Manik Dengan Psikotik: Dr. Tri Rini Budi S, Sp. Kj

  • Uploaded by: Safina Firdaus
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manik Dengan Psikotik: Dr. Tri Rini Budi S, Sp. Kj as PDF for free.

More details

  • Words: 2,088
  • Pages: 36
MANIK  DENGAN  PSIKOTIK Safina Firdaus G4A017031 Nur Annisa Laras F

G4A017036

dr. Tri Rini Budi S, Sp. KJ

IDENTITAS PASIEN – Nama

: Nn. H

– Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 9 Januari 2001 – Umur

: 17 tahun

– Jenis Kelamin

: Perempuan

– Agama : Islam – Suku

: Jawa

– Alamat : Bulupayung RT 02/02, Patimuan – Pekerjaan

: Belum bekerja

– Pendidikan : SMA – Status Perkawinan

: belum Menikah

– Tanggal Masuk RS: 22 Desember 2018

ANAMNESIS – Diambil dari : Bangsal Bima RSUD Banyumas – Tanggal Anamnesis

: 28 Desember 2018

– Narasumber Alloanamnesis Nama

: Ny. R

Usia: 41 th Jenis Kelamin Pekerjaan

: Perempuan

: Petani

Pendidikan : SD Alamat : Bulupayung RT 02/02, Patimuan Hubungan

: Orang tua

Keluhan Utama • Marah tanpa sebab Keluhan Tambahan • • • • •

Berteriak Mengamuk Banyak bicara Tidak tidur Tidak mau makan

Riwayat penyakit sekarang – Berdasarkan informasi dari ibu pasien, perubahan perilaku pasien mulai terjadi 8 hari yang lalu. Pada malam hari, pasien tidak tidur kemudian keesokan harinya pasien berbicara terus menerus. Ibu pasien mulai melihat perbedaan pasien ketika pasien berteriak-teriak memanggil laki-laki di sekitar rumahnya tanpa rasa malu. Pasien berbicara terus setiap hari, bicara terkadang tidak nyambung. Pasien sering bicara kasar padahal sebelumnya tidak. Pasien juga terlihat lebih aktif dari biasanya. Sejak itu, pasien mulai tidak masuk sekolah karena ibu pasien merasa perilaku pasien tidak memungkinkan bagi pasien untuk dapat berangkat ke sekolah. Pasien sering terlihat tersenyum sendiri, menyanyi, dan menari-nari. Pasien sering marah-marah dengan kakak iparnya. Menurut ibu pasien, hubungan antara kakak pasien dengan kakak iparnya tidak disetujui oleh pasien, dan melarang mereka untuk menikah, namun pernikahan tetap dilaksanakan. Setelah menikah, kakak ipar pasien tinggal satu rumah dengan pasien sejak 1 tahun yang lalu, sejak saat itu hubungan keduanya semakin memburuk.

– Menurut ibu pasien, kakak ipar pasien berwatak emosional dan tidak mau menuruti orang tua terutama ibu. Pasien tidak menyukai kakak iparnya karena dirasa tidak menghormati ibunya. Pasien sering bertengkar dengan kakak ipar pasien, terkadang kakak ipar pasien justru menanggapi pasien dengan berbicara kasar. Pasien sering bercerita kepada ibunya ingin agar kakak kandungnya bercerai dengan kakak iparnya. Menurut ibunya, kakak kandung pasien tidak mau melakukannya karena ingin menjadi istri yang shalehah walaupun terkadang suaminya agak kasar, namun menurut ibu pasien, menantunya sayang dengan istrinya hanya saja emosi dan perilakunya dirasa kurang berkenan bagi pasien. Sejak tidak tidur dan bicara terus menerus, pasien bercerita merasa dirinya dibisiki untuk membunuh kakak iparnya. Pasien juga bercerita melihat bayangan hitam besar yang dianggap sebagai temannya. Pasien merupakan pribadi yang ceria, terbuka, dan mudah bergaul. Walaupun demikian, pasien tidak memiliki sahabat dekat di sekolahnya saat SMA. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien pernah bercerita ingin memiliki teman dekat untuk bercerita. Saat ditanya alasan, ibu tidak mengetahui, menurutnya di SMA lebih susah mencari teman dekat daripada di MTS

– Menurut ibu pasien, pasien ialah anak yang pintar serta berbakat dalam menyanyi. Pasien pernah juara saat lomba menyanyi. Pasien mengikuti ekstrakurikular pramuka di sekolahnya sejak 1 tahun lalu. Pasien bercerita kepada ibunya bahwa pasien tidak suka kepada kakak kelasnya di ekstrakurikular pramuka tersebut karena kakak kelasnya dirasa sering menyalahkan pasien. Pada hari masuk rumah sakit pasien tiba-tiba marah dan mengamuk kepada kakak iparnya yang sedang tidur, pasien juga memukul-mukul tangannya sambil berkata kakak iparnya harus mati, sehingga oleh keluarga dibawa ke RS Banyumas.

