhadap kontrol berdasarkan pustaka 0,625 (Mulyana, et al., 2006). OR
: odds ratio = 9 dari penelitian sebelumnya (Mulyana, et
al., 2006). P1
:
Q1
: 1 P1 = 1-0,94 = 0,06
Q2
: 1 P2 = 1-0,625 = 0,375
P:
= 0,94
=0,7825
Q :1 P = 0,2175 n1=n2=
(2,575√2x0,7825x0,2175+0,84√0,94x0,06+0,625x0,375)2
=
(0,94−0,625)2
19,72 = 20 sampel
5. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Ibu
balita
yang bersedia
menjadi
subjek
penelitian
dengan
menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian setelah membaca informed consent. 6. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tidak kooperatif dalam melakukan tahapan pengambilan data.
40
D. Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat
: Pneumonia
2. Variabel Bebas
:
a. Faktor Anak b. Faktor Orang Tua c. Faktor Lingkungan
E. Definisi Operasional Tabel 5.1. Definisi Operasional
VARIABEL Variabel Terikat Pneumonia
DEFINISI OPERASIONAL
Balita yang terdiagnosis peumonia oleh dokter puskesmas
ALAT UKUR
SKALA
Rekam Medik
Nominal
Buku KMS
Nominal
Kategori : Ya Tidak
Varibel Bebas 1. Faktor Anak a. Status gizi anak (Mokogintaet al., 2014) b. BBLR
Status gizi balita dilihat dari buku KMS Kategori : Status Gizi Baik Status Gizi Buruk Bayi lahir cukup bulan dengan berat badan lahir dibawah 2500 dan di atas 1500 gram.
Kuesioner
Nominal
Kategori : Ya Tidak
c. Suplementasi vitamin A (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2009)
Riwayat pemberian vitamin A pada tahun 2016 pada balita responden.
Kuesioner
Nominal
Kategori : Suplementasi vitamin A baik : a. Anak usia 0 – 11 bulan : satu kali (Februari atau Agustus) b. Anak usia 12 – 59 bulan : dua kali (Februari dan Agustus) Suplementasi vitamin A tidak baik : a. Anak usia 0 – 11 bulan : tidak pernah b. Anak usia 12 – 59 bulan : < 2 kali
41
Imunisasi yang telah dilakukan oleh balita di tempat pelayana kesehatan
d. Imunisasi
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Nominal
banyak
Kuesioner
Nominal
Kondisi tempat tinggal responden meliputi komponen ventilasi rumah, kondisi lantai (kotor, berdebu, bersih), jenis lantai (tanah, bukan tanah), suhu dan kelembaban kamar balita, kepadatan hunian, bahan bakar masak dinilai secara observasional. Skor yang didapatkan adalah nilai total pada masingmasing kategori yang dikalikan dengan bobot pada masing-masing kategori dan dijumlahkan dengan kategori lainnya.
Kuesioner Rumah Sehat
Kategori : Imunisasi Lengkap Imunisasi Tidak Lengkap
e. Pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama 6 bulan terhitung sejak lahir tanpa pemberian susu formula dan pendamping makanan tambahan. Kategori : ASI eksklusif Tidak ASI eksklusif
f. Jenis Kelamin
Jenis kelamin balita Kategori Laki-Laki Perempuan
2. Faktor Orang Tua a. Pengetahuan Ibu tentang pneumonia
Pengetahuan ibu berkaitan dengan perilaku ibu dalam penularan dan pencegahan pneumonia Kategori : Pengetahuan Ibu baik : skor 6-11 Pengetahuan Ibu buruk : skor 0-5
b. Sosial Ekonomi
Keadaan rumah seperti kamar dan pekerjaan Kategori Baik Kurang
3. Faktor Lingkungan a. Kondisi rumah
Nominal
Kategori : Baik : memenuhi kriteria rumah sehat terpenuhi
42
Tidak Baik:Tidak memenuhi kriteria rumah sehat Balita terpapar asap rokok dan atau terpapar asap dari obat nyamuk bakar
b. Paparan Asap
Kuesioner
Nominal
Kategori : Ya : Terpapar asap Tidak : Tidak terpapar asap
F. Instrumen Pengambilan Data Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data dengan menggunakan kuesioner.
G. Rencana Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis data yang digunakan : 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran dari setiap variabel yang diukur dalam penelitian, meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk semua variabel yang diteliti. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang diduga berhubungan dengan menggunakan uji Chi-Square sehingga menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas yang berskala kategorik (nominal/ordinal). 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat digunakan untuk mencari hubungan antar masing-masing faktor dengan variabel terikat. Uji yang digunakan ialah regresi linier.
H. Tata Urutan Kerja 1.
Tahap persiapan a.
Studi pendahuluan di Puskesmas I Wangon.
43
2.
b.
Analisis situasi.
c.
Identifikasi dan analisis penyebab masalah.
Tahap pelaksanaan a.
Mencatat dan menentukan nama responden.
b.
Pengambilan data primer.
c.
Tahap pengolahan dan analisis data.
d.
Menyusun alternatif pemecahan masalah sesuai hasil pengolahan data.
e.
Melakukan pemecahan masalah.
f.
Menyusun laporan CHA.
I. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada: Tanggal
: 2-3 Juli 2018
Tempat
: Posyandu di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon
44
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1.
Gambaran Umum Waktu dan Lokasi Penelitiaan Pengambilan data penelitian dilakukan selama dua hari pada Senin dan Selasa, 2 dan 3 Juli 2018 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon di mana jumlah sampel minimal yang diperlukan berdasarkan rumus perhitungan adalah sebesar 20 sampel untuk masing-masing kelompok. Pengambilan data penelitian bertempat di posyandu yang sedang dilaksanakan. Total sebanyak 40 responden ikut dalam penelitian ini.
2.
Analisis Univariat Tabel 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Pneumonia
Jenis Kelamin
Status Gizi Pemberian Vitamin A Imunisasi Paparan Asap Rumah Sehat Riwayat BBLR Pengetahuan Ibu Asi Eksklusif
Frekuensi
Persentase (%)
Penumonia
20
50
Bukan Pneumonia
20
50
Laki-Laki
23
57,5
Perempuan
17
42,5
Baik
23
57,5
Kurang
17
42,5
Ya
37
92,5
Tidak
3
7,5
Lengkap
32
80
Tidak Lengkap
8
20
Ya
28
70
Tidak
12
30
Ya
18
45
Tidak
22
55
Ya
28
65
Tidak
12
35
Baik
17
42,5
Kurang
23
57,5
Ya
32
80
45
Status Ekonomi
Tidak
8
20
Baik
24
60
Kurang
16
40
Hasil analisis univariat dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan 6.2 yang mendeskripsikan karekteristik sampel yang menjadi sampel pada penelitian ini. Berdasarkan Tabel 6.1, didapatkah hasil bahwa mayoritas responden pada penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki di mana jumlahnya sebanyak 23 responden (67,5%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan hanya ada 17 responden (42,5%). Kemudian, dari Tabel 6.1 juga dapat dilihat bahwa sampel yang dengan status gizi baik pada penelitian ini 23 responden (57,5%), sedangkan dengan status gizi kurang ada 17 responden (42,5%)., Dari karakteristik pemerian vitamin A, yang dibedakan berdasarkan ya atau tidak, didapatkan hasil sebanyak 37 responden (92,5%), yang diberikan vitamin A dan yang diberikan vitamin A terdapat sebanyak 3 responden (7,5%). Sebanyak 32 sampel (80%) berdasarkan Tabel 6.1 memiliki riwayat imunisasi lengkap, sedangkan sisanya sebanyak 8 sampel tidak memiliki riwayat imunisasi lengkap (20%). Karakteristik paparan asap rokok menunjukkan bahwa balita yang terpapar dengan asap sebanyak 28 sampel (70%) sedangkan yang tidak terpapar sebanyak 12 sampel (30%). Karakteristik rumah sehat dilihat dari Tabel 6.1 menunjukan bahwa keadaan rumah sehat terdapat 18 rumah (45%), sisanya sebanyak 22 rumah (55%). Sebanyak 28 sampel (65%) berdasarkan Tabel 6.1 memiliki riwayat BBLR, sedangkan sisanya sebanyak 32 sampel tidak memiliki riwayat BBLR (35%). Responden yang memiliki pengetahuan ibu tentang penumonia yang baik sebanyak 17 responden (42,5%) sedangkan terdapat 23 responden (57,5%) yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang penumonia.
