Buku Sak ku Pengawas
Pen nyusun : PRODUCTION N DEVELOPMENT AD DMO
E Edisi 1
2012 2
VISI PT. SIS Aiming to be Be Better Than The Best Mining Services and To Va create Balance Stake Holder Value “ Menjadi perusahaan sercive e penambangan yang lebih baik dari yang terbaik dan menciptakan m keseimbangan nilai pemangku kepentingan”
MISI PT. SIS
Providing sustainable businesss services excellence in the area of mining services with high reabbility, concern on safety, health and environment driven by compeetent human capital right process and applicable technology ” Menyediakan layanan jasa pertambangan p yang unggul secara berkesinambungan dengan kehandalan tinggi, kepedulian terhadap safety, kesehatan da an lingkungan dikendalikan oleh manusia yang kompeten, prosses yang benar dan teknologi yang aplikatif”
VALUE PT. SIS SMART (CERDAS) ATTITUDE (PERILAKU) PASSION FOR EXCELENCEE (SEMANGAT UNTUK SELALU UNGGUL) TEAM WORK (KERJASAMA) ACCOUNTABLE (BERTANGGUUNGJAWAB)
PRODUCTION DEPARTEMENT
ii
PRODUCTION DEPARTEMENT
iii
Janji K3LH Karyawa an PT. Saptaindra Sejati 1.
Kami bertekad akan meengutamakan keselamatan kerja tanpa kompromi untukk mencegah terjadi kecelakaan terutama yang disebabkkan oleh tindakan tidak disiplin, kelalaian, dan tindakan terburu-buru.
2.
Kami akan selalu mem matuhi semua peraturan K3LH yang berlaku di lingkuungan operasi PT. Saptaindra Sejati.
3.
Kami menggunakan sem mua fasilitas keselamatan, alat produksi, dan asset peerusahaan lain dengan sebaikbaiknya agar tidak menyebabkan m kerusakan atau kerugian bagi perusahaaan dan karyawan.
4.
Kami akan segera meelaporkan ke atasan bila ada tindakan dan kondisi berbahaya b di mana kami tidak dapat mengatasinya.
5.
Kami akan selalu berussaha menjaga lingkungan kerja yang sehat dan bersiih serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungann.
PRODUCTION DEPARTEMENT
iv
Kewajiban Peng gawas Operasional 1. Bertanggung jawab keppada Kepala Teknik Tambang atas keselamatan sem mua pekerja tambang yang menjadi bawahannya. 2. Melakukan inspeksi, pemeriksaan dan pengujian. 3. Bertanggung jawab ataas keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
semua
orang
yang
ditugaskan
kepadanya. 4. Membuat dan menandaatangani laporan, pemeriksaan, inspeksi, dan pengujian.
PRODUCTION DEPARTEMENT
v
Empat Langk kah Keselamatan LANGKAH H PERTAMA Apakah ada situaasi yang berbahaya? LANGKA AH KEDUA Apakah ada peralatan atauu perlengkapan dalam keadaan yang mem mbahayakan? LANGKA AH KETIGA Apakah ada orang yangg melakukan tindakan yang membaahayakan? LANGKAH H KEEMPAT Apa yang dapat saya lakuukan untuk memperbaikinya?
PRODUCTION DEPARTEMENT
vi
KATA P PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkkan kehadiran Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas beerkat rahmat dan hidayahnya Smart Pocket Book ini dapat terselesaaikan. Pocket book ini disusun sebaggai guidance bagi pengawas terkait segala proses yang berlangsungg di departemen produksi, buku ini juga disusun sebagai pendampping buku Promise dimana dalam buku ini juga dicantumkan beberapa prosedur-prosedur yang berlaku terutama di Jobsite AD DMO Besar Harapan kami agar Poocket book ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan um mumnya bagi seluruh pengawas di departemen Produksi dan sekaaligus dapat meningkatkan kualitas para pengawas produksi
Team Penyusun Production Development
PRODUCTION DEPARTEMENT
vii
DA AFTAR ISI
Visi, Misi, Value PT SIS .................................................... Kebijakan K3LM ................................................................ Janji K3LH Karyawan PT. SapptaIndra Sejati ................... Kewajiban Pengawas Operasional .................................... Empat Langkah Keselamatan ............................................. Kata Pengantar ................................................................... Daftar Isi ............................................................................. Production Process ............................................................. Bisnis Proses Departemen Prodduksi ................................. Land Clearing ..................................................................... Pemberaian ......................................................................... Overburden Removal & Coal Getting G .............................. Prosedur Kerja Operasional ............................................... Disposal Management ........................................................ Mine Road & General Work .............................................. Daftar Istilah ....................................................................... Safety Guide ....................................................................... Daftar Pustaka ....................................................................
