Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi Juli 2007
Oleh : Alosius M. Pelawi, SKM. Tim Investigasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diare adalah penyakit yang sampai saat ini masih endemis di Indonesia dan sering juga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang setiap tahunnya cukup tinggi baik frekuensi maupun jumlahnya. Diare adalah buag air besar dengan frekuensi tiga kali atau lebih perhari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir atau darah, diare dapat terjadi secara akut yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena diare disebabkan oleh beberapa factor antara lain Kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi perorangan dan keluarga, kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare. Berdasarkan hasil KEPMENKES No.1216/MENKES/SK/XI/2001 tentang Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare menunjukkan bahwa angka Insiden pada semua golongan umur adalah 374/1000 penduduk. Pada golongan umur Balita menderita 1 – 1,5 kali pertahun dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %). Berdasarkan data penyakit di Kabupaten Tolitoli yang dipantau melalui Surveilans Terpadu penyakit-penyakit setiap tahunnya yang menempati urutan tertinggi adalah penyakit Malaria Klinis disusul dengan Diare. Kasus Diare pada tahun 2006 sebanyak 3583 kasus. sedangkan jumlah kasus Diare dari Puskesmas Lampasio sebanyak 616 kasus atau 17% dari total Kasus yang ada. Data sepuluh besar penyakit tahun 2006 yang diperoleh dari PUSTU Salusu Pande menunjukkan bahwa penyakit diare menduduki peringkat pertama sebanyak 208 kasus (26,6 %). Pada hari Selasa tanggal 10 April 2007 dilaporkan dari Puskesmas adanya kasus diare sebanyak 28 penderita, 1 penderita dirawat inap di Pustu Salusu 1
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Pande yang mengalami dehidrasi berat, laporan diterima jam 16.00 WITA. Pada hari Rabu 11 April 2007 dibentuk tim investigasi dan penanggulangan, logistic dikirim ke lapangan untuk mengantisipasi perkembangan kasus yang terjadi dilapangan dan Tim Kabupaten ke lapangan pada tanggal 13 April 2007. B. Tujuan Penyelidikan 1. Tujuan Umum Melakuakn identifikasi terhadap terjadinya KLB Diare di Desa Lampasio Dusun Salusu Pande Wilayah Kerja Puskesmas Lampasio Kecamatan Lampasio. 2. Tujuan Khusus a. Untuk memastikan apakah kejadian tersebut merupakan suatu KLB. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kasus diare yang terjadi. c. Menentukan strategi penanggulangan keladian penyakit Diare. C. Metodologi Penyelidikan kasus diare ini dilaksanakan dengan observasi secara deskripstif dengan desain cross sectional dimana dilaksanakan pengamatan dan wawancara terhadap semua kasus melalui kunjungan dari rumah ke rumah dengan menggunakan format pengumpulan data (format penyelidikan KLB). 1. Lokasi : Dusun Salusu Pande Desa Lampasio Kecamatan Lampasio. 2. Cara Pengumpulan Data Data diperoleh melalui observasi terhadap lingkungan sekitar penderita meliputi sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan air limbah, Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Edisi Juli 2007
pembuangan sampah dll serta wawancara terhadap semua penderita diare dan mengisi format pengumpul data. 3. Pengolahan data Data yang telah diperoleh diolah secara elektronik dengan menggunakan komputer program MS Exel yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. 4. Personalia Investigasi : Petugas Kabupaten sebanyak 2 orang serta petugas Puskesmas Lampasio sebanyak 3 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Petugas P2 Diare Puskesmas dan Bidan desa. II. GAMBARAN UMUM Kecamatan Lampasio merupakan salah satu kecamatan dari 9 Kecamatan di kabupaten Tolitoli yang terdiri dari 8 desa yang merupakan pengembangan dari UPT Transmigrasi. Luas wilayah kecamatan 114 Km² jumlah penduduk 12.539 jiwa yang terdiri dari 2.917 kepala keluarga. Adapun wilayah kerja puskesmas yang terdapat kasus diare adalah desa Lampasio dengan jumlah penduduk sebanyak 4.130 jiwa (1033 Kepala Keluarga) dengan batas wilayah sebagai berikut : ◊ Sebelah utara berbatasan dengan desa Tinading. ◊ Sebelah Timur berbatasan dengan desa Salugan. ◊ Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Silandau Kecamatan Basidondo. ◊ Sebelah Barat berbatasan dengan desa pagaitan kecamatan Ogodeide. 2
