Cara Melakukan Perawatan Luka.docx

  • Uploaded by: eka kurniati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cara Melakukan Perawatan Luka.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,419
  • Pages: 43
Cara Melakukan Perawatan Luka MELAKUKAN PERAWATAN LUKA 1. Mencuci tangan 2. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril. 3. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien 4. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan selimut mandi. 5. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu) 6. Pasang alas/perlak 7. Dekatkan nierbekken 8. Paket steril dibuka dengan benar 9. Kenakan sarung tangan sekali pakai 10. Membuka balutan lama o Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas. o Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan. o Kemudian buang balutan ke nierbekken. o Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5% 11. Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss. 12. Membersihkan luka:   

 

Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1 Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2 Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset) Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.

13. Menutup Luka  

Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan. Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi

  

Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis) Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat.

14. Alat-alat dibereskan 15. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah 16. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman 17. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan 1. 2. 3. 4. 5.

DOKUMENTASI Hasil observasi luka Balutan dan atau drainase Waktu melakukan penggantian balutan Respon klien

2.8. Perawatan Luka Basah Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat) Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement Tujuan : 1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik 2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka 3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan Persiapan alat : 1. Bak balutan steril : o Kapas balut atau kasa persegi panjang o Kom kecil 2 buah o 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis) o Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan o Sarung tangan steril jika perlu 2. Perlak dan pengalas 3. Bengkok 2 buah o Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas o Bengkok 2 untuk sampah 4. Larutan Nacl 0,9 % 5. Gunting plester dan sarung tangan bersih 6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi

Prosedur : 1. 2. 3. 4.

Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan 5. Cuci tangan 6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka 7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit bersihkan dengan kayu putih 8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi lapis 9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % ) 10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan 11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan 12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin 13. Kenakan sarung tangan steril 14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril ) 15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi 16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab 17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga 18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi, 19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam 20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi yang nyaman 21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien Perhatian :

  

Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek obat Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti percikan dari luka

http://muhmifhuda.mahasiswa.unimus.ac.id/perawatan-luka/cara-melakukan-perawatan-luka/

Konsep Dasar Perawatan Luka

A.

Definisi

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan. B.

Etiologi / Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka : 1.

Trauma

2.

Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

3.

Gigitan binatang atau serangga

4.

Tekanan

5.

Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

6.

Immunodefisiensi

7.

Malignansi

8.

Kerusakan jaringan ikat

9.

Penyakit metabolik, seperti diabetes

10.

Defisiensi nutrisi

11.

Kerusakan psikososial

12.

Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dengan multifaktor. C.

Jenis-jenis luka

1.

Berdasarkan Kategori

a.

Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril b.

Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah 2.

Berdasarkan integritas kulit

a.

Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi b.

Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan 3.

Berdasarkan Descriptors

a.

Aberasi

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar b.

Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit c.

Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi d.

Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar 4.

Klasifikasi Luka Bedah

a.

Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah b.

Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi c.

Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi d.

Infeksi

Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi D.

Klasifikasi luka

1.

Berdasarkan penyebab

a.

Luka pembedahan atau bukan pembedahan

b.

Akut atau kronik

2.

Kedalaman jaringan yang terlibat

a.

Superficial

Hanya jaringan epidermis b.

Partial thickness

Luka yang meluas sampai ke dalam dermis c.

Full thickness

Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang E.

Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat. Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut: 1.

Hemostasis

Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut. Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan. 2.

Inflamasi

Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisasisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini. Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL1).

3.

Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadangkadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru. Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum. 4.

Remodeling atau maturasi

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan. Tabel 1. Fase penyembuhan luka Fase penyembuhan

Waktu

Sel-sel yang berperan

Hemostasis

Segera

Platelets

Inflamation

Hari 1-4

Neutrophils

Analogi membangun rumah Capping off conduits Unskilled laborers to clean uap the site

Supervisor Cell Proliferation Granulation

Hari 4 – 21

Macrophages

Specific laborers at the site:

Lymphocytes Plumber Angiocytes Electrician Neurocytes

Framers Roofers and Siders Fibroblasts

Contracture

Keratinocytes

Remodeling

Hari 21 – 2 tahun

Remodelers

Fibrocytes

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier. Intension Primer Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer : 1.

Fase Inisial (3-5 hari)

2.

Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel

3.

Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)

Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi. Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5 hari. 4.

Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi

Intension sekunder Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer. Intension Tersier Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-perawatan-luka.html

Makalah Perawatan Luka BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Luka yang sering di temukan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi,missal luka insisi yang tertutup, luka-luka yang melibatkan saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah sekmen bawah. Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan luka pasca operasi. Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan tempat operasi serta tampilan perawatan luka. Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah kebersihan luka merupakan tindakan yang di identifikasi. Bila luka perlu di bersihkan dan dibalut ulang perawatan hrus dilakukan dengan teknik bersih dengan air atau normal salin. Bila luka tampak terinfeksi perlu dilakukan rujukan.

B.

Tujuan

Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu bidan harus terampil dan melakukan perawatan luka pasca operasi.

BAB II KONSEP DASAR

A.

Pengertian

Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka. 1.

Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka

2. Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit polimer fenuklear dan makrofag

3. Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan mengifultasi luka. 4. Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat

B.

Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel 2. Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. 3. Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan,kematangan usia seseorang. 4. Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya. 5.

Kemungkinan,obat-obatan,merokok dan stress,mempengaruhi proses penyembuhan luka.

C.

Perawatan Luka Insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan dilonggarkan.Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.

D. 1.

Penatalaksanan luka dengan eksudat : Luka dengan sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.

2. Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut luka lainnya. 3. Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci hama lainnya.

Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai gurita.

E.

Komplikasi luka insisi

1. Sebagai luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat sebagian lagi dalam sejumlah sedang atau banyak akan keluar melalui lubang-lubang(fisdel) 2.

Luka terbuka sebagian bernanah dan berinfeksi

3.

Luka terbuka seluruhnya dan usus kelihatan



Tempat perawatan pasca operasi atau bedah

Setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room) yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit) –

Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya. –

Nyeri

Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau obat lainnya. –

Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh. Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang menunggunya. Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.



Pemberian obat-obatan

Antibiotik, kemoterapi dan antiflamasi Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan. Sebagai pedoman umum kira-kira sebagai berikut: 1. Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau sebaliknya. 2. Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas. 3.

Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad – Spektrum).

4.

Obat-obat pencegah perut kembung.

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin, dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut kembung dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan pita hasal. Boleh juga diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.

5.

Obat-obatan Lainnya.

Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat anti inflamasi, atau bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis. 6.

Perawatan Putih.

Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau (check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah: o Tekanan darah o Jumlah nadi per menit o Frekuensi pernafasan per menit

o Jumlah cairan masuk dan keluar (urine) o Suhu badan o Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut sekurangkurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.

F.

Peralatan dan Perlengkapan

1.

Pinset anatomi

2.

Gunting dan plester

3.

Kapas sublimar

4.

Bak instrument dan handscoon

5.

Bengkok

6.

Waskom berisi larutan klorin

7.

Kassa steril

8.

Troli

9.

Tempat tidur

10. Perlak 11. Larutan Nacl 0,9 % 12. Betadine 13. Kapas alcohol 14. Peralatan cuci tangan

G.

Prosedur Kerja

1.

Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.

2.

Siapkan bahan dan alat secara ergonomis.

3.

Pasang sampiran.

4.

Atur posisi pasien senyaman mungkin.

5.

Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.

6.

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

7.

Pakai sarung tangan (handscoon).

8.

Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.

9.

Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.

10. Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah. 11. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal. 12. Buang kasa yang telah digunakan kedalam bengkok. 13. Keringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru. 14. Berikan salep antiseptic. 15. Tutup luka dengan kassa dan memasang plester. 16. Rapikan pasien. 17. Bereskan alat. 18. Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit ). 19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk. 20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan

Perawatan luka operasi

Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi slang ( masuk melalui luka ) dan mempererat proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka 1.

Tahap Respon

2.

Tahap destruktif

3.

Tahap poliferatif

4.

Tahap masturbasi

Faktor –faktor yang mempengaruhiv 1.

Faskularisasi

2.

Anemia

3.

Usia

4.

Nutrisi

5.

Kegemukan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

KDPK, Yuni _ Kusumawati, S.SIT.2008. Fitramanya. YOGYAKARTA. KDPK Kebidanan , Musrifasul Uliyah, A.Aiz Alimun Hidayat . 2006 , Salemba Medika Jakarta Sinopsis Obstetri Edisi 2. PT. Rustam Mochtari ECG. 1998 Jakarta http://insanimj.blogspot.com/2010/10/makalah-perawatan-luka.html http://luruhi-ilmu.blogspot.com/2012/05/makalah-perawatan-luka.html