PRODUCTION DEPARTEMENT
ii iii iv v vi vii viii 1 2 3 5 13 24 43 59 62 71 72
viii
PRODUCTIO ON PROCESS
BISNIS PROSES DE EPARTEMEN PRODUKSI
PRODUCTION DEPARTEMENT
2
LAND D CLEARING
BRUSHING
CU UTTING
GRUBBING
BRUSING d alang-alang dan pepohonan Membersihkan area kerja dari yang berdiameter kecil (< <0,3m) dengan menggunakan bulldozer atau excavator CUTTING Membersihkan area kerja dari pepohonan yang berdiameter > 0,3 m, deengan menggunakan chainsaw, bulldozer atau excavator
PRODUCTION DEPARTEMENT
3
GRUBBING Pencabutan sisa-sisa akaar dari tunggul yang telah dipotong, dan dikumpulkaan untuk diangkut ke tempat yang ditentukan LANGKAH KERJA 1. Unit yang digunakan pada kegiatan ini adalah Dz D85SS dilengkapi denngan roof protector atau dapat pula menggunakan excaavator 2. Hanya dilakukan pada siang s hari 3. Lakukan pengecekkan terhadap area kerja sebelum proses land clearing dim mulai 4. Lakukan pembersihan lahan l dengan pola yang teratur (sejajar dengan dengan pembersihan awal) dan proses pendorongan harus darri atas ke bawah serta posisi track harus searah dengaan kemiringan lereng 5. Perhatikan arah jatuhnnya pohon saat merobohkan pepohonan 6. Kumpulkan pepohonann yang telah dirobohkan pada lokasi yang kosong atauu lokasi yang telah ditentukan
PRODUCTION DEPARTEMENT
4
PEMBERAIAN (DR RILLING & BLASTING)
PRODUCTION DEPARTEMENT
5
Hole Design
PT. SAPTAINDRA A SEJATI JOB SITE ADMO
MATRIK BOTTOM BURD DEN (GEOMETRI 9 X 10 X 8.5) SLOPE
LOKASI
KEDALAM MAN 8,5 METER ANGLEE CREST DRILL ( BURDEN
( ° )
20
LW (ELV. 84 Up)
29
COLLAR 2,5
30
LW (ELV. 84 Down)
40
PIT HW
41
HW JLR 2
43
MIDDLE
48
HW JLR 1
( ° ) 25 30 25 30 25 30 25 30 25 30 25 30 25 30
3 METER 22.88 21.88 14.62 13.64 13.99 12.95 9.35 8.31 9.07 8.05 8.23 7.27 6.91 5.88
PRODUCTION DEPARTEMENT
ROW 2
DRILL DEPTH
(METER) 5.05 4.01 5.05 4.01 5.05 4.01 5.05 4.01 5.05 4.01 5.05 4.01 5.05 4.01
(METER) 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86
6
Hole Design
PT. SAPTAINDRA A SEJATI JOB SITE ADMO
MATRIK BOTTOM BURD DEN (GEOMETRI 10 X 11 X 8.5) SLOPE
LOKASI
KEDALAM MAN 8,5 METER CREST ANGLEE DRILL ( BURDEN
( ° )
20
LW (ELV. 84 Up)
29
COLLAR 2,5
30
LW (ELV. 84 Down)
40
PIT HW
41
HW JLR 2
43
MIDDLE
48
HW JLR 1
( ° ) 25 30 25 30 25 30 25 30 25 30 25 30 25 30
3 METER 22.88 21.88 14.62 13.64 13.99 12.95 9.35 8.31 9.07 8.05 8.23 7.27 6.91 5.88
PRODUCTION DEPARTEMENT
ROW 2
DRILL DEPTH
(METER) 6.05 5.05 6.05 5.05 6.05 5.05 6.05 5.05 6.05 5.05 6.05 5.05 6.05 5.05
(METER) 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86 9.37 9.86
7
andar Sta Tanggul Area A Blasting Unit Operasi Tinggi Tanggul EH 1700 1.8 m HD 785 1.9 m HD 1500/785 C 2.2 m 789 C 2.5 m EH 3500 2.5 m Sta andar Jarak Row Perttama dari Tanggul
PRODUCTION DEPARTEMENT
8
SOP Pengamanan Area Peledakan Tidur (Sleeep Blast)
-
-
-
-
-
Semua area peledakan harus memiliki batas tanggul dan pita pembatas, tannggul minimal 10 meter dari lubang tembak terluar Tali yang dilengkapi deengan bendera bereflektif harus dipasang di sekeliling area peledakan tidur dan pada sudutnya diberi rotary laamp Setiap ujung lokasi peledakan p harus diberi rambu peledakan tidur padaa jalur keluar masuk area peledakan Dipasang lampu penerrangan yang diletakkan dekat lokasi peledakan tidur untuk menerangi keseluruhan lokasi Harus ada orang yang bertugas b menjaga area tersebut
PRODUCTION DEPARTEMENT
9
SOP Persiapan Area Pemboran P dan Peledakan
PRODUCTION DEPARTEMENT
10
- Batasi area pemboran/peledakan menggunakan tanggul berukuran minim mal ¾ tinggi ban alat terbesar yang beroperasi di sekittar area pemboran/peledakan. - Pasang tanda “DRIL LLING AREA -DILARANG MASUK TANPA IJIN”” untuk area pemboran. - Pasang tanda “BLAS STING AREA -DILARANG MASUK TANPA IJIN”” untuk area peledakan. - Area pemboran/peledaakan yang mempunyai sisi freeface atau beda tinnggi dan berhadapan langsung dengan loading point, maka pada toe line freeface harus dipasang safety line dengan jarak 7 meter dari toe line actual.
PRODUCTION DEPARTEMENT
11
-
Pastikan area tersebut bebaas dari batubara yang terbakar, baik yang berdekatan maupun posisi di atas atau di bawah area pemboran. - Area pemboran/peledakaan dengan beda tinggi dan berhadapan langsung denggan loading point, dimana elevasi area pemboran/peledakan lebih rendah dari loading point, maka pada crest line bedaa tinggi harus dipasang safety line dan jarak rencana lubangg bor minimal 10 m dari toe line actual.
