TUGAS KELOMPOK ANALISIS KASUS ASPEK HUKUM DALAM BISNIS “RISIKO DAN OVERMACHT”
KELAS J KELOMPOK 11
Dwi Ayu Nursetianingrum
041611233112
Putri Maulidya
041611233049
S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2018
KASUS I1 Perjanjian Jual Beli Andesit antara PT. Bosowa Resources dengan PT. DA-HA Prima Internasional pada tahun 2015. Dalam perjanjian ini PT. Bosowa Resources sebagai pihak pertama sepakat untuk menjual dan menyerahkan material berupa andesit kepada PT. Da-HA Prima Internasional sebagai pihak kedua dan pihak kedua sepakat untuk membeli dan menerima material berupa andesit dari pihak pertama dengan estimasi volume material 300.000 m3 selama enam (6) bulan lamanya secara bertahap 50.000 m3/ bulan sesuai harga yang telah ditentukan sebagai berikut :
Pihak kedua melakukan pembayaran material kepada pihak pertama dengan cara menerbitkan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) dengan jangka waktu pencairan selama dua minggu. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau sering disebut LC local, adalah instrument yang diterbitkan oleh bank (Issuing Bank), atas permintaan Applicant yang berisi janji bank untuk membayar sejumlah uang kepada Beneficiary apabila Issuing Bank menerima dokumen yang sesuai dengan syarat SKBDN. SKBDN dipergunakan untuk mendukung transaksi perdagangan di dalam negeri. Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia, dapat melayani kebutuhan Anda, baik dari sisi Pembeli (Buyer) maupun Penjual (Seller). Apabila dalam jangka waktu yang telah disepakati Surat Kredit Brdokumen Dalam Negeri (SKBDN) tidak dapat dicairkan, maka pihak kedua wajib untuk melakukan proses
1
Diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3008/1/NOVA%20NOVIANA.pdf pada tanggal 08 September 2018 pukul 07:00 WIB
2
discrepancies terhadap dokumen SKBDN yang dipresentase atau dengan opsi lain yakni melakukan pembayaran tunai/cash. Kemudian di tengah berjalannya pelaksanaan perjanjian oleh para pihak yakni Perjanjian antara PT. Bosowa Resources dengan PT. DA-HA Prima Internasional, nilai tukar dollar terhadap rupiah terus meningkat. Peningakatan ini bermula pada bulan april tahun 2015, berawal dari Rp 12.502 per USD 1 meningkat menjadi Rp 13.002- Rp14.097 per USD 1. Hal tersebut menjadi penghalang pemenuhan prestasi oleh pihak pertama yakni PT. Bosowa Resources kepada pihak ke dua yakni PT. DA-HA Prima Internasional. Peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat dilihat pada tabel. 3 sebagai berikut :
3
ANALISIS KASUS I Dari kasus tersebut dijelaskan bahwa terdapat perjanjian antara PT. Bosowa Resources sebagai pihak pertama yang sepakat untuk menjual dan menyerahkan material berupa andesit kepada PT. Da-HA Prima Internasional sebagai pihak kedua dan pihak kedua sepakat untuk membeli dan menerima material berupa andesit dari pihak pertama dengan estimasi volume material 300.000 m3 selama enam (6) bulan lamanya secara bertahap 50.000 m3/ bulan sesuai harga yang telah ditentukan. Kemudian di tengah berjalannya pelaksanaan perjanjian oleh para pihak yakni Perjanjian antara PT. Bosowa Resources dengan PT. DAHA Prima Internasional, nilai tukar dollar terhadap rupiah terus meningkat. Peningakatan bermula pada bulan april tahun 2015, berawal dari Rp 12.502 per USD 1 meningkat menjadi Rp 13.002- Rp14.097 per USD 1. Hal tersebut menjadi penghalang pemenuhan prestasi oleh pihak pertama yakni PT. Bosowa