10 Jenis Luka dan Perawatan awalnya (bag 2) Melanjutkan bahasan postingan saya yang sebelumnya, khawatirnya terlalu panjang jika digabung, makanya saya bagi menjadi 2 bagian… yah anggep aja biar lebih dramatis lah.. sinetron aja sampe berseason-season… Nah kalo di postingan sebelumnya saya berusaha memperkenalkan sepuluh jenis luka (nyambung gak…???) sekarang ala saya, saya akan berusaha bercerita bagaimana sih cara menangani luka-luka tersebut…. Mengingat keterbatasan saya, bagi yang ingin mengoreksi, monggo disampaikan… 1. Vulnus laceratum (Laserasi) Untuk jenis luka ini, harus diperhatikan dengan seksama… apakah lukanya bersih atau tidak, dalam atau dangkal, rapi atau tak beraturan (biasanya tak beraturan). Untuk skala luka yang luas dan dalam, berarti kita harus bersiap diri untuk menjahitnya… pertama, perhatikan bentuk lukanya bersih atau tidak, jika luka kotor, maka kita bersihkan terlebih dahulu dengan cairan NaCl 0,9%, jika terlalu kotor dan melekat kuat kotorannya, kita bersihkan menggunakan H2O2, karena cairan ini sangat pedih sekali, maka kita harus memberikan anastesi dulu (local menggunakan Lidokain). Setelah luka dibersihkan langkah berikutnya adalah melakukan desinfektan dengan menggunakan IODINE, jika luka lebar dan dalam maka kita harus melakukan Hecting (menjahit) agar penyembuhan luka lebih cepat, terhindar infeksi dan hasilnya baik (secara estetika lebih minim meninggalkan bekas). Jika luka dalam, maka hecting boleh berlapis-lapis, jangan menyisakan rongga di bagian dalam, karena kuman akan sangat suka tinggal disana, makanya menjahit dengan berlapis sangat dianjurkan. Biasanya luka jenis ini bentuknya tidak beraturan, oleh karena itu bisa dirapihkan sedikit dengan cara mengunting bagian-bagian yang dirasa sangat berserabut (disesuaikan bentuk lukanya). Untuk perawatan luka VL ini adalah bentuk perawatan luka tertutup, dengan tetap menjaga

sterilitas luka, untuk luka awal Ganti verban pertama bisa dilakukan 48 jam sesudah luka, tetap perhatikan tanda-tanda infeksi. Pembersihan luka bisa digunakan NaCl 0,9%, dengan tetap menjaga sterilitas. 2. Vulnus excoriasi (Luka lecet) Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi disbanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit. Jadi harus lebih dipahamkan kepada pasien. Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk. 3. Vulnus punctum (Luka tusuk) Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut. Oleh karena itu penangan luka jenis ini harus memungkinkan adanya aliran udara, mengingat clostridium tetani adalah bakteri anaerob. Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi… 4. Vulnus contussum (luka kontusiopin) Luka memar tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja. Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek. 5. Vulnus insivum (Luka sayat) Luka jenid ini biasanya tipis, maka yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan. 6. Vulnus schlopetorum Jika menemukan pasien seperti ini maka jelaslah ini tugasnya ruang operasi untuk menyelesaikannya.. namun jika berhadapan dengan pasien seperti ini jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

7. Vulnus morsum (luka gigitan) Untuk luka jenis ini anda bisa membuka postingan saya tentang ini… monggo dibuka-buka lagi… 8. Vulnus perforatum Ini adalah jenis luka yang tentunya hanya bisa diselesaikan di ruang khusus operasi, sehingga perawatan yang bisa kita lakukan adalah perawatan luka pasca operasi.. 9. Vulnus amputatum Sama dengan kasus diatas perawatan luka ini adalah perawatan luka pasca operasi. 10. Vulnus combustion (luka bakar) Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya… bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar… Hufh… ternyata jari-jariku tak begitu mampu mengejar apa yang ada di benak saya, what everlah…. Nulis… nulis… nulis… nulis…. http://nersmawan.blogspot.com/2011/06/melanjutkan-bahasan-postingan-saya-yang.html https://delimafirdasari.wordpress.com/2013/10/25/konsep-dasar-perawatan-luka/

dunia kesehatan Wednesday, 1 June 2016 MAKALAH KEPERAWATAN LUKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cidera atau pembedahan . Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia gesekan trauma tekanan dan radiasi. Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukan dengan respon yang berurutan dimana sel secara besama sama berinteraksi, melalukan tugas dan fungsi secara normal. Untuk memulai perawatan luka pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka tersebut bersih atau ada jaringan nekrotik yang harus di buang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan pada sel apakah absorsi objektif terhadap obat tropikal dan lain lain.Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang seringkali memproduksi eksudat. Mengontrol eksudat sangat penting untuk menangani kondisi kadar luka yang selama ini kurang diperhatikan dan dianggap kurang penting bagi perawat, akibatnya bila eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka kerusakan kulit dan bau pada luka . 1.2 RUMUSAN MASALAH a. Apa yang dimaksud dengan luka ? b. Apa jenis jenis luka ? c. Bagaimana penyembuhan luka ? d. Bagaimana pengkajian luka ? e. Bagaimana diagnosa keperawatan pada perlukaan ?

f.

