Candida.docx

  • Uploaded by: Kresna Latafodes
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Candida.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,750
  • Pages: 9
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban tinggi sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai tanaman dan mikroorganisme dengan baik. Salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia adalah jamur (Arifin, 2006). Namun sayangnya, tidak semua jamur bermanfaat bagi manusia. Terdapat beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Menurut Hezmela (2006), penyakit kulit yang disebabkan oleh beberapa jenis jamur merupakan salah satu masalah negara-negara di daerah tropis seperti Indonesia. Kondisi kulit yang mudah berkeringat dan lembab, kebersihan diri yang tidak terjaga dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan merupakan faktor yang memungkinkan pertumbuhan jamur penyebab penyakit kulit. Peningkatan arus modernisasi yang cukup pesat di Indonesia tentunya memengaruhi gaya hidup masyarakat. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, kini telah menjadi prioritas dan hal yang umum bagi sebagian besar masyarakat, khususnya di perkotaan. Namun, hal tersebut belum benar-benar menjamin masyarakat untuk terbebas dari penyakit, khususnya yang disebabkan oleh infeksi jamur. Anissa (2012), menyebutkan bahwa infeksi jamur dibagi menjadi tiga klasifikasi utama, yaitu infeksi superfisial, subkutan, dan sistemik. Infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit dan selaput mukosa antara lain pityriasis versicolor (panu), pityriasis capitis (ketombe), dermatophytosis, dan superficial candidosis (kandidiasis). Menurut Corry (2008), penyakit kulit di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, terutama penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial, sedangkan penyakit kulit karena infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada beberapa daerah. Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois Valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur penyebab thrush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut Candida.

Kandidiasis adalah infeksi jamur tersering pada manusia. Di Amerika Serikat, 80 juta penduduk menderita gangguan kesehatan yang disebabkan Candida. Kandidiasis terjadi di seluruh dunia dan menyerang segala usia, baik laki-laki maupun wanita. Di Indonesia, dilaporkan 84,1% penderita AIDS yang dirawat di RSCM sampai tahun 2000 juga menderita kandidiasis oral. Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Candida. Sekitar 85—95 % infeksi kandidiasis oral disebabkan oleh jamur Candida albicans (C. albicans). Dalam rongga mulut, C. albicans dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum. Spesies lain yang sering diisolasi dari spesimen klinis adalah C. dubliniensis, C. tropicalis, C. kefyr, C. glabrata, C. krusei, C. parapsilosis, C. lusitaniae, C. guillermondii, C. stellatoidea, C. pseudotropicalis, dan C. famata. Campuran spesies Candida dapat ditemukan pada kandidiasis oral, tetapi penyebab yang paling utama adalah C. albicans. C. albicans merupakan flora normal yang ditemukan pada 80% orang sehat. Sifat komensal ini dapat berubah menjadi patogen bila terdapat faktor predisposisi. Salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan tingginya prevalensi kandidiasis antara lain orang yang menjalani pengobatan dengan antibiotik spektrum luas dalam jangka panjang sehingga keseimbangan flora normalnya terganggu. Dalam beberapa tahun terakhir, mikroorganisme patogen yang ada pada tubuh manusia telah berkembang menjadi semakin resisten sebagai akibat dari konsumsi antimikroba komersial secara irasional. Kondisi yang demikian memaksa para ilmuwan untuk mencari zat antimikroba baru dari berbagai sumber, salah satunya dari tanaman obat. Penggunaan tanaman obat sendiri sudah mulai banyak direkomendasikan di negaranegara berkembang karena telah dilaporkan aman dengan sedikit atau bahkan tanpa efek samping yang merugikan, serta tidak dilaporkan adanya resistensi, terutama bila dibandingkan dengan obat-obatan sintetik. Penggunaan kayu siwak (Salvadora persica) telah dikenal semenjak berabad-abad lalu, terutama oleh bangsa Arab kuno yang hingga sekarang masih digunakan sebagai alat pembersih mulut. Faktor sosial dan agama menjadi pendorong utama penggunaan kayu siwak terutama bagi masyarakat muslim. Penelitian tentang analisa kandungan batang kayu siwak dengan ekstraksi menggunakan etanol 80% kemudian dilanjutkan dengan eter lalu diteliti kandungannya

