Cairan Dan Elektrolit Benar.docx

  • Uploaded by: shopi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cairan Dan Elektrolit Benar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,519
  • Pages: 26
MAKALAH KONSEP DASAR KEBIDANAN 2

“Cairan dan Elektrolit”

DOSEN PEMBIMBING YULIANA LUBIS, M.Kes DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 1. 2. 3. 4. 5.

AWWAL AL FAUZIAH GENDIS TRI PRILLY PUSPA DEWI REGGY CASTRENA ANGGELA ULFAH NUR RAMADHANI

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU TAHUN AJARAN 2017/2018

Daftar Isi Kata Pengantar............................................................................................. Daftar Isi ..................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang .......................................................................................

B.

Rumusan Masalah ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Cairan dan Elektrolit............... 1. Pengertian 2. Manfaat 3. Jenis- jenis cairan 4. Kebutuhan cairan 5. Pengaturan keseimbangan cairan 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit 7. Gangguan cairan dan elektrolit BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan.....................................................................................

B.

Saran...............................................................................................

Daftar pustaka.......................................................................................

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikan makalah ini, Terima kasih tak lupa kami ucapkan pada semua pihak yang ikut sertamendukung atas pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangatmengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan,dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembangkan wawasan danpeningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan atau ketidaksempurnaan. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, kami mohon maaf bila dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan atau kesalahan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan pada makalah selanjutnya.

Bengkulu ,... Februari 2018

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi

nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma. Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler. Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air. 1.2

Rumusan Masalah 1. PengertianKeseimbangan Cairan dan elektrolit tubuh 2. Manfaat, Jenis –jenis serta Kebutuhan cairan 3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit 1. Pengertian Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang melebur ke dalam ion dan dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air. Cairan (air) merupakan komponen kimia utama dalam tubuh. Ada 3 komponen cairan tubuh, yaitu air interseluler pada membran sel, cairan intravaskuler, dan cairan interseluler atau ekstravaskuler pada dinding kapiler. Dua komponen cairan yang terakhir disebut juga cairan ekstraseluler. 2. Manfaat Fungsi air bagi tubuh adalah : 

Pelarut zat gizi



Fasilitator pertumbuhan



Sebagai katalis reaksi biologis



Sebagai pelumas



Sebagai pengatur suhu tubuh



Sebagai sumber mineral bagi tubuh Ada 3 sumber air bagi tubuh, yaitu air yang berasal dari minuman, air yang

berasal dari makanan yang kita makan, dan air Fungsi Elektrolit. Berikut adalah beberapa fungsi elektrolit dalam tubuh manusia: 1. Elektrolit terutama hadir dalam bentuk ion garam mineral seperti ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, fosfat dan klorida. Elektrolit berfungsi mengembalikan dan mempertahankan tingkat hidrasi yang tepat di seluruh tubuh.

2. Setiap kekurangan garam mineral dapat memicu masalah kesehatan seperti, lesu, depresi, kelemahan, koma dan masalah jantung. 3. Ion garam mineral ini, yang memiliki kemampuan mempertahankan tekanan osmotik, juga membantu kontraksi otot dan memproduksi serta menyalurkan sinyal listrik dari otak ke sel dan sebaliknya. Ini menjelaskan mengapa kram otot sering muncul setelah melakukan kegiatan fisik yang berat. Pada kondisi dehidrasi, kemungkinan sinyal listrik tidak dapat mencapai bagian tubuh serta otot-otot tidak dapat rileks yang kemudian memicu kejang yang berasal dari hasil metabolisme dalam tubuh. 3. Jenis- jenis cairan A. Pengelompokan Cairan Menurut pengelompokannya, cairan infus dapat di kelompokkan menjadi : 1.Cairan Hipotonik : Osmolaritasnya lebih rendah di bandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah di bandingkan serum), maka larut dalam serum, & menurunkan osmolaritas serum. Sehingga cairan ditarik dari dalam pembuluh darah menuju ke luar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas yang rendah ke osmolaritas lebih tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yg dituju. Digunakan pada kondisi sel “mengalami” dehidrasi, contohnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, serta pada pasien hiperglikemia (dengan kadar gula darah tinggi) dengan gangguan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yg membahayakan ialah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular & peningkatan tekanan intrakranial (didalam otak) pada sebagian beberapa orang. Misalnya ialah NaCl 45% & Dekstrosa 2,5%. 2.Cairan Isotonik : Osmolaritas (merupakan tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (merupakan bagian cair dari komponen darah), maka terus berada di dalam pembuluh darah. Berguna pada pasien yg mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, maka tekanan darah konsisten menurun). Mempunyai risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif & hipertensi. Misalnya ialah cairan Ringer-Laktat (RL), & normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). 3.Cairan hipertonik :

