BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2008:13). Setiap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan saham yang dapat dimiliki oleh setiap investor. Pasar modal memiliki peranan penting untuk perekonomian dan entitas bisnisyang paling kompleks. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi bagi perusahaan dan berperan sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi saham. Pasar modal juga merupakan alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang relatif murah dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib menyampaikan laporan tahunan baik yang bersifat moneter maupun non moneter kepada bursa efek dan para investor. Pada umumnya perusahaan yang berinvestasi saham memiliki tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Kekayaan pemegang saham diukur dengan perkalian antara harga saham dan lembar saham yang beredar. Harga saham merupakan cerminan dari kinerja atau nilai perusahaan dan juga cerminan kepercayaan investor. Harga saham akan bergerak searah dengan 1
kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan baik maka harga saham perusahaan akan meningkat dan sebaliknya jika kinerja perusahaan tidak baik maka harga saham perusahaan juga akan menurun. Tetapi, harga saham sangatlah fluktuatif dan berubah- ubah, padahal pihak investor sendiri sangat ingin harga sahamnya selalu tinggi dan tidak pernah turun. Investor harus pandai-pandai dalam menganalisis harga saham tersebut karena jika salah dalam menganalisis harga saham, maka investor akan mengalami kerugian yang jumlahnya tidak sedikit. Sebelum berinvestasi, investor hendaknya tidak hanya melihat laba bersih yang didapatkan perusahaan, tetapi juga harus melakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten. Karena pada prakteknya, masih banyak investor yang memprediksi harga saham hanya melihat labanya saja, tanpa menganalisis laporan keuangan emiten. Padahal ada banyak faktor yang mempengaruhi harga saham. Investor dalam menanamkan sahamnya berharap akan mendapatkan keuntungan atas modal yang telah mereka investasikan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:225), ROE ( Return On Equity ) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Return on equity (ROE) ialah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik itu pemegang saham biasa ataupun
2
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam suatu perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah rasio penting bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal dari pemegang saham untuk mendapatkan laba bersih (Lestari, Lutfi dan Syahyunan, 2007: 5). Sedangkan menurut Chrisna (2011: 34) kenaikan Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan keutungan bagi pemegang saham. Oleh sebab itu, para pemilik perusahaan atau pemegang saham pasti akan meminta pihak manajemen untuk memperbaiki kinerja mereka agar kinerja atau nilai perusahaan meningkat sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. Namun, pihak manajemen sering memiliki tujuan dan kepentingan yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan tersebut mengakibatkan munculnya konflik yang disebut agency conflict. Konflik keagenan akan mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, dan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang (Herawati, 2008). Untuk meminimalkan agency conflict dan melindungi pemegang saham diperlukan sebuah mekanisme yang menyeimbangkan antara kepentingan pemegang saham dan manajemen yaitu Good Corporate Governance, di Indonesia dikenal sebagai tata kelola perusahaan yang baik. Good corporate governance menjadi dasar atau
pedoman
dalam
melakukan
pengelolaan
internal
perusahaan 3
(Lumbantoruan,2014). Pengelolaan internal yang baik akan memberi efek yang baik terhadap kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan berimbas pada harga saham.
Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi para stakeholders. Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi stockholder dan stakeholder sehingga mereka akan yakin memperoleh imbal hasil atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu menciptakan iklim kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan berkesinambungan di sektor korporasi. Good corporate governance sebagai salah satu cara untuk memberi perlindungan terhadap kepentingan para pemagang saham (shareholder) atau pemilik perusahaan. Good corporate governancepada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Good corporate governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan penerapan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya (Murwaningsari,2009). Sehingga penerapan good corporate governance bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap perusahaan. Good corporate governance juga merupakan kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan memberikan manfaat jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis 4
terutama bagi perusahaan yang mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Selain sebagai alat untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan terkait peningkatan kinerja yang nantinya akan berpengaruh pada harga saham perusahaan itu sendiri, penerapan good corporate governance juga diharapkan mampu mengurangi kemungkinan adanya tindak kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan harga saham perusahaan, good corporate governance menjadi dasar atau pedoman dalam melakukan pengelolaan internal perusahaan, baik tidaknya suatu pengelolaan internal sebuah perusahaan akan berimbas pada kinerja perusahaan itu sendiri dimana hasil kinerja tersebut akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan yang nantinya berdampak juga pada tingkat harga saham perusahaan tersebut. Harga saham itu sendiri adalah harga yang muncul sebagai dari pergerakan penawaran dan permintaan yang muncul di pasar efek terhadap harga yang bersangkutan. Harga saham yang cenderung stabil juga dapat dijadikan tolak ukur dalam pencerminan baik buruknya kinerja pengelolaan yang dilakukan pada perusahaan tersebut. Bagi perusahaan, saham adalah hak kepemilikan atas aset perusahaan. Jumlah lembar saham memiliki kesamaan arti sebagai nilai presentasi kepemilikan atas total aset perusahaan.