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Jumlah rumah di Desa Lampasio sebanyak 944 rumah, dengan sarana sanitasi yang dimiliki adalah penggunaan Jamban 165 (19%), Penyediaan Air Bersih (PAB) 165 (32%), Saluran Pembungan Air Limbah (SPAL) 88 (11.3%) dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sebanyak 225 (27%). Penyakit diare yang terjadi hanya satu dusun di desa Lampasio yaitu dusun Salusu Pande yang jarak lokasinya cukup jauh dengan dusun lainnya dengan jumlah penduduk terdiri dari 599 Jiwa (149 Kepala Keluarga) dengan batas wilayah sebagai berikut, Sebelah Utara: Dusun Bambuan,Sebelah Timur : Dusun Pamungkalan, Sebelah Selatan : Pegunungan Desa Kinapasan Kec. Basidondo. Sebelah Barat : Dusun Batuan. Fasilitas umum yang ada di dusun tersebut adalah Mesjid,Taman kanakkanak dan Sekolah Dasar (SD) serta Puskesmas Pembantu (PUSTU) sebanyak
Edisi Juli 2007
1 unit. Sarana sumber air bersih yang digunakan penduduk adalah : Sumur gali (SGL) sebanyak 4 buah yang digunakan oleh 9 Kepala Keluarga (27 Jiwa). Hidran Umum sebanyak 4 sarana yang digunakan oleh 26 KK (88 Jiwa), Jumlah Kepala Keluarga yang menggunakan Sambungan Rumah (Perpipaan) sebanyak 114 KK (484 jiwa). Fasilitas untuk pembuangan tinja yang ada sebanyak 23 buah dengan kriteria sebagai berikut : Jamban leher angsa sebanyak 15 buah yang digunakan oleh 19 KK (93 Jiwa), Jamban Cemplung sebanyak 6 sarana digunakan oleh 6 KK (26 Jiwa), Jamban Plengsengan sebanyak 2 buah digunakan oleh 2 KK (9 Jiwa) dan sebanyak 471 Jiwa (122 KK) menggunakan sungai, kebun dan hutan untuk Buang Air Besar (BAB). Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel dibel 1 dibawah ini.
Tabel – 1 Jumlah Penduduk di Dusun Salusu Pande Desa Lampasio Tahun 2007 No Umur Jumlah Penduduk Perempuan Laki-laki 1 < 1 tahun 3 6 2 1 - 4 tahun 31 43 3 5 - 14 tahun 87 76 4 15 - 44 tahun 135 142 5 45 - 54 tahun 16 35 6 55 - 64 tahun 6 11 7 ≥ 65 tahun 3 5 Jumlah 281 318 Sumber : Data Pustu Salusu Pande. Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Jumlah 9 74 163 277 51 17 8 599
3
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Dari jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ternyata jumlah kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan proporsi 53,09 %.
Edisi Juli 2007
Berdasarkan data fasilitas kesehatan yang ada di dusun Salusu Pande, penyakit yang termasuk dalam 10 bersar penyakit tertinggi adalah sebagai berikut :
Grafik – 1 Sepuluh Penyakit tertinggi di Pustu Salusu Pande Tahun 2006
HASIL INVESTIGASI A. Distribusi Kasus Berdasarkan Tempat Melihat data laporan mingguan Puskesmas Lampasio minggu 1 s/d 16 menunjukkan bahwa distribusi kasus tidak merata disemua tempat, dimana kasus yang paling banyak terjadi di di Desa Lampasio dengan proporsi 38%.
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
4
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
No
Edisi Juli 2007
Tabel – 2 Kasus Diare Berdasarkan Tempat di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasio Minggi 1 s/d 16 Tahun 2007 Desa Minggu 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16
Jlh
1.
Lampasio
1
2
4
0
1
0
0
4
3
0
0
3
0 26 3
0
47
2.
Tinading
1
2
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
4
0
2
15
3.