46
Dari karakteristik pembagian asi eksklusif, yang dibedakan berdasarkan ya atau tidak, didapatkan hasil sebanyak 32 responden (80%), yang diberikan vitamin A dan yang diberikan vitamin A terdapat sebanyak 8 responden (20%). Karakteristik terakhir, status ekonomi, berdasarkan Tabel 6.1, sebanyak 24 responden (60%), memiliki status ekonomi yang baik dan sisanya sebanyak 16 responden (40%) memiliki status ekonomi yang kurang. Tabel 6.2 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian Pneumonia Ya
Tidak
N
%
N
%
Laki-laki
12
60
11
55
Perempuan
8
40
9
45
Baik
7
35
16
80
Kurang
13
65
4
20
Ya
20
100
17
85
Tidak
0
0
3
15
Lengkap
18
90
14
70
Tidak
2
10
6
30
Ya
5
25
7
35
Tidak
15
75
13
65
Ya
6
30
12
60
Tidak
14
70
8
40
Ya
9
45
17
85
Tidak
11
55
3
15
Pengetahuan Ibu
Baik
4
20
13
65
Kurang
16
80
7
35
Asi Eksklusif
Ya
17
85
15
75
Tidak
3
15
5
25
Baik
9
45
15
75
Kurang
11
55
5
25
Jenis Kelamin Status Gizi Pemberian Vitamin A Imunisasi Paparan Asap Rumah Sehat Riwayat BBLR
Status Ekonomi
47
Berdasarkan
Tabel
6.2,
terkait
karakteristik
jenis
kelamin,
didapatkan 12 responden (60%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 6 responden (40%) yang berjenis kelamin perempuan yang mengidap pneumonia. Kemudian, sebanyak 11 responden (55%) berjenis kelamin laki-laki dan 9 responden (45%) berjenis kelamin perempuan diketahui tidak mengidap pneumonia. Berdasarkan karakteristik status gizi, didapatkan 7 responden (35%) yang memiliki status gizi baik dan 13 responden (65%) yang memiliki status gizi kurang pada responden yang mengidap pneumonia. Pada responden yang tidak mengidap pneumonia, terdapat 16 responden (80%) yang memiliki status gizi baik dan 4 responden (20%) yang tidak mengidap pneumonia. Pemberian vitamin A dilakukan oleh 20 responden (100%) yang mengidap pneumonia, sedangkan yang tidak mengidap pneumonia pemberian vitamin A dilakukan oleh 17 responden (85%) dan tidak dilakukan pemberian vitamin A 3 responden (15%). Responden dengan imunisasi lengkap terdapat 18 responden (90%) dan yang tidak lengkap 2 responden pada responden mengidap pneumonia, sedangkan responden yang tidak mengidap pneumonia didapatkan 14 responden imunisasi lengkap (70%) dan imunisasi tidak lengkap 6 responden (30%). Pencemaran
paparan
asap
pada
responden
yang mengidap
pneumonia didapatkan 5 responden (25%) yang tercemar dan 15 responden (75%) yang tidak teercemar paparan asap. Sedangkan pada responden yang tidak megidap pneumonia didapatkan 7 responden (35%) tercemar dan 13 responden (65%) yang tidak tercemar paparan asap. Responden yang memiliki rumah sehat terdapat 6 responden (30%) dan rumah tidak sehat 14 responden (70%) pada semua responden yang mengidap pneumonia. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap pneumonia diperoleh 12 responden (60%) memiliki rumah sehat dan 8 responden (40%) tidak memiliki kriteria sehat.
48
Responden yang memiliki riwayat BBLR terdapat 9 responden (45%) dan tidak memiliki riwayat BBLR 11 responden (75%) pada responden yang mengidap pneumonia. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap pneumonia diperoleh 17 responden (85%) memiliki riwayat BBLR dan 3 responden (15%) tidak memiliki riwayat BBLR. Berdasarkan pengetahuan Ibu mengenai penyakit pneumonia didapatkan 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan yang baik dan 16 responden (80%) yang masih memiliki pengetahuan kurang pada responden yang memiliki balita pneumonia. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap pneumonia didapatkan 13 responden (65%) memiliki pengetahuan baik dan 7 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai penyakit pneumonia. Dari pemberian ASI eksklusif yang baik didapatkan 17 responden (85%) dan 3 responden (15%) pemberian ASI eksklusif yang kurang pada responden yang mengidap pneumonia. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap pneumonia terdapat 15 responden (75%) pemberian ASI eksklusif yang baik dan 5 responden (25%) mendapatkan pemberian ASI eksklusif yang kurang. Berdasarkan status ekonomi pada responden yang mengidap pneumonia didapatkan 9 responden (45%) status ekonomi baik dan 11 responden (55%) status ekonomi kurang. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap pneumonia terdapat 15 responden (75%) status ekonomi baik dan 5 responden (25%) status ekonomi yang masih kurang.
49
3.
Analisis Bivariat Tabel 6.2 Hasil Analisis Bivariat Pneumonia Ya
Jenis Kelamin Status Gizi
N
%
n
%
Laki-laki
12
60
11
55
Perempua n
8
40
9
45
Baik
7
35
16
80
Kurang
13
65
4
20
20
10 0
17
85
0
0
3
15
Lengkap
18
90
14
70
Tidak
2
10
6
30
Paparan Asap
Ya
5
25
7
35
Tidak
15
75
13
65
Rumah Sehat
Ya
6
30
12
Riwayat BBLR
Tidak
14
70
Ya
9
Pengetah uan Ibu
Tidak
Asi Eksklusif
Status Ekonomi
Nilai p
OR
IK 95% Min
Maks
0,749
0,815
0,232
2,860
0,004
7,429
1,778
31,040
0,072
0,459
0,324
0,652
0,114
0,259
0,045
1,486
0,490
1,615
0,412
6,338
60
0,057
3,5
0,945
12,966
8
40
0,008
6,926
1,529
31,377
45
17
85
11
55
3
15
0,004
7,429
1,778
31,040
Baik
4
20
13
65
Kurang
16
80
7
35
0,429
0,529
0,108
2,598
Ya
17
85
15
75
Tidak
3
15
5
25
Baik
9
45
15
75
0,053
3,667
0,958
14,028
Kurang
11
55
5
25
Ya Pemberia n Vitamin Tidak A Imunisasi
Tidak
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian adalah Uji Chisquare untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan Tabel 6.2, dari 10 variabel yang diteliti ada 3 variabel yang memiliki hasil yang bermakna (bermakna jika nilai p < 0,05). Variabel yang bermakna berdasarkan analisis data adalah 50
dimaksud adalah status gizi (nilai p = 0,004), Riwayat BBLR (nilai p = 0,008), serta faktor pengetahuan ibu (nilai p = 0,004). Variabel lainnya, tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap factor resiko pneumonia dikarenakan memiliki nilai p > 0,05.
