Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi September 2007
Oleh : Alosius M. Pelawi, SKM. Tim Investigasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dapat bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya. Menurut jenisnya maka dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan yaitu diare akut, diare berdarah dan diare persisten. Penyakit Diare hingga saat ini masih endemis di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang setiap tahunnya cukup tinggi baik frekuensi maupun jumlahnya. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena diare disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, kesehatan lingkungan yang belum memadai, karena gizi perorangan dan keluarga, kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit.
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Berdasarkan hasil survei program pemberantasan penyakit diare pada tahun 2000 diperoleh bahwa angka insiden pada semua golongan umur adalah 301/1000 penduduk. Pada golongan umur balita menderita 1 – 1,5 kali pertahun dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %). Berdasarkan data penyakit di Kabupaten Tolitoli yang dipantau melalui Surveilans Terpadu Penyakit, maka penyakit yang setiap tahunya menempati urutan tertinggi adalah penyakit Malaria Klinis disusul dengan Diare. Kasus Diare pada tahun 2006 sebanyak 3.583 kasus, sedangkan jumlah kasus Diare dari Puskesmas Baolan sebanyak 306 atau hanya 4,43 % dari semua kasus diare. Pada hari Selasa tanggal 10 Juli 2007 dilaporkan dari puskesmas adanya peningkatan kasus diare di Dusun Salu dan sudah ada penderita yang dirujuk atau dirawat di rumah sakit. Untuk itu segera dibuat tim kecil untuk melaksanakan investigasi dan membawa logistik untuk penanggulangan kasus yang terjadi
1
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
dilapangan yang dilaksanakan pada keesokan harinya tanggal 11 Juli 2007 dengan menggunakan perahu nelayan, karena tidak ada jalan darat yang bisa mencapai lokasi tersebut. Secara geografis dusun ini memang sulit dijangkau dengan jalan darat terkecuali dengan angkutan laut menggunakan rute menyusuri sungai sampai di Dusun Salu. B. Tujuan Penyelidikan 1. Tujuan Umum Melakukan indentifikasi terhadap terjadinya KLB Diare di Dusun Salu Kelurahan Nalu Kecamatan Baolan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk memastikan apakah kejadian tersebut merupakan suatu KLB. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kasus diare yang terjadi. c. Menentukan strategi penanggulangan kejadian penyakit diare. C. Metodologi Investigasi ini dilaksanakan dengan wawancara langsung kepada penderita atau keluarga penderita dengan kunjungan dari rumah ke rumah serta melaksanakan pemantauan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Data yang diperoleh di masukkan ke dalam format pengumpulan data. 1. Lokasi di Dusun Salu Kelurahan Nalu Kecamatan Baolan. 2. Cara Pengumpulan Data Data diperoleh melalui observasi terhadap lingkungan sekitar penderita meliputi sarana air bersih, jamban Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Edisi September 2007
keluarga, pembuangan air limbah, dll serta wawancara terhadap semua penderita diare dan mengisi format pengumpul data. 3. Pengelola data Data yang telah di peroleh diolah secara elektronik dengan menggunakan komputer program MS Exel yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasai. D. Definisi Operasional Diare Akut merupakan diare dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Berdarah merupakan sindromdisentri dari kumpulan gejala diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Diare Persisten merupakan diare dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih dari biasanya dan berlangsung sampai 14 hari atau lebih.