Penelitian ini menggunakan perusahaan food and beverages sebagai objek penelitian karena saham yang berasal dari produk makanan dan minuman merupakan saham yang banyak diminati oleh investor. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usahayang terus mengalami pertumbuhan. Seiring 5
dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di
Indonesia, volume
kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus meningkat. Berikut tabel 1.1 yang merupakan data harga saham pada 10 perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI, yaitu:
Tabel 1.1 Data Harga Saham pada 10 Perusahaan Food and Beverags yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2013-2017 NO Nama Perusahaan 1 2 3
4 5
6 7 8 9 10
Harga Saham 2013 2014 PT. Tiga Pilar Sejahtera 1.250 1.830 Food Tbk. PT Indofood CBP Tbk 10.200 13.100 PT Indofood Sukses 6.600 6.750 Makmur Tbk PT Mayora Indah Tbk 1.430 2.095 PT Ultrajaya Milk Industry 4.500 3.720 & Trading Company Tbk. PT Multi Bintang Indonesia 12.000 12.100 Tbk PT Delta Djakarta Tbk 380.000 390.000 PT Sekar Laut Tbk 180 300 PT Prasidha Aneka Niaga 189 160 Tbk PT Akasha Wira 2000 1.375 International Tbk
2015 1.650
2016 1.185
2017 2.190
13.475 5.175
8.575 7.925
8.900 7.625
1.210 3.945
1.645 1.142
2.020 1.295
8.650
11.750
13.675
5.200 370 122
5.000 308 134
4.590 1100 256
1.015
1.000
885
Sumber : Annual Report
Berdasarkan perhitungan dari beberapa sampel perusahaan food and beverages di Indonesia periode tahun 2013 sampai tahun 2017, terlihat pergerakan kenaikan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk walaupun sempat turun pada tahun 2015
6
dan 2016 sebesar 9,8% dan 28,18%. Namun kembali disusul dengan mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar 84% menjadi 2.190 rupiah.
Kenaikan dan
penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. PT Indofood CBP Tbk dari tahun 2013 sampai 2015 mengalami kenaikan sebesar 32%. Namun pada tahun 2016 mengalami penurunan drastis sebesar 36,36% . lalu kembali mengalami kenaikan sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 3,79%. kenaikan harga saham di sebabkan kondisi perusahaan dalam kondisi baik. PT Indofood Sukses Makmur Tbk dari tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan dan ditahun 2015 mengalami penurunan sebesar 15.75%. Pada tahun 2016 mengalami kenaikan dan di tahun 2017 megalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 3%. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. PT Mayora Indah Tbk dari tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami kenaikan secara tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 23,33%. lalu pada tahun 2016 dan 2017 mengalami kenaikan yang lebih baik sebesar 66,9% . Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya
7
dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. Kemudian PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk dari tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan. Kemudian ditahun 2015 mengalami kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya sebesar 6,04%. lalu kembali mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 71,07 % dan pada tahun 2017 pun kembali mengalami kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya sebesar 13,39%. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. PT Multi Bintang Indonesia Tbk dari tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan dan ditahun 2015 mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 28.5%. lalu kembali mengalami kenaikan yang drastis pada tahun 2016 sebesar 35,8 % dan kenaikan pada tahun 2017 sedikit yang lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 16,38% Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. Kemudian PT Delta Djakarta Tbk pada tahun 2013-2014 mengalami kenaikan secara berkala tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan harga saham yang sangat drastis sekali dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 98,67% yaitu sekitar Rp 384.000 ribu rupiah. Penurunan yang sangat drastis ini disebabkan oleh kinerja
8
keuangan perusahaan yang sedang buruk sehingga berdampak pula bagi harga saham perusahaan tersebut. PT Sekar Laut Tbk mengalami kenaikan harga saham pada tahun 2013 sampai tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 16,75%. Lalu kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2017 sebesar 34,71% atau sekitar 11.000 ribu yang sebelumnya hanya 308 rupiah saja. bagi harga saham perusahaan tersebut. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 32%, ditahun 2016 dan 2017 mengalami kenaikan sebesar 9,83%. Kenaikan dan penurunan harga saham tersebut dapat disebabkan oleh harga saham yang sedang dalam kondisi baik atau kondisi buruk, harga saham dapat dinilai baik atau buruknya dari kondisi keuangan perusahaan dan kemudian mereka laporkan dalam laporan tahunannya. PT Akasha Wira Internasional Tbk dari tahun 2013 sampai 2017 mengalami penurunan terus menerus hingga menunjukkan keburukan kinerja perusahaan dilihat dari harga saham yang rendah. Dari tahun 2013 ke 2014 menunjukkan penurunan sebesar 31,25 % lalu kembali menyusul penurunan ditahun 2015 sebesar 26,18% dan ditahun 2016 mengalami penurunan kembali sebesar 1,4 % dan terakhir ditahun 2017