PRODUCTION DEPARTEMENT
12
• Jarak • Material • Kondisi front, jalan & Disposal • Operator • Machine
Cycle time
Fill factor
Jam Kerja Breakdown
Cuaca : Hujan, Slip, Kabut, Asap (US) No Operator (US) No Loader & Hauler (US) Rest & Meal (S) Shift Change (S) Road Maintenance, Pindah front (US) No Material (US) Refueling, P2H, Blasting (US) Tunggu alat lain, blasting (US) Not Planned (S)
Standby
Produksi
• Kapasitas bucket/vessel • Material • Operator • Machine
Produktifitas
Harga
Revenue
OVERBURDEN REMO OVAL & COAL GETTING
ngaruhi Produksi Faktor-Faktor Yang Mempen
PRODUCTION DEPARTEMENT
13
PRODUKSI Secara umum kemampuann produksi suatu alat baik itu alat muat (loader) ataupun alat anngkut (hauler) sangat dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu Produktifitaas dan Jam Kerja. Semakin tinggi produktifitas serta jam kerja yang dicapai maka akan semakin tinggi juga hasil produksinya. PRODUKTIVITAS ALAT a. Alat Muat (Excavator ataau Shovel) untuk Secara sistematis produkktivitas alat muat baik overburden removal ataupun untuk coal getting dapat dihitung dengan menggunakan rumus beerikut :
Q = q x k x (3.6000/ct) x E Dimana: Q = Productivity (bcm/jam) q = Bucket capacity (lcm) k = Bucket Factor (%) ct = Cycle Time (detik) (diggging-swing load-load-swing empty) E = Efisiensi Kerja (%) (waktu produktif/waktu tidak produktif) Note : Waktu Produktif = digging - swing load – load – swing empty f pindah Waktu tidak produktif = perbaikan front/dudukan, front, hanging (gantung)
PRODUCTION DEPARTEMENT
14
Standar Kapasitas Unit
Standar Cycle Time Loader
Handbook komatsu
Standar Passing Unit Loader
Recommended 4 -5 pass, kasus diluar rekoomendasi harus seizin supervisor
PRODUCTION DEPARTEMENT
15
Faktor Konversi
Bcm Sand : 1.00 X Sandy Clay : 1.00 X Clay : 1.00 X
Lcm 1.11 X 1.25 X 1.43 X
ccm 0.86 0.72 0.63
Effisiensi Kerja
H Handbook komatsu
Contoh : Excavator R9400 beroperasi deengan cycle time rata-rata (diggingswing load-load-swing empty) 28 detik, waktu produktif selama 1 jam adalah 50 menit. Maka prooductivity R9400 adalah : Asumsi : Bucket factor = 75% Effisiensi kerja : 50 menit / 60 menit = 0,83 Q = q x k x (3.600/ct) x E Q = 24 x 75% x (3600/28) x 0,883 Q = 24 x 0,75 x 128,57 x 0,83 = 1.921 Lcm/jam 1 lcm =0,8 bcm Q = 1.921 lcm/jam x 0,8 = 1.5337 bcm/jam
PRODUCTION DEPARTEMENT
16
Target produktivity alat muat (lloader) adalah sebagai berikut :
Base on master budget
Untuk memenuhi pencapaian target produktivitas maka terdapat beberapa faktor yang mempenngaruhi terhadap pencapaian target productifity yang perlu diperhaatikan, yaitu : Dimensi kerja alat muat (leebar front dan tinggi jenjang) Cycle time (terutama diggiing time) Waktu kerja produktiff dan tidak produktif yang mempengaruhi terhadap efffisiensi kerja. Contoh waktu kerja tidak produktif adalah : perbaikan front, pindah front, hanging time Kualitas material Kondisi front loading Fill factor (isian bucket) Kemampuan operator Selanjutnya untuk menentukan total produksi dalam waktu tertentu adalah
P = Q x WH W
PRODUCTION DEPARTEMENT
17
P Q WH
= Produksi Total (bcm) = Productivity (bcm/jam m) = Jam kerja unit (jam) {total jam kerja dikuraangi dengan waktu standby (s1 – s20) dan waktu breakddown}
Contoh : Produksi excavator EX 3600 dalam 1 hari dengan productivity 1.300 bcm/jam dan working hoour 16 jam adalah : Produksi = productivity x workking hour P = 1.300 bcm/jam x 16 jam P = 20.800 bcm b. Alat Angkut (Dump Trucck) Untuk menghitug produktiifitas alat angkut (dump truck) dapat dilakukan pendekatan sebbagai berikut :
Q = C x 60/ct x E Dimana : Q = Productivity (bcm/jaam) C = Standar Muatan (bcm m) Ct = Cycle time (menit) (loading-hauling-duumping-traveling-manuver) E = Effisiensi kerja (%)
PRODUCTION DEPARTEMENT
18
Note : Waktu Produktif = loading – hauuling – dumping – traveling manuver (spoting) Waktu tidak produktif = pindah fleet, fl antri di front, antri di pit stop, dan aktifitas lain selain kegiattan produktif Standar Kapasitas Unit
Contoh : CAT 785 (standar muatan = 600 bcm) mengangkut OB dari front ke disposal dengan rata2 cycle time 20 menit. Total waktu antri dalam 1 jam adalah 10 menit, maka m produktifitas hauler tersebut adalah : Q = C x ( 60/cycle time) x E Q = 60 x (60/20) x ((60 – 10)/660) Q = 60 x 3 x 0,83 Q = 150 bcm/jam
PRODUCTION DEPARTEMENT
19
Untuk memenuhi pencapaian target produktifitas dump truck, maka terdapat beberapa faktor yang y perlu diperhatikan yaitu : Kondisi jalan, baik itu lebaar jalan atau pun permukaan jalan. Semakin jalan lebar dan permukaan p jalan baik speed hauler bisa lebih meningkat sehinngga cycle time hauler bisa semakin singkat dan productivity puun menjadi meningkat Jarak (Distance) Semakin dekat jarak tempuuh maka akan membuat cycle time semakin singkat Kondisi front loading dan disposal. d Semakin baik kondisi fronnt dan disposal maka hambatan di disposal dan di front loadinng bisa diminimalkan Muatan hauler. Pencapaian produktifitas akan menurun apabila kondisi muatan yang diangkut dibaawah dari standar yang ditentukan Untuk penentuan total produksi hauler dalam waktu tertentu dapat dihitung dengan pendekatan beerikut :