Bagaimana perencenaan keperawatan pada perlukaan ?

g. Bagaimana tindakan pada ganti balut luka ? 1.3 TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui pengertian luka b. Untuk mengetahui jenis jenis luka c. Untuk mengetahui penyembuhan luka d. Untuk mengetahaui pengkajian pada luka e. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada perlukaan f. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan pada perlukaan g. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan pada perlukaan

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Luka Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan. Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mebran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Tailor, 1997). Luka adalah keadaan gangguan pada integritas dan fungsi jaringan pada tubuh (Baharestani, 2004).

Luka merupakan

rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengena organ tertentu (lazarus et al,1994) Jadi dapat disimpulkan bahwa luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cidera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Ketika luka timbul beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ. 2. Respons stress simpatis.

3. Pendarahan atau pembekuan darah. 4. Kontaminasi bakteri. 5. Kematian sel. Perawatan luka merupakan langkah penting yang menentukan tingkat kesembuhan luka.

2.1.1

Anatomi Kulit Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di lapisan dermis. Lapisan-lapisan kulit sebagai berikut :

1) Epidermis (lapisan ari) Epidermis merupakan lapisan kulit yang terluar, terdiri dari lapisan sel yang telah mati yang disebut juga lapisan tanduk. Fungsi epidermis adalah sebagai sawar pelindung terhadap bakteri, iritasi kimia, alergi, dll. Bagian epidermis dibagi menjadi 5 bagian, yaitu : a) Stratum corneum (lapisan tanduk) b) Stratum lucidum (daerah rintangan) c) Stratum granulosum (lapian seperti butir) d) Stratum spinosum (lapisan sel duri) e) Stratum germinativum (lapisan sel basal) 2) Dermis (lapisan jangat) Pada lapisan dermis memiliki kekebalan 3-5 mm, merupakan anyaman serabut kolagen dan elastis yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat penting dari kulit. Dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak (sebasea), kelenjar keringat, otot dan serabut saraf.

3) Hypodermis (lapisan lemak) Pada lapisan ini terdapat cukup banyak jaringan lemak (panniculus adiposus) yang tersusun dalam lapisan. Jaringan lemak subkutan ini terutama berfungsi memberi perlindungan terhadap dingin dan disamping itu merupakan cadangan energi.

2.2 Jenis-jenis Luka Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mndapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (taylor, 1997). i.

Berdasarkan derajat kontaminasi

a) Luka bersih Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. b) Luka bersih terkontaminasi Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. c) Luka terkontaminasi Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih.

d) Luka kotor Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeki seperti cairan purulen

ii.

Berdasarkan sifat kejadian

a. Luka disengaja, misalnya luka terkena radiasi, pembedahan b.

Luka tidak disengaja, misalnya luka terkena trauma, luka ini biasanya berupa luka tertutup dan luka terbuka.

iii.

Berdasarkan penyebab Jeni luka erdasarkan penyebab dibagi menjadi dua yaitu luka mekanik dan non mekanik. Luka

mekanik , diantaranya a. Vulnus scissum, merupakan luka sayat akibat benda tajam,pingir lukanya rapi b.

Vulnus contusum, merupakan luka memar karena cedera pada jaringan awah kulit akibat benturan benda tumpul

c.

Vulnus laceratum, merupakan luka robek akibat terkena mesin benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringn rusak dalam

d. Vulnus Puncture, merupakan luka tusuk yang kecil di bagian luar (di bagian mulut) tetapi besar di bagian dalam luka e. Vulnus sclopetaru, merupakan luka tembak akibat tembakan peluru f. Vulnus morsum, merupakan luka gigitan yang tidak elas bentuknya pada bagian luka g. Vulnus abrasion, merupakan luka terkikis yang terjadi pada luka dan tidak sampai kepembuluh darah Sedangkan luka non mekanik akibat dari zat kimia, termik, radiasidn tegangan listrik.

iv. a.

Berdasarkan kategori luka

Luka Accidental Merupakan cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar, tepi luka bergerigi, berdarah, tidak steril

b. Luka Bedah Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction, tepi luka bersih perdarahan terkontrol, dikendalikan dengan asepsis bedah.

v.