9
mengalami penurunan sebesar 11,5%. Penurunan harga saham di sebabkan karena keburukan kinerja perusahaan yang berakibat menurunnya harga saham. Berbagai penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan penelitian ini antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2014) yang meneliti mengenai “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham” dengan hasil peneliitian harga saham dipengaruhi oleh Good Corporate Governance, yaitu komisaris independen dan ukuran dewan direksi. Selain Kurnia, Rizal (2015) juga meneliti “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Saham Dengan Return On Investment (ROI) Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013” dengan hasil penelitian bahwa secara simultan kepemilikan manajerial, independensi dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Return On Investment (ROI) juga mampu memoderasi hubungan antara kepemilikan manajerial, independensi dewan komisaris dan komite audit terhadap harga saham. Beberapa penelitian terkait dengan pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap harga saham mendokumentasikan hasil yang berbedabeda. Ada peneliti yang menyatakan GCG berpengaruh terhadap harga saham dan ada pula yang menyatakan tidak berpengaruh. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis pengaruh GCG terhadap Harga Saham dan apakah ROE memperkuat atau memperlemah hubungan GCG dengan Harga Saham. Penelitian ini juga merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Aulia Helfi (2017) dengan judul “Pengaruh Good Corporate 10
Governance Terhadap Harga Saham (Studi Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)”. Sehingga penelitian ini diberi judul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP HARGA SAHAM
DENGAN
RETURN
ON
INVESTMENT
(ROI)
SEBAGAI
PEMODERASI (STUDI KASUS PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 – 2017)”. Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menjadikan Return On Investment (ROI) ebagai memperkuat atau memperlemah pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kinerja perusahaan.Selain itu memperharui kembali penelitian dengan mengambil 5 tahun terakhir. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskanlah masalah yang menjadi dasar dalam penyusunan skripsi, yaitu: 1. Apakah Good Corporate Governance (GCG) memiliki pengaruh terhadap harga saham? 2.
Apakah Return On Equity (ROE) sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan harga saham ? 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada uraian yang telah disampaikan sebelumnya pada latar belakang
dan rumusan masalah pada penelitian ini, maka secara spesifik penelitian ini bertujuan: 11
1. Untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap harga saham 2. Untuk menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap hubungan antara Good Corporate Governance (GCG) dengan harga saham.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pandangan mengenai pengaruh good corporate governance terhadap harga saham sebagai Return On Equity (ROE) pemoderasi hubungan kedua variabel tersebut. Dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan maupun dijadikan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Pemecahan Masalah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan perusahaan food and beverages yang baik dengan memperhatikan mekanisme dan prinsip-prinsip dari good corporate governance. menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan pada saat pembelian maupun penjualan saham dengan mempertimbangkan variabel yang ada dalam penelitian ini.
12
BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 TEORI AGENSI Hubungan keagenan merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang paling tua dan umum muncul ketika ada pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan, dimana salah satu pihak manajer (agent) bertindak sebagai
perwakilan pihak investor (principal)
keputusan.
Pemisahan
fungsi
pengelolaan
dan
dalam pengambilan kepemilikan
akan
menimbulkan konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal.
Teori keagenan ingin menyelesaikan masalah yang timbul dari hubungan keagenan yakni ketika principal tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah agent sudah bertindak dengan tepat, dan
ketika principal
memiliki pandangan yang berbeda dengan agent terkait risiko (Eisenhardt, 1989). Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya manajer akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak yang mereka sepakati.