P = Q x WH W P Q WH
= Produksi Total (bcm) = Productivity (bcm/jam m) = Jam kerja unit (jam) {total jam kerja dikuraangi dengan waktu standby (s1 – s20) dan waktu breakddown}
PRODUCTION DEPARTEMENT
20
Contoh ; Produksi CAT 789C dalam 1 hari dengan productivity 180 bcm/jam dan total working houur 17 jam adalah : P = 180 bcm/jam x 17 jam = 3.060 bcm ut (Hauler) Penentuan jumlah alat angku Untuk menentukan jumlah alaat angkut (hauler) yang ideal maka dapat dilakukan pendekatan sebbagai berikut :
Jml hauler = Produktivitas loadder / Produktivitas hauler
Atau dapat pula dilakukan pendekatan dengan cara yang lain yaitu: Jml hauler = Cycle time hauller / (cycle time loader x jm ml. Bucket) Atau dapat pula dihitung dengaan pendekatan : Jml Hauler = Cycle time haulerr / loading time loader Contoh: Cycle time EX 3600 dengan paasangan hauler HD 1500 adalah 28 detik dengan rata-rata jumlah bucket b adalah 4 bucket. Sementara cycle time HD 1500 adalah 155 menit, maka jumlah hauler yang dibutuhkan adalah :
PRODUCTION DEPARTEMENT
21
Jml Hauler = ct hauler / (ct loadder x jml bucket) = 15 / ((28 /60) x 4)) = 15 / (0,467 x 4) = 8,03 buah Match Factor Kesesuian antara alat muat (loaader) dan alat angkut (hauler). Match factor dapat dihitung denngan pendekatan berikut :
MF =
((Cycle time loader//60) x jumlah bucket x jumlah hauler)/ cycle time hauler
Contoh : d cycle time 30 detik dan rataFleet dengan loader PC 4000 dengan rata jumlah bucket adalah 5 bucket, b dipasangkan dengan hauler CAT 789 sejumlah 6 unit deengan cycle time 18 menit, maka match faktornya adalah : MF = ((30 detik/60) x 5 x 6) / 18 menit = 0,83
PRODUCTION DEPARTEMENT
22
C. Fleet Productivity Adalah kemampuan produksii yang dapat dihasilkan per jam dalam suatu fleet. Ada beberapa hal yang mempeengaruhi terhadap productivity fleet : 1. Jumlah hauler (Matching fleeet) 2. Produktivitas Loader 3. Produktivitas Hauler 4. Physical Avaibility Unit (PA A) 5. Mean Time Between Failure Unit (MTBF) 6. Waktu kerja Effektif Produktivitas fleet produktivitas loader
sering
dijadikan
PRODUCTION DEPARTEMENT
acuan
ketercapaian
23
PROSEDUR KER RJA OPERASIONAL Prosedur Leveling Lantai Kerja 1.
Gunakan selalu grade box sebagai alat bantu
2. 3.
y hauler Berdiri menghadap target yaitu Intip dengan menggunakaan 2 benang yang terpasang pada grade box, yaitu benang beelakang dengan benang depan. Jika posisi benang di atas a tanda scotlight merah yang terpasang pada unit dump truck t maka tandanya OVER CUT Jika posisi benang jauh di bawah tanda scotlight merah yang terdapat pada unit hauler maka m tandanya UNDER CUT Jika posisi benang tepat di posisi Scotlight merah yang m artinya PAS/FLAT (sesuai) terdapat pada unit hauler maka
4. 5. 6.
PRODUCTION DEPARTEMENT
24
PRODUCTION DEPARTEMENT
25
Pengoperasian Excavator dan n Shovel 1. 2.
Pastikan tersedia alat suppoort Pastikan tinggi jenjang dann lebar permukaan kerja sesuai dengan standar Standaar Dimensi kerja Alat Muat
3.
Excavator 3.
Pastikan dudukan unit sudaah dalam posisi yang rata/stabil
PRODUCTION DEPARTEMENT
26
4.
Usahakan sudut pengambillan sekecil mungkin (< 900)
5.
Posisikan hauler yang akann di loading pada tempat yang rata dan tidak amblas
6.
Pada saat penggunaan mettode double bench loading pastikan tinggi bench berada pada jangkauan arm excavator dan harus dibuatkan safety hole
Saf afety hole
7.
Apabila ketinggian jenjaang kerja tidak terjangkau oleh panjangnya arm, maka harrus membuat kedudukan unit sesuai dengan kebutuhan dan luass area yang aman untuk kedudukan unit (membuat dua bench kerja). k PRODUCTION DEPARTEMENT
27
8.
Saat melakukan top loadiing harus dibuat tanggul di depan loading point sebagai pengghalang saat DT mundur
9.
Kaca kabin DT tidak ditutuup rapat untuk mempermudah kode klakson dari alat muat.
Shovel 10. Pastikan dudukan unit dalaam posisi rata, posisi track tegak lurus terhadap jenjang kerja dan posisi idler harus berada didepan menghadap dindinng dengan jarak terhadap bidang kerja ± 1 m.
PRODUCTION DEPARTEMENT
28
11. Pengambilan material dilaakukan dengan metode safety cut (top to bottom) untuk metterial solid dan metode (production cut) center to bottom unntuk material loose dengan sudut swing 60 – 90 derajat
Production Cut
Safety Cut
12. Pastikan pada saat clean upp bucket tidak menabrak underrcariage (minimal jarrak bucket dengan undercarriage ± 3 m)
±3m
13. Pastikan jarak antara DT dan d shovel ± 4 – 5 meter (dari sisi luar track)
PRODUCTION DEPARTEMENT
29
14. Gunakan alat bantu safetyy cone/bendera reflector sebagai acuan/panduan DT saat meelakukan mundur untuk posisi siap loading (metode double siide loading) dengan jarak terhadap counterweight minimal 2 meter m
15. Pastikan pada saat melakkukan metode double side loading tidak boleh melakukan reposisi track.
16. Gunakan bantuan Bulldoozer untuk merapikan front atau menurunkan tinggi jenjangg apabila lebih dari 9 meter
PRODUCTION DEPARTEMENT
30
Pengoperasian Dump Truck 1.
2.
3.