Osmolaritasnya lebih tinggi di bandingkan serum, maka “menarik” cairan & elektrolit dari jaringan & sel ke dalam pembuluh darah. Dapat mengurangi edema (bengkak), menstabilkan tekanan darah & meningkatkan produksi urin . Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Contohnya NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, product darah (darah), & albumin. 4.Kristaloid bersifat isotonik, sehingga efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu yg singkat, & bermanfaat pada pasien yg memerlukan cairan segera. Contohnya Ringer-Laktat & garam fisiologis. 5. Koloid Ukuran molekulnya (umumnya protein) cukup besar maka tidak akan ke luar dari membran kapiler, & terus berada dalam pembuluh darah, sehingga sifatnya hipertonik, & mampu menarik cairan dari luar pembuluh darah. Misalnya ialah albumin & steroid. 4. Kebutuhan cairan Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut) a. Air Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya. b. Solut(terlarut) Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit. 1. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain(miliekuivalen/liter mEq/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mol/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.

Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ). Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma. 2. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin. Tabel.

1.2

Unsur

utama

kompartemen

cairan

tubuh

 Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+, magnesium Mg2+, protein dan asam organik. Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.

Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh disebutkan sebagai berikut :

Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518 KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH

INTAKE DAN OUTPUT RATA-RATA HARIAN DARI UNSUR TUBUH YANG UTAMA

Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Loss (IWL) Bila ingin mengetahui “Insensible Loss (IWL)” maka kita dapat menggunakan penghitungan sebagai berikut :  DEWASA = 15 cc/kg BB/hari  ANAK = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari  Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C) (Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.) JUMLAH KEHILANGAN AIR DAN ELEKTROLIT per 100 kcal BAHAN METABOLIK DALAM KEADAAN NORMAL MAUPUN SAKIT

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)

1. Cairan Intraselular (CIS) 40% dari BB Total Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular. 2.Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB Total Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) di bagi menjadi : (a)Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kirakira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru Lahir dibanding Orang dewasa.

(b) Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun Fungsi dari darah adalahmencakup : 

pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru.



pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi transpor hormon ke tempat aksinya sirkulasi panas tubuh

4. Cairan Transelular (CTS) : Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari. Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut

PROSENTASE TOTAL CAIRAN TUBUH DIBANDINGKAN BERAT BADAN

:

DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH

 Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg  Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura, intraokuler, dll. NILAI RATA-RATA CAIRAN EKSTRASELULER (CES) DAN CAIRAN INTRASELULER (CIS) PADA DEWASA NORMAL TERHADAP BB

Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.

5. Pengaturan keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar. a. Asupan Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur

keseimbangan

cairan

adalah

hipotalamus.

Apabila

terjadi

ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah. b. Pengeluaran Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada output cairan. Pasien dengan tidak ada kekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah: 1. Urine Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam

tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine. 2. Keringat Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma. 3. Feses Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah ratarata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari. Pengaturan Elektrolit 

Natrium (Na+) Merupakankation

paling

banyakdalamcairanekstrasel.

Na+mempengaruhikeseimbanagan

air,

Hantaranimpulssarafdankontraksiotot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar 135-148 mEq/lt. 

Kalium (K+) Merupakankationutamacairanintrasel.Berfungsi sebagai

Excitabilityneuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturanKeseimbanagan Asambasa,

karena

ion

K+ dapatdiubahmenjadi

ion

hidrogen

(H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buahbuahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal,

keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi

oleh

perubahan

ion

kalium

dalam

cairan

ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt. 

Kalsium (Ca2+) Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh,

bergunauntukintegritaskulitdanstruktursel,

konduksijantung,

pembekuandarah, sertapembentukantulangdangigi. Kalsium dalam cairan ekstra sel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl. 