Resources kepada pihak ke dua yakni PT. DA-HA Prima Internasional. Dimana penghalang berupa nilai tukar dollar yang meningkat masuk ke dalam kategori ajaran overmacht subjektif atau ajaran ketidakmungkinan relatif, dimana ajaran ini menyatakan bahwa debitur dikatakan dalam keadaan overmacht, apabila pemenuhan prestasi itu “bagi debitur itu sendiri memang tidak dapat dilakukan, tetapi orang lain mungkin masih bisa melakukan”. Ketidakmungkinan debitur untuk memenuhi prestasi hanya bagi debitur tertentu menurut ajaran overmacht subjektif menimbulkan difficultas yang artinya menimbulkan keberatan. Contoh lain dari overmacht subjektif adalah suatu keadaan dimana kontrak masih dapat dilaksanakan, tetapi dengan biaya yang lebih tinggi salah satunya dengan adanya peningkatan nilai tukar dollar. Sehingga menurut pasal 1245 KUH Perdata bahwa tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian yang tak disengaja si berutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang. Sama seperti situasi tersebut, maka kondisi dimana nilai tukar dollar yang meningkat bukanlah kesalahan dari kedua belah pihak, sehingga tidak ada kewajiban bagi satu sama lain untuk membayar ganti rugi. Perjanjian tetap berjalan seperti semula saat perjanjian di buat, hanya saja kondisi berubah dimana perjanjian dilaksanakan dengan biaya yang lebih tinggi dari sebelumnya.
4
KASUS II Syahrini Alami Kasus Wanprestasi Sampai Di-Bully di Twitter2 Syahrini sempat dituduh mangkir dari kontrak dengan sebuah cafe, Blue Eyes. Ia batal tampil di acara ulang tahun Cafe dan Karaoke tersebut karena sang ayah yang sakit dan sehari setelahnya meninggal dunia. Oleh sebab itu, Syahrini pun digugat ke Pengadilan Bogor, Jawa Barat. Mantan teman duet Anang Hermansyah itu dituntut mengembalikan uang kerugian materi dan imateri Blue Eyes sebesar Rp 400 juta. Kasus yang dialami oleh Syahrini termasuk dalam kasus wanprestasi dengan kondisi dimana seorang telah lalai untuk memenuhi kewajiban yang diharuskan oleh UndangUndang. Blue Eyes merasa dirugikan atas tindakan Syahrini yang tidak melakukan kontrak kerja tersebut. Mereka harus mencari penyanyi pengganti yang menimbulkan penambahan biaya yang tidak sedikit. Penyanyi yang menggantikan Syahrini yaitu, Titi DJ dan Sarah Azhari biayanya sebesar Rp 212.321.800. Maka dari pada itu Syahrini dituntut membayar Rp 2,2 milyar lebih. Namun sayangnya dalam gugatan pertama, Syahrini dinyatakan tidak bersalah dan memenangkan kasus ini. Syahrini pun senang karena dirinya dinyatakan tidak bersalah. Tidak diam begitu saja, pihak Blue Eyes akhirnya kembali melayangkan gugatan perdata baru dengan nomor perkara 05/Pdt.F/2012/PN.Bgr. "Gugatan perdata baru ini tindak lanjut putusan perkara perdata di Pengadilan Negeri Bogor, sebagai bukti bahwa Syahrini dan Aisyah Zaelani belum memenangkan apapun," kata pengacara mewakili Blue Eyes. Dasar memang beruntung, Syahrini kembali memenangkan kasus perseteruannya itu. Majelis hakim memutuskan menolak gugatan Blue Eyes karena tidak bisa membuktikan gugatan wanprestasi yang dilakukan Syahrini dan adiknya. "Kemarin dalam perkara Syahrini vs Blue Eyes , majelis hakim menyatakan penggugat tidak mampu membuktikan wanprestasi yang dilakukan Syahrini dan adiknya. Selain itu menolak eksepsi tergugat dan menolak gugatan penggugat sepenuhnya. Gugatan Bue Eyes ditolak majelis hakim," ujar kuasa hukum Syahrini, Ferry Firman Nurwahyu.