Pastikan menjaga jarak beeriringan antar unit pada saat travel baik dalam kondisi muattan ataupun kosongan adalah 40 meter dijalan menanjak attau jalan datar dan 80 meter untuk jalan menurun Saat memasuki front loadiing jarak antrian antar unit harus 1 kali panjang unit dengan arah manuver diusahakan searah jarum jam Sistem loading menggunakan metode single side loading pada kondisi front sempitt dan 1,5 side loading pada front yang standar atau double siide loading jika loading di shovel d Double side loading Syarat 1,5 Side Loading dan
Working Geometri minimal
Penerangan Cukup padda malam hari
PRODUCTION DEPARTEMENT
31
4. 5.
6. 7. 8.
d disposal sudah sesuai dengan Pastikan geometri jalan dan standar parameter unit yang beroperasi Saat memasuki disposal manuver harus searah jarum dan melakukan komunikasi poositif dengan traffic man serta jarak antar unit pada saat dumpinng minimal harus 1 kali lebar HD Saat posisi mundur untukk dumping jarak tyre belakang DT dengan winrow minimal 2 meter Pastikan area dumpingan DT D 200 ton tidak tergabung dengan DT kecil dibawah 50 ton. Pada saat overshift atau saat s parkir unit pastikan unit besar (class 200 ton) tidak bersattu dengan unit kecil (class dibawah 50 ton)
A Prosedur Penanganan Unit Amblas 1.
2.
3.
4.
Pastikan alat bantu penarikkan (sling, belt, hook, towing point, shackel dll) telah diperikssa kelayakannya dan masih dalam kondisi bagus Pada saat unit amblas opperator harus melaporkan kepada pengawas dan dilarang memaksakan unit tersebut atau mengambil inisiatif sendirii Apabila unit tidak bisa diievakuasi dengan segera pengawas harus segera memasang baarikade atau safety lines dan segera menghubungi pengawas plant p untuk memeriksa kerusakan unit tersebut Evakuasi tidak boleh dilakkukan jika salah satu dari steering, brake, engine atau retarderr mengalami kerusakan.
PRODUCTION DEPARTEMENT
32
5.
Sebelum melaksanakann evakuasi pengawas harus mempertimbangkan kondiisi permukaaan tanah yang ada disekitar unit amblas, alatt bantu lain yang akan digunakan, titik penarikan, ruang gerrak unit yang amblas serta akses keluarnya, posisi unit yangg amblas dan kemiringannya. 6. Instruksi saat penarikan harus dari satu orang dan tidak diijinkan ada orang beradaa disekitar penarikan (radius kurang dari 2 kali panjang seling) 7. Jika kondisi unit sangat beerbahaya evakuasi harus difokuskan kepada operator dan hanyaa boleh dilakukan pada siang hari. 8. Periksa kondisi unit sebeluum dioperasikan kembali 9. Pastikan saat pekerjaan suudah selesai dilaksanakan barikade area bekas amblas bila tidaak memungkinkan untuk dilakukan perbaikan dengan segera 10. Pastikan semua alat yang digunakan untuk evakuasi dikembalikan dan disimpann ditempat aman. H Saat Hujan Prosedur Penanganan Unit Hauler 1.
2.
3.
Stop operasi pada saat konndisi jalan sudah mulai licin. Segera memparkirkan unit ditem mpat aman yang terdekat, yaitu di area yang rata, atau dippinggir jalan yang rata. Pastikan parking brake aktif dan enggine di matikan. Jika tidak memungkinkan mencapai tempat yang rata, maka parkir di tempat, usahakan tidak mengganggu akses atau jalan unit lain. Jika terpaksa parkir diposissi tanjakan saat bermuatan, maka :
PRODUCTION DEPARTEMENT
33
4.
5.
Aktifkan parking brakke, putar steering ke arah kiri, agar jika tergelincir maka arahnya ke bundwall atau pinggir jalan terdekat. Dumping material muuatan setelah memastikan kondisi aman untuk melakukann dumping Jika mendapati kondisi hujjan saat turunan kosongan, maka : Aktifkan parking brakke, putar arah steering ke arah kiri agar jika tergelincir mengarah ke arah bundwall atau pinggir jalan terdekat. Jika berada di jalan yang sudah di surfacing dengan batuan split dan jalan tidak licin, maka m : Usahakan mencari tem mpat parkir yang relatif datar, jika tidak memungkinkan untuk parkir ditempat dan bila dalam kondisi muataan jangan di dumping di tempat tersebut.
Prosedur Hot Seat Change Sh hift Shift yang sedang beroperasi 1. Melakukan putaran produkksi atau ritasi seperti operasi normal sebelum mendapatkan innstruksi untuk melakukan change shift dari pengawas 2. Masuki CSA dengan keceepatan 10 km/jam dan parker pada lokasi yang sudah ditentukkan dan dilarang melakukan parker mundur atau pergerakan mundur selama proses hot seat change shift 3. Parkir dengan kondisi enggine unit tetap running, transimisi netral dan pastikan parkingg brake aktif 4. Melakukan job pending deengan operator pengganti
PRODUCTION DEPARTEMENT
34
Shift Pengganti 1. 2. 3. 4.
5.
Melaksanakan P5M saat tibba di CSA Mendekati unit dari arah depan, d lakukan eye contact dengan operator yang akan digantiikan. Melakukan job pendingg dengan operator sebelumnya mengenai kondisi unit. Menaiki unit dan melakukkan pengecekan control panel dan mengisi checklist P2H jigssaw untuk unit yang terinstal jigsaw dan p2h manual untuk unitt yang tidak terinstal jigsaw. Mulai melakukan operasi saat s P2H selesai dilakukan
Pengoperasian Dozer: 1.
Menjalankan unit di Air Jaga permukaan air tidak melewati m batas track frame. Jangan sampai air masuk ke dalaam ruang engine, kontak langsung dengan cooling fan.
Air
2.
3.