II. GAMBARAN UMUM Kelurahan Nalu terdiri dari 7 Lingkungan dimana lingkungan satu mulai dari jembatan yang berbatasan dengan Kelurahan Baru sampai Kantor Lurah Nalu, lingkungan dua mulai dari kantor lurah ke pesisir pantai sampai batas akhir jalan, lingkungan tiga mulai dari stadion sampai jalan Dapalak, lingkungan IV di Jalan Sona dan Kompleks Puskesmas, lingkungan V adalah Kompleks BTN, lingkungan VI adalah 2
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi September 2007
wilayah Salu dan lingkungan VII adalah Pulau Lutungan. Dengan jumlah penduduk 6.243 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 3.157 jiwa dan perempuan 3.086 jiwa dengan luas wilayah 28.493 ha. Dengan batas wilayah sebagai berikut : o Sebelah Utara : Laut Sulawesi o Sebelah Selatan : Pegunungan/ Desa Dadakitan o Sebelah Barat : Desa Tambun o Sebelah Timur : Kelurahan Baru Dusun Salu di huni oleh 70 kepala keluarga, namun jumlah penduduk secara pasti tidak diketahui, sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur tidak tersedia datanya di kantor kelurahan. Sumber air bersih yang digunakan oleh penduduk di dusun Salu adalah berasal dari Perusahan Daerah Air Minum, sedangkan fasilitas jamban yang ada hanya 4 buah jamban umumnya
sedangkan air limbah lansung dibuang ke sungai. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Distribusi kasus Diare berdasarkan waktu. Berdasarkan laporan dari puskesmas Baolan ke kabupaten pada tanggal 10 Juli 2007 dan hasil investigasi di lapangan ternyata kasus bermula pada tanggal 2 Juli 2007 yang terkena seorang ibu berumur 48 tahun, kalau dilihat dari minggu kejadian, maka kasus ini bermula pada minggu ke-27 hari berikutnya telah menyerang dua orang anak berumur satu tahun dan mulai sakit pada jam 16.00 wita. Kasus terus bertambah sampai tanggal 10 Juli 2007 dengan jumlah penderita 20 orang terlihat seperti grafik berikut ini,
Jumlah
Grafik 1. Insiden Diare di Dusun Salu Kel. Nalu Tanggal 2 – 11 Juli 2007
8 7 6 5 4 3 2 1 0
7
4
4
2 1
1
1 0
2
3
4
5
6
7
0 8
0 9
10
11
Tanggal
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
3
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi September 2007
Memperhatikan awal kasus dan penyebarannya serta kejadian kasus, kelihatan bahwa kasus yang terjadi terlambat di ketahui serta lambat di tanggulangi ini, karena kasus diketahui pada tanggal 10 juli 2007 dan di tindak lanjuti di lapangan pada tanggal 11 juli 2007, dan telah penanggulangan tidak ada kasus baru yang muncul. Rata –rata kasus setiap minggunya dari puskesmas Baolan pada tahun 2006 adalah 6 kasus jika di
bandingkan dengan kejadian pada minggu 26 s.d. 30 tahun 2007 ternyata terdapat peningkatan kasus 2 kali sampai 3 kali, peningkatan kasus ini dari segi waktu dan jumlah kasus merupakan suatu kejadian luar biasa. Berikut ini adalah perbandingan kasus minggu ke-1 s.d. minggu ke-52 tahun 2006 dan minggu ke1 s.d. ke-30 tahun 2007 di Puskesmas Baolan.
Grafik 1. Insiden Diare di Dusun Salu Kel. Nalu Tanggal 2 – 11 Juli 2007
50 39 36
30 20
52
49
46
43
40
37
34
31
28
25
22
19
16
13
10
1
0
9 98 9 8 8 6 86 89 8 9 56 75 66 7 5 5 5 65 6 7 6 5 6 6 6 4 4 5 3 4 5 4 6 3 65 2 14 1 1 1 14 4 1 1 1 11 2 4 12 14 2 43 1 11 1 111 1 002
4 12
7
10
20
4
Tanggal
40
Jumlah
Dari grafik tersebut diatas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa telah terjadi peningkatan kasus diare yang sangat bermakna dibandingkan dengan minggu yang sama pada tahun sebelumnya maupun dibandingkan dengan minggu sebelumnya pada tahun yang sama.
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
B. Distribusi kasus berdasarkan tempat. Melihat data laporan mingguan Puskesmas Baolan minggu 25 s.d. 31 menunjukan bahwa distribusi kasus tidak merata di semua tempat, dimana kasus yang paling banyak terjadi di Desa Tambun dengan proporsi 61,48 %.
4
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Edisi September 2007
Desa/Kel. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dadakitan Tambun Nalu Baru Panasakan Tuweley Sidoarjo
Jumlah
Ke-25 1 0 2 0 1 1 0
Ke-26 0 0 0 2 2 1 2
Ke-27 0 3 2 1 0 0 0
Minggu Ke-28 3 24 2 3 0 2 2
Ke-29 0 30 2 3 1 1 2
Ke-30 0 16 0 2 0 1 1
Ke-31 0 2 1 2 1 1 2
5
7
6
36
39
20
9
lingkungan V semua berobat ke puskesmas induk. Sedangkan kasus yang terjadi di lingkungan VI kebanyakan berobat atau berkunjung ke Puskesmas pembantu yang ada di desa Tambun. Hal ini disebabkan jarak antara dusun salu dengan pustu Desa Tamban relatif dekat cukup dengan menyeberangi sungai dan berjalan diatas pematang empung di bandingkan dengan untuk mencapai puskesmas induk atau pustu kelurahan Nalu.