4.
Analisis Multivariat Tabel 6.3 Hasil Analisis Multivariat Koefisien
S.E.
Wald
Df
Nilai p
OR
IK 95% Min
Maks
Pengetahuan Ibu
1,768
0,847
4,361
1
0,037
5,862
1,115
30,826
Status Gizi
1,705
0,892
3,651
1
0,056
0,503
0,957
31,637
Riwayat BBLR
0,608
0,977
0,388
1
0,534
1,837
0,271
12,457
Pemberian Vitamin A
-20,690
21668,693
0,000
1
0,999
0,000
0,000
-
Imunisasi
-0,570
1,270
0,223
1
0,637
0,565
0,053
6,027
Rumah Sehat
-0,279
1,004
0,077
1
0,781
0,757
0,106
5,413
Status Ekonomi
1,699
0,996
2,913
1
0,088
5,469
0,777
38,496
Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi logistik di mana variabel terikatnya berupa variabel kategorik. Berdasarkan hasil analisis bivariate dari 7 variabel, pengetahuan ibu, status gizi , riwayat BBLR, p emberian vitamin A, imunisasi, rumah sehat, dan status ekonomi merupakan variabel yang memilikinilai p <0,25 sehingga dapat dilanjutkan kedala analisis multivariat. Hasil uji regresi logistik pada penelitiaan ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh diantara variabel lainnya terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon dengan nilai p = 0,037 dan OR = 5,862. B. Pembahasan Dari hasil analisis multivariat, bahwa pengetahuan Ibu menjadi faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon. Berdasarkan Uji regresi logistic yang
51
terlebih dahulu dilakukan analisis bivariate bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh diantara variable lainnya yang memiliki nilai p = 0,037 dan mempunyai OR = 5,862 yang artinya faktor resiko kejadian pneumonia pada balita yang Ibunya memiliki pengetahuan yang kurang 5,862 kali lebih besar dibandingkan Ibu balita yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap pneumonia. Berdasarkan
pengetahuan
Ibu
mengenai
penyakit
pneumonia
didapatkan 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan yang baik dan 16 responden (80%) yang masih memiliki pengetahuan kurang pada responden yang memiliki balita pneumonia. Sedangkan pada responden yang tidak mengidap pneumonia didapatkan 13 responden (65%) memiliki pengetahuan baik dan 7 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai penyakit pneumonia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah, et al. (2014) yang menemukan bahwa tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian pneumonia dengan nilai p = 0,036. Dalam hubungannya pengetahuan ibu dengan pencegahan penyakit pneumonia pada balita diketahui dalam penelitian ilmiah Rahim, (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang penyakit pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2013.
52
VII.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon adalah faktor pengetahuan ibu yang rendah tentang pneumonia, status gizi yang kurang serta riwayat BBLR. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor pengetahuan tentang pneumonia merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia yang terjadi pada anak balita dimana balita yang memiliki ibu dengan faktor pengetahuan yang lebih baik memiliki risiko lebih rendah mengalami pneumonia sedangkan balita yang memiliki ibu dengan faktor pengetahuan yang lebih buruk tentang pneumonia memiliki risiko lebih tinggi mengalami pneumonia. Dari faktor risiko tersebut dapat dibuat beberapa alternatif pemecahan masalah kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon sebagai berikut : 1. Penyuluhan tentang pneumonia terutama penyebab pneumonia, cara pencegahannya, dan cara penularannya. Penyuluhan diberikan dengan cara diskusi interaktif melalui media leaflet dan diadakan pre dan post test berkaitan dengan pneumonia. 2. Pemasangan poster tentang pneumonia di Puskesmas 1 Wangon. 3. Edukasi pada kader posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
B. Penentuan Alternatif Terpilih Adanya berbagai keterbatasan meliputi sarana, tenaga, dana, dan waktu membuat perlunya dilakukan pemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah. Metode Rinke merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam memilih prioritas pemecahan masalah. Metode tersebut menggunakan dua kriteria, yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar. Kriteria efektifitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah yang dapat diatasi (magnitude), kelanggengan selesainya masalah
53
(importancy), dan kecepatan penyelesaian masalah (vulnerability). Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya (cost) yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Penentuan skoring kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 7.1. Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar Skor
M (besarnya masalah yang dapat diatasi)
I (kelanggengan selesainya masalah)
1
Sangat kecil
2 3 4 5
Kecil Cukup besar Besar Sangat besar
Sangat tidak langgeng Tidak langgeng Cukup langgeng Langgeng Sangat langgeng
V (kecepatan penyelesaian masalah)
Sangat lambat Lambat Cukup cepat Cepat Sangat cepat
C (jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah) Sangat murah Murah Cukup murah Mahal Sangat mahal
Prioritas pemecahan masalah kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon dengan menggunakan metode Rinke adalah sebagai berikut: Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Rinke No 1
2
3
Daftar Alternatif Jalan Keluar
Efisiensi (C)
M.I.V C
2
18
Urutan Prioritas Masalah 1
3
4
4,5
3
2
2
9
2
Efektivitas
M I Penyuluhan tentang 4 3 pneumonia. Penyuluhan diberikan dengan cara diskusi interaktif melalui media leaflet dan diadakan pre dan post test berkaitan dengan pneumonia. Pemasangan poster 2 3 tentang pneumonia di Puskesmas 1 Wangon. Edukasi pada kader 3 3 posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
V 3
54
VIII. RENCANA KEGIATAN
A. Latar Belakang Penyakit pneumonia secara global termasuk kedalam 4 penyakit mayor yang menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun, selain pneumonia yaitu diare, komplikasi kelahiran preterm, dan asfiksia. Sebanyak 1,3-1,6 juta kematian tiap tahunnya akibat pneumonia dan sebanyak 18% yaitu anak dibawah usia 5 tahun. Angka kematian pneumonia lebih dari 99% terjadi pada negara dengan tingkat pendapatan rendah sampai sedang. Puskesmas 1 Wangon merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas 1 Wangon secara administratif mencakup 7 desa dengan total penduduk 8.602.586 jiwa (data puskesmas tahun 2017). Selama tahun 2017 terdapat 169 kasus (27%) pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas 1 Wangon, sedangkan di tahun 2016 terdapat 2.2% kasus dari total balita. Tahun 2015 yaitu 6.2% kasus dari total balita. Berdasarkan data sekunder Puskesmas 1 Wangon dilihat dari standar pelayanan minimal (SPM) tahun 2017 untuk indikator penemuan penderita pneumonia balita sebanyak 100% belum mencapai target SPM, yaitu 64.20%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang penumonia yang rendah merupakan faktor utama penyebab meningkatnya angka kejadian kasus. Pengetahuan tentang pneumonia sangatlah diperlukan untuk membiasakan ibu waspada terhadap gejala-gejala pneumonia, serta bagaimana cara-cara penularannya. Penuluhan disertai pembagian leaflet mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang pneumonia. Setelah diberi leaflet tentang pneumonia, diharapkan ibu dapat menjaga anggota keluarganya terutama balita supaya tidak tertular pneumonia.