Dozing Memindahkan tanah hanyya bisa dilakukan dengan posisi maju dan lebih efektif dilakkukan pada posisi turun. Cutting & Ditching Tanah cukup keras cukupp gunakan tilt blade, apabila tanah sangat keras dan menggum mpal gunakan ripper.
PRODUCTION DEPARTEMENT
35
4.
Full track on ground a. Hindarkan unit mendoorong material dengan track bagian depan terangkat, sebabb akan mengurangi ground pressure dan track akan tergellincir, disamping itu semua beban unit akan tertumpu padda final drive . b. Hindarkan melakukan steering (kiri/kanan) saat dozing.
5.
Digging & Hauling (Dozinng) Pemindahan tanah dalam jarak yang panjang, tanah yang dibawa akan mudah leppas terbuang ke samping. Untuk mendapatkan hasil yang efisien dan maksimal, hentikan dozing awal 20 s/d 50 m dari titik start, kemudian unit mundur, dan mulai lagi daari start awal, dengan dozing kedua ditambah tumpukkan perrtama akan diperoleh hasil yang efisien dan maksimal.
6.
Pengoperasian ripper Maksimum sudut shank untuk u penggalian lurus pada garis tengah 45 – 50O. jangann menggunakan sudut tilt shank kebelakang berlebihan, kaarena akan mempercepat keausan dan hilang ketajamannya pada p ujung point.
PRODUCTION DEPARTEMENT
36
Cara ripping: Ripping tegak lurus dengann alur tanah, agar tanah lebih cepat hancur.
7.
Dozing di tepi jurang Bila bekerja di tepi juranng, hati-hati dengan kondisi tanah. Bila mendorong tanah di d tepi jurang, jangan mendorong secara langsung. Hentikann tumpukkan di tepi jurang sebagai tanggul, kemudian jatuhkkan tumpukkan tanggul tersebut dengan mendorong tumpuukkan tanah berikutnya (dorongan ke 3).
PRODUCTION DEPARTEMENT
37
8.
Dozing pada kemiringan dan d menurun maksimal pada kemiringan a. Dozing efisien, 11,3o(19,59%), lebihh dari itu tidak efisien karena kecepatan balik munduur lebih lambat dari pada kecepatan unit meluncur maju.
b. c.
d. e.
f.
b lebih kecil dari pada di atas Ingat, traksi di atas batu, tanah. Hindari ripping di lokkasi dengan kemiringan yang tidak mampu didaki oleh dozer, dan jangan membentuk kemiringan yang tidakk teratasi oleh dozer. Arah ripping hendakknya searah dengan kemiringan permukaan, jangan meelintang. Batas kemiringan keddepan bulldozer tidak boleh lebih 20O (36%). Pekerjaan timbunan dengan kemiringan yang lebih tinggi bisa mengggunakan excavator .
Perhatikan level bahann bakar,
PRODUCTION DEPARTEMENT
38
Apabila fuel di dalam m fuel tank tinggal sedikit engine bisa masuk angin, disebabkan oleh sudut unit, kemiringan atau goncaangan.
9.
Menumbang Pohon Atau Membuang M Tungul Jangan menumbangkan pohon, mencabut akar atau membuang tunggul dengan cara mencukil dengan tilt blade. Untuk menumbangkan pohhon 10 s/d 30 cm, angkatlah blade tinggi-tinggi, dan doroonglah 2 s/d 3 kali untuk menumbangkannya. Bila kayu sudah tumbang, kemudian buanglah kayu serta akar-aakarnya. Note: jangan mengguunakan speed tinggi, atau menumbangkaan pohon dengan cara menabraknya..
Pengoperasian Graderr: 1.
Penyetelan sudut potong blade
Cutting Position (Hard Soil)
Normal Position
PRODUCTION DEPARTEMENT
Carry Position (Soft Soil)
39
2.
Melewati daerah berair Saat melewati daerah berair, batas ketinggian air adalah sebatas bagian bawahh dari tandem case. Blade & ripper harus dinaikkan sam mpai maksimum keatas, setelah melewati daerah beraair pastikan fungsi brake dan unit bersih dari air. u terhadap lokasi yang telah Lakukan greasing ulang terendam air .
3.
Meratakan tanah Bekas galian Gear yang digunakan speeed 1 – 2 dengan sudut propulsion 60o.
Spreading Kecepatan berjalan grader yang paling cocok untuk pekerjaan ini adalah pada speed 2 dan d 3 dengan blade dalam keadaan hanya memotong dengan rata. r
PRODUCTION DEPARTEMENT
40
4.
Meripping jalan - Gunakan Speed 1 atau 2. - Pasti kan shank ripper teertanam dalam tanah
- Naikkan ripper saat unit di belokkan 5.
Membuat parit / Ditching Operasi membuat parit ataau ditching harus dilakukan dengan mempergunakan speed 1 dan d 2. Bladenya harus diposisikan sedemikian rupa sehinggaa blade menggali tanah yang akan dilalui roda belakang .
Jangan lupa untuk menyyingkirkan tanah yang terkumpul dibawah unit .
PRODUCTION DEPARTEMENT
41
Perhitungan Productivity Motor Grader A = V x (Le – Lo) x 1000 x E Keterangan: A : Productivity (m2/hr) V : Working Speed (km/hr) Le : Effective blade length (m) Lo : Width of overlap (m) E : Job efficiency
Contoh: Unit Cat 16M, Blade angle 60o V : 5 km/jam Le : 4.224 m Lo : 0,5 E : 0,5 A = V x (Le – Lo) x 1.000 x E = 5 x (4.224-0,3) x 1.000 x 0,5 = 9.310 m2/h
PRODUCTION DEPARTEMENT
42
DISPOSAL M MANAGEMENT Prosedur Penanganan Dispossal Top Soil : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tinggi windrow adalah 2/33 dari tinggi ban unit terbesar yang dumping di disposal tersebbut. Lebar disposal minimum m 2 x lebar + turning circle DT terbesar yang beroperasi dii area tersebut. Tinggi dumpingan maksim mal 6 meter. Harus terdapat grade box sebagai s acuan elevasi. Bisa disupport material baaik untuk area manuver (sesuai izin dan prosedur yang berlaku). Untuk operasi di malam haari harus disediakan penerangan.
