Makalah Case Vi.docx

  • Uploaded by: Putri Maulidya
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Case Vi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,443
  • Pages: 26
Seminar Manajemen Keuangan G Why Buy It When You Can Lease It

Putri Maulidya

041611233049

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019

1.1. Latar Belakang Kasus Angelo Rossi yang memiliki restoran Italia di New York selama25 tahun memiliki kepercayan atau kebiasaan baik dimana semua aktivitas direstorannya dibiayai secara cash atau tunai. Angelo selalu percaya bahwa menjadi seorang debitor berarti menjadi budak dari pemberi pinjaman. Karena itu, ia memilih untuk menabung uang tunai untuk berbagai keperluan ketika dibutuhkan di masa depan. Suatu ketika, Angelo memutuskan untuk memindahkan restorannya ke tempat yang jauh lebih besar dengan parkir dan meja yang cukup. Seperti biasa, langkah itu dibiayai dengan uang tunai. Kemudian sekitar tiga tahun yang lalu, Angelo pensiun dan menyerahkan bisnisnya ke Paulo, anaknya. Karena merupakan usaha warisan, maka Paulo juga mewarisi beberapa peralatan usang. Namun, Paulo mulai lelah karena dia harus sering menelepon ke perusahaan jasa untuk perbaikan peralatan dan pemeliharaan. Akibatnya, kualitas layanan restoran mulai memburuk dan restaoran mengalami kerugian. Selain itu, secara khusus, tiga oven, mesin pencuci piring, dan mesin pasta perlu diganti. Total biaya peralatan termasuk pengiriman dan pemasangan diperkirakan $ 100.000, tingkat jadwal Modified Accelerated Cost Recovery selama 3 tahun dapat digunakan untuk mendepresiasi peralatan. Kondisi restoran di bawah kepemimpinan Paulo mengalami penurunan dimana saldo kas perusahaan telah menyusut. Hal ini dikarenakan gaya hidup Paulo yang jauh lebih mewah dan semuanya dibayar penuh dengan kas dari keuntungan bisnis, sehingga tidak banyak uang yang tersisa untuk renovasi bisnis dan penggantian peralatan. Berkat cara-cara konservatif Papa Rossi, peringkat kredit restoran yang baik sehingga restoran bisa mendapatkan uang untuk peralatan dengan mudah yaitu dengan meminjam dari bank pada tingkat 10% per tahun selama jangka waktu 5 tahun. Namun Paulo mendapatkan banyak rekomendasi dari kolega bisnisnya tentang keuntungan dari melakukan leasing. Sehingga Paulo juga berusaha melakukan hal yang sama dengan mencari berbagai macam perusahaan leasing. Dan akhirnya Paulo menemukan bahwa ia dapat menyewakan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dari AAA Leasing Company untuk pembayaran sewa tahunan sebesar $ 25.000 selama jangka waktu 5 tahun. Sewa akan membawa opsi untuk membeli peralatan seharga $ 40.000 pada akhir 5 tahun. Biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per tahun dan akan ditanggung oleh pembayaran sewa tahunan. Peningkatan efisiensi peralatan baru diharapkan menghasilkan penghematan biaya bersih $ 4.000 per tahun. 2

1.2. Permasalahan 1. Apa saja jenis leasing yang tersedia serta perbedaannya dan mana yang paling cocok untuk restoran Paulo ? Jelaskan mengapa 2. Hitung keuntungan bersih dari penyewaan (the net advantage to leasing/NAL) peralatan restoran. Jika diasumsikan bahwa peralatan lama tidak memiliki nilai jual kembali sedangkan the net equipment akan memiliki nilai sisa $ 30.000 setelah 5 tahun. Tarif pajak restoran diperkirakan 40%. 3. Menurut Anda apa yang biasanya terjadi pada peralatan sewaan setelah masa sewa berakhir ? 4. Setelah melakukan semua perhitungan, Paulo menyadari bahwa ia meremehkan penghematan biaya yang akan menghasilkan peningkatan efisiensi sebesar $ 1.000 per tahun. Bagaimana seharusnya kesalahan ini ditangani ? Apakah ini relevan ? jelaskan 5. Bagaimana seharusnya depresiasi dan pajak diperhitungkan dalam perhitungan ini ? 6. Jika peralatan disewakan, apakah pembayaran sewa akan dikurangkan dari pajak ? jelaskan. 7. Jika tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40%, berapakah pembayaran sewa minimum yang bersedia diterima ? jelaskan 8. Berapa pembayaran sewa maksimum yang bersedia dibayarkan oleh Paulo ? jelaskan 9. Seberapa besar dampak yang diperkirakan oleh nilai sisa mesin baru terhadap keputusan sewa versus beli (lease versus buy decision) ? 10. Jika Paulo menyewa peralatan, apa dampaknya pada kapasitas hutang perusahaan ? 11. Apakah ukuran bisnis memainkan peran apa pun dalam keputusan sewa atau beli dari jenis ini ? 12. Apakah jenis aset yang dipertimbangkan memiliki banyak pengaruh pada keputusan sewa versus beli ? 13. Apakah ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan sewa versus meminjam dan membeli dari jenis ini ? jelaskan 14. Semua hal dipertimbangkan, haruskah Paulo menyewakan atau meminjam dan membeli peralatan ? jelaskan. 1.3. Solusi Kasus 1.3.1. Teori – Teori Sewa-guna atau leasing adalah suatu penetapan yang memberikan kepada suatu perusahaan untuk menggunakan dan mengendalikan aktiva-aktiva tanpa menerima hak atas aktiva-aktiva tersebut. Aktiva-aktiva tersebut merupakan barang-barang 3

modal. Suatu lease adalah suatu persetujuan tertulis yang memberikan kesempatan penggunaan aktiva-aktiva selama suatu periode tertentu. Suatu lease ditandatangani oleh baik pemilik aktiva (lessor) dan pemakai aktiva (lessee). Ciri – ciri leasing terdiri dari :  Biasanya ada jangka waktu kegunaan yang ditentukan atas barang yang disewakan  Hak milik benda yang disewakan ada pada pihak lessor  Benda yang dijadikan objek leasing adalah benda yang bisa digunakan oleh perusahaan Pada umumnya leases dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :  Operating Lease dimana suatu operating lease tidak menyatakan adanya kewajiban jangka panjang baik bagi lessor maupun lessee dan biasanya boleh dibatalkan oleh pemilik atau pengguna aktiva setelah pemberitahuan ketetapan tertentu. Sebagai contoh suatu operating lease adalah sewa menyewa ruangan kantor atas dasar lease 2 tahun yang dapat dibatalkan berdasarkan pemberitahuan 60 hari. Ini merupakan suatu jenis yang umum dari lease bagi kebanyakan orang, akan tetapi mendapat perhatian yang terbatas bagi manajer keuangan.  Service Lease dimana menurut jenis, lease ini, lessor menyediakan baik pembiayaan maupun servis atas aktiva-aktiva selama periode lease. Komputer, mesin fotokopi, truk, dan barang-barang modal lainnya dileasekan di bawah kontrak yang memberikan pemeliharaan maupun servis atas aktiva-aktiva selama periode lease. Oleh karena mesin-mesin modern sering membutuhkan pemeliharaan yang istimewa serta dukungan yang khusus pula, service lease terus berkembang dan penting. Ciri-ciri utama dari service lease ini adalah sebagai berikut : a. Pemeliharaan masuk dalam biaya lease. Lessor bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan dan melakukan semua pelayanan dan perbaikanperbaikan secara rutin. Sifat ini dianggap penting di dalam biaya lease dan melindungi lessee dari keharusan untuk memperbaiki adanya kerusakankerusakan utama. Ini juga memberikan peluang bagi para lessor untuk mempekerjakan seorang staf ahli mesin yang terampil yang dapat memelihara sejumlah besar kendaraan-kendaraan, komputer, atau peralatan yang dilease-kan.