55
B. Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pneumonia. 2. Meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pengertian, penyebab, dan mengenali tanda-tanda pneumonia 3. Meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang cara pencegahan pneumonia 4. Menekan angka kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
C. Bentuk Kegiatan Penyuluhan tentang pneumonia terutama peningkatan pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pneumonia. Penyuluhan diberikan dengan cara diskusi interaktif melalui media leaflet dan diadakan pre dan post test berkaitan dengan pneumonia.
D. Sasaran Ibu yang memiliki balita di desa Wangon yang datang ke posyandu pada tanggal 10 Juli 2018.
E. Pelaksanaan 1. Personil a. Kepala Puskesmas : dr. Tulus Budi Purwanto b. Bidan Desa Kuntili : Bidan b. Pelaksana
: Jehan Arinda P Safina Firdaus
2. Waktu dan Tempat a. Hari
: Selasa
b. Tanggal
: 10 Juli 2018
c. Tempat
: Balai Posyandu Desa Wangon
d. Waktu
: 09.00 WIB – selesai
56
F. Rencana Anggaran Pencetakan leaflet
: 50 x Rp 1.000
Total
= Rp 50.000 = Rp 50.000
G. Rencana Evaluasi Kegiatan 1. Input a. Sasaran Sasarannya adalah Ibu yang memiliki balita yang datang ke Balai Posyandu Desa Wangon hari Selasa, 10 Juli 2018. b. Sumber Daya Pelaksana sekaligus pembuat leaflet dan percetakan leaflet. 2. Proses a. Keberlangsungan kegiatan Evaluasi
keberlangsungan
kegiatan
meliputi
tersedianya
leaflet,
pelaksana, serta antusiasme ibu yang memiliki balita yang dinilai dari ketertarikannya menerima leaflet, edukasi, keaktifannya dalam bertanya saat diberikan edukasi, serta terdapat peningkatan pengetahuan setelah dilakukan edukasi. Materi disampaikan dalam bentuk leaflet yang meliputi definisi, etiologi, gambaran klinis, kelompok yang berisiko, dan cara pencegahan pneumonia. b. Jadwal pelaksanaan kegiatan Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dinilai dari ketepatan tanggal, waktu, serta alokasi waktu pada saat berlangsungnya kegiatan. Kegiatan direncanakan berlangsung pada hari Selasa, 10 Juli 2018 pukul 09.00 WIB di Balai Posyandu Desa Wangon. Adapun alokasi waktu serta rincian kegiatan yang akan dilakukan dicantumkan dalam Tabel 8.1
57
Tabel 8.1 Jadwal Kegiatan Jam 09.00-09.30 09.30-09.35
Alokasi 30 menit 5 menit
09.35-09.45 09.45-10.15
10 menit 30 menit
10.15-10.25
10 menit
Kegiatan Persiapan pelaksana Pembagian pertanyaan tentang pneumonia sebagai pre test. Waktu untuk menjawab pertanyaan. Pembagian leaflet+penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita Post test
3. Output Seratus persen ibu yang menerima leaflet dapat menjawab pertanyaan post test yang diajukan pelaksana setelah membagikan leaflet dan edukasi.
58
IX. PELAKSANAAN DAN EVALUASI PROGRAM
A. Pelaksanaan 1.
Pelaksanaan Kegiatan Penyulahan yang dilakukan diharapkan dapat mengatasi masalahmasalah yang berhubungan dengan pneumonia pada balita terkait pengetahuan ibu yang menjadi faktor risiko utama terhadap kejadian pneumonia pada balita di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Pelaksanaan kegiatan penyuluan dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu: a.
Tahap Persiapan 1) Perizinan Perizinan diajukan dalam bentuk lisan kepada Kepala Puskesmas I Wangon, bidan desa, serta kader posyandu RW 10 Desa Wangon. 2) Materi Materi yang disiapkan adalah materi penyuluhan berupa materi mengenai pengetahuan pneumonia seperti definisi, faktor resiko, penyebab, gejala klinis serta pencegahannya. 3) Sarana Sarana yang digunakan yaitu media leaflet.
b.
Tahap Pelaksanaan 1) Judul Kegiatan “Cara Mencegah Terjadinya Penumonia pada Balita Dengan Cara Preventif Melalui Peningkatan Pengetahuan Ibu” 2) Waktu Penyuluhan dilaksanakan Selasa, 10 Juli 2018 pada Pukul 09.00 s.d. 09.30 WIB. 3) Tempat Balai Posyandu RW 10 Desa Wangon Kecamatan Wangon 4) Penanggung Jawab a) dr. Dwi Arini Ernawati, M.PH selaku Pembimbing Fakultas
59
b) dr. Tulus Budi Purwanto selaku Kepala Puskesmas I Wangon sekaligus Pembimbing Lapangan 5) Pelaksana a) J Arinda P b) Safina Firdaus 6) Peserta Ibu-ibu beserta balita di Posyandu RW 10 7) Penyampaian Materi Penyuluhan
materi
pengetahuan
tentang
penumonia
diberikan pada warga Desa Wangon yang hadir di Posyandu RW 10 Desa Wangon B. Evaluasi Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu: 1.
Evaluasi Formatif Evaluasi formatif merupakan evaluasi sumber daya yang meliputi evaluasi 5M, yaitu man, money, methode, material, dan machine terhadap masalah. Berikut rinciannya: a. Man
: Narasumber memiliki materi penyuluhan berupa cukup komprehensif dengan menjabarkannya menggunakan leaflet sehingga peserta penyuluhan dapat menerima materi dengan baik.
b. Money
: Sumber pembiayaan yang digunakan cukup untuk menunjang terlaksananya kegiatan. Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah Rp 50.000.
c. Method
: Metode penyuluhan dilakukan secara interaktif, dengan harapan peserta dapat aktif bertanya tentang materi yang diberikan. Target acara ini adalah peserta paham dengan materi yang diberikan serta dapat menerapkan ke kehidupan sehari-hari.
d. Material
: Materi penyuluhan yang diberikan mencakup gizi buruk, definisi gizi seimbang , penyebab, faktor-faktor
60
risiko, serta pencegahan penyakit infeksi. Media yang digunakan hanya berupa leaflet karena tidak tersedia proyektor maupun microphone sehingga terkadang peserta sempat kurang fokus. e. Machine
: Kegiatan penyuluhan dilakukan di Posyandu RW 10 dengan jumlah peserta yang datang ± 20 orang.
2.
Evaluasi Promotif a.
Sasaran Semua warga di RW 10 Desa Wangon, Kecamatan Wangon yang datang ke acara Posyandu RW 10 sejumlah ± 40 orang., target tersebut sudah tercapai sesuai harapan karena kegiatan posyandy sudah berjalan rutin dan berkat adanya promosi dari bidan desa dan kader kesehatan RW 10.
b.