Jensen dan Meckling (1976 : 308) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “Agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service 13
on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa hubungan keagenan adalah kontrak antara satu orang atau lebih (pemilik modal) dengan orang lain (agen atau manajemen) untuk melakukan pekerjaan atas nama pemilik, yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang untuk mengambil keputusan kepada manajemen. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk member keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Menurut Sheifer dan Vishny (1997 : 737), Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer.
2.2 Good Corporate Governance (GCG) 2.2.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) Menurut FCGI (2001 : 3) pengertian Good Corporate Governance adalah: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang 14
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Good Corporate Governance didefinisikan oleh Monks dan Minow yang dikemukakan dalam Darmawati (2005 : 65) adalah sebagai hubungan partisipan dalam menentukan arah dan kinerja. The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) mendefinisikan GCG sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organorgan perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.
Pengertian Corporate Governance menurut Turnbull Report di Inggris yang dikemukakan dalam Effendi (2009 : 1) adalah sebagai berikut: “Corporate governance is a company’s system of internal control, which has its principal aim the management of risks that are significant to the fulfillment of its business objectivities, with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing over time the value of the shareholder’s investment.”
Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia good corporate governance adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara professional berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responbilitas,independen serta kewajaran dan kesetaraan. Tujuan utama dilaksanakannya good corporate governance adalah untuk 15
mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya dalam jangka panjang. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa good corporate governance adalah seperangkat sistem, tata kelola, serta praktik penyelenggaraan bisnis yang baik dan professional sistem yang mengatur dan
mengendalikan
dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya
untuk
menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan berlandaskan prinsip-prinsip yang ada dan mengatur hubungan antara shareholder dan stakeholder untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
2.2.2
Manfaat dan Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Menurut FCGI (2001: 5) pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini: 1. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders, 2. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value, 3. mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan
16
4. pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’s values dan dividen.
Tujuan GCG menurut FCGI (2001 : 8) ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (shareholders). Selain tujuan tersebut terdapat tujuan lain yaitu :
1. mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari sebuah usaha, 2. melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
3. meningkatkan iklim investasi nasional, 4. memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha yang dikelola secara baik. Pencapaian prestasi yang lebih baik dan penghematan sumber daya dan modal secara ekonomis akan meningkatkan produktivitas dalam negeri ketika bersaing di pasar internasional.
2.2.3
Asas-Asas Dasar Good Corporate Governance
Menurut KNKG dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas,responsibilitas,
independensi
serta
kewajaran
dan
kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
17
1. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan
kinerjanya
secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan
sesuai
dengan
kepentingan
perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3.
Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan
harus
mematuhi
peraturan
perundang-undangan
serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 18
4. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga
masing-masing organ
perusahaan
tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5.
Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam
melaksanakan
kegiatannya,
perusahaan
harus
senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Untuk dapat diterapkan secara efektif dan efisien kelima prinsip tersebut diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian yang memadai dalam pengelolaan sebuah perusahaan.Pengawasan dan pengendalian ini dapat terlaksana dengan baik apabiladilakukan
oleh
kepentinganmanajer
orang-orang
yang
perusahaan.Artinya,
mempunyai
orang-orang
independensi ini
tidak
dengan
mempunyai
ikatankepentingan yang dapat mengakibatkannya tidak bebas dari tekanan danintervensi manajerial.Seluruh tindakan dan keputusan yang dibuatnya haruslepas dari kepentingan manajer, apalagi jika hal itu menyangkut kepentingan stakeholder (Santoso, 2017).