4

b. Peralatan tidak boleh diamortisasikan secara penuh. Bila suatu perusahaan mengamortisasi suatu aktiva, maka perusahaan akan menyusutkannya selama periode tertentu (umur ekonomisnya). Menurut service lease, pembayaran-pembayaran lease mungkin tidak cukup bagi lessor untuk menutup kembali harga perolehan dari aktiva tersebut. Ini artinya bahwa periode lease itu lebih pendek daripada usia pelayanan aktiva itu, dan lease itu tidak diamortisasi secara penuh. c. Lease dapat dibatalkan. Dalam banyak kasus, service lease boleh dibatalkan oleh lessee. Sebagai ganti pilihan ini, lease mungkin berisi syarat-syarat pembayaran dari suatu sanksi, jika lease itu dibatalkan sebelum habis masa lease-nya. Kebanyakan suatu pemberitahuan yang telah ditetapkan untuk pembatalan diperlukan. d. Macam-macam servis lainnya boleh disediakan. Di samping peralatan dan pelayanan itu, service lease mungkin memberikan tambahan pelayanan atas bagian aktiva dari lessor. Peralatan pengganti diberikan pada waktu kerusakan-kerusakan terjadi, dan bentuk-bentuk asuransi boleh diproses oleh lessor sebagai bagian dari persetujuan lease itu.  Financial Lease dimana ini merupakan suatu lease jangka panjang atas aktivaaktiva tetap yang tidak boleh dibatalkan oleh kedua belah pihak. Sebagai suatu sumber dana, financial lease pada dasarnya adalah suatu jenis yang sama dari alternatif pembelanjaan utang jangka panjang. Lease semacam ini merupakan perhatian utama bagi para manajer keuangan. Ciri-ciri financial lease adalah sebagai berikut : a. Kewajiban yang pasti. Suatu financial lease menyatakan suatu kewajiban yang pasti bagi suatu perusahaan. Kewajiban itu tidak dapat dibatalkan dan serupa dengan persyaratan untuk membayar bunga utang yan belum terlunasi. b. Periode jangka panjang. Financial lease dibuat meliputi suatu periode paling sedikit satu tahun dan sering kali 5 atau 10 tahun. Selama masa periode ini perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan lease, walaupun aktiva itu mungkin menjadi usang dan tidak lagi berguna untuk kegiatan-kegiatan usaha. c. Peralatan lease diamortisasi secara penuh. Pada financial lease persetujuan lease meliputi usia pelayanan dari aktiva. Jika suatu perusahaan membuat 5

persetujuan lease atas sebuah peralatan dengan suatu usia yang diharapkan 8 tahun, periode lease itu akan menjadi kira-kira 8 tahun. Jika suatu aktiva memiliki suatu usia yang tak tentu, dalam kasus seperti bangunan kantor, maka persetujuan lease seolah-olah selama usia pelayanannya, katakanlah 20 tahun. Dalam hal ini, gedung kantor akan diamortisasi secara penuh, meskipun mungkin mempunyai suatu nilai residu pada akhir periode lease itu. d. Keuntungan selama periode lease. Total pembayaran-pembayaran lease itu lebih besar daripada harga perolehan aktiva, yang mana memberikan peluang bagi lessor untuk memperoleh suatu keuntungan atas suatu penetapan lease selama periode lease itu. Jika aktiva mempunyai nilai residu, maka hal tersebut adalah tambahan keuntungan bagi lessor. Terdapat dua bentuk financial lease yaitu :  Straight lease. Tipe lease ini mewajibkan perusahaan membayar sewa selama masa pelayanan yang diharapkan itu. Tidak ada ketentuan dibuat untuk setiap perubahan-perubahan kondisi-kondisi lease yang pokok.  Modified lease. Tipe lease ini memberikan beberapa kemungkinan pilihan-pilihan bagi lessee selama masa lease. Sebagai contoh, suatu kontrak lease mungkin memberi peluang bagi lessee untuk mengakhiri kontrak lease tersebut dengan mengembalikan aktiva kepada lessor setelah suatu tanggal yang ditetapkan. Pilihan-pilihan lain dapat diperbolehkan. Jenis sewa ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu direct finance lease dan sale and lease back. Direct finance lease adalah apabila pihak lessee pada waktu sebelumnya belum memiliki barang modal yang dijadikan objek leasing tersebut. Secara sederhana dicontohkan sebagai berikut: lessor akan membeli barang modal atas permintaan pihak lessee yang sepakat saling menyelenggarakan kontrak leasing. Sale and lease back adalah pihak lessee yang sebelumnya telah memiliki barang modal tertentu, menjual barang tersebut kepada lessor. Kemudian antara lessor dan lessee berkepentingan atas uang tunai (cash) yang akan dimanfaatkan untuk menambah modal usaha atau kepentingan lainnya. Antara direct finance lease dengan sale and lease back ini tidak ada perbedaan mendasar, baik dalam hal biaya sewa (rental), nilai sisa (residual value) maupun jangka waktunya (lease period). 6

Selain dari bentuk-bentuk leasing di atas, ada bentuk leasing yang lain, yaitu leverage lease dan cross border lease. Leverage lease, yaitu finance lease yang melibatkan selain lessor dan lessee, juga pihak ketiga, yaitu credit provider. Peran pihak ketiga ini adalah lessee membiayai sebesar 20% sampai dengan 40% harga barang modal, sedangkan sisanya dibiayai pihak ketiga tersebut. Cross border lease, yaitu usaha leasing yang melewati batas wilayah suatu negara. Dalam model ini diperlukan suatu penanganan khusus meliputi aturan hukumnya, perpajakan, akuntansi, dan sebagainya. Keputusan untuk membeli dengan dana atau leasing suatu aktiva diambil sederhananya meliputi : 1. Keputusan untuk membeli atau me-lease akan menyangkut banyak aliran kas yang sudah umum. 2. Membeli atau me-lease tetap akan mendatangkan biaya operasi dan akan mendapatkan penghasilan. Leasing atau Membeli Tanpa Memperhatikan Pajak. Jika diasumsikan tingkat pajak 0 dan menganalisis aspek-aspek keuangan antara keputusan leasing dan pembelian. Anggap suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk me-lease atau membeli suatu peralatan. Perusahaan telah memutuskan untuk memperoleh peralatan tersebut. Peralatan itu akan mendatangkan biaya operasi dan akan menghasilkan penghasilan-penghasilan yang tidak akan mempengaruhi apakah peralatan tersebut akan di-lease atau dibeli. Jadi keputusan me-lease atau membeli akan menyangkut banyak aliran kas yang sudah umum untuk keputusan-keputusan tersebut. Namun, bagaimanapun terdapat perbedaan arus aliran kas, tergantung dari metode pembelanjaan terhadap peralatan tersebut. Di satu pihak mempunyai aliran-aliran kas yang digabungkan dengan pembelian, di lain pihak digabungkan dengan leasing. Pada umumnya, jika suatu tingkat diskon yg digunakan dalam analisis adalah sama dengan tingkat bunga yang mana perusahaan harus membayar, dan apabila itu sungguh-sungguh dicoba untuk membelanjai pembelian aktiva dengan suatu pinjaman, maka skedul pembayaran kembali pinjaman yang khusus itu tidak akan mempengaruhi nilai sekarang dari pinjaman itu. Anggap suatu pinjaman P dipinjam dan bunga i persen dibayar atas pokok pinjaman ditambah bunga yang terus bertambah belum dibayar. Dengan menggunakan bunga tingkat diskon i, kita peroleh nilai sekarang dari pembayaran-pembayaran yang dibutuhkan untuk melunasi pinjaman itu akan selalu menjadi P, apapun skedul pembayaran kembali pinjaman 7