Prosedur Penanganan Dispossal OB : 1. 2. 3.
4. 5. 6.
2 dari tinggi ban unit terbesar Tinggi windrow minimal 2/3 yang dumping di disposal tesebut. t Lebar disposal untuk 1 fleeet minimum (2 x lebar) + turning circle DT terbesar yang berroperasi di area tersebut. Tinggi dumpingan untuk material m baik maksimal 12 meter, dan untuk dumpingan mayyoritas material jelek maksimal 6 meter. Harus terdapat grade box sebagai s acuan elevasi. Pengawasan yang continuee oleh pengawas dan atau dumpman. Untuk operasi di malam haari harus disediakan penerangan.
PRODUCTION DEPARTEMENT
43
Standar Lebar Disposal
(2 x lebar unit terbesar) + Turning circle
Standar Tinggi Windrow
PRODUCTION DEPARTEMENT
44
Prosedur Penanganan Dispossal Lumpur : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tinggi windrow minimal 2/3 dari tinggi ban unit terbesar t yang dumping di disposal tesebut. Lebar dumpingan minimaal 2 x lebar + turning circle DT terbesar yang beroperasi dii area tersebut. Tinggi dumpingan maksim mal 6 meter. Harus terdapat grade box sebagai s acuan elevasi. Jarak dumping unit deengan windrow di ujung crest berbanding lurus dengan tiinggi dumpingan. Harus selalu disupport material baik untuk pembuatan windrow. Harus terdapat tiang bendeera sebagai rambu/acuan batas unit dumping. Pengawasan yang contiinue oleh pengawas dan atau dumpman. Hanya dilakukan pada sianng hari.
Prosedur Penanganan Dumpiing Dekat Air : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tinggi windrow minimal 2/3 dari tinggi ban unit terbesar t yang dumping di disposal tesebut. Lebar dumpingan minimaal 2 x lebar + turning circle DT terbesar yang beroperasi dii area tersebut. Tinggi dumpingan maksim mal 6 meter. Harus terdapat grade box sebagai s acuan elevasi. Jarak dumping unit deengan windrow di ujung crest berbanding lurus dengan tiinggi dumpingan. Material yang digunakan harus h kering/mayoritas kering.
PRODUCTION DEPARTEMENT
45
7. 8. 9.
Harus terdapat tiang bendeera sebagai rambu/acuan batas unit dumping. Pengawasan yang contiinue oleh pengawas dan atau dumpman. Hanya dilakukan pada sianng hari. Dumping dekat Air
Prosedur Penggunaan Grade Box di Disposal:
1. 2.
Berdiri di depan grade boxx menghadap hauler. Posisikan mata dan kedua benang sejajar (benang depan dan benang belakang).
PRODUCTION DEPARTEMENT
46
3. 4. 5.
Apabila posisi scotlite berada b di bawah benang, berarti UNDER FILL. Apabila posisi scotlite berrada di atas benang, berarti OVER FILL. Apabila posisi scotlite sejajar dengan benang, berarti sudah ON GRADE.
Prosedur Pemindahan Towerr Lamp : 1. 2. 3. 4. 5.
6.
Pengawas menyediakan alaat bantu untuk penarikan TL dan Mega TL berupa sling, sacckle, dan pin lock. Pasang sackle dan pin lockk ke lubang tarik di skidding TL atau Mega TL. Kaitkan sling ke ripper dozzer, pastikan sling tidak terlepas saat penarikan. Selama penarikan TL atau Mega TL harus selalu dilakukan pengawasan oleh pengawaas atau yang ditugaskan. Pastikan peletakan TL atauu Mega TL diletakkan pada tempat yang datar, rata, stabil, dann tidak cekung yang berpotensi menjadi genangan air saat hujan. Setelah penempatan TL ataau Mega TL tepat, sling dilepaskan dari ripper , kemudian TL atau a Mega TL diberi tanggul pengaman.
H : Prosedur Penginstalan Pipa HDPE 1.
Pengangkutan (mobilisasi)) hose HPDE yang belum terinstal dapat menggunakan cranne truck. Sedangkan yang sudah terinstal dapat ditarik denngan grader (atau excavator pada area tertentu) dan mobilisaasi harus dikawal. PRODUCTION DEPARTEMENT
47
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
Pastikan area penyambunngan hose HDPE lebih luas dari panjang total hose yang akkan disambung. Penyambungan antar hosse HDPE dibantu oleh excavator kecil. Pemasangan baut dipastikaan kencang menggunakan peralatan yang sesuai. Penempatan rangkaian hosse HDPE di tebing/lereng dilakukan hanya pada siang hari. Setelah antar hose tersambbung, sambungkan rangkaian hose HDPE tersebut ke outlet poompa. Saat penyambungan rangkkaian hose HDPE ke outlet pompa sebaiknya posisi pompa di atas air. Jika posisi pompa jauh di tengah sump, maka hose HDPE harus diberi pelampung (drum/ponton) ( untuk memudahkan pemasangan. Jika posisi pompa di darrat maka hose HDPE yang harus menyesuaikan dengan posiisi outlet pompa.
PRODUCTION DEPARTEMENT
48
MINE ROAD & & GENERAL WORK 1.
Road contruction Adalah pekerjaan pembuattan jalan baru atau jalan yang sudah ada tapi lingkup pekerjaaannya besar (bersifat re-kontruksi, yang meliputi: cut & fill, rise up dan repair gorong-gorong, serta menyangkut penaambahan base jalan. Pekerjaan kontruksi jalan disesuaaikan dengan kesepakan/kontrak dengan customer.
2.