19
2.2.4
Indikator Penilaian Good Corporate Governance
Dalam penerapan Good Corporate Governance dalam sebuah perusahaan diperlukansebuah mekanisme yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan penerapan strategi corporate governance tersebut, yaitu: 1. Rapat Umum Pemegang Saham Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan tempat para pemegang saham menyampaikan ide serta gagasannya dalam mengambil keputusan
yang
berkaitan
dengan
kepentingan
perusahaan
tanpa
mengindahkan anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Keputusan yang diambil dalam Rapat Umum pemegang Saham harus berdasarkan kesepakatan bersama seluruh anggota dan sesuai dengan tujuan jangka panjang perusahaan secara wajar dan transparan. Menurut UU No. 40 tahun 2007 Pada Pasal 1 ayat 4 dikatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroanyang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisarisdalam batas yang ditentukan dalam UndangUndang ini dan/atau anggaran dasar. 2. Dewan Komisaris Dewan komisaris memiliki fungsi penting dalam pengelolaan perusahaan, terutama dalam pengawasan dan pengendalian manajemen puncak. Perusahaan yang mempunyai persentase dewan komisaris eksternal lebih rendah akan mempunyai pengawasan yang rendah terhadap kinerja
20
perusahaan (Astuti dan Zuhrohtun dalam Hendratni, dkk 2018). Peranan dewan komisaris tersebut sangat diperlukan untuk membantu dalam pemeriksaan keuangan perusahaan yang diperlukan untuk mekanisme corporate governance. Fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan oleh KNKG 2006,Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporanpertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi,dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquitet decharge) dari RUPS. 3. Direksi Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner et al., (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa jumlah direksi merupakan bagian dari mekanisme corporate governance yang penting, karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan. Dalam sistem two tier, terdapat dewan komisaris dan dewan direksi. Dalam mekanisme corporate governance, direksi merupakan pihak yang melakukan fungsi operasional perusahaan sehari-hari.Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakantugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan ewenangnya.Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakantanggung jawab bersama. 4. Kepemilikan Institusional Menurut Jensen dan Meckling dalam Hendratni dkk, 2018, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan (agency 21
conflict). Tingginya kepemilikan institusional akan mendorong aktivitas monitoring karena besarnya pengaruh mereka dalam kebijakan manajemen. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Bushee (1998) dalam Siregar (2005) menyatakan bahwa kepemilikan institusional menjalankan peran monitoring-nya yang mendorong manajer untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan dalam jangka panjang.Perusahaan
dengan
kepemilikan
institusional
yang
besar
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.Dengan demikian, proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. 5. Komite Audit Menurut Ikatan Komite Audit Indonesia, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara menyeluruh dan konsisten merupakan hal yg bersifat fundamental bagi organisasi. Salah satu unsur kelembagaan dalam kerangka Good Corporate Governance yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya adalah “Komite Audit”. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.Tugas utama dari komite audit pada dasarnya adalah untuk membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan. 22
2.3 Saham 2.3.1
Pengertian Saham
Menurut Tandelilin (2001 : 18), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa saham adalah tanda penyertaan modal atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Dengan adanya penyertaan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan perusahaan. Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 12), yaitu : a. Saham Biasa (common stocks) Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar. b. Saham Preferen (preferred stock) Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas 23
lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa. 2.3.2 Harga saham (Stock Price) Harga saham adalah harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan permintaan (penawaran) dan penawaran (permintaan) jual. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan cenderung naik. Apabila kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. Harga saham menunjukkan nilai dari suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai saham, semakin banyak keuntungan yang diperoleh. Keuntungan itu berupa capital gain serta pencitraan yang baik atas suau perusahaan. Menurut Sawidji Widoatmojo (1996 : 46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkanm oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga ini merupakan harga saham yang dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh pinjaman emisi (underwriter) dan
24
emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. c. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten sebagai penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi dipasar sekunder, kecil sekali kemungkinan terjadinya negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan disurat kabar atau media lain adalah harga pasar. 2.4 Return On Equity (ROE) Definisi ROE menurut Sawir (2005 : 20) : “Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan.” ROE merupakan sebuah rasio yang sering digunakan oleh para pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan mengukur besarnya tingkat pengembalian modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (White, Sondhi, Fried, 2003 : 135) :
25
X 100%
Keterangan : •
Net Income After Tax adalah laba setelah pajak
•
Average Common Equity adalah rata-rata total saham biasa Semakin besar rasio ROE menunjukkan kenaikan laba bersih dari perusahaan
yang bersangkutan. Ada hubungan yang positif antara ROE dengan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku saham perusahaan.