yang dipilih. Maksud dari analisis pada tingkat ini adalah untuk menentukan apakah lease yang diusulkan adalah menarik secara finansiil. Karena lease dianggap membutuhkan suatu ketetapan sebelumnya berdasarkan kontrak seperangkat pembayaran-pembayaran, yaitu pinjaman. Di sini tingkat diskonto benar-benar dapat meminjam, jika pilihan untuk memperoleh aktiva tersebut dengan membeli dan meminjam. Leasing atau Membeli dengan Memperhatikan Pajak. Sekarang dibahas akibatakibat dipertimbangkan pajak pendapatan. Dengan suatu pajak pendapatan, perusahaan akan menempatkan semua aliran kas atas dasar sesudah pajak, karena biaya bunga dapat dikenakan pajak untuk tujuan-tujuan pajak, maka akan dapat digunakan tingkat diskon sesudah pajak. Untuk membuat aliran-aliran kas ini atas dasar sesudah pajak bagi peminjam, maka perusahaan perlu menentukan untuk tiaptiap tahunnya berapa jumlah ini akan dipertimbangkan untuk pembayaran bunganya dan berapa pembayaran kembali pokok pinjamannya. Hanya bagian biaya bunga saja yang diperkenankan sebagai suatu biaya untuk maksud-maksud pajak. Leasing atau Membeli dengan Memperhitungkan Depresiasi. Bagaimanapun juga pembahasan di atas belum mempertimbangkan depresiasi. Jika peralatan itu di-lease, maka pihak lessee tidak berhak mengurangi biaya depresiasi. Tetapi jika peralatan itu dibeli, maka lessee berhak mengurangi biaya depresiasi untuk tujuan-tujuan pajak. Apabila perusahaan menggunakan suatu metode depresiasi yang dipercepat, maka tentu akan lebih menguntungkan menurut pembelian dari lease. Misalkan perusahaan menggunakan Metode Double Decline Balance, maka nilai sekarang dari penghematan pajak dapat dihitung dengan menggunakan Tabel NPV. Pihak-Pihak yang Terlibat  Lessor (pemilik aktiva). Merupakan perusahaaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang modal.  Lessee (pemakai aktiva). Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.  Supplier. Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasingkan sesuai dengan perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.  Asuransi. Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. 8

Jenis-jenis Lessor Karena penggunaan leasing telah meningkat sebagai metode bagi bisnis untuk memperoleh peralatan dan aset lainnya, jumlah perusahaan dalam bisnis leasing telah meningkat secara dramatis. Sewa kini merupakan industri bernilai miliaran dolar. 

Bank komersial, perusahaan asuransi, dan perusahaan keuangan melakukan sebagian besar leasing. Banyak dari organisasi ini telah membentuk anak perusahaan terutama yang berkaitan dengan penyewaan peralatan. Anak-anak perusahaan ini biasanya mampu membuat pengaturan sewa untuk hampir semua hal.



Selain organisasi keuangan, ada perusahaan yang berspesialisasi dalam leasing. Beberapa terlibat dalam penyewaan umum, sementara yang lain berspesialisasi dalam peralatan tertentu, seperti truk atau komputer. sebagai contoh.



Produsen peralatan juga sesekali dalam bisnis leasing. Tentu saja, mereka biasanya hanya menyewakan peralatan yang mereka produksi.

Sumber Dana Leasing  Modal disetor  Laba ditahan  Depresiasi  Lembaga Keuangan dan Perusahaan Leasing khusus menyediakan dana untuk leasing Manfaat Leasing 

Menghemat modal



Sangat luwes



Sebagai sumber dana



Menguntungkan cash-flow



Menciptakan keuntungan dari pengaruh inflasi



Sarana kredit jangka menengah dan panjang



Dokumentasi sederhana

Tiga Langkah Untuk Analisis Beli Versus Sewa 1. Strukturing. Langkah pertama adalah memilih struktur sewa yang paling sesuai dengan karakteristik aset, periode penggunaan yang diharapkan, dan tujuan keuangan penyewa. Langkah ini membutuhkan pengenalan struktur sewa yang 9

tersedia dan keahlian dalam mencocokkan struktur sewa dengan pola fakta spesifik dan tujuan bisnis 2. Harga. Langkah kedua adalah menentukan harga pasar untuk struktur sewa yang optimal. Langkah ini membutuhkan pengetahuan pasar terkini. Karena indeks harga yang dipublikasikan umumnya tidak tersedia, harga pasar biasanya diinformasikan oleh transaksi yang sebanding atau indikasi harga yang diperoleh dari lessor. 3. Perbandingan. Langkah terakhir adalah membandingkan skenario sewa dengan skenario pembelian, biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV) setelah pajak. Langkah ini membutuhkan spesifikasi periode penggunaan, posisi pajak penyewa, dan disposisi akhir masa jabatan. Ini juga membutuhkan pemahaman tentang metode pembiayaan "skenario pembelian". Setelah ditentukan, variabelvariabel ini harus diproses melalui alat komputasi atau kalkulator. Prosedur Mekanisme Leasing Dalam melakukan perjanjian leasing terhadap prosedur dan mekanisme yang harus di jalankan yang secara garis besar dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang memuaskan. 2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lessee, maka dikirimkan kepada lessor disertai dokumen lengkap. 3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak pembayaran sewa lesse), setelah ini maka kontrak lessee dapat di tandatangani. 4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease dengan perusahan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. 5. Supplier dapat mengirimkan peralat yang dilease ke lokasi lessee. Untuk mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian purna jual. 6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier. 7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti dan pemindahan pemilikan kepada lessor. 8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier. 10

9. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease. Metode Pembayaran Leasing Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh pihak lessee terdiri atas unsur bunga dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Besarnya pembayaran sewa setiap periodenya ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :  Nilai modal yang juga merupakan nilai kontrak sewa guna. Nilai barang modal merupakan penjumlahan harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir masa kontrak.  Simpanan jaminan atau security deposit. Simpanan jaminan merupakan semacam uang muka pihak lessee atas suatu kontrak sewa guna yang besarnya bergantung pada kesepakatan antara lessor dengan lessee.  Nilai sisa (residual value). Nilai sisa adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang modal yang dilease pada masa akhir kontrak.  Jangka waktu. Jangka waktu kontrak sewa guna berkait erat dengan jangka waktu kegunaan ekonomis atau manfaat suatu barang modal yang dileasekan. Umumnya kontrak sewa guna di Indonesia berkisar 2 s.d 5 tahun. Semakin lama waktu sewa guna semakin rendah pula pembayaran sewa  Tingkat bunga. Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayarna sewa guna adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor. Keuntungan dari Leasing  Keuntungan yang jelas untuk leasing adalah memperoleh penggunaan aset tanpa membuat pengeluaran kas awal yang besar.  Dibandingkan dengan pengaturan pinjaman untuk membeli peralatan yang sama, sewa biasanya tidak memerlukan uang muka, sementara pinjaman sering kali meminta 25 persen, tidak memerlukan batasan pada operasi keuangan perusahaan, sementara pinjaman sering dilakukan, jangka waktu pembayaran dalam periode yang lebih lama (yang berarti lebih rendah) daripada izin pinjaman, dan memberikan perlindungan terhadap risiko keusangan peralatan, karena penyewa dapat menyingkirkan peralatan di akhir masa sewa.  Mungkin juga ada manfaat pajak dalam leasing. Pembayaran sewa dikurangkan sebagai biaya operasi jika pengaturannya adalah sewa yang sebenarnya (dan