Riwayat penyakit Dahulu Riwayat psikiatri • Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya. Riwayat Medis Umum • Trauma kepala disangkal, • Konsumsi alkohol dan penggunaan zat adiktif disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga • Tidak ada riwayat gangguan jiwa dikeluarga

Silsilah Keluarga

Hal-Hal yang Mendahului Penyakit Faktor Predisposisi • • • •

Jenis Kelamin perempuan Sosial-ekonomi rendah Tidak memiliki teman dekat untuk bercerita Kakak kelas sering menyalahkan pasien

Faktor Pencetus • Masalah keluarga yaitu tidak harmonisnya hubungan pasien dan kakak iparnya

Faktor Organik • Pasien tidak mengalami gangguan organik Faktor obat-obatan dan alkohol • Pasien tidak didapatkan riwayat penggunan alkoho, obat-oatan dan zat adiktif lainnya.

Riwayat Pribadi

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran • Usia kehamilan cukup bulan, berat lahir cukup, kehamilannya direncanakan, tidak ada riwayat kejang saat ibu hamil, tidak ada riwayat kejang, asfiksia, maupun kuning saat bayi. Riwayat Perkembangan Awal • Masa Kanak-Kanak (0-3 tahun) • Tidak ada gangguan perkembangan motorik kasar, halus, bahasa, maupun sosial saat balita. Tidak ada gangguan perilaku yang ditemukan saat masa kanak. • Masa Pertengahan (3-11 tahun) • Perkembangannya baik. Pasien merupakan tipe anak yang mudah bergaul dengan lingkungan. Pasien aktif di sekolah mengikuti ekstrakurikular pramuka, rohis, dan menyanyi.

Perkembangan Jiwa • Menurut orang tua, kepribadian pasien ialah terbuka, ceria, dan mudah bergaul. Pasien selalu bercerita pada ibunya, namun tidak memiliki teman dekat saat SMA. Riwayat Perkembangan Seksual • Pasien tidak mengalami perkembangan seksualnya.

gangguan

dalam

Riwayat Pendidikan Pasien masih duduk di bangku SMA kelas 2. Menurut ibu kandung pasien, pasien anak yang pintar.

Riwayat Perkerjaan • Pasienbelum bekerja

Riwayat Perkawinan • Berapa kali menikah : • Perceraian/perpisahan : -

Kegiatan Moral Spriritual • Pasien beragama islam. Rajin shalat dna mengaji Aktivitas Sosial • Dalam keluarga • Pasien memiliki hubungan baik dengan kedua orang tua maupun saudara kandungnya, namun pasien tidak menyukai kakak ipar pasien yang saat ini tinggal 1 rumah dengan pasien. • Dengan tetangga • Pasien memiliki hubungan baik dengan tetangga • Sikap keluarga terhadap penderita • Keluarga peduli terhadap kondisi kesehatan pasien.

AUTOANAMNESA Pasien    terlihat  sangat  senang  dan  menggebu­gebu.  Pasien  menyambut  pemeriksa  dengan  menyapa  lalu  memuji  pemeriksa  kemudian  menarik  tangan  pemeriksa  dan  mengomentari  gelang  pemeriksa.  Menurutnya  gelang  yang  dipakai  murah,  tidak  seperti  jam  miliknya  yang  bagus  dan  harganya  mahal.  Padahal  jam  yang  dipakai  dirinya  tidak  berfungsi/mati.  Saat  ditanya  mengenai  kabarnya,  pasien  mengaku  sangat  senang  dan  percaya diri karena dirinya merasa paling tahu segalanya. Ia merasa orang  lain  itu  bodoh  dan  kuno.  Pasien  berbicara  terus  menerus,  bicara  sangat  cepat, terkadang tidak nyambung dan melompat­lompat. Pasien tidak bisa  fokus saat diajak bicara dan terlihat ingin bergerak kesana kemari. Bicara  pasien kadang tidak nyambung. Pasien berkata uang 5 ribu dapat berubah  menjadi 500 juta bila diletakkan di lemari