Berdasarkan integritas kulit

a. Luka terbuka merupakan Kerusakan melibatkan kulit atau membrane mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi b. Luka tertutup merupakan Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan

2.2.1

Klasifikasi luka Ada beberapa cara menentukan klasifikasi luka (cooper,1992).Sistem klasifikasi luka memberian gambaran tentang status integritas kulit,penyebab luka,keparahan/luasnya cidera atau kerusakan jaringan,kebersihan luka/gambaran kualitas luka. i.

Berdasarkan penyebab

a). Luka pembedahan atau bukan pembedahan b). Luka Akut atau Luka kronis ii.

Kedalaman jaringan yang terlibat

a). Superficial yaitu Hanya jaringan epidermis b).Partial thickness Luka yang meluas sampai ke dalam dermis c).Full thickness yaitu Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.

2.2.2

Mekanisme Terjadinya Luka

a) Luka insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka di ikat (ligasi). b) Luka memar (contusion wound), terjadi akibat benturan oeh suatu tekanan dan di karakteristikkan oleh cidera pada jaringan lunak, pendarahan dan bengkak. c) Luka lecet (abraded wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d) Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. e) Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. f)

Luka tembus (penetrating wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

g) Luka bakar (combustio), luka yang terjadi karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam biasanya juga dengan disertai pula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa. Sebelum mengkaji kondisi lokal pada tempat luka, sangatlah penting untuk mengkaji pasien secara menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah yang lebih luas yang mungkin mempunyai efek merugikan pada penyembuhan luka.

2.3 PENYEMBUHAN LUKA Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis.Sifat penyembuhan pada semua luka sama,dengan variasinya bergantung pada lokasi keparahan dan luasnya di cedera. Proses Penyembuhan Luka 1.

Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bias terjadi tumpang

tindih (overlap) 2.

Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusaksertapenyebablukatersebut

Prinsip penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu : a.

Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.

b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga. c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma.

d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka. e.

Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.

f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.

Managemen perawatan luka :

2.3.1

T

: Tissue management

I

: Inflamation and infection control

M

: Moisture balance

E

: Epithelial advancement

Fase penyembuhan luka : I.

Fase inflamasi

a) Hari ke 0-5 b) Respon segera setelah terjadi injuri c) Pembekuan darah d) Untuk mencegah kehilangan darah e) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functiolaesa f) Fase awal terjadi haemostasis g) Fase akhir terjadi fagositosis h) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

II.

Faseproliferasi or epitelisasi

a) Hari 3 – 14 b) Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka c) Luka Nampak merahsegar, mengkilat d)

Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, selinflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid

e) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka f) Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

III.

Fasematurasi atau remodelling

a) Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun b)

Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)

c) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) d) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Proses penyembuhanlukadipengaruhiolehberbagai factor, yaitu: a) Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel b)

Anemia, memperlambat proses penyambuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan lama.

c)

Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan system perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

d) Penyakit lain, memengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit, seperti diabetes mellitus dan ginjal, dapat memperlambat proses penyembuhan luka. e) Nutrisi, merupakan unsure utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kendungan zat gizi yang terdapat di dalamnya.Sebagai contoh, vitamin A diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada system enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin K membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah. f) Obesitas, obat-obatan, merokok dan stress, memengaruhi proses penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan, merokok, atau stress akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebih lama.

g) Status immunologi, apabila status imun seseorang itu rendah maka dalam penyembuhan luka akan lebih lama dan terhambat. h) Infeksi, apabila terjadi infeksi yang serius maka luka akan lama dalam penyembuhannya

2.3.3 Warna dasar Luka 1) Merah, dasar warna luka merah tua atau terang tampak lembab Merupakan luka bersih bergranulasi, vaskularisasi baik dan mudah berdarah, Warna dasar merah muda ataupun pucat merupakan lapisan epitelisasi Warna ini sebagai fase akhir dari proses penyembuhan 2) Kuning, dasar warna kuning kecoklatan atau kuning kehijauan atau kuning pucat. Kondisi luka terinfeksi Kondisi luka terkontaminasi Avaskularisasi (SLOUGH) 3) Hitam, Warna dar hitam kecoklatan atau hitam kehijauan Merupakan jaringan nekrosis Avaskularisasi

2.4 Pengkajian pada Luka Sebelum mengkaji kondisi lokal pada tempat luka, sangatlah penting untuk mengkaji pasien secara menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah yang lebih luas yang mungkin mempunyai efek merugikan pada penyembuhan luka. Pengkajian dapat dilakukan dalam 4 tahap, yaitu pengakajian terhadap : 1. Faktor-faktor umum pasien yang dapat memperlambat penyembuhan. 2. Sebab-sebab langsung dari luka dan segala patofisiologi yang mendasarinya.