2.5 Penelitian Terdahulu NO
1
2
Nama Judul penelitian Penelitian dan Tahap Penelitian Siti Aulia Helfi Pengaruh Good (2017) Corporate Governance Terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI tahun 20112015. Setiawan (2011) Analisis Pengaruh Return On Asset (Roa) , Return On Equity (Roe), dan Net Profit Margin
Hasil Penelitian
Secara simultan diperoleh hasil pengujian yaitu Good Corporate Governance yang terdiri dari dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. secara parsial variabel ROA mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham, variabel
26
(Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Hotel Dan Travel yang Terdaftar di BEI
3
Aprina (2012)
4
Ria Sofiani, 2014
5
Kurnia Syafaatul, 2014
6
Ariani Agnita, 2011
7
Purnama Sari Br
ROE dan NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan secara simultan variabel ROA, ROE dan NPM mempunyai pengaruh terhadap harga saham Pengaruh Kepemilikan Kepemilikan manajerial tidak Manajerial memilik pengaruh Terhadap signifikan terhadap harga Saham harga saham Pengaruh ROE dan Secara parsial ROE GCG Terhadap berpengaruh terhadap harga Harga Saham saham sedangkan GCG tidak Perusahaan berpengaruh secara signifikan. Manufaktur di BEI Secara simultan ROE dan GCG Periode 2009-2012 berpengaruh terhadap harga saham. Pengaruh Good Harga saham dipengaruhi oleh Corporate GCG, yaitu komisaris Governance independen dan ukuran dewan Terhadap Harga direksi. Sedangkan Saham kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap harga saham. Analisis Pengaruh GCG tidak berpengaruh Corporate terhadap kinerja keuangan Governance perusahaan secara parsial. Terhadap Kinerja ROE, ROI, dan EPS tidak Perusahaan Yang dapat dijelaskan oleh Terdaftar di Institute penerapan GCG. For Corporate Governance Analisis Pengaruh Secara parsial ROA, ROE, dan Rasio Profitabilitas NPM berpengaruh positif dan
27
Sukatendel, 2014
8
Arnika Wihardiani Putri, 2010
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 Pengaruh Economic Value Added Dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Pada Sektor Keuangan Yang Terdaftar di BEI
tidak signifikan. Secara simultan ROA, ROE, dan NPM beperngaruh positif dan signifikan
Economic Value Added berpengaruh terhadap harga saham, GCG berpengaruh terhadap harga saham, secara parsial ukuran dewan direksi, dan komposisi dewan komisaris memilii pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
2.6 Hipotesis dan Kerangka Pemikiran 2.6.1
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah - masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah Harga Saham, Good Corporate Governance dan Return On Equity (Roe). Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian tentang Good Corporate Governance terhadap Harga Saham dengan Return On Equity (Roe) sebagai pemoderasi.
28
Gambar 2.1 kerangka pemikiran Analisis Good Corporate Governance terhadap Harga Saham dengan Return On Equity (Roe) sebagai pemoderasi (Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI )
Good Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang berbentuk
tata
kelola
yang
baik
sehingga
dapat
mengendalikan manajemen dalam meningkatkan harga saham namun tidak lepas harus memperhatikan Return On Equity (Roe)
sebagai bentuk memperkuat kepercayaan
investor dalam membli Saham sehingga akan berpengaruh pada kenaikan harga saham.
Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 – 2017 Gambar 2.2 Model Penelitian
29
2.2.1
Hipotesis Menurut Sumadi (2003 : 21), hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paing tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan juga variabel moderasi sebagai memperkuat atau memperlemah antara satu variabel dengan variabel lain. Rancangan hipotesis penelitian ini untuk membuktikan apakah Good Corporate Governance akan mempengaruhi Harga Saham, dan adanya Return On Equity
(ROE)
sebagai
memperkuat
pengaruh
Good
Corporate
Governance Harga Saham. Penerapan good corporate governance pada setiap perusahaan mampu memperbaiki dan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen suatu perusahaan, sehingga meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan dan akan berdampak pada harga saham perusahaan. Mekanisme dari good corporate governance yang diharapkan dapat meningkatkan pengawasan bagi perusahaan, anatara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan.