AUTOANAMNESA Pasien  juga  terlihat  iritabel,  terlihat  saat  tinta  pulpen  yang  sedang  dipakainya untuk menulis habis, ia langsung merengek dan marah. Pasien  juga mencari kerudung di lemari bangsal dengan penuh emosi karena tidak  kunjung  ditemukan  sehingga  isi  lemarinya  berantakan.  Pasien  juga  cenderung  keras  saat  memegang  orang  lain  seperti  saat  berjabat  tangan.  Pasien  sering  mengomentari  fisik  pemeriksa  seperti  memakai  krim  wajah  apa  dan  dari  mana,  kemudian  mengomentari  kerudung,  busana  dan  memberi  saran  untuk  memperbaikinya.  Menurutnya  dirinya  lah  yang  paling  cantik  dan  paling  baik  pakaiannya.  Saat  ditanya  siapa  dirinya,  pasien  menjawab  ia  adalah  jin  sedangkan  nn.  H  sedang  tidur.  Pasien  mengaku tidak dapat memberhentikan bicaranya karena dia adalah jin.

AUTOANAMNESA Di  sela­sela  bicaranya  yang  banyak,  pasien  sering  menyanyi  sendiri.  Saat  ditanya apakah pasien hobi menyanyi, pasien menjawab benar dan merasa  suaranya  sangat  bagus.  Setelah  itu  pasien  melenggok  menari  atau  senam  jika  mendengar  lagu  senam  yang  disetel  di  luar  bangsal.  Pasien  merasa  dirinya menari dengan indah dan orang lain tidak bisa seperti dirinya. Saat  ditanya  apakah  pasien  memiliki  masalah  di  rumah,  pasien  berkata  kasar  dan menjawab pasien tidak suka dengan Tn. K karena tidak sopan kepada  ibunya. 

AUTOANAMNESA

Pasien langsung merengek kepada ibunya dan meminta kakaknya cerai  dengan Tn. K sambil berbicara kasar. Pasien terlihat mudah tersinggung  apabila membicarakan tentang Tn. K. Pasien juga mengatakan tidak  menyukai kakak kelasnya karena dianggap pribadi yang sok tahu dan  tidak lebih baik dari dirinya.  Saat ditanya mengapa pasien marah­marah  sebelumnya, pasien mengakui mendengar bisikan untuk membunuh kakak  iparnya dan melihat bayangan hitam yang dia anggap sebagai teman. 

KESIMPULAN ANAMNESIS Pasien seorang perempuan berusia 17 tahun, belum menikah, beragama Islam, suku Jawa, belum bekerja

Faktor pencetus dari munculnya gejala ini adalah hubungan yang tidak harmonis antara pasien dengan kakak iparnya

Pasien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Banyumas pada tanggal 22 desember 2018 karena pasien marah-marah, mengamuk, tidak mau tidur, tidak mau makan, bicara terus menerus

Pasien adalah pribadi yang ceria, terbuka, dan mudah bergaul.

PEMERIKSAAN FISIK – Keadaan Umum – Kesadaran

: perempuan, sesuai usia, tampak sakit jiwa

: Compos mentis

– Tanda vital – Tekanan darah : 110/70 mmHg – Nadi

: 92 x/min

– Respirasi : 16 x/min – Suhu

: 36.5 C

– Berat badan

: 45 kg

– Tinggi badan :152 cm – Mata : – Kepala

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, 3mm/3mm, reflek pupil +/+ : Mesocephal Mata

PEMERIKSAAN FISIK – Hidung

: Tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum

– Mulut – Telinga

: Tidak sianosis, tidak ada discharge : Tidak ada kelainan bentuk dan ukuran, serumen (+/+)

– Leher

:Tidak ada deviasi trachea, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

– Cor : inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V LMCS

Perkusi

: Batas kiri atas SIC II LPSS, batas kiri bawah SIC V LMCS, batas kanan atas SIC II LPSD, batas

kanan bawah SIC IV LPSD Auskultasi: S1>S2 reguler, murmur -, gallop -

PEMERIKSAAN FISIK – Pulmo – Inspeksi : Jejas (-), simetris kanan-kiri – Palpasi

: Vocal fremitus simetris kanan dan kiri

– Auskultasi –

: Suara dasar vesikuler +/+, tidak ada suara tambahan

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru Auskultasi

:

– Abdomen Inspeksi

: datar

Auskultasi : Bising usus normal Palpasi : Tidak ada nyeri nyeri tekan, tidak ada defans muskular, tidak teraba masa, tidak teraba hepar dan lien. Perkusi

: Timpani seluruh lapang abdomen Palpasi

– Ekstremitas

:

: Akral hangat (+/+/+/+), tidak terdapat edem pada keempat ekstremitas

PEMERIKSAAN PSIKIATRI – Proses pikir

– Kesan umum – Penampilan : Tampak sakit jiwa

Bentuk pikir

– Pandangan mata : Terlihat antusias, bersemangat

Isi pikir

– Kesadaran

Progesi pikir

Kualitatif : Compos mentis Kuantitatif

: E4V5M6

: thought of insertion, grandiosit : logorrhea, Flight of ideas

– Persepsi : Halusinasi auditori (+), visual (+)

Halusinasi

– Roman muka: Hipermimik

– Orientasi – Tempat : buruk – Orang

: baik

– Waktu

: buruk

– Suasana : buruk

– Sikap

: non realistis

: tidak kooperatif

– Tingkah laku : Hiperaktif, agresif

– Afek

: Labil

– Mood

: Elasi, ekspansif, iritabel

– Perhatian

: Mudah ditarik sulit dicantum

– Hubungan jiwa

: Sukar

– Insight : derajat 1

SINDROM

Sindrom Manik

Sindrom Psikotik

Sindrom Skizofrenia

• • • • • •

mood yang elasi, ekspansif, logorrhea hiperaktif penurunan kebutuhan tidur flight of ideas grandiosity

• Halusinasi dengar • Halusinasi visual • Realita testing (-). • Thought of insertion, • halusinasi auditori • Halusinasi visual,

DIAGNOSIS BANDING – F30.2 Episode Mania dengan gejala psikotik – F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik

DIAGNOSIS KERJA – Axis I : F30. 0 Episode manik dengan gejala psikotik – Axis II : Tidak ada diagnosis untuk aksis II – Axis III : Tidak ada diagnosis untuk aksis III – Axis IV : Masalah keluarga – Axis V : GAF 20-11

TERAPI FARMAKOLOGIS  (IGD)

Injeksi haloperidol 2-5 mg IM setiap 4-8 jam sesuai dengan respon pasien, dosis maksimal 20 mg/hari Injeksi Difenhidramin 50-100 mg IM

TERAPI FARMAKOLOGIS  (Maintenance) Anti psikotik Tab Haloperidol 5 mg/12 jam

Mood Stabilizer Tab Litium karbonat 400 mg/12 jam

Antikolinergik Tab triheksifenidil 2 mg/12 jam

TERAPI NON FARMAKOLOGIS - Rawat inap di Rumah Sakit Jiwa - Terapi perilaku Melatih kemampuan perilaku pasien yang dititik beratkan pada masalah pekerjaan pasien, dengan tujuan untuk menstabilkan emosi pasien agar segera kembali normal dan mencegah terjadinya kekambuhan.

TERAPI NON FARMAKOLOGIS Psikoterapi edukatif • Terhadap pasien: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya, kondisinya, faktor pencetus, serta rencana pengobatan selanjutnya. • Terhadap keluarga: • Memberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor penyebab dan pencetus, komplikasi, pengobatan, dan prognosis. • Meminta keluarga pasien untuk selalu mendukung proses pengobatan, mengontrol minum obat (sesuai petunjuk dokter, tidak menghentikan minum obat tanpa seizin dokter), mendampingi pasien dan menjaga kondisi stabil pasien.

Psikoterapi Suportif Memberikan motivasi kepada pasien untuk bercerita kepada keluarga atau teman terdekat mengenai masalahnya.

Memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan berbagai aktivitas yang produktif untuk mengurangi dan mengalihkan beban pikiran yang selama ini dianggap masalah, seperti beribadah dan membaca kitab suci

Memberikan motivasi kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan sesuai petunjuk dokter.

Memberikan motivasi kepada pasien untuk belajar mengendalikan emosi yang dimiliki agar tidak memicu timbulnya gejala-gejala lain.

Sosioterapi Meminta keluarga untuk memberikan penjelasan kepada lingkungan sekitar rumah ataupun teman-temannya agar menganggap pasien gangguan jiwa adalah sama seperti penyakit medis lainnya dan menghindari berbagai masalah yang dapat memancing emosi dan mencetuskan kekambuhan.

PROGNOSIS – Premorbid

– Quo ad vitam : dubia ad b

– Quo ad functionam : dub bonam

– Quo ad sanationam: dub bonam

- Morbid

TERIMAKASIH 

Related Documents

Dr Rini Dewi.docx
August 2019 36
Crs Dr Rini Hmd.docx
July 2020 16
Kj
October 2019 30
Kj
June 2020 22
Kj
October 2019 24

More Documents from ""