11

Internal Revenue Service menyetujuinya). Kepemilikan, bagaimanapun, biasanya memiliki keuntungan pajak yang lebih besar melalui kredit pajak investasi dan depresiasi. Secara alami, Anda harus memiliki penghasilan yang cukup dan kewajiban pajak yang dihasilkan untuk mengambil keuntungan dari kedua manfaat itu.  Kredit pajak investasi dapat digunakan untuk kepentingan penyewa maupun penyewa. Kreditnya adalah dolar untuk pengurangan dolar dalam pajak pendapatan federal. Sementara lessor biasanya mengambil kredit pajak, itu dapat memberikan sebagian manfaat kepada lessee dalam bentuk pembayaran sewa yang dikurangi.  Leasing memiliki keuntungan lebih lanjut bahwa perusahaan leasing telah memperoleh pengetahuan yang cukup tentang jenis peralatan yang disewanya. Dengan demikian, dapat memberikan saran teknis ahli tentang pengalaman dengan peralatan sewaan.  Akhirnya, ada satu lagi manfaat leasing dalam hal kebangkrutan, klaim lessor terhadap aset perusahaan lebih terbatas daripada kreditor umum Kerugian Leasing  Pertama-tama, leasing biasanya lebih mahal karena perusahaan akan kehilangan keuntungan pajak tertentu yang terkait dengan kepemilikan aset. Pinjaman mungkin tidak, namun lebih mahal jika tidak dapat memanfaatkan manfaat itu karena tidak memiliki cukup kewajiban pajak untuk ikut bermain.  Kehilangan nilai ekonomi aset pada akhir masa sewa, karena tidak memiliki aset itu. Lessees telah dikenal terlalu meremehkan nilai sisa dari aset. Jika lessees tahu nilai ini sejak awal, lessees mungkin telah memutuskan untuk membeli daripada sewa.  Sewa adalah kewajiban hukum jangka panjang. Biasanya perusahaan tidak dapat membatalkan perjanjian sewa. Jadi, jika perusahaan mengakhiri operasi yang menggunakan peralatan sewaan, perusahaan masih harus membayar sebanyak jika perusahaan telah menggunakan peralatan untuk jangka waktu penuh dari sewa. 1.3.2. Solusi Detail Jenis – jenis leasing terdiri dari :

1

 Operating Lease. Suatu operasi lease tidak menyatakan adanya kewajiban jangka panjang baik bagi lessor maupun lessee dan biasanya boleh dibatalkan oleh pemilik atau pengguna aktiva setelah pemberitahuan ketetapan umum (memiliki hak opsi). 12

 Service Lease. Lease jenis ini, lessor menyediakan baik pembiayaan maupun service atas aktiva-aktiva selama periode lease.  Financial Lease. Merupakan suatu lease jangka panjang atas aktiva-aktiva tetap yang tidak boleh dibatalkan oleh kedua belah pihak. Sebagai sumber dana, financial lease pada dasarnya adalah suatu jenis yang sama dari alternative pembelanjaan utang jangka panjang. Financial Lease terbagi 2 yaitu : 

Straight lease. Tipe lease ini mewajibkan perusahaan membayar sewa selama masa pelayanan yang diharapkan itu. Tidak ada ketentuan dibuat untuk setiap perubahanperubahan kondisi-kondisi lease yang pokok.



Modified lease. Tipe lease ini memberikan beberapa kemungkinan pilihanpilihan bagi lessee selama masa lease.

 Direct Financial Lease, yaitu jika pihak lease pada waktu sebelumnya belum memiliki barang modal yang dijadikan objek leasing tersebut.  Sale and Lease Back, yaitu pihak lease yang sebelumnya telah memiliki barang modal tertentu, menjual barang tersebut kepada lessor.  Leverage Lease. Financial lease yang melibatkan selain lessor dan lessee, juga pihak ketiga, yaitu Credit Provider.  Cross Border Lease. Usaha leasing uang melewati batas wilayah suatu negara. Jika diidentifikasi dari tujuan dari Paulo untuk melakukan leasing, maka Paulo lebih cocok melakukan financial lease dimana penjelasan dalam kasus sesuai dengan ciri dari financial lease yang dapat dipaparkan sebagai berikut : - Kewajiban yang pasti. Suatu financial lease menyatakan suatu kewajiban yang pasti bagi suatu perusahaan. Kewajiban itu tidak dapat dibatalkan dan serupa dengan persyaratan untuk membayar bunga utang yan belum terlunasi. - Periode jangka panjang. Financial lease dibuat meliputi suatu periode paling sedikit satu tahun dan sering kali 5 atau 10 tahun. Selama masa periode ini perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan lease, walaupun aktiva itu mungkin menjadi usang dan tidak lagi berguna untuk kegiatan-kegiatan usaha. Disebutkan dalam kasus bahwa Paulo melakukan leasing kepada AAA Leasing Company selama 5 tahun - Peralatan lease diamortisasi secara penuh. Pada financial lease persetujuan lease meliputi usia pelayanan dari aktiva.

13

- Keuntungan selama periode lease. Total pembayaran-pembayaran lease itu lebih besar daripada harga perolehan aktiva, yang mana memberikan peluang bagi lessor untuk memperoleh suatu keuntungan atas suatu penetapan lease selama periode lease itu. Jika aktiva mempunyai nilai residu, maka hal tersebut adalah tambahan keuntungan bagi lessor. - Serta adanya hak opsi dimana di dalam kasus juga dijelaskan bahwa sewa yang dilakukan Paulo akan membawa opsi untuk membeli peralatan seharga $ 40.000 pada akhir 5 tahun. Biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per tahun dan akan ditanggung oleh pembayaran sewa tahunan. Sehingga diharapkan terjadi peningkatan efisiensi peralatan baru yang menghasilkan penghematan biaya bersih $ 4.000 per tahun. 2

Diketahui

: nilai sisa peralatan baru $30.000 setelah 5 tahun : tarif pajak restoran 40% : biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per tahun : pembayaran sewa tahunan sebesar $ 25.000 : pinjam dari bank pada tingkat 10% per tahun.

Ditanyakan

: NAL ?

Dijawab

:

𝑂𝑡(1 − 𝑇) = $2.000(1 − 0,4) = $1.200 𝑅𝑡(1 − 𝑇) = $25.000(1 − 0,4) = $15.000 𝐷𝑡. 𝑇 =

($40.000 − $30.000) × 0,4 = $800 5

𝑉𝑛 = $30.000 × 0,4 = $12.000 𝑅𝑏 = 0,1(1 − 0,4) = 0,06 The after tax salvage value of the equipment

= $30.000 – 40%($30.000 – 0) = $18.000

14

Tahun ke

Ot(1-T)

-Rt(1-T)

-Dt*T

Jumlah

1

$1.200

-$15.000 -$800

-$14.600

2

$1.200

-$15.000 -$800

-$14.600

3

$1.200

-$15.000 -$800

-$14.600

4

$1.200

-$15.000 -$800

-$14.600

5

$1.200

-$15.000 -$800

-$14.600

𝑁𝐴𝐿 =

𝑂𝑡(1 − 𝑇) − 𝑅𝑡(1 − 𝑇) − 𝐷𝑡 ∗ 𝑡 𝑉𝑛 − + 𝐶𝑂𝐹 (1 + 𝑟𝑏)𝑡 (1 + 𝑟𝑏)𝑛

Dimana : Ot

= operating cash outflow pada waktu t yang terjadi hanya jika aktiva dibeli (tidak leasing). Biasanya terdiri atas biaya perawatan dan asuransi yang pada kontrak lease akan dibayar oleh lessor