Salugan
0
0
3
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
10
4.
Sibea
3
1
5
1
3
0
2
0
0
1
0
2
0
1
0
2
21
5.
Oyom
1
4
1
0
7
2
2
0
1
1
1
1
0
0
0
0
21
6.
Janja
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
7.
Maibua
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
5
0 8
0 2 0 0 0 9 15 3 13 2
0 6
0 7
2 6
0 2
0 3
0 7
0 0 0 2 31 3
0 8
4 125
8.
Mulya sari Jumlah
Grafik – 2 Proporsi Kasus Diare berdasarkan tempat kejadian Wilayah Kerja Puskesmas Lampasio Minggu 1 – 16 tahun 2007
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
5
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Proporsi kasus diare yang tinggi di Desa Lampasio mulai dari minggu pertama sampai minggu ke-16 ini, jika dilihat dari distribusi kasus setiap dusun kejadiannya tidak merata. Diare yang terjadi di Dusun Salusu Pande ini jumlahnya jauh sekali melebihi jumlah kasus dari waktu-waktu
Edisi Juli 2007
sebelumnya bahkan jauh melebihi akumulasi kasus diare pada tahun 2006 di Dusun Salusu Pande. Tingginya kasus yang terjadi pada suatu tempat dibandingkan dengan tempat lain mengindikasikan munculnya suatu kejadian luar biasa.
Peta Distribusi Kasus Diare Dusun Salusu Pande Lampasio Kecamatan Lampasio Tahun 2007
Distribusi kasus di Dusun Salusu Pande terjadi di dua lokasi, yaitu kampung Bugis dan di Blok A serta blok B, kasus yang paling banyak terjadi di blok B. B. Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Minggu
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Berdasarkan data yang dilaporkan dari Puskesmas Lampasio ke Kabupaten dapat diperoleh gambaran bahwa telah terjadi peningkatan kasus yang sangat bermakna mulai pada minggu ke 14 jika dibandingkan dengan kasus pada minggu sebelumnya dan minggu yang sama pada tahun sebelumnya. 6
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi Juli 2007
Grafik – 3 Insiden Diare di Dusun Salusu Pande Desa Lampasio Tanggal 30 Maret – 11 April 2007
Rata-rata kasus setiap minggunya pada tahun 2006 adalah 9 kasus setiap minggu sedangkan rata-rata kasus minggu 1 – 16 tahun 2007 adalah 8 kasus setiap
minggunya. Sedangkan perbandingan kasus pada minggu yang sama dengan tahun sebelumnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini,
Grafik – 4 Perbandingan jumlah kasus Diare di Puskesmas Lampasio Tahun 2006 - 2007
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
7
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi Juli 2007
Memperhatikan grafik tersebut terlihat bahwa pada minggu ke-15 tahun 2006 terjadi lonjakan kasus yang sangat tinggi dan ini merupakan KLB di Desa Maibua, namun pada minggu ke-14 tahun 2007 juga mengalami lonjakan kasus. Perbandingan kasus minggu yang sama dengan tahun sebelumnya juga menunjukkan peningkatan yang bermakna, apalagi dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun yang sama dengan minggu sebelumnya menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dan berdasarkan kriteria tersebut, maka kasus yang terjadi di Dusun Salusu Pande Desa Lampasio Kec. Lampasio merupakan suatu kejadian luar biasa.
Kasus diare yang paling muda berumur 1 tahun dan umur yang tertua adalah 46 tahun. Kelompok umur yang paling banyak terserang adalah kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah kasus 17 orang (60,71 %) sedangkan kelompok umur < 1 tahun dan kelompok umur > 55 tahun tidak ada kasus. Angka serangan berdasarkan kelompok umur yang tertinggi juga terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dengan attack rate 22,97 % sedangkan angka serangan pada semua kelompok umur sebesar 4,67 %, namun tidak ada kematian pada KLB ini karena kasus cepat ditangani dan ditanggulangi. Attack rate menurut kelompok umur lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
C. Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Kelompok umur No.