3. Kondisi lokal pada tempat luka. 4. Kemungkinan konsekuensi luka bagi seseorang.

Tujuan pengkajian 1. Mendapatkan informasi yang relevan tentang pasien dan luka. 2. Memonitor proses penyembuhan luka. 3. Menentukan program perawatan luka pada pasien. 4. Mengevaluasi keberhasilan perawatan.

Pengkajian luka meliputi : a) jenis luka b) Lokasi c) Warna Luka d) Bentuk dan Ukuran Luka e) Faktor-faktor umum pasien f) Eksudat g) Nyeri h) Infeksi i)

2.4.1

Stadium Luka

Mengkaji konsekuensi luka Penyebab luka berpengaruh langsung terhadap perasaan pasien tentang luka itu sendiri dan mungkin juga tentang konsekuensi fisik, sosial, dan akibat emosional. Konsekuensi dari luka dapat digolongkan kedalam :

a. Konsekuensi fisik : kehilangan fungsi, jaringan parut, dan nyeri kronik. b. sKonsekuensi emosional : perubahan citra tubuh, masalah dalam hubungan sosial, masalah seksual.

c.

Konsekuensi sosial : gagal dalam melaksanakan peran sosial tertentu seperti karier atau pekerjaan, atau adanya pembatasan aktivitas dalam peran tersebut.

2.5 Diagnosa keperawatan Setelah melengkapi pengkajian luka klien, perawat mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang menjadi pedoman untuk melakukan perawatan suportif dan preventif. Batasan karakteristik mendukung timbulnya diagnosa gangguan integritas jaringan. Diagnosa ini memberi pedoman bagi perawat untuk melaksanakan intervensi yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Klien mungkin beresiko mengalami penyembuhan luka yang tidak baik karena adanya faktorfaktor yang mengganggu penyembuhan luka. Walaupun luka klien terlihat normal, tetapi perawat tetap mengidentifikasi diagnosa keperawatan seperti perubahan nutrisi atau perubahan perfusi jaringan yang mengarahkan asuhan keperawatan untuk mendukung proses perbaikan luka. Sifat luka dapat menimbulkan masalah yang tidak berhubungan dengan penyembuhan luka. Perubahan rasa nyaman dan gangguan mobilitas merupakan masalah yang mempunyai implikasi bagi pemulihan klien.

2.6 Perencanaan Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat membuat rencana asuhan keperawatan untuk klien yang membutuhkan manajemen luka. Perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan dan prioritas klien yang dapat teridentifikasi. Tentukan tujuan dan hasil yang diharapkan serta rencanakan terapi yang sesuai dengan tingkat keparahan, jenis luka dan adanya komplikasi (contoh, infeksi, nutrisi yang buruk, imunosupresi, dan diabetes) yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Prioritas perawat dalam perawatan luka bergantumg pada kondisi klien yang dalam kondisi stabil atau darurat. Jenis perawatan luka yang diberikan bergantung pada jenis, ukuran dan lokasi serta komplikasi luka. Intervensi keperawatan yang dilakukan dapat bersifat mandiri atau kolaborasi. Tujuan keperawatan pada klien yang memiliki luka adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan hemostasis luka 2. Mencegah infeksi 3. Mencegah cidera jaringan yang lebih lanjut 4. Meningkatkan penyembuhan luka 5. Mempertahankan integritas kulit 6. Mendapatkan kembali fungsi normal 7. Memperoleh rasa nyaman

2.7 tindakan ganti balut luka Tindakan ganti balut luka, meliputi: a) ganti balut luka bersih b) ganti balut luka kotor c) ganti balut luka terkontaminasi

2.7.1

Pemilihan balutan luka Balutan luka (wound dressings) secara khusus setelah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.