Rt

= leasing payment tahunan pada waktu t

T

= tingkat pajak pada penghasilan perusahaan

Dt

= biaya depresiasi aktiva pada waktu t

Vn

= nilai sisa setelah pajak pada waktu t

COF

= nilai perolehan aktiva, yang tidak dibayar lessee jika ia melakukan leasing

Rb

= biaya hutang setelah pajak dimana rb = Kd (1-T)

𝑁𝐴𝐿 =

−$14.600 −$14.600 −$14.600 −$14.600 −$14.600 + + + + + $40.000 1 2 3 4 (1 + 0,06) (1 + 0,06) (1 + 0,06) (1 + 0,06) (1 + 0,06)5

𝑁𝐴𝐿 = −$13.773,585 − $12.993,948 − $12.258,442 − $11.564,567 − $10.909,969 +$40.000 𝑁𝐴𝐿 = −$21.500,511

Jadi nilai NAL dari peralatan restauran sebesar -$21.500,511 Jika NPV > 0 dan NAL > 0, maka aktiva dapat diperoleh melalui LEASING. Jika NPV > 0, namun NAL < 0, maka aktiva dapat diperoleh dengan cara MEMBELI. Jika NPV < 0 dan NAL > 0, jangan dulu menolak aktiva tersebut sebab akan timbul: 15

NPV + NAL > 0, maka aktiva dapat diterima tapi harus diperoleh dengan cara LEASING. NPV + NAL < 0, maka aktiva atau proyek tersebut DITOLAK. Jika NPV < 0 dan NAL < 0, maka aktiva atau proyek tersebut DITOLAK. Karena hasil perhitungan menunjukkan nilai NAL negatif (NAL < 0) maka restauran Paulo sebaiknya membeli peralatan dibandingkan melakukan leasing. 3

Terkait dengan apa yang akan terjadi pada peralatan sewa pada saat masa sewa

berakhir tergantung pada jenis leasing yang dilakukan, karena beda jenis leasing yang dilakukan maka beda pula perjanjian atas peralatan di saat masa sewa berakhir. Jika metode pembiayaannya leasing, maka di akhir kontrak dapat menggunakan hak opsi untuk membeli seharga nilai sisa ke debitor, memperpanjang kontrak, atau mengembalikan peralatan kepada pihak lessor. Jika metode pembiayaannya sewa beli, maka diakhir kontrak peralatan atau barang akan menjadi miliki penyewa atau lessee. Jika metode pembiayaannya sewa-menyewa, maka di akhir kontrak barang atau peralatan harus dikembalikan kepada pemiliknya atau pihak lessor. Dan jika metode pembiayaannya dengan kredit bank, maka di akhr kontrak dapat melakukan kredit lunas dan jaminan kembali. Dalam kasus ini, karena Paulo memutuskan untuk melakukan financial leasing, maka di akhir kontrak nanti akan ada beberapa keputusan yang dapat dipilih seperti menggunakan hak opsi untuk membeli peralatan seharga nilai sisa ke debitor (lessor atau AAA Leasing Company). Lalu, memperpanjang kontrak. Dan pilihan terakhir yaitu mengembalikan peralatan kepada lessor. 4

Efisiensi biaya yang dilakukan oleh perusahaan bersifat parsial, temporer dan

malah mengorbankan long-term gain. Jika perusahaan tidak berhati-hati atau malah “salah kaprah”, bukan saja potensi keuntungan yang diharapkan tidak dapat terealisasi, bahkan daya saing bisnis pun menjadi menurun drastis. Hal tersebutlah yang terjadi pada restauran Paulo, karena ketidakmampuannya dalam mengendalikan kas restauran dan meremehkan cost saving yang dapat meningkatkan efficiency sebesar $1.000 per tahun. Strategi atau langkah yang dapat ditempuh restauran agar berhasil melakukan efisiensi biaya tanpa harus mengorbankan long-term gain. Efektivitas biaya merupakan langkah yang dilakukan untuk memastikan segala biaya yang harus dikeluarkan adalah kritikal dan tepat sasaran. Penghematan biaya tidak 16

relevan dalam kasus keputusan sewa versus pembelian karena mereka akan menguntungkan kedua alternatif dengan meninggalkan keuntungan bersih nol. 5

Pihak lessor sebagai pemilik peralatan, mendaftarkan pembayaran penuh

(pokok+bunga) sebagai pendapatan tetapi dikurangi nilai depresiasi aset, yang biasanya dilakukan dengan jadwal yang dipercepat (accelerated schedule). Lessee menuntut pembayaran leasing sebagai pengurangan pendapatan kena pajak. Periode leasing biasanya lebih singkat dari umur ekonomis peralatan, sehingga lessee sebenarnya mengalami “penyusutan/depresiasi” peralatan lebih cepat dibandingkan jika lessee membeli peralatan tersebut. Untuk operating lease pajak menjadi beban atau tanggungjawab pihak lessor sehingga menyebabkan pihak lessee harus membayar biaya leasing lebih besar dan dalam operating lease tidak diperbolehkan membebankan depresiasi didalam perhitungannya. Sedangkan dalam financial leasing pajak ditanggung atau menjadi kewajiban pihak lessee dan depresiasi wajib dibebankan dalam perhitungan. Juga dapat dijelaskan dalam dua bagian yaitu leasing kena pajak dan leasing tidak kena pajak. Untuk leasing kena pajak, menyatakan bahwa sebuah kontrak leasing yang memberikan ijin kepada lessor untuk meregistrasikan aset pada laporan neraca mereka. Untuk tujuan pajak, lessor menerapkannya sebagai pemilik fiskal, sehingga dapat mengurangi penyusutan dari pendapatan kena pajak. Dimana depresiasi dapat dikurangi dengan jadwal yang dipercepat (accelerated schedule). Di sisi lain, pihak lessor harus melaporkan total pembayaran leasing yang diterima (baik pokok maupun bunga) sebagai pendapatan kena pajak. Dalam pajak leasing, lessee dapat mengurangi total pembayaran leasing mengingat masa leasing biasanya lebih pendek dari umur ekonomis sebuah peralatan, lessee pada kenyataannya “melakukan depresiasi” peralatan lebih cepat dibandingkan jika peralatan langsung dibeli. Kemudian kedua pihak melakukan percepatan depresiasi aset, sehingga total pembayaran pajak menjadi lebih rendah. Untuk leasing tidak kena pajak dimana dalam kontrak leasing, lessor mencatat lessee sebagai debitur dan membayar pajak keuntungan atas pendapatan bunga saja. Dalam laporan lessee, peralatan dicatat sebagai aset, dan lessor muncul sebagai kreditur, seolah – olah leasing merupakan operasi kredit biasa. Lessee mengurangi depresiasi dan juga bunga pembayaran leasing dari pendapatan kena pajak. 6

Dalam ketentuan leasing terdapat perbedaan tergantung jenis leasing yang

dilakukan, berikut pemaparanya : 17

 Operating leases menjelaskan bahwa pihak lessor memiliki kewajiban untuk memelihara aktiva dan harus menanggung pajak atau biaya asuransi sehingga biaya leasing yang lebih besar yang harus dibayar oleh pihak lessee. Jadi saat pembayaran sewa, maka tidak akan dikurangi dengan biaya pajak karena pihak lessee juga harus membayarnya.  Financial leases menjelaskan bahwa pihak lessee bertanggung jawab untuk pemeliharaan, pajak, dan asuransi. Jadi saat pembayaran sewa, maka pembayaran akan dikurangi dengan biaya pajak.  Tax-oriented lease menjelaskan pihak lessor sebagai pemilik aktiva menjadi subjek pajak. Pihak lessee dapat memperoleh manfaat, karena lessor dapat memberikan manfaat pajak kepada pihak lessee dengan mengenakan biaya leasing yang lebih murah. 7

Pembayaran lease minimum (minimum lease payments) yaitu pembayaran sewa

yang diminta selama periode lease ditambah dengan jumlah yang harus dibayar untuk nilai residu, baik melalui opsi pembelian dengan harga murah atau penjamin nilai sisa. Pembayaran sewa terkadang mencakup beban asuransi, pemeliharaan, dan pajak yang timbul atas harga yang lease . Diketahui

: jangka waktu leasing 5 tahun : pembayarawan sewa tahunan $25.000 : tarif pajak AAA Leasing Company adalah 40% : biaya perawatan pada peralatan baru diperkirakan $ 2.000 per tahun : nilai sisa peralatan baru $30.000 setelah 5 tahun

Ditanyakan

: minimum lease payments ?