Waktu Penyuluhan dilakukan pada Selasa, 10 Juli 2018 pada Pukul 09.00 s.d. selesai WIB.
c.
Tempat Tempat penyuluhan dilakukan di Balai Posyandu RW 10 Desa Wangon.
d.
Kegiatan Kegiatan dimulai dengan pembukaan, sambutan-sambutan, dan dilanjutkan dengan penyuluhan. Materi penyuluhan yang diberikan berupa pemahaman tentang gizi seimbang dan penyakit infeksi.
3.
Evaluasi Sumatif Peserta penyuluhan tidak hanya aktif dalam memperhatikan materi penyuluhan, namun juga aktif dalam bertanya sehingga tercipta suasana diskusi yang hidup. Peserta terlihat antusias dengan adanya kegiatan ini, yang dibuktikan dengan adanya timbal balik yang memuaskan. Diharapkan, peserta memahami materi tentang gizi seimbang terkait dengan kehidupan di masyarakat serta proaktif dalam mendeteksi dini adanya pneumonia pada balita.
61
1.Input a. Sasaran Sebanyak 20 peserta ibu-ibu yang membawa balitanya ke Posyandu RW 10. Maka target penyuluhan terpenuhi, yaitu 20 (100%) dari seluruh ibu-ibu yang memiliki balita yang menghadiri penyuluhan. Sasaran yang mengikuti kegiatan penyuluhan terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan oleh peserta yang
ikut berinteraksi aktif menjawab pertanyaan -
pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri. b.Sumber Daya Ruangan telah disediakan oleh pengurus posyandu RW 10. Leaflet, lembar jawab pretest dan postest serta kamera disediakan oleh pelaksana kegiatan. Pemateri yaitu J Arinad P dan Safina Firdaus menyampaikan materi yang berisi tentang pengetahuan penumonia. Sumber
pembiayaan
yang digunakan
cukup
untuk
menunjang
terlaksananya kegiatan. Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah Rp. 50. 000 yang digunakan untuk mencetak leaflet. 2.Proses a. Keberlangsungan acara Acara diselenggarakan di Posyandu RW 10 Desa Wangon Kecataman Wangon berlangsung cukup kondusif. Semua rangkaian kegiatan terlaksana dengan baik dan antusiasme peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta ada sebanyak lima pertanyaan mengenai penumonia, selain itu peserta juga aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang
diberikan
oleh
pemateri.
Materi
disampaikan dengan metode diskusi yang meliputi definisi, faktor resiko, penyebab, gejala klinis dan pecegahan penumonia. b.Jadwal pelaksanaan kegiatan Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Juli 2018. Acara dimulai pukul 09.00 WIB – 9.30 WIB. Acara berlangsung selama
62
30 menit. Semua rangkaian acara terlaksana dan sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. 3.Output Rerata nilai post-test peserta penyuluhan di Posyandu RW 10 Desa Wangon setelah mengikuti penyuluhan adalah 5,95 sedangkan rerata nilai pre-test yaitu 3,1 dari skala 6. Data nilai pre-test dan post-test tidak terdistribusi secara normal, sehingga uji T berpasangan tidak dapat digunakan. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh hasil p = 0,000 karena nilai pvalue 0,000 < 0,05 maka secara statistik terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Selisih pengetahuan setelah penyuluhan dengan pengetahuan sebelum penyuluhan adalah -3.959, karena selisih kurang dari 10 artinya secara klinis tidak terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan.
Tabel 9.1. Interpretasi hasil Uji Wilcoxon Keterangan Nilai post-test lebih rendah daripada sebelum penyuluhan Nilai post-test sama dengan sebelum penyuluhan Nilai post-test lebih tinggi daripada sebelum penyuluhan Total
Jumlah 0 0 20 20
Tabel 9.2. Uji klinis dan uji statistik penyuluhan Selisih sengetahuan setelah penyuluhan – pengetahuan sebelum penyuluhan Nilai p
X.
-3.959
0,000
KESIMPULAN DAN SARAN 63
A. Kesimpulan 1.
Hasil analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa pneumonia pada balita merupakan masalah yang dijadikan prioritas.
2.
Faktor pengetahuan ibu, status gizi, dan riwayat BBLR terbukti secara statistik sebagai faktor resiko pneumonia pada balita 0-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
3.
Faktor risiko seperti pemberian pemberian vitamin a, kondisi rumah, imunisasi tidak lengkap, asi eksklusif, dan paparan asap tidak terbukti secara statistik sebagai faktor resiko pneumonia pada balita 0-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
4.
Faktor pengetahuan ibu dipilih sebagai prioritas masalah yang akan dipecahkan.
5.
Alternatif pemecahan masalah yang dipilih yaitu melakukan penyuluhan dan pembagian leaflet mengenai pneumonia dalam kaitannya untuk mewaspadai penyakit ini di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
6.
Penyuluhan dan pembagian leaflet di Posyandu Balita Desa Wangon RW 10 pada hari Selasa, 10 Juli 2018 pukul 09.00 dengan ibu yang memiliki balita yang datang ke Posyandu Balita Desa Wangon RW 10, didapatkan peningkatan pengetahuan ibu di posyandu balita desa Wangon RW 10 signifikan secara statistik setelah penyuluhan dan pembagian leaflet.
B. Saran 1.
Perlu keterlibatan bidan desa dan kader tiap desa untuk memberikan edukasi pneumonia.
2.
Dapat dilakukan penyuluhan berkala mengenai pneumonia untuk mencegah anggota keluarga terutama anak balita terkena pneumonia.
3.
Meningkatkan kerja sama antar program di puskesmas seperti P2M dalam penemuan kasus pneumonia balita.
DAFTAR PUSTAKA
64
American Thoracic Society (ATS). 2016. What Is Pneumonia?.Am J Respir Crit Care Med, 193:1-2. Bappenas. 2016. Sustainable Development Goals (SGDs). Kementrian : PPN Efni Y., Machmud R., dan Pertiwi D. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Pdang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(2): 365-370. Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian ISPA. Jakarta. Kemenkes RI Kemenkes RI. 2015. Pedoman Tatlaksana Penumonia Balita. Jakarta : Kemenkes RI Mardjanis. 2010. Pengendalian Pneumonia anak Balita Dalam Rangka Pencapaian MDG4. Buletin jendela epidemiologi volume 3. Jakarta : kemenkes RI Padmonobo H., Setiani O., dan Joko T. 2012. Hbungan Faktor-Faktor Lingkungan Fisik RUmah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang Kabupaten Brebes. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 11(2):194-198. Priyanti, Z.S. 2000. Konsensus Pneumonia. Jakarta: Bagian Pulmonologi FKUI/RSUP Persahabatan Pudjiadi A.H., Hegar B., Handryastuti S., et al. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Puskesmas 1 Wangon. 2017. Profil Puskesmas I wangon tahun 2017. Wangon Reed, S.K. 2000. Problem solving In A. E. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of psychology. Washington DC: American Psychological Association and Oxford University Press.Pp. 71-75. Sectish Theodore C, Prober Charles G. 2014. Nelson of Pediatrics :“Pneumonia”. Edisi ke-17. Saunders World Health Organization (WHO).. 2016. Pneumonia. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/. Diakses pada 28 juli 2018.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 65
FAKULTAS KEDOKTERAN Komplek Fakultas Kedokteran Unsoed - RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Jl. Dr. Gumbreg No.1, Purwokerto, Jawa Tengah LEMBAR INFORMASI PENELITIAN
Kami adalah Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, akan melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 WANGON
KECAMATAN WANGON KABUPATEN
BANYUMAS”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang meningkatkan kejadian pneumonia pada balita pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas. Tugas responden adalah mengisi kuesioner atau angket yang disediakan oleh peneliti. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini adalah secara sukarela. Identitas dan jawaban responden dijamin kerahasiaannya. Semua jawaban responden hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada risiko yang akan terjadi pada responden dalam penelitian ini. Responden memiliki hak untuk mengundurkan keikutsertaan dirinya dalam penelitian ini dengan memberitahu peneliti terlebih dahulu. Responden yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang penelitian ini dapat menghubungi J. Arinda P. dan Safina Firdaus, dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto selaku peneliti.