Magnesium (Mg2+) Merupakankationterbanyakkeduapadacairanintrasel.

penting

untuk

aktivitas

enzim, neurochemia,

Sangat

dan muscular

excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt. 

Klorida (Cl ˉ ) Terdapatpadacairanekstraseldanintrasel, berperan

dalam

pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium

di

ginjal

dan

pengaturan

klorida

oleh

hormin

aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt. 

Bikarbonat (HCO3ˉ ) HCO3adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada

cairan ekstra sel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknatdiaturolehginjal. 

Fosfat Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.

Berfungsi

untuk

meningkatkan

kegiatan

neuromuskular,

metabolisme karbohidrat, pengaturan asambasa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.

NILAI-NILAI NORMAL Jeniscairandanelektrolit -

Potasium [K+] Sodium [Na+] Kalsium [Ca2+] Magnesium [Mg2+] Fosfat [PO42-] Klorida [Cl-] Bikarbonat [HCO3]

Nilai normal dalamtubuh 3.5 – 5 mEq/L 135 – 145 mEq/L 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L) 1.5 – 2.5 mEq/L 2.7 – 4.5 mg/dl 98 – 106 mEq/L 24 – 28 mEq/L

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit 1.

Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anakanak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal 2.

Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah

cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain

itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. 3.

Iklim

Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,

IWL). Besarnya IWL pada tiap individu

bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan

panas dapat

kehilangan cairan hingga dua liter per jam. 4.

Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin. 5.

Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

6.

Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam). 7.

Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. 8.

Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh. 9. Klien

Pembedahan yang

menjalani

pembedahan

beresiko

tinggi

mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama

pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.

7. Gangguan cairan dan elektrolit Gangguan Kebutuhan cairan

1.

Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu : a.

Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik

b.

Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

c.

Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

d.

Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat) 2.

Defisit Volume Cairan Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit

ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti

terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan. 3.

Defisit Cairan

Faktor Resiko 1.

kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis :

kehilangan berat badan 2.

ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi

konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah 4.

Dehidrasi Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan

cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah. 5.

Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia) Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit

dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain : a.

Asupan natrium yang berlebihan

b.

Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan

gangguan mekanisme regulasi cairan. c.

Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal

kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing d.

Kelebihan steroid.

e.

Kelebihan Volume Cairan

Factor resiko : 1.

Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda klinis :

penambahan berat badan 2.

Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda klinis :

edema perifer dan nadi kuat 6.

Edema Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam

kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika: a.

Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan

perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial). b.

Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena)

yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial. c.

Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)

Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).

Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting. . Gangguan Kebutuhan Elektrolit

1.

Hiponatremia

Disebabkan air yang berlebihan atau ion Na yang berkurang (Menyebabkan pembengkakan sel (karena perpindahan air dari ECF ke ICF) → mengancam jiwa → jika edem terjadi di sel otak Terapi → membuang air yang berlebihan atau menganti ion Na. 2.

Hipernatremia

Hipernatremia: kadar Na serum >145 mEq/L → menyebabkan hiperosmolalitas (ECF) → dehidrasi ICF dan pengerutan sel. Penyebab utamanya: a.

Kehilangan air (mengandung Na)

b.

Penambahan ion Na dengan kekurangan air

3.

Hipokalemia

Hipokalemia → kadar ion K serum <3,5mEq/L ( K ion utama ICF) Hipokalemia berkaitan dengan alkalosis (karena alkalosis menyebabkan ion K berpindah dari ECF ke ICF) Etiologi: asupan K ↓, kehilangan K lewat: saluran cerna, ginjal, luka bakar.

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel

mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut). Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah : 1.

Usia

2.

Jenis kelamin

3.

Sel-sel lemak

4.

Stres

5.

Sakit

6.

Temperatur lingkungan

7.

Diet

3.2 Saran Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelbidan.com/2016/12/makalah-cairan-dan-elektrolit.html https://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/konsep-dasar-cairan-dan-elektrolit/ Cree, Laurie dan Sandra Rischmiller. 2006. Sains Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. http://ardyanpradanaoo7.blogspot.co.id/2011/02/makalah-kebutuhan-cairan-elektrolit.html https://jokosigit976.blogspot.co.id/2015/03/konsep-kebutuhan-cairan.html

Related Documents


More Documents from "Eva"