2.7.2

Masalah pemilihan balutan Pada masa sekarang ini tentang masalah pemilihan balutan terdapat banyak macam balutan

yang membingungkan untuk dipilih. Tidak ada balutan tunggal yang cocok untuk segala macam luka, memilih balutan yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu maka perlu adanya penilaian tidak hanya penilaian kondisi lokal pada tempat

luka tetapi juga penilaian terhadap gaya hidup pasien dan dimana serta oleh siapa luka tersebut akan dibalut lagi. Masalah pemilihan balutan dipersulit oleh beberapa faktor : a)

Produk-produk yang kelihatannya sama dapat memiliki perbedaan bermakna dalam ciri-ciri fisik dan kimia.

b) Pabrik pembuatnya dapat merekomendasikan tipe-tipe produk yang berbeda untuk menangani masalah yang sama, sebagi contoh, balutan hidrokoloid, hidrogel, preparat enzimatik, krim asam, dan larutan klorinasi, semuanya telah direkomendasikan untuk mengatasi suatu kasus sebagai alat untuk melepaskan krusta yang tebal. c) Percobaan klinis yang luas dan komparatif terhadap penggunaan produk-produk penatalaksanaan luka yang berbeda pada manusia relatif jarang ada. d)

Pengaruh tradisi terapeutik, secara kuat dipegang oleh orang-orang yang punya kedudukan berpengaruh, sehingga mempersulit orang lain yang bekerja pada bidang yang sama untuk menggunakan produk-produk baru.

e) Adanya tanggung jawab yang tidak jelas dalam penatalaksanaan luka antara staf medis, keperawatan, dan paramedis akibat hal tersebut diatas. f)

Sifat ekonomi penatalaksanaan luka adalah kompleks karena banyak balutan baru yang secara baru yang secara relatif membutuhkan biaya tinggi tetapi tidak memerlukan penggantian yang sering, dibandingan dengan balutan tradisional. Oleh karena itu, biaya dapat menjadi lebih efektif dan lebih masuk akal bagi pasien.

g) Produk-produk baru memasuki pasaran setiap saat

2.7.3

Karakteristik balutan luka yang ideal

a) Tidak melekat b) Impermeabel terhadap bakteri c)

Mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada tempat luka sementara juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan.

d) Penyekat suhu e) Non-toksik dan non-alergenik f) Nyaman dan mudah disesuaikan g) Mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut

h) Tidak perlu terlalu sering mengganti balutan i)

Biaya ringan

j)

Awet

k) Tersedia baik di rumah sakit maupun dikomunitas

2.7.4 Tujuan Pembalutan Pembalutan mempunyi beberapa tujuan, diantaranya a) Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme b) Membantu hemostasis c) Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainase dan untuk melakukan debridemen luka d) Menyangga atau mengencangkan tepi luka e) Melindungi klien agar tidak melihat keadaan luka (bila luka terlihat tidak menyenangkan) f) Meningkatkan isolasi pada permukaan luka g) Memepertahankan kelembaban yang tinggi diantara luka dengan balutan h) Membuang jaringan yang mati i)

Mengabsorbsi cairan luka sebagai pengontrol baru

j)

Balutan dapat mengontrol infeksi

2.8

Mengganti balutan Dalam mempersiapkan penggantian balutan, perawat harus mengetahui jenis balutan, adanya

drain atau selang dibawahnya, dan jenis perlengkapan yang dibutuhkan untuk perawatan luka. CDC (Garner, 1985) merekomendasikan hal-hal berikut selama melakukan prosedur penggantian balutan : a. Perawat harus mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan luka. b. Petugas tidak boleh menyentuh luka terbuka atau luka baru secara langsung tanpa menggunakan sarung tangan steril. c. Apabila luka ditutup, balutan dapat diganti tanpa menggunakan sarung tangan. d.

Balutan pada luka tertutup harus diangkat atau diganti jika sudah terlihat basah atau jika klien menunjukkan tanda dan gejala infeksi.

untuk mempersiapkan klien yang akan diganti balutan, perawat harus :

a. Memberi analgesik yang dibutuhkan sehingga efek puncaknya terjadi selama penggantian balutan. b. Menggambarkan tahapan prosedur untuk menurunkan kecemasan klien. c. Menggambarkan tanda-tanda normal penyembuhan luka. d. Menjawab pertanyaan tentang prosedur atau luka

2.8.1

Ganti balut luka bersih Alat steril : a.

Pinchet anatomi 1

b.

Pinchet chirurgie 1

c.

Gunting luka (lurus)

d.

Kapas lidi

e.

Kasa steril

f.

Kasa penekan (deppers)

g.

Mangkok / kom kecil

Alat tidak steril : a. Gunting pembalut b. Plaster c. Bengkok/kantong plastik d. Pembalut e. Alkohol 70% f. Betadine 10% g. Bensin/aseton h. Obat antiseptic/desinfektan i.

2.8.2

NaCl 0,9%

Ganti balut Luka kotor Alat steril :

a. Pinchet anatomi 1

b. Pinchet chirurgie 2 c. Gunting luka (lurus dan bengkok) d. Kapas lidi e. Kasa steril f. Kasa penekan(deppers) g. Sarung tangan h. Mangkok/kom kecil 2 Alat tidak steril : a. Gunting pembalut b. Plaster c. Bengkok/kantong plastik d. Pembalut e. Alkohol 70% f. Betadine 2% g. H2O 2, savlon h. Bensin/aseton i.