Kelompok Umur 1 < 1 tahun 2 1-4 tahun 3 5-14 tahun 4 15-44 tahun 5 45-54 tahun 6 55-64 tahun 7 > 65 tahun Jumlah Sumber : Data Primer
Jumlah Penduduk 9 74 163 277 51 17 8 599
Kasus 0 17 2 7 2 0 0 28
Sedangkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita diare beragam, namun gejala yang dominan adalah muntah dan berak-berak, sedangkan untuk frekuensi berak kesemua kasus kurang dari lima kali sehari. Dengan keluhan yang dominan muntah dan berak yang Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Jumlah Meninggal 0 0 0 0 0 0 0 0
Attack Rate 0 22,97 1,23 2,53 3,92 0 0 4,67
CFR 0 0 0 0 0 0 0 0
frekuensinya kurang dari lima kali sehari ini kemungkinan besar diare yang terjadi ini adalah diare akut. Sedangkan dari segi kehilangan cairan ada 27 kasus yang merupakan diare dengan dehidrasi ringan/sedang, sedangkan 1 kasus termasuk dalam kategori dehidrasi berat. 8
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
No. 1 2 3 4 5 6
Edisi Juli 2007
Tabel-4 Gejala yang dialami oleh Penderita Diare di Dusun Salusu Pande Desa Lampasio tahun 2007 Keluhan Jumlah Persentase Berak tak tertahan 27 96,43 Muntah 25 89,29 Sakit perut hebat 20 71,43 Demam 17 60,71 Lemah 14 50 Kedinginan 3 10,71
D. Faktor Risiko Faktor Risiko yang kemungkinan menyebabkan terjadinya diare di Dusun Salusu Pande ini adalah minimnya sarana kesehatan lingkungan terutama jamban keluarga (Jaga). Dari 28 penderita yang buang air besar di jamban sebanyak 12 orang (42,86 %), di sungai 3 orang (10,71 %), di kebun 2 orang (7,14 %) dan tempat lainnya 11 orang (39,29 %). Sumber air bersih yang digunakan oleh kasus adalah berasal dari mata air atau perpipaan
sebanyak 27 orang (96,42 %) sedangkan satu kasus menggunakan sumber air bersih lainnya. Dari 599 penduduk yang ada di Dusun Salusu Pande yang menggunakan jamban dengan septik tank hanya 15,53 %, menggunakan jamban tanpa septik tank sebanyak 5,39 % dan yang buang air besar di kebun, sungai, dan hutan sebanyak 78,63 %. Berikut ini adalah grafik sarana pembuangan tinja masyarakat di Dusun Salusu Pande tahun 2007.
15,53
4,34 1,5
Le he r Angsa Ce mpl ung Pl e ngse nga n La i nny a
78,63
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
9
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Dengan kondisi pembuangan tinja tersebut sangat memungkinkan untuk terjadinya pencemaran sumber air bersih oleh kuman pathogen maupun oleh kotoran manusia dan hal ini akan semakin meningkatkan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air yang salah satunya adalah diare. Pembuangan kotoran di hutan dan kebun memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit yang dibantu oleh serangga seperti lalat dan kecoa. Memperhatikan sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat yang dominan adalah menggunakan perpipaan yang melayani 484 jiwa (80,80 %), dan dari 28 kasus diare tersebut semuanya menggunakan atau mengambil air bersih dari perpipaan. Dengan demikian kemungkinan besar kejadian diare tersebut bukan disebabkan sumber air bersih yang digunakan masyarakat.
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Edisi Juli 2007
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil investigasi di lapangan terhadap kasus diare di Dusun Salusu Pande Desa Lampasio Kecamatan Lampasio dapat disimpulkan sebagai berikut : - Kasus diare yang terjadi merupakan suatu kejadian luar biasa. - Kasus yang termuda berumur 1 tahun dan yang tertua berumur 46 tahun. Kasus diare yang terjadi adalah diare akut. - Kelompok umur yang paling banyak terserang adalah kelompok umur 1-4 tahun dengan angka serangan 22,97 %, sedangkan angka serangan untuk semua golongan umur adalah 4,67 %. B. Saran. Untuk menghindari terjadinya pencemaran tanah dan air oleh kotoran manusia, maka diupayakan membuat septik tank bagi semua jamban yang ada. ***
10