Dengan diterapkan Good Corporate Governance
(GCG) dalam perusahaan, diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa
30
manajemen akan memberikan keuntungan atas dana yang telah diinvestasikan. Tujuan GCG adalah untuk memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh sebab itu akan membuat investor percaya terhadap perusahaan untuk membeli saham . Ini akan juga berhubungan pada teori ekonomi pada hukum permintaan jika permintaan terhadap saham meningkat maka akan menaikkan harga saham. Berdasarkan uraian tersebut diatasn serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan : H1 : Terdapat pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Harga Saham Return On Equity (ROE) adalah tingkat pengembalian ekuitas perusahaan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal untuk mendapatkan laba yang menjadi hak pemegang saham. Kehadiran ROE sebagai variabel moderating menunjukkan bahwa penerapan GCG yang baik akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berpengaruh terhadap profitabilitas. Dengan demikian tingkat pengembalian ekuitas perusahaan akan meningkat. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap kenaikan harga saham tersebut H2 : ROE dapat memoderasi hubungan GCG terhadap harga saham
31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi
adalah
merupakan
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang telah go publik dan telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 2013 – 2017 sebanyak 14 perusahaan. Teknik pengambilan sempel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunaka metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan berdasarkan atas tujuan tertentu. Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini: 1. Perusahaan makanan dan minuman yang sahamnya terdaftar dan telah go publik di Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan makanan dan minuman yang masih dan aktif dalam melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan makanan dan minuman yang telah menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2013 – 2017 .
32
4. Perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional dan tingkat blockhoder.
Berdasarkan kriteria tersebut maka perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2017 yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: NO
Nama Perusahaan
1 2 3
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT Indofood CBP Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk 4 PT Mayora Indah Tbk 5 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 6 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 7 PT Delta Djakarta Tbk 8 PT Sekar Laut Tbk 9 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 10 PT Akasha Wira International Tbk Sumber: www.idx.co.id
Kode Perusahaan
AISA ICBP INDF MYOR ULTJ MLBI DLTA SKLT PSDN AISA
3.2 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan atau laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit untuk periode 2013 – 2017 yang diperoleh dari website resmi perusahaan dan juga situs resmi BEI
33
(www.idx.co.id) data mengenai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 - 2017. Data mengenai tanggal penyampaian laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari situs resmi dan harga saham penutupan harian saat penyampaian laporan keuangan tahunan pada Bursa Efek Indonesia untuk masing-masing perusahaan sampel yang bersumber dari website resmi BEI (www.idx.co.id).
3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri–ciri keilmuan, seperti rasional, emperis, dan sistematis. Rasional merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Emperis merupakan cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis merupakan proses yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan langkah-langkah tertentu yang logis (Sugiyono, 2007). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Studi Pustaka Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan
memperoleh informasi melalui laporan penelitian, buku-buku, jurnal, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik. 2.
Dokumentasi
34
Metode dokumentasi adalah jenis data penelitian yang berupa: faktur, jurnal-jurnal, memo, atau dalam bentuk laporan program. Data-data yang berasal dari dokumen yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan cara menelusuri dan mencatat informasi yang diperlukan. 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional NO 1
Variabel Harga Saham (Y)
2
Good Corporate Governance (GCG) (X1)
Definisi Harga Saham merupakan harga dari saham yang diperdagangkan pada pasar modal yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham merupakan cerminan dari kinerja atau nilai perusahaan. GCG didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
Pengukuran Harga saham diukur dengan melihat harga saham pada saat penutupan atau berakhirnya aktivitas bursa (Closing Price) saat penyampaian laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia (Nominal)
Good Corporate Governance pada penelitian ini diproksikan dengan GCG Score.
35
3
ROE
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan suatu perusahaan Rasio untuk 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑥 100% mengukur 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 kemampuan perusahaan menggunakan total ekuitas dalam menghasilkan laba untuk membayar total liabilitas
3.5 MetodeAnalisis Data – data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberi jawaban permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan software SPSS 21. 3.5.1 StatistikDeskriptif Statistik deskriptif merupakan sebuah alat statistik yang memiliki fungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan objek yang ditelititan melakukan analisis dan membuat kesimpulan umum dari data penelitian tersebut. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang diliat dari nilai ratarata(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewnee (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19). Uji statistic deskriptif
36