2
Dikutip dari https://www.liputan6.com/showbiz/read/785955/syahrini-alami-kasus-wanprestasi-sampai-dibully-di-twitter pada tanggal 6 September 2018 pukul 22.50
5
ANALISIS KASUS II Kasus wanprestasi Syahrini ketika Syahrini secara mendadak menggagalkan penampilannya di acara ulang tahun Blue Eyes dengan alasan ayahnya meninggal dunia. Menurut kami, peristiwa antara syahrini dan blue eyes tersebut termasuk dalam Force Majeur dan overmacht, sehingga tidak perlu membayar ganti rugi kepada Blue Eyes. Dimana dalam kaitan masalah ini yang dimaksud force majeur adalah keadaan dimana tidak terlaksananya sebuah perjanjian yang disebabkan hal-hal yang sama sekali tidak dapat diduga dan dimana dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam hal ini, pihak Syahrini dapat menolak tuduhan wanprestasi dengan alasan bahwa tidak terlaksananya perjanjian tersebut karena ayahnya meninggal dunia dan pihak syahrini sendiri tidak dapat berbuat apa-apa atas kejadian tersebut. Dan yang dimaksud overmacht sendiri artinya memaksa. Dalam suatu perikatan jika Debitur dikatakan dalam keadaan memaksa sehingga tidak dapat memenuhi prestasinya, Debitur tidak dapat dipersalahkan / di luar kesalahan Debitur. Dengan perkataan lain Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya karena overmacht bukan karena kesalahannya akan tetapi karena keadaan memaksa, maka Debitur tidak dapat dipertanggung gugatkan kepadanya. Dengan demikian Kreditur tidak dapat menuntut ganti rugi sebagaimana hak yang dimiliki oleh Kreditur dalam wanprestasi. Dasar hukum nya : Pasal 1244 KUH Perdata menyebutkan: “Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi, dan bunga, apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduka, pun tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya, karenanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya”. Pasal 1245 KUH Perdata: “Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadianntak disengaja si berutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”. Berikut di jelaskan unsur-unsur overmacht : 1. Ada halangan bagi debitur untuk memenuhi kewajiban 2. Halangan itu bukan karena kesalahan debitur 6
3. Tidak disebabkan oleh keadaan yang menjadi resiko dari debitur Dengan adanya Overmacht, mengakibatkan berlakunya perikatan menjadi terhenti. Ini berarti bahwa : 1. Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi 2. Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi 3. Resiko tidak beralih kepada debitur Jadi, dengan adanya Overmacht tidak melenyapkan adanya perikatan, hanya menghentikan berlakunya perikatan. Hal ini penting bagi adanya Overmacht yang bersifat sementara. Dalam suatu perjanjian timbal balik, apabila salah satu dari pihak karena Overmacht terhalang untuk berprestasi maka lawan juga harus dibebaskan untuk berprestasi. Berdasarkan pasal-pasal dan unsure-unsur overmacht di atas, dapat disimpulkan bahwa keadaan memaksa adalah keadaan dimana Debitur atau pihak Syahrini terhalang dalam memenuhi prestasinya karena suatu keadaan yang tak terduga lebih dahulu dan tidak dapat dipertanggungkan kepadanya, debitur dibebaskan untuk membayar ganti rugi dan bunga.