Hormat Kami,
Peneliti
66
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN Komplek Fakultas Kedokteran Unsoed - RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Jl. Dr. Gumbreg No.1, Purwokerto, Jawa Tengah Informed Consent LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama
:
Usia
:
Alamat
:
Telah memahami dan menyetujui penelitian yang dilaksanakan oleh para Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman dan akan memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan melalui jawaban kuesioner dalam rangka menganalisis faktor risiko kejadian penumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.
Purwokerto,
Juli 2018
Responden
(.......................................)
67
KUESIONER FAKTOR RESIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON
A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jenis kelamin
:
4. Alamat
:
5. Pendidikan terakhir
:
6. Pekerjaan
:
7. Pendapatan/bulan
:
8. Jumlah anak balita
:
9. Usia anak balita
:
B. FAKTOR PENGETAHUAN IBU 1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan pneumonia? a. Penyakit yang menyerang paru-paru yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau sesak nafas pada anak umur 0-5 tahun (2) b. Penyakit paru (1) c. Tidak tahu (0) 2. Menurut anda, apakah penyebab pneumonia? a. Bakteri dan virus (2) b. Debu (1) c. Tidak tahu (0) 3. Menurut anda, apakah pneumonia bisa dicegah? Jika tidak langsung nomor 4. a. Ya, bisa (1) b. Tidak, tidak bisa (0) 4. Jika bisa, bagaimana cara mencegah pneumonia a. Memakai masker bila berkendara, imunisasi lengkap, asi eksklusif (2) b. Memakai masker bila berkendara (1)
68
c. Tidak tahu (0) 5. Menurut anda, apakah pneumonia bisa menular? Jika tidak, abaikan nomor 5. a. Ya, bisa (1) b. Tidak, tidak bisa (0) 6. Jika bisa, bagaimana cara penularan pneumonia? a. Melalui udara (1) b. Tidak tahu (0) 7. Apabila balita Anda mengalami gejala demam, batuk berdahak, dan nafas sesak, apa yang akan Anda lakukan? a. Bawa ke layanan medis terdekat (dokter, puskesmas) (1) b. Beli obat di warung (0) 8. Apakah menurut Anda pneumonia itu dapat menyebabkan kematian atau kondisi yang lebih serius lagi? c. Ya (1) d. Tidak tahu/Tidak (0) C. FAKTOR PEMBERIAN ASI EKSLUSIF 9. Apakah balita pernah disusui oleh ibu? a. Ya
b. Tidak
10. Jika menjawaba “Ya” pada nomor 1, sampai berapa lama balita diberi ASI? a. < 6 bulan
b. ≥ 6 bulan
11. Kapan balita diberi makanan tambahan/susu formula pertama kali? a. < 6 bulan
b. ≥ 6 bulan
D. FAKTOR RIWAYAT BBLR 12. Apakah balita saat lahir usia kandungan cukup bulan? a. Ya
b. Tidak
13. Apakah ibu melahirkan dibantu tenaga kesehatan? a. Ya
b. Tidak
14. Berapakah berat balita saat lahir? _______gram
69
E. FAKTOR IMUNISASI BALITA 15. Apakah balita mendapatkan imunisasi dasar lengkap? a. Usia
7 hari, hepatitis B?
Ya/Tidak b. Usia 1 bulan, BCG, Polio 1? Ya/Tidak c. Usia 2 bulan, DPT/HB 1, Polio 2? Ya/Tidak d. Usia 3 bulan, DPT/HB 2, Polio 3? Ya/Tidak e. Usia 4 bulan, DPT/HB 3, Polio 4? Ya/Tidak f. Usia 9 bulan, Campak? Ya/Tidak F. FAKTOR PEMBERIAN VITAMIN A 16. Sudah berapa kali balita mendapat vitamin A tahun ini (usia 0-11 bulan)? a. 1 kali (Februari atau Agustus) b. Belum pernah 17. Sudah berapa kali balita mendapat vitamin A tahun ini (usia 12-59bulan)? a. 2 kali (Februari dan Agustus) b. <2 kali G. FAKTOR LINGKUNGAN 18. Apakah ada anggota keluarga yang merokok? a. Ya b. Tidak 19. Jika menjawab “Ya” pada nomor 24, apakah orang tersebut merokok dekat balita? a. Ya b. Tidak 20. Apakah jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak? a. Kayu bakar b. Gas LPG
70
c. lainnya 21. Apakah di rumah menggunakan obat nyamuk asap? a. Ya b. Tidak 22. Apakah lantai rumah kedap air? a. Ya b. Tidak 23. Apakah lantai rumah anda selalu dibersihkan (pel) setiap hari? a. Ya b. Tidak 24. Berapa luas ventilasi di rumah? a. <10% luas lantai b. ≥10% luas lantai 25. Berapa jumlah orang yang tinggal 1 rumah dengan anda?