Road Maintenance Adalah aktivitas pemelihaaraan jalan yang sudah ada dengan lingkup pekerjaan yang tiddak besar (bukan re-kontruksi) Road contruction & Maiintenance terbagi atas beberapa aktivitas, antara lain : a. Road Maintenance (peraawatan jalan) Aktivitas perawatan jalan dengan cara meratakan permukaan jalan dengaan motor grader dan pemadatan dengan compactor. Keetebalan pemotongan/penimbunan permukaan jalan antara 1-10 1 cm. b. Road Patching Aktivitas perbaikan perm mukaan jalan yang berlubang dan atau penggantian materiial tidak memenuhi standart akibat kerusakan struktural yaang terjadi pada lapis perkerasan. Dalam aktivitas pekerjaaan ini biasanya diperlukan material penimbunan (split, scoriaa, dll.).
PRODUCTION DEPARTEMENT
49
c.
d.
e.
Road Resheeting Aktivitas menambah keetebalan lapisan permukaan jalan dengan batu pecah /nnon split (surface coarse) guna memperbaiki kerusakan struktural yang terjadi pada lapisan perkerasan yang aus akibbat gesekan dengan roda kendaraan yang lewat. Repair & Maintenance Drainage D dan Bundwall Aktivitas pemeliharaan parit di kiri kanan jalan dengan lebar dan kedalaman sesuai desain atau sesuai keadaan lapangan. Dan peliharaaan tanggul disisi dan kiri dan kanan jalan dengan ketinggian minimal ¾ kali diameter luar ban DT terbesar. Dust Management Pekerjaan menyiram jaalan tambang atau jalan angkut batubara dari lokasi pitt sampai dumping area (disposal, stockpile, hooper/crussher), yang bertujuan untuk mengurangi debu dan meempertahankan kadar air optimum.
3.
Mine Infrastructure Adalah pekerjaan pembuaatan infrastruktur tambang seperti, pembuatan Change Shift Area A (CSA), Pit Stop, View Point, Waterfill dll.
4.
House Keeping Adalah pekerjaan kerappian tambang seperti bundwall, pembersihan spooil & saluran air.
PRODUCTION DEPARTEMENT
perapian
50
Geometry & Trafficability Jaalan Tambang Standar parameter Geometric & Trafficability adalah standart parameter untuk jalan angkutt dalam pit dari Loading Front sampai Dumping Front, dengann ketentuan sebagai berikut :
PRODUCTION DEPARTEMENT
51
Geometri & trafficability Jalan Tambang
Dimensi Jalan Tambang
PRODUCTION DEPARTEMENT
52
Superelevasi Jalan Pada Tikunggan
PRODUCTION DEPARTEMENT
53
Sight Distance Vertical Curvee
PRODUCTION DEPARTEMENT
54
Sight Distance Horizontal Cu urve
PRODUCTION DEPARTEMENT
55
Patching Jalan Tambang: 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7. 8.
9.
Pasang rambu kecepatan maksimum 20 km/jam dan traffic cone 50 meter sebelum daan sesudah ujung lokasi jalan yang akan dipatching. Gali sampai kedalaman dimana d sub-base cukup keras dan padat serta terbebas dari lumpur, apabila sampai kedalaman 2 meter masih belum ditemukan tanah keras hentikan penggalian. Loading material hasil galian dengan dump truck atau dibuang ke samping sebagaai tanggul. Buang material hasil galiaan ketempat yang telah ditentukan (disposal). Timbun badan jalan yang telah digali dengan material baru, ratakan dengan dozer. ( penimbunan dilakukan maksimal setebal 1 meter per layer) Bila jalan yang dipatciing menggunakan split, sisakan kedalaman 15 cm – 20 cm untuk dilapis dengan batu split lagi. Bentuk crown jalan dengann grader dengan kemiringan 2%. Gunakan compactor untukk memadatkan segmen jalan yang telah dipatching sebanyak 6 - 8 passing atau uji coba dengan dilewati dump truck berrrmuatan dengan kecepatan < 10 km/jam. Lakukan penyiraman pada segmen jalan yang telah dipatching agar material menyatu, m penyiraman juga berfungsi mengurangi debu, sehinggga tidak mengganggu pandangan disekitar lokasi pekerjaan.
PRODUCTION DEPARTEMENT
56
10. Lakukan komunikasi aktiif dengan operator motor grader, operator dump truck dan pengguna p haul road. Jangan sampai terjadi antrian berlebihan pada p sepanjang segmen jalan yang sedang dilakukan pekerjaann patching.
Maintenance Jalan Tambaang : 1.
2. 3. 4.
5. 6.
7. 8.
Grader dapat melakukann maintenance BERLAWANAN DENGAN ARAH DT ketika k SLIPPERY atau GRADE JALAN > 8% . (untuk grrade jalan, pastikan terdapat rambu petunjuk grade jalan > 8%)) TIDAK DISARANKAN N untuk melakukan maintenance dengan sistem TANDEM, kecuali pada saat SLIPPERY. Dalam kondisi slippery, grader disarankan untuk melakukan grading dari lokasi yang tinnggi ke rendah, Bentuklah badan jalan denngan kemiringan 2% dari as jalan ke tepi jalan, sehingga ketika k hujan turun maka air hujan cepat keluar dari badan jalaan. Pekerjaan maintenance jalaan tidak boleh tandem, kecuali saat slippery, karena bisa menggganggu lalu-lintas dump truck. Disaat material basah (habis ( hujan) lakukan pekerjaan perataan jalan dengan meenempatkan sisa tanah di pinggir jalan, kemudian setelah kering tarik lagi sisa tanah yang di pinggir ke tengah jalan. Pastikan sudetan air di tannggul bersih dari spoil hasil scrap grader. Lakukan pekerjaan ripping apabila terdapat badan jalan dalam kondisi bergelombaang, balik dan ratakan hasil tanah yang di ripping untuk menndapatkan