7
KASUS III3 PT. Bosowa Resources dengan CV. Surya Tanete sepakat untuk melakukan perjanjian jual beli semen pada tahun 2013. PT. Bosowa Resources sebagai pihak pertama yang memiliki aset berupa semen bosowa (semen) setuju untuk menjual semen kepada pihak kedua yakni CV. Surya Tanete yang merupakan distributor semen. Sesuai dengan yang telah diperjanjikan PT. Bosowa Resources menyerahkan sejumlah semen sebanyak permintaan pihak kedua yang diajukan kepada pihak pertama. Pihak kedua mendistribusikan semen yang telah diterima dari pihak pertama menuju wilayah Papua dengan menggunakan kapal laut. Kemudian di tengah perjalanan kapal laut yang mengangkut semen tersebut karam di lautan dikarenakan terjangan ombak yang tinggi.
3
Diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3008/1/NOVA%20NOVIANA.pdf pada tanggal 08 September 2018 pukul 07:00 WIB
8
ANALISIS KASUS III Dari kasus tersebut, telah dijelaskan bahwa ketika pihak kedua mendistribusikan semen yang telah diterima dari pihak pertama menuju wilayah Papua dengan menggunakan kapal laut, ketika di tengah perjalanan, kapal laut yang mengangkut semen tersebut karam di lautan dikarenakan terjangan ombak yang tinggi. Terjangan ombak yang tinggi adalah salah satu bentuk dari aktivitas alam yang sekalipun dapat diramalkan oleh beberapa ahli tetapi terkadang muncul secara tiba – tiba. Terjangan ombak yang tinggi menurut kemungkinan kejadiannya yaitu terjadi karena iklim. Kemudian menurut teori overmacht, termasuk ke dalam ajaran overmacht objektif atau ajaran ketidakmungkinan yang mutlak, dimana ajaran ini menyatakan bahwa Debitur dikatakan dalam keadaan overmacht apabila pemenuhan prestasi itu ‘tidak mungkin bagi siapapun bagi setiap orang’. Ajaran objektif tentang overmacht bukan lagi merupakan ketidakmungkinan bagi tiap orang untuk melakukan prestasi, tidak lagi berpangkal pada impossibilitas, tetapi merupakan kesangatsukaran (difficultas) bagi tiap-tiap orang untuk melakukan prestasi. Contoh lain dari ajaran overmacht objektif adalah banjir bandang, gempa bumi, dan hal – hal lain terkait dengan alam yang tidak dapat diduga kemunculannya. Selain itu, dalam kasus ini juga dapat di analisis unsur – unsur dari overmacht yaitu : a. Tidak dipenuhinya prestasi, karena suatu peristiwa yang membinasakan atau memusnahkan benda yang menjadi objek perikatan, dimana jika dalam kasus ini semen yang di distribusikan musnah, rusak, atau hilang akibat terjangan ombak yang tinggi, maka kasus ini mengandung unsur pertama dari overmacht b. Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, dimana jika dalam kasus tersebut yang dimaksud adalah terjangan ombak yang tinggi yang membuat pihak kedua tidak dapat memenuhi prestasinya kepada pihak pertama berupa mendistribusikan semen hingga sampai ke tempat tujuan. c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan, baik oleh debitur maupun oleh kreditur, jika dalam kasus tersebut yang dimaksud adalah kemunculan terjangan ombak yang tinggi sehingga membuat kapal pengangkut semen menjadi karam tidak di ketahui bahkan tidak di duga akan terjadi, karena hal tersebut terkait dengan aktivitas alam yang sulit di ketahui.
9
Sehingga dari unsur – unsur overmacht yang terkandung di dalam kasus, maka sesuai dengan pasal 1245 KUHPerdata bahwa “tidak ada ganti kerugian yang harus dibayar, apabila karena keadaan memaksa atau suatu kejadian yang tidak disengaja, debitur berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal – hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”. Jadi, pihak kedua yang mendistribusikan semen dan terhambat untuk memenuhi prestasinya karena terjangan ombak yang besar tidak perlu ganti rugi akan hal buruk tersebut karena pihak kedua menghadapi keadaan memaksa (overmacht) dan suatu kejadian yang tidak sengaja seperti terjangan ombak yang tinggi akan muncul.
10