Obat antiseptik/desinfektan

j.

NaCl 0,9%

2.8.3

Ganti Balut Luka terkontaminasi

a. Letakkan kasa steril diatas luka b. Kulit dicuci dengan : air sabun → dibilas air c. Zat antiseptik : zodium atau betadine → dibilas alkohol 70% d. Kasa diambil → luka disiram dengan air steril NaCl e. Membasuh bekas darah/kotoran f. Kotoran yang tak hanyut → diambil dengan pinset steril g. Tutup luka dengan sofratulle, luka ditutup dengan kassa agak tebal h. Dibalut dengan balutan yang menekan

2.8.4

Tindakan dalam Ganti balut Luka

a. Mencuci tangan b. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley c. Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup: Pinset anatomis (2 buah) Pinset chirurgis (2 buah) Handscoon steril Kom steril (2 buah) Kassa dan kapas steril secukupnya Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan) Alat Lain: Gunting Verband/plester Plester Nierbekken (Bengkok) Lidi kapas Was bensin Alas / Perlak Selimut Mandi Kapas Alkohol dalam tempatnya Betadine dalam tempatnya Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%) Lembar catatan klien

d. Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien

MELAKUKAN PERAWATAN LUKA a. Mencuci tangan b. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril. c. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien d. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan selimut mandi. e. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu) f. Pasang alas/perlak g. Dekatkan nierbekken h. Paket steril dibuka dengan benar i. Kenakan sarung tangan sekali pakai Membuka balutan lama a. Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas. b. Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 denganya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan. c. Kemudian buang balutan ke nierbekken. d. Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5% Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tandatanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss. Membersihkan luka: a. Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1

b. Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2 c.

Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)

d. Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis e.

Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.

Menutup Luka a.

Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan.

b.

Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikas.

c.

Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)

d. Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal e. Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat.

Alat-alat dibereskan a.

Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah

b. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman c. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan

BAB III PENUTUP 3.1

Simpulan Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau

pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat.

Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Manajemen perawatan Luka yang Terpenting adalah TIME Manajemen. Balutan uka yang ideal adalah apabila mampu menciptakan kondisi lingkungan yang optimal dan dapat melindungi diri dari cedera.

3.2

Saran sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan prosedur,

peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. untuk dinas kesehatan setempat sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya merawat luka agar meminimalisasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh luka yang tidak dirawat dengan baik http://perawat-hebat.blogspot.co.id/2016/06/makalah-keperawatan-luka.html

Berikut adalah prosedur pelaksanaan perawatan luka PERSIAPAN ALAT Peralatan steril 1. Pinset anatomis 2bh/ sarung tangan 2. Pinset cirurgis 1bh 3. Kom kecil 2bh 4. Gunting lurus (bila diperlukan) 5. Kasa steril 6. Kapas lidi 7. Betadine 10% dalam tempatnya 8. NaCl 0.9% / rivanol Peralatan tidak steril 1. Gunting perban 2. Plester / perban gulung 3. Perlak 4. Bengkok 5. Wash bensin PERSIAPAN PASIEN 1. Menjelaskan tindakan 2. Perhatikan privacy pasien 3. Mengatur posisi PROSEDUR KERJA 1. Peralatan didekatkan 2. Mencuci tangan 3. Perlak dipasang di daerah yang luka, bengkok di dekatkan (dari arah dalam keluar) dan bila balutan menggunakan perban dibuka dengan gunting. 4. Balutan dibuang ke bengkok menggunakan pinset cirurgis 5. Pinset cirurgis yang telah dipakai disimpan ke dalam bengkok 6. Bersihkan luka dengan kasa steril yang sudah dibasahi oleh antiseptic (NaCl 0.9% / rivanol) menggunakan pinset anatomis dari arah atas ke bawah dan dari dalam ke luar, kasa kotor dibuang ke bengkok keringkan lika dengan kasa steril sampai kering, serat kasa jangan sampai melekat pada luka. 7. Luka ditutup dengan kasa yang diberikan

betadine 10%, luka ditutup lagi dengan kasa steril, fiksasi menggunakan plester/ dibalut dengan perban. 8. Mengatur posisi pasien kembali 9. Peralatan dibersihkan/dirapihkan 10. Cuci tangan 11. Catat respon pasien

Related Documents


More Documents from "aris.wand83"