Memperhatikan tabel tersebut kasus yang paling banyak terjadi di pustu Desa Tambun, sedangkan kasus di Puskesmas Pembantu Kelurahan Nalu hanya 7,38 % dari total kasus yang ada. Kejadian peningkatan kasus diare di lingkungan VI dusun salu merupakan kasus yang tidak terdeteksi oleh pustu kelurahan nalu.kasus diare yang terdeteksi hanyalah kasuskasus yang ada di sekitar kantor kelurahan atau kasus yang ada di lingkungan 1 dan lingkungan II, sedangkan kasus yang terjadi di lingkungan III, IV dan
Grafik – 3 Proporsi Kasus Diare berdasarkan tempat kejadian Wilayah Kerja Puskesmas Baolan Minggu 25 – 31 tahun 2007 4,1
5,74
7,38
3,28 Sidoarjo
10,66
Dadakitan Tambun Nalu
7,38
Baru Panasakan Tuwelwy 61,48
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
5
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
Peningkatan kasus yang terjadi di desa Tambun adalah kontribusi kasus dari dusun salu dan kasus sudah ada pada minggu ke–27 dan langsung terjadi peningkatan yang sangat bermakna pada minggu ke-28. Berdasarkan laporan mingguan dari Puskesmas memang terjadi
Edisi September 2007
peningkatan kasus yang sangat tinggi di desa Tambun,namun hal ini terlambat diketahui karena laporan mingguan masuk di kabupaten pada tanggal 6 Agustus 2007 atau minggu ke–31 dimana kejadian diare di Desa Tambun juga sudah berakhir.
Peta Distribusi Kasus Diare di Dusun Salu Kelurahan Nalu Kecamatan Baolan Tahun 2007
Kasus yang terjadi di dusun Salu kasusnya mengelompok hanya di lingkungan VI tersebut,dan secara geografis jaraknya cukup dekat dengan Desa Tambun.
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
C. Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Kelompok Umur Kasus diare yang paling muda berumur 11 bulan dan umur yang tertua adalah 54 tahun. Angka serangan berdasarkan kelompok umur tidak bisa di hitung karena populasi berisiko tidak ada 6
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
datanya,sedangkan angka serangan pada semua golongan umur adalah 0,32%.Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak terserang adalah jenis kelamin perempuan dengan proporsi 70%(14 penderita). Dari gejala-gejala yang di alami oleh penderita yang dominan adalah berak tidak tertahun,demam dan muntah sedangkan untuk frekuensi berak kesemua kasus kurang dari lima kali sehari. Berdasarkan gejala yang dialami oleh penderita maka kemungkinan diare tersebut disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Salmonella spp atau Vibrio
Edisi September 2007
Parahaemolyticus. Namun jika dilihat produk yang dapat menyebabkan terjadinya diare serta keadaan lingkungan yang ada maka kemungkinan diare tersebut dapat disebabkan oleh Vibrio Parahaemolyticus karena secara alami kuman tersebut terdapat di air payau,dan wilayah dusun Salu dikelilingi oleh air laut dan air payau, Sedangkan pekerjaan masyarakat yang dapat di desa Salu adalah nelayan serta makanan yang sering terkontaminasi oleh Vibrio Parahaemolyticus ikan bakar, kerang rebus, udang dan makanan lainnya.
Tabel – 2 Gejala yang dialami oleh penderita diare di Dusun Salu Kelurahan Nalu Tahun 2007 No. 1. 2. 3 4. 5. 6.
Keluhan Berak tak tertahan Demam Muntah Sakit perut hebat Lemah Kedinginan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil investigasi di lapangan terhadap kasus Diare di dusun salu kelurahan Nalu kecamatan Baolan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kasus diare yang terjadi merupakan suatu kejadian luar biasa. 2. Kasus yang termuda terkena berumur 11 bulan dan umur yang tertua adalah Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Jumlah 20 15 14 13 5 3
Persentase 100 75 70 65 25 15
54 tahun 1 tahun dan yang paling tua umur 46 tahun,kasus diare yang terjadi adalah diare akut. B. SARAN Untuk mengurangai terjadinya kasus diare maka disarankan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah : 1. Menghindari terjadinya pencemran lingkungan oleh kotoran 7
Buletin Epidemiologi Prop. Sulteng
manusia,dengan membuat jamban keluarga yang menggunakan septik tank. 2. Melaksanakan pengolahan makanan secara tepat agar tidak terjadi kontaminasi makanan saat
Sahabat Masyarakat Berbagi Informasi
Edisi September 2007
pengolahan,penyimpanan makanan sebelum dikonsumsi. 3. Membersihkan alat dengan tepat sehingga tidak terjadi kontaminasi terhadap makanan maupun minuman. ***
8