Dijawab : 𝑃𝑚𝑡 𝑅𝑒𝑠 ]+ 𝑛 (1 + 𝑟) (1 + 𝑟)𝑛

𝑃𝑉 = ∑[ Dimana : PV

= present value of the minimum lease payments

Pmt

= periodic lease payment

R

= interest rate

n

= number of payment periods

Res

= residual amount

18

𝑃𝑉 =

$25.000 − $2.000 $25.000 − $2.000 $25.000 − $2.000 $25.000 − $2.000 + + + (1 + 0,40)1 (1 + 0,40)2 (1 + 0,40)3 (1 + 0,40)4

+

$25.000 − $2.000 $30.000 + 5 (1 + 0,40) (1 + 0,40)5

𝑃𝑉 = $16.428,57 + $11.734,69 + $8.381,92 + $5.987,09 + $4.276,49 + $557,80 𝑃𝑉 = $47.366,56 Minimum lease payment 5 year

= $100.000 - $47.366,56 = $52.633,44

Minimum lease payment per year

= $52.633,44 / 5 = $10.526,688

Minimum lease payment

= $10.526,688 / (1 – 0,40) = $10.526,688 / 0,60 = $17.544,48

Jadi pembayaran sewa minimum yang bersedia diterima adalah $17.544,48 8

Pembayaran sewa maksimum yang harus dibayar sama dengan pembayaran sewa

minimum yang bersedia diterima karena lessor dan lessee memiliki tarif pajak yang sama dengan pembayaran sewa minimum, dimana dapat diartikan bahwa pembayaran sewa maksimum yang bersedia dibayarkan oleh lessee akan sama dengan pembayaran minimum yang bersedia diterima oleh lessor yaitu sebesar $17.544,48 9

Estimasi nilai residu. Dimana lessor akan memiliki aktiva lease setelah

berakhirnya masa lease. Estimasi nilai aktiva setelah berakhirnya masa lease disebut nilai residu (residual value). Jadi, adanya nilai residu yang besar atas peralatan cenderung tidak menyimpangkan keputusan mengenai leasing. Nilai sisa setelah pajak dari mesin baru didiskontokan selama 5 tahun sebesar 6% dan diperlakukan sebagai arus kas negatif untuk penyewa, ketika menganalisis keputusan sewa versus beli. Dengan demikian, untuk mengetahui dampak dari nilai penyelamatan pada sewa versus buydecision kita dapat melakukan hal berikut : 1. PVIFA(6%,5thn) = 0,747 2. Arus kas negatif = 0,747 x 0,60 = 0,4482. Dengan demikian perkiraan nilai sisa dapat mempengaruhi NPV sekitar 44,82% Jadi besar dampak perkiraan nilai sisa dari mesin baru terhadap keputusan sewa versus beli yaitu sebesar 44,82%

19

10

Terdapat keunggulan dan kelemahan dari masing – masing metode pembiayaan

antara leasing dan hutang. Pertama, pembiayaan melalui hutang memerlukan jaminan, sementara leasing tidak memerlukan jaminan. Kedua, pembiayaan melalui hutang berarti nantinya barang modal milik perusahaan, sementara leasing barang modal miliki lessor sehingga lessee tidak perlu membayar pajak kepemilikan barang modal. Ketiga, leasing dibukukan sebagai pospengeluaran operasional yang akan mengurangi jumlah laba sebelum pajak, sementara hutang, pengurangannya adalah depresiasi barang modal tersebut. Keempat, dalam leasing apabila lessee pailit, lessor lebih aman dibandingkan ketika melakukan hutang sebab dalam keadaan ini lessor dapat mengambil kembali barang modal yang disewakan. Sebaliknya tidak mudah bagi kreditur yang memberikan hutang kepada perusahaan untuk menarik kembali karena dibutuhkan prosedur panjang yang memerlukan waktu. Dan kelima, persyaratan untuk melakukan leasing lebih mudah dibandingkan melakukan hutang karena adanya keharusan untuk memberikan jaminan sehingga tingkat bunga leasing cenderung lebih tinggi daripada tingkat bunga hutang. Sehingga dapat dikatakan, dengan banyaknya keunggulan yang dimiliki dalam pembiayaan leasing tetapi secara logis leasing lebih mahal dibandingkan membeli peralatan secara tunai. 11

Dikutip dari Jurnal “why companies choose to lease instead of buy ?Insight from

academic literature” melalui www.redalyc.org memuat penjelasan bahwa sebagian besar studi tentang penentu sewa termasuk ukuran sebagai variabel independen. Namun, hasilnya beragam karena sebagian besar studi menemukan hubungan yang signifikan antara ukuran dan sewa, sedangkan yang lain menunjukkan hubungan negatif (Adams dan Hardwick, 1998; Grahamet al., 1998; Sharpe dan Nguyen, 1995), dan yang lain masih menemukan hubungan positif (Deloof dan Verschueren, 1999; Lasfer andLevis, 1998; Mehranet al., 1999). Beberapa penelitian menemukan hubungan yang tidak signifikan antara ukuran dan sewa (Ang dan Peterson, 1984; ElGazzaret al., 1986). Ukuran umumnya dianggap sebagai variabel penting untuk menjelaskan penggunaan sewa untuk beberapa alasan. Pertama, ukuran terkait dengan biaya untuk mendapatkan dana eksternal. Perusahaan kecil cenderung menanggung biaya yang lebih tinggi untuk mendapatkan pembiayaan eksternal, karena asimetri informasi (Grahamet al., 1998). Lessor dapat memilih untuk mengurangi ketidakpastian seputar klaim mereka dengan menyewakan daripada meminjamkan kepada perusahaan kecil. Sewa lebih disukai karena lessor keamanan lebih terikat pada aset itu sendiri daripada 20