melalui prosedur kimia ECP (Exhaustive Chemical Procedure) menunjukkan bahwa siwak mengandung zat-zat kimia seperti : trimetilamin, salvadorin, klorida, sejumlah besar fluorida dan silika, sulfur, vitamin C, serta tannin, saponin, flavonoid dan sterol. Zat-zat kimia tersebut bersifat antibakterial yang sangat efektif dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dan antifungal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan karakteristik umum Candida albicans Candida albicans (C. albicans) adalah suatu ragi lonjong, bertunas, berukuran 2-3 x 4- 6 μm yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini sebenarnya adalah anggota flora normal kulit, membran mukosa saluran pernafasan, pencernaan, dan genitalia wanita. Di tempat-tempat ini, ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologik. C. albicans seringkali dideskripsikan sebagai jamur dimorfik yang terdapat dalam bentuk sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pesudohifa). Sebenarnya C. albicans bersifat polimorfik dikarenakan kemampuannya untuk tumbuh dalam beberapa macam bentuk yang berbeda, sebab selain blastospora dan pseudohifa, C. albicans juga bisa menghasilkan hifa sejati. Sel-sel ragi berbentuk bulat sampai oval dan mudah terpisah dari satu sama lain. Pseudohifa tersusun memanjang, berbentuk elips yang tetap menempel satu sama lain pada bagian septa yang berkonstriksi dan biasanya tumbuh dalam pola bercabang yang berfungsi untuk mengambil nutrisi yang jauh dari sel induk atau koloni. Hifa sejati berbentuk panjang dengan sisi paralel dan tidak ada konstriksi yang jelas antar sel. Perbedaan antara ketiganya adalah pada derajat polarisasi pertumbuhan, posisi dari septin, derajat pergerakan nukleus serta derajat kemampuan melepas sel anak dari sel induk secara individual. C. albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks dan dinamis, tebalnya 100-400 nm. Menurut Segal & Bavin (1994) dinding sel C. albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda.

Gambar 3. Struktur Dinding Sel C. albicans

Komposisi primernya terdiri dari berbagai polisakarida seperti glukan, mannan, dan khitin. Glukan dan mannan, keduanya terutama memberi struktur sel, sedangkan yang terakhir, mannan, yang merupakan protein, turut berperan dalam membentuk antigen utama organisme. Lapisan luar dinding sel C. albicans terdiri dari mannoprotein yang terglikosilasi kuat, yang berasal dari permukaan sel. Lapisan ini terlibat dalam pengenalan antar sel (cell to cell recognition events), menentukan sifat permukaan sel dan berperan penting dalam interaksi dengan hospes. Mannoprotein ini mewakili 30— 40% dari total polisakarida dinding sel dan menentukan sifat permukaan sel. 2.2 Klasifikasi Organisme Parasit Candida Albican. Klasifikasi ilmiah Kerajaan

: Fungi

Filum

: Ascomycota

Upafilum

: Saccharomycotina

Kelas

: Saccharomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Famili

: Saccharomycetaceae

Genus

: Candida

Spesies

: C. albicans

2.3 Ciri Morfologi Candida Albican. Candida Albicans ini adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat tumbuh sebagai Sel tunas yang kemudian akan memanjang dan berubah menjadi hifa semu. Hifa semu ini terdiri dari banyak blastospora yang memiliki bentuk bulat atau lonjong.

2.4 Daur Hidup Candida Albican. Candida albicans dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rektum, rongga mulut dan vagina).

2.5 Epidemiologi Candida Albican. Candida albicans dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme yang menetap di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar manusia (rektum, rongga

mulut dan vagina).

Prevalensi

infeksi Candida albicans

pada

manusia

dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna. Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan. Edward (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610 kasus infeksi nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9 %) disebabkan oleh jamur dan 21.488 kasus (79%) disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds dkk. 1990) mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8 % nya adalah penderita kandidosis.

2.6 Hospes Candida Albican. Candida Albican biasanya menempel pada kulit manusia terutama di bagian tertentu sperti mulut dan bagian V wanita.