mengambarkan secara sederhana variable-variabel yang diteliti dan mempermudah kita dalam memahami variable-variabel tersebut.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi
dalam
penelitian
ini.Uji
asumsi
klasik
dilakukan
dengan
uji
heteroskedastisitas, uji normalitas dan uji multikolinieritas. 3.5.2.1 Uji Normalitas Syarat utama yang harus terpenuhi dalam uji normalitas adalah data penelitian harus terdistribusi normal.Menurut (Ghozali (2011 : 164) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan uji KolmogorovSmirnov dengan menggunakan tingkat signifikasi 5%. Apabila nilai uji KolmogorovSmirnov >5%maka data terdistribusi normal, begitu pula sebaliknya. 3.5.2.2
Uji multikolinieritas
Uji multi kolinieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Adanya multi kolinearitas mengakibatkan koefisien regresi variabelnya tidak tertentu dan kesalahan standar tidak terhingga (Ghozali, 2011 :105). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya multi kolinearitas dengan melihat VIF, apabila nilai VIF dibawah nilai 10 dan nilai tolerance value diatas 0,01 maka nilai tersebut menunjukkan tidak terjadi multi kolinearitas dan begitu pula sebaliknya. 37
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskesdastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas (Ghozali, 2011:139) Penelitian ini menggunakan uji glejser untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2011:143): Dapat diketahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dari kepercayaan 5%. Nilai signifikan yang menunjukkan lebih dari 0,05 berarti model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2011: 139). 3.5.3
Uji Ketepatan Model
3.5.3.1 Pengujian koefisien Regresi Serentak (uji F) Uji statistik F juga menentukan bahwa model regresi fit atau tidak. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan 0,05. Dengan penilaian kriteria jika nilai probabilitas dari Fhitung> 0,05 maka semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen atau model sudah fit of goodness, sedangkan jika nilai probabilitas dari Fhitung< 0,05 berarti bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen atau model tidak fit of goodness (Ghozali, 2011 :98)
38
3.5.3.2 Menguji Signifikansi dengan Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui signifikan sipengaruh variabelin dependen terhadap variabel dependen. Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikasi konstanta dan setiap variabel independen akan berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai thitung dibandingkan dengan ttabel dan lebih besar dari thitung berarti ada berpengaruh signifikan antara variabel indenpenden terhadap variabel dependen secara individual. Kriteria pengambilan kesimpulan sebagai berikut: Jika nilai thitung ≥ ttabel atau Probabilitas ≤ tingkat signifikansi (Sig ≤ 0,050) maka hipotesis alternative diterima. Jika nilai thitung < ttabels atau Probabilitas tingkat signifikansi (Sig>0,050) maka hipotesis alternative ditolak. 3.5.3.3 Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Nilai koefisien determinan pada dasarnya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi – variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah di antar 0 dan 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen amatter batas. Nilai yang mendekati 1 berarti nilai variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011: 97) 3.5.3.4
Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel independen yang lebih dari satu terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini model persamaan regresi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 39
Y = α0 + 𝛽 1X1 + 𝛽 2X2 + 𝛽 3X3 + e Dimana : Y = Harga Saham α0= Konstanta 𝛽 1= Koefisisen variable independen Good Corporate Governance 𝛽 2 = Koefisisen variable moderasi ROE 𝛽 3 = Koefisieninteraksi variable independen dan moderasi E
= Eror term, tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
40
Astuti, Rahman, Sudarno (2015), Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Agency Cost Sebagai Variabel Moderating, Jurnal DinamikaAkuntansi, Vol.7, No. 2, Pp: 98-108 Chrisna. (2011). Pengaruh Return On Equity, Net Interest Margin dan Dividend Payout Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Magister Akuntansi
Sekolah Pascasarjana Universitas
Darmawati, Deni, Khamsiyah dan Rika Gelar Rahayu, 2005. “Hubungan Corporate Governance
dan Kinerja Perusahaan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8
(Januari) : 65-81. Effendi, Muh. Arief, 2009. The Power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi. Jakarta : Salemba Empat. Eisenhardt, Kathleem. M., 1989. Agecy Theory: An Assessment and Review. Academy of
Management Review, 14, hal 57-74.
Fakhruddin, M. dan Hadianto M., 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Gramedia, Jakarta. FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta. Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Keempat,
Universitas Dipenogoro, Semarang.
Helfi, Siti Aulia .2017. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham (Studi
Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2015)”, Skripsi. Universitas Lampung
41
Herawaty,Vinola. 2008. Peran prakterk corporate governance sebagai moderating variabel dari pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan (Vol.10,no 97-108) Jensen , Michael C. & W.H. Meckling, 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics 3. p. 305-360. Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa
Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma.
Lumbantoruan, Antonius Jogi Mamora. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Dalam
Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2012 E-Jurnal Akuntansi: Universitas
Negeri Surabaya PT. Bursa Efek Indonesia. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Good Corporate
Governance). 2011. Jakarta.
42
Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Dengan Return On Investment (Roi) Sebagai Pemoderasi (Studi Kasus Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 – 2017)”.
Oleh : FIRA IRWAN ( 1602114167)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU 2018
43