71
72
73
Hasil Analisis SPSS
1. Univariat Dua Kelompok status_gizi
Frequency Valid
Baik
23
Kurang
17
Total
40
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
57.5
57.5
57.5
42.5
42.5
100.0
100.0
100.0
Jenis_kelamin
Valid
Frequency 23
Percent 57.5
Valid Percent 57.5
Cumulative Percent 57.5
perempuan
17
42.5
42.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
laki-laki
Pemberian_vitamin_A
Frequency Valid
ya
Percent
37
tidak
3
Total
40
Valid Percent
92.5
Cumulative Percent
92.5
92.5
7.5
7.5
100.0
100.0
100.0
Imunisasi
Valid
Frequency 32
lengkap tidak lengkap Total
Percent 80.0
Valid Percent 80.0
Cumulative Percent 80.0 100.0
8
20.0
20.0
40
100.0
100.0
Paparan_asap
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
12
30.0
30.0
30.0
idak
28
70.0
70.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
Rumah_sehat
Valid
sehat
Frequency 18
Percent 45.0
Valid Percent 45.0
Cumulative Percent 45.0 100.0
tidak sehat
22
55.0
55.0
Total
40
100.0
100.0
74
Riwayat_BBLR
Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
tidak
26
65.0
65.0
65.0
ya
14
35.0
35.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
Pengetahuan_ibu
Valid
Frequency 17
Percent 42.5
Valid Percent 42.5
Cumulative Percent 42.5
kurang
23
57.5
57.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
baik
Asi_Eksklusif
Frequency Valid
ya
Percent
32
tidak
8
Total
40
Cumulative Percent
Valid Percent
80.0
80.0
80.0
20.0
20.0
100.0
100.0
100.0
Status_ekonomi
Valid
Frequency 24
Percent 60.0
Valid Percent 60.0
Cumulative Percent 60.0
kurang
16
40.0
40.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
baik
Kelompok
Valid
Kontrol
Frequency 20
Percent 50.0
Valid Percent 50.0
Cumulative Percent 50.0 100.0
Pneumonia
20
50.0
50.0
Total
40
100.0
100.0 Descriptive Statistics
N Statistic
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Mean Statistic
Std. Error
Std. Deviation
Variance
Statistic
Statistic
status_gizi
40
0
1
.43
.079
.501
.251
Jenis_kelamin
40
1
2
1.43
.079
.501
.251
Pemberian_vitamin_A
40
0
1
.08
.042
.267
.071
Imunisasi
40
0
1
.20
.064
.405
.164
75
Paparan_asap
40
0
1
.70
.073
.464
.215
Rumah_sehat
40
0
1
.55
.080
.504
.254
Riwayat_BBLR
40
0
1
.35
.076
.483
.233
Pengetahuan_ibu
40
0
1
.58
.079
.501
.251
Asi_Eksklusif
40
0
1
.20
.064
.405
.164
Status_ekonomi
40
0
1
.40
.078
.496
.246
Kelompok
40
0
1
.50
.080
.506
.256
Valid N (listwise)
40 Descriptive Statistics
N status_gizi
Statistic 40
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Std. Deviation
Mean
Variance
0
1
Statistic .43
Std. Error .079
Statistic .501
Statistic .251
Jenis_kelamin
40
1
2
1.43
.079
.501
.251
Pemberian_vitamin_A
40
0
1
.08
.042
.267
.071
Imunisasi
40
0
1
.20
.064
.405
.164
Paparan_asap
40
0
1
.70
.073
.464
.215
Rumah_sehat
40
0
1
.55
.080
.504
.254
Riwayat_BBLR
40
0
1
.35
.076
.483
.233
Pengetahuan_ibu
40
0
1
.58
.079
.501
.251
Asi_Eksklusif
40
0
1
.20
.064
.405
.164
Status_ekonomi
40
0
1
.40
.078
.496
.246
Valid N (listwise)
40
2. Univariat Bukan Pneumonia Univariat control
76
77
3. Univariat Pneumonia
78
79
4. Uji Bivariat (Chi square) Case Processing Summary Cases Valid N status_gizi * Kelompok
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Pemberian_vitamin_A * Kelompok
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Imunisasi * Kelompok
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Pengetahuan_ibu * Kelompok
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Asi_Eksklusif * Kelompok
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Status_ekonomi * Kelompok
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Jenis_kelamin * Kelompok
Paparan_asap * Kelompok Rumah_sehat * Kelompok Riwayat_BBLR * Kelompok
Status gizi Crosstab Kelompok status_gizi
Baik
Kontrol 16
Count Expected Count
Kurang
Pneumonia 7
Kontrol 23
11.5
11.5
23.0
% within status_gizi
69.6%
30.4%
100.0%
% within Kelompok
80.0%
35.0%
57.5%
% of Total
40.0%
17.5%
57.5%
4
13
17
Count Expected Count
Total
Total
8.5
8.5
17.0
% within status_gizi
23.5%
76.5%
100.0%
% within Kelompok
20.0%
65.0%
42.5%
% of Total
10.0%
32.5%
42.5%
20
20
40
Count Expected Count
20.0
20.0
40.0
% within status_gizi
50.0%
50.0%
100.0%
% within Kelompok
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity
Asymp. Sig. (2-sided)
df
8.286(b)
1
.004
6.547
1
.011
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
80
Correction(a) Likelihood Ratio
8.634
1
.003
Fisher's Exact Test
.010
Linear-by-Linear Association
8.079
1
.005
.004
N of Valid Cases
40 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
jenis kelamin Crosstab Kelompok Jenis_ke lamin
laki-laki
Count
Kontrol 11
Pneumonia 12
Kontrol 23
Expected Count
perempuan
11.5
11.5
23.0
% within Jenis_kelamin
47.8%
52.2%
100.0%
% within Kelompok
55.0%
60.0%
57.5%
% of Total
27.5%
30.0%
57.5%
9
8
17
8.5
8.5
17.0
% within Jenis_kelamin
52.9%
47.1%
100.0%
% within Kelompok
45.0%
40.0%
42.5%
% of Total
22.5%
20.0%
42.5%
20
20
40
20.0
20.0
40.0
Count Expected Count
Total
Total
Count Expected Count % within Jenis_kelamin % within Kelompok
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
.102(b)
1
.749
.000
1
1.000
.102
1
.749
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
1.000
Linear-by-Linear Association
.100
N of Valid Cases
40
1
.500
.752
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
pemberian vitamin A Crosstab Kelompok Kontrol Pemberian_vitamin_A
ya
Count Expected Count
Total
Pneumonia
Kontrol
17
20
37
18.5
18.5
37.0
81
tidak
% within Pemberian_vitamin_A
45.9%
54.1%
100.0%
% within Kelompok
85.0%
100.0%
92.5%
% of Total
42.5%
50.0%
92.5%
3
0
3
1.5
1.5
3.0
100.0%
.0%
100.0%
15.0%
.0%
7.5%
7.5%
.0%
7.5%
20
20
40
20.0
20.0
40.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count Expected Count % within Pemberian_vitamin_A % within Kelompok % of Total
Total
Count Expected Count % within Pemberian_vitamin_A % within Kelompok % of Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) .072
1.441
1
.230
4.402
1
.036
Value 3.243(b)
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.231
Linear-by-Linear Association
3.162
N of Valid Cases
40
1
.115
.075
a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50.