2.7 Nama Penyakit Candida Albican. Orang yang terkena candida albicans biasanya dinamakan penyakit Candidiasis dan vulvovaginitis.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gejala Penyakit Candida Albicans Gejala-gejala umum terkait candidiasis antara lain adalah: a. Kelelahan b. perubahan mood c. mudah marah d. depresi e. sulit belajar dan konsentrasi f. hiperaktif

3.2 Faktor Resiko Terkena Jamur Candida Albicans Seseorang yang memiliki resiko lebih terhadap infeksi Candida Albicans adalah : Wanita dalam masa hamil. Sebelum masa menstruasi. Penderita Diabetes Mellitus. Penggunaan obat – obatan, seperti pil kb, antibiotik dan lain – lain Perubahan hormon seperti daya tahan tubuh berkurang.

3.3 Cara Pencegahan Candida Albicans Dalam mencegah berkembangnya Candida Albicans paling utama yang perlu diperhatikan adalah merawat kebersihan terutama pada area genital wanita.

3.4 Pengobatan Candida Albicans A. Cara Pengobatan Kandidiasis Secara Medis Dalam menanganinya dapat dilakukan pengobatan yang bervariasi, tergantung pada daerah mana yang terkena dampak dari timbulnya Kandidiasis tersebut, seperti: 1. Bila menderita candidiasis sebaiknya segera mengkonsumsi obat-obatan antifungal seperti Nistatin dan clotrimazole. Untuk kasus-kasus yang lebih parah, ketoconazole atau flukonazol dapat diminum sekali sehari. 2. Seandainya anda menderita candida esophagitis dapat di obati dengan ketoconazole, itraconazole (Sporanox) atau flukonazol. Kandidiasis cornu dapat diobati dengan dengan antifungal powders dan krim. 3. Sedangkan bagi candidiasis yang terjadi pada vagina dan menyebabkan infeksi dapat diobati dengan obat antifungal seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, Nistatin, tioconazole dan terconazole.

B. Pengobatan Alami Candidiasis Pada Vagina 1. Bawang putih (Allium sativum) Mengkonsumsi bawang putih bisa mencegah dan mengobati candidiasis dengan cara mengunyah langsung bawang putih tersebut.Berdasarkan beberapa penelitian ilmiah tentang kandungan bawang putih ini ternyata memiliki kandungan anti jamur, anti bakteri dan mikroorganisme lainnya. 2. Yogurt Yogurt merupakan salah satu cara mengatasi infeksi Candida vagina, caranya mudah cukup mengoleskannya langsung ke daerah sekitar vulva atau bagian dari alat kelamin perempuan yang terkena infeksi, dapat digunakan sebagai supositoria dengan mencelupkan kain khusus vagina pada yoghurt dan menempelkannya pada vagina. C. Pengobatan Alami Candidiasis Pada Mulut 1. Air dengan garam Memanfaatkan larutan garam dengan air minum sebagai obat kumur dapat segera mengatasi penyakit yang diakibatkan jamur tersebut. 2. Teh hijau Mengkonsumsi atau meminum dua cangkir teh hijau setiap hari akan membantu mengobati candidiasis pada mulut. 3. Buah Apel Mengkonsumsi buah apel setiap hari dapat mengurangi infeksi jamur pada mulut

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Candida Albicans ini adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat tumbuh sebagai Sel tunas yang kemudian akan memanjang dan berubah menjadi hifa semu. Hifa semu ini terdiri dari banyak blastospora yang memiliki bentuk bulat atau lonjong. Dan berbahaya bagi kesehatan kita. Gejala-gejala

umum

terkait

candidiasis

antara



lain

adalah: kelelahan



perubahan

mood



mudah

marah



depresi



sulit

belajar

dan

konsentrasi



hiperaktif



autisme

• gangguan pencernaan dll Cara mencegah dari penyakit candida albicans yaitu dengan cara menjaga kebersihan kita terutama bagi wanita Adapun cara pengobatannya itu ada dua hal yaitu Denagan cara klinik dan Dengan cara alami yang telah di jelaskan di atas.

4.2 Saran Bagi peneliti selanjutnya saya mengharapkan untuk melengkapi dari isi makalah tentang fungi candida albicans karena masih banyak hal yang perlu di sempurnakan dalam penyusunan makalah ini. Dan bagi kita semua jagalah kebersihan di manapun kita berada biar terhindar dari berbagai penyakit trutama penyakit Candidiasis khususnya “ mencegah lebih baik dari pada mengobati”

More Documents from "Kresna Latafodes"