kredit umum. Dengan demikian, elemen-elemen lain tetap konstan, perusahaanperusahaan kecil diprediksi akan menyewakan lebih banyak, menunjukkan hubungan negatif antara ukuran dan sewa. Kedua, ukuran terkait dengan diversifikasi dan kemampuan untuk menggunakan kembali aset secara internal, dan perusahaan yang lebih besar cenderung lebih terdiversifikasi daripada yang lebih kecil. Mehranet al. (1999) menyelidiki hubungan antara sewa total dan ukuran, diukur sebagai total penjualan. Hasil mereka menunjukkan bahwa ukuran berhubungan positif dengan sewa, yang berarti bahwa perusahaan besar dengan lebih banyak kemungkinan diversifikasi cenderung lebih banyak menyewa. Lasfer andLevis (1998) menggunakan total aset, nilai pasar ekuitas dan penjualan sebagai proksi untuk ukuran dan mereka memasukkan variabel-variabel ini sebagai elemen penjelas dan sebagai pengukur untuk membedakan jenis-jenis perusahaan (dikutip dan tidak dikutip dari Inggris). Hasil mereka menunjukkan bahwa penentu keputusan leasing keuangan, seperti alasan pajak dan peluang pertumbuhan, tergantung pada ukuran perusahaan. Di perusahaan besar, profitabilitas, leverage, dan perpajakan ditemukan berkorelasi positif dengan leasing, di mana pada perusahaan kecil keputusan leasing tampaknya tidak didorong oleh alasan ortaxasi profitabilitas, tetapi oleh peluang pertumbuhan. Deloof dan Verschueren (1999) juga menyelidiki faktor-faktor penentu keputusan sewa keuangan dan mereka menggunakan total aset sebagai ukuran ukuran. Hasil mereka menunjukkan bahwa koefisien ukuran signifikan dan positif untuk seluruh sampel, tetapi juga ketika sampel dibagi antara perusahaan kecil dan besar. Ketiga, ukuran dapat digunakan sebagai ukuran biaya politik. Teori kontrak yang efisien mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk meminimalkan paparan politik dan biaya agensi. Pandangan biaya politik menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar lebih mungkin menghadapi hukuman paparan politik daripada perusahaan yang lebih kecil (Holthausen dan Leftwich, 1983; Watts dan Zimmerman, 1978), karena mereka memiliki kekayaan yang tersedia lebih besar untuk dikenakan pajak oleh pemerintah atau diambil alih oleh pihak berkepentingan khusus (Hand dan Skantz, 2006). Secara umum, menunjukkan bahwa perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengadopsi beberapa metode penurunan, sehingga dapat mengurangi biaya yang diharapkan dari visibilitas politik. Diterapkan pada sewa, ini menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung menghindari sewa operasi. Mereka juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan 21

dengan biaya modal eksternal yang lebih tinggi cenderung lebih banyak menyewa. Demikian pula, Grahamet al. (1998) berhipotesis bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung lebih suka menggunakan hutang daripada sewa operasi. Mereka menyajikan tiga alasan utama: perusahaan besar lebih terdiversifikasi dan karenanya arus kas memiliki stabilitas yang lebih besar; perusahaan besar memiliki lebih banyak skala ekonomi ketika mereka menerbitkan sekuritas; dan karena ketidaksesuaian informasi, perusahaan yang lebih kecil harus menanggung biaya yang lebih tinggi untuk mendapatkan dana eksternal. Karakteristik bisnis seperti besar ukuran bisnis perusahaan dapat secara signifikan mempengaruhi keputusan lease versus buy. Perusahaan dewasa (mature companies) dengan penjualan dan permintaan yang stabil, lini produk yang mapan, dan basis pelanggan yang ditetapkan berada dalam posisi yang lebih baik untuk memperkirakan tren bisnis masa depan akan cenderung lebih memilih untuk membeli (buy) dan menjadikan semua peralatan yang dibutuhkan dalam bisnis menjadi milik perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang sedang tumbuh dengan kebutuhan bisnis dan ruang yang cepat berubah, serta kondisi pasar yang tidak dapat diprediksi, akan cenderung melakukan sewa (lease) sampai kondisi internal dan eksternal bisnis stabil. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi daya dukung risiko relatifnya dalam setidaknya dua cara. Pertama, perusahaan dengan lokasi operasional yang lebih luas kurang peka terhadap risiko karena efek diversifikasi dapat mengurangi dampak keseluruhan risiko terhadap perusahaan. Kedua, ukuran perusahaan mempengaruhi risiko investasi modal karena perusahaan besar dapat lebih baik menyerap dampak modal yang diperlukan. Dengan demikian, ukuran relatif dari investasi modal yang diperlukan untuk ukuran perusahaan dapat mempengaruhi keputusan lease versus buy. Jadi, jika ukuran bisnis sesuai dengan dalam kasus yaitu restauran Paulo memiliki probabilitas lebih besar untuk mengambil keputusan sewa (lease) sampai kondisi internal dan eksternal bisnis stabil terutama sampai keuntungan restauran meningkat dan memiliki cadangan kas yang cukup. 12

Jenis aset adalah variabel lain yang dapat menentukan penggunaan dan intensitas

sewa. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa perusahaan cenderung menyewakan yang kurang spesifik dan yang tujuannya lebih umum. Aset tetap umum siap dipindahtangankan dan sebagai hasilnya memiliki ketersediaan lebih besar di pasar leasing. Dengan beberapa penggunaan alternatif, ekonomi aset khusus menyarankan pembiayaan hutang konvensional (atau ekuitas). Konsisten dengan prediksi ini, Grahamet al. (1998) dan Sharpe dan Nguyen (1995) melaporkan hubungan negatif 22

antara sewa dan proksi untuk spesifisitas forasset. Kleinet al. (1978) berpendapat bahwa aset yang lebih spesifik lebih mungkin untuk dimiliki (integrasi vertikal) dan aset yang lebih umum lebih cenderung untuk dikalahkan. Krishnan dan Moyer (1994) juga menemukan bahwa perusahaan manufaktur menggunakan tingkat leasing lebih tinggi daripada industri ritel, transportasi, dan pertambangan, yang asetnya kurang spesifik untuk perusahaan. Smith dan Wakeman (1985) juga menyarankan bahwa perusahaan tidak mungkin menyewakan aset yang sangat spesifik untuk organisasi, karena monopoly problem bilateral yang dihasilkan akan menciptakan konflik dan biaya agensi antara lessor dan lessee. Diperkirakan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk menyewakan aset kantor generik daripada produksi khusus atau aset penelitian. Williamson (1988) juga berpendapat bahwa aset yang dapat dipindahtangankan lebih cocok untuk sewa dan untuk digunakan sebagai kontrak utang jaminan. Erickson (1993) menemukan bahwa faktor spesifik aset, sebagai proksi oleh industri, mungkin merupakan penentu terpenting penggunaan sewa. Gavazza (2010), menggunakan data dari pesawat komersial, menemukan bahwa likuiditas aset mempengaruhi keputusan sewa; i.e. lebih banyak aset likuid membuat sewa lebih mungkin, khususnya sewa operasi. 13

Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan leasing lainnya seperti :

 Bertambahnya kredit yang tersedia. Leasing ada kalanya memberikan keuntungan bagi perusahaan yang ingin memaksimumkan tingkat average keuangan. Pertama, kadang – kadang ada yang mengatakan bahwa perusahaan dapat memperoleh jumlah uang yang lebih besar, dan dengan jangka waktu yang lebih lama, menurut perjanjian leasing daripada perjanjian kredit yang dijamin dengan aktiva. Kedua, karena beberapa lease tidak tercatat di neraca, maka pembiayaan dengan lease akan mnyajikan posisi keuangan yang lebih baik dalam hal analisis kredit secara sekilas, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menggunakan average yang lebih besar daripada jika perusahaan itu tidak menggunakan lease.  Metode penyusutan yang digunakan karena akan memiliki hasil yang berbeda jika menggunakan metode yang berbeda baik menggunakan metode garis lurus atau metode double declining  Industri. Penentu "industri" terkait dengan set kesempatan investasi dan jenis aset yang digunakan oleh perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sewa