imunisasi Crosstab Kelompok Imunisasi
lengkap
Count Expected Count
tidak lengkap
Pneumonia 18
Kontrol 32
16.0
16.0
32.0
% within Imunisasi
43.8%
56.3%
100.0%
% within Kelompok
70.0%
90.0%
80.0%
% of Total
35.0%
45.0%
80.0%
6
2
8
Count Expected Count
Total
Kontrol 14
Total
4.0
4.0
8.0
% within Imunisasi
75.0%
25.0%
100.0%
% within Kelompok
30.0%
10.0%
20.0%
% of Total
15.0%
5.0%
20.0%
20
20
40
Count Expected Count
20.0
20.0
40.0
% within Imunisasi
50.0%
50.0%
100.0%
% within Kelompok
100.0%
100.0%
100.0%
82
% of Total
50.0%
50.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) .114
1.406
1
.236
2.594
1
.107
Value 2.500(b)
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.235
Linear-by-Linear Association
2.437
N of Valid Cases
40
1
.118
.118
a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
paparan asap Crosstab Kelompok Kontrol Paparan_asap
tidak
Count
7
5
12
6.0
12.0
% within Paparan_asap
58.3%
41.7%
100.0%
% within Kelompok
35.0%
25.0%
30.0%
% of Total
17.5%
12.5%
30.0%
Count
13
15
28
14.0
14.0
28.0
% within Paparan_asap
46.4%
53.6%
100.0%
% within Kelompok
65.0%
75.0%
70.0%
% of Total
32.5%
37.5%
70.0%
Expected Count
Total
Kontrol
6.0
Expected Count
idak
Total
Pneumonia
Count Expected Count % within Paparan_asap % within Kelompok
20
20
40
20.0
20.0
40.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) .490
.119
1
.730
.478
1
.489
Value .476(b)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.731 .464
1
.366
.496
N of Valid Cases
40 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
83
rumah sehat Crosstab Kelompok Rumah_sehat
sehat
Kontrol 12
Count Expected Count
tidak sehat
Pneumonia 6
Kontrol 18
9.0
9.0
18.0
% within Rumah_sehat
66.7%
33.3%
100.0%
% within Kelompok
60.0%
30.0%
45.0%
% of Total
30.0%
15.0%
45.0%
Count
8
14
22
11.0
11.0
22.0
% within Rumah_sehat
36.4%
63.6%
100.0%
% within Kelompok
40.0%
70.0%
55.0%
% of Total
20.0%
35.0%
55.0%
Expected Count
Total
Total
Count
20
20
40
20.0
20.0
40.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Expected Count % within Rumah_sehat % within Kelompok % of Total Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
3.636(b)
1
.057
2.525
1
.112
3.696
1
.055
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.111
Linear-by-Linear Association
3.545
N of Valid Cases
40
1
.055
.060
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
riwayat BBLR Crosstab Kelompok Kontrol Riwayat_BBLR
tidak
Count
Pneumonia
Kontrol
17
9
26
13.0
13.0
26.0
% within Riwayat_BBLR
65.4%
34.6%
100.0%
% within Kelompok
85.0%
45.0%
65.0%
% of Total
42.5%
22.5%
65.0%
Expected Count
ya
Total
Count
3
11
14
7.0
7.0
14.0
% within Riwayat_BBLR
21.4%
78.6%
100.0%
% within Kelompok
15.0%
55.0%
35.0%
Expected Count
84
% of Total Total
7.5%
Count Expected Count % within Riwayat_BBLR % within Kelompok
27.5%
35.0%
20
20
40
20.0
20.0
40.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total Chi-Square Tests
1
Asymp. Sig. (2-sided) .008
5.385
1
.020
7.362
1
.007
Value 7.033(b)
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
df
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.019
Linear-by-Linear Association
6.857
1
.009
.009
N of Valid Cases
40 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
pengetahuan IBU Crosstab Kelompok Pengetahuan_ibu
baik
Count
Pneumonia 4
Kontrol 17
Expected Count
kurang
8.5
8.5
17.0
% within Pengetahuan_ibu
76.5%
23.5%
100.0%
% within Kelompok
65.0%
20.0%
42.5%
% of Total
32.5%
10.0%
42.5%
Count
7
16
23
11.5
11.5
23.0
% within Pengetahuan_ibu
30.4%
69.6%
100.0%
% within Kelompok
35.0%
80.0%
57.5%
% of Total
17.5%
40.0%
57.5%
Expected Count
Total
Total
Kontrol 13
Count
20
20
40
20.0
20.0
40.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Expected Count % within Pengetahuan_ibu % within Kelompok % of Total Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity
Asymp. Sig. (2-sided)
df
8.286(b)
1
.004
6.547
1
.011
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
85
Correction(a) Likelihood Ratio
8.634
1
.003
Fisher's Exact Test
.010
Linear-by-Linear Association
8.079
1
.005
.004
N of Valid Cases
40 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
asi eklusif Crosstab Kelompok Asi_Eksklusif
ya
Count Expected Count
tidak
Kontrol 15
Pneumonia 17
Kontrol 32
16.0
16.0
32.0
% within Asi_Eksklusif
46.9%
53.1%
100.0%
% within Kelompok
75.0%
85.0%
80.0%
% of Total
37.5%
42.5%
80.0%
5
3
8
4.0
4.0
8.0
% within Asi_Eksklusif
62.5%
37.5%
100.0%
% within Kelompok
25.0%
15.0%
20.0%
% of Total
12.5%
7.5%
20.0%
20
20
40
20.0
20.0
40.0
Count Expected Count
Total
Total
Count Expected Count % within Asi_Eksklusif % within Kelompok % of Total
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2-sided)
df
.625(b)
1
.429
.156
1
.693
.630
1
.427
Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
.695
Linear-by-Linear Association
.609
N of Valid Cases
40
1
.347
.435
a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
status ekonomi Crosstab Kelompok Kontrol Status_ek onomi
baik
Count Expected Count
Total
Pneumonia
Kontrol
15
9
24
12.0
12.0
24.0
86
kurang
% within Status_ekonomi
62.5%
37.5%
100.0%
% within Kelompok
75.0%
45.0%
60.0%
% of Total
37.5%
22.5%
60.0%
Count
5
11
16
8.0
8.0
16.0
% within Status_ekonomi
31.3%
68.8%
100.0%
% within Kelompok
25.0%
55.0%
40.0%
% of Total
12.5%
27.5%
40.0%
Expected Count
Total
Count Expected Count % within Status_ekonomi % within Kelompok % of Total
20
20
40
20.0
20.0
40.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) .053
2.604
1
.107
3.822
1
.051
Value 3.750(b)
Df
Fisher's Exact Test
.105
Linear-by-Linear Association
3.656
N of Valid Cases
40
1
.053
.056
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.
5. Uji Regresi linier logistic
Step 1(a)
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
95.0% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
Pengetahuan_ibu
1.768
.847
4.361
1
.037
5.862
1.115
30.826
status_gizi
1.705
.892
3.651
1
.056
5.503
.957
31.637
.608
.977
.388
1
.534
1.837
.271
12.457
-1.921
.727
6.976
Riwayat_BBLR Constant
1 .008 .147 Variables in the Equation
a Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan_ibu, status_gizi, Riwayat_BBLR. Variables in the Equation B Step 1(a)
Pengetahuan_ibu status_gizi Constant
S.E.
Wald
Lower 1.946
Upper .809
Lower 5.789
1.946
.809
-1.946
.739
df
Sig.
Upper
Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
1
Lower .016
Upper 7.000
Lower 1.434
Upper 34.162
5.789
1
.016
7.000
1.434
34.162
6.936
1
.008
.143
a Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan_ibu, status_gizi.
87
Variables in the Equation
B Step 1(a)
Pengetahuan_ibu Riwayat_BBLR Constant
S.E.
Wald
df
Lower 1.578
Upper .776
Lower 4.132
1.415
.830
2.907
Sig.
Upper
Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
1
Lower .042
Upper 4.846
Lower 1.058
Upper 22.190
1
.088
4.118
.809
20.960
.022
.249
-1.391 .605 5.285 1 a Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan_ibu, Riwayat_BBLR.
6. Uji Wilcoxon Test Statistics(b) Post_Test Pre_Test -3.959(a)
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
normalitas setelah di transformasi’ Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Pre_Test
Statistic .256
df 20
Shapiro-Wilk
Sig. .001
Statistic .846
.000
.236
Post_Test
.538 20 a Lilliefors Significance Correction
df 20
Sig. .005
20
.000
normalitas sebelum di transformasi Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Pre_Test Post_Test
Statistic .236
df 20
.538 20 a Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
Sig. .005
Statistic .844
.000
.236
df 20
Sig. .004
20
.000
88