23

cenderung lebih lazim di beberapa industri daripada di yang lain, meskipun Ang dan Peterson (1984) menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan sewa tidak terkonsentrasi di beberapa industri, dan bahwa sewa terjadi di setiap kelompok industri yang dipertimbangkan dalam sampel. Hasil mereka juga menunjukkan bahwa perusahaan non-leasing ditemukan di semua industri kecuali industri hiburan. Namun, Ang dan Peterson (1984) menyelidiki hanya adanya kontrak sewa di industri tersebut dan bukan kemungkinan tingkat sewa yang berbeda (intensitas sewa). Studi lain menunjukkan industri di mana leasing lebih dominan, dibandingkan dengan industri lain. Finucane (1988) menunjukkan, dengan menggunakan rasio rata-rata sewa keuangan terhadap total aset selama periode lima tahun untuk setiap industri (52 industri), bahwa perusahaan-perusahaan di industri tertentu, termasuk transportasi udara dan ritel, menggunakan lebih banyak pembiayaan daripada yang lain. Dia mengidentifikasi beberapa alasan untuk ini: industri tertentu memiliki aset yang lebih spesifik, perbedaan kredit pajak investasi di seluruh industri, ketersediaan aset sebagai jaminan, tingkat keusangan aset spesifik perusahaan, karakteristik pasar aset sekunder, tarif pajak marjinal, dan utang kapasitas. Adams dan Hardwick (1998) menunjukkan bahwa perusahaan jasa dan utilitas menggunakan moreleases, dan perusahaan konstruksi cenderung menyewakan lebih sedikit. Gosman dan Hanson (2000) juga menemukan bahwa sewa adalah lazim di maskapai penerbangan dan di toko-toko ritel. Akhirnya, penelitian lain menyelidiki intensitas penggunaan sewa, bukan oleh industri tetapi berdasarkan pada apakah perusahaan diatur dan apakah perusahaan tersebut termasuk dalam sektor amonopolist. Coase (1972) dan Bulow (1986) berpendapat bahwa pelaku monopoli barang yang tahan lama dapat menyewa untuk menghindari ketidakkonsistenan waktu, dan Hendel dan Lizzari (1999, 2002) menunjukkan bahwa ia dapat disewakan untuk mengurangi persaingan atau merugikan pasar pemilihan yang tidak tepat (barang bekas).  Leverage dan kendala keuangan (leverage and financial constraints). Beberapa studi termasuk leverage sebagai variabel independen untuk penggunaan atau intensitas leverage. Secara umum, sebagian besar studi (Eisfeldt dan Rampini, 2008; Sharpe dan Nguyen, 1995) menemukan bahwa mengingat perusahaan dengan tingkat yang lebih tinggi memiliki kapasitas hutang yang lebih kecil, mereka lebih cenderung menggunakan sewa daripada bentuk pembiayaan lain. 24

Eisfeldt dan Rampini (2008) dan Sharpe dan Nguyen (1995) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang menghadapi kendala pembiayaan yang lebih besar, karena asimetri informasi, memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan investasi le-balance sheet lease (sewa operasi). Mereka berpendapat bahwa sewa memberikan kreditor dengan lebih banyak keamanan, prioritas lebih tinggi dalam kebangkrutan dan cara yang efektif untuk mengurangi seleksi yang merugikan dan masalah moral hazard yang timbul dari informasi asimetri. Perusahaan telah ditemukan untuk menyewa sebagai cara untuk menghindari pembiayaan utang (Ang dan Pereterson, 1984; Marston dan Harris, 1988; Myerset al., 1976); untuk mendapatkan biaya pembiayaan yang lebih rendah dengan melewati tunjangan pajak yang tidak dapat diklaim perusahaan ketika membeli aset dari lessor (Barclay dan Smith, 1995; Grahamet al., 1998; Sharpe andNguyen, 1995); dan untuk mengurangi konflik keagenan, khususnya masalah penggantian aset (Smith dan Wakeman, 1985; Stulz dan Johnson, 1985). Bathala dan Mukherjee (1995) menemukan bahwa perjanjian sewa tampaknya kurang membatasi daripada yang dikenakan oleh kreditor lainnya. Abdel-Khalik (1981) juga mencoba menjelaskan mengapa beberapa perusahaan memilih untuk menggunakan sewa operasi dan mereka menemukan tiga penjelasan: pertama pelanggaran perjanjian utang restriktif dalam perjanjian pinjaman dapat mendorong insentif penggunaan leasecontracts; kedua, keyakinan manajer tentang persepsi analis dan pengguna tentang efek sewa keuangan; dan akhirnya, adanya rencana kompensasi manajemen berdasarkan angka akuntansi.  Pajak. Pajak umumnya ditunjukkan sebagai faktor penting dalam sewa-keputusan, terutama dalam literatur yang memfokuskan keputusan ini pada insentif pajak (Lasfer dan Levis, 1998; Miller dan Upton, 1976). Argumennya adalah bahwa jika perusahaan tidak berada dalam posisi membayar pajak penuh, membeli dan mendepresiasi aset memungkinkannya menurunkan pajak dari pada leasing karena, dalam hal ini, perusahaan dapat mengurangi depresiasi dan biaya keuangan.  Kompensasi manajemen (management compensation). Di beberapa perusahaan, kompensasi manajemen didasarkan pada langkah-langkah akuntansi yang memotivasi manajemen perusahaan untuk memilih kebijakan akuntansi yang paling memenuhi kepentingan mereka (El-Gazzaret al., 1986; Imhoff dan Thomas, 1988; Smith dan Wakeman, 1985). Preferensi untuk sewa operasi umumnya telah

25

dikaitkan dengan skema kompensasi manajemen. Smith dan Wakeman (1985) berhipotesis bahwa perusahaan cenderung menggunakan sewa lebih sering ketika kompensasi manajemen didasarkan pada angka akuntansi, khususnya, pada pengembalian modal yang diinvestasikan. Jika imbalan manajer didasarkan pada pengembalian modal yang diinvestasikan dan tidak ada penyesuaian yang dibuat untuk mencerminkan sewa operasi, manajer akan lebih suka sewa operasi untuk sewa modal atau untuk membeli, karena sewa operasi dapat menghasilkan hasil operasi yang sama tanpa meningkatkan total aset.  Struktur kepemilikan (ownership structure). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan manajerial yang lebih tinggi cenderung dikaitkan dengan tingkat hutang dan sewa pembiayaan yang lebih tinggi (Alchianand Demsetz, 1972; Flath, 1980; Smith dan Wakeman, 1985) dan sewa operasi (Dukeet al., 2002). Sewa melibatkan biaya agensi karena pemisahan kepemilikan dan kendali modal; penyewa mungkin tidak memiliki insentif yang sama sebagai pemilik untuk menggunakan dengan benar atau mempertahankan modal. Flath (1980) dan Smith dan Wakeman (1985) menyelidiki peran struktur kepemilikan dalam keputusan untuk menyewakan aset. Flath (1980) menemukan bahwa perusahaan yang lebih dekat cenderung memiliki lebih banyak kontrak sewa. Argumen utama adalah bahwa hutang dan sewa membuat pemilik perusahaan berisiko. 14

Sehingga dapat disimpulkan dengan mempertimbangkan berbagai faktor bahwa

restauran Paulo sebaiknya mengambil keputusan untuk membeli peralatan dibandingkan melakukan leasing. Hal ini dapat dilihat dari nilai NAL yang negatif, ukuran restauran dan kondisi bisnis perusahaan yang sedang mengalami penurunan sehingga akan lebih baik jika membeli peralatan.

26

Related Documents

Makalah Case Vi.docx
April 2020 10
Makalah Case 4 .docx
April 2020 7
Case
November 2019 51
Case
May 2020 48

More Documents from ""

Case Chapter 10.docx
June 2020 7
Makalah Case Vi.docx
April 2020 10
Case Chapter 6.docx
June 2020 9
Case Chapter 8.docx
June 2020 12
Insiden Hotel Yamato.docx
December 2019 17
Case Chapter 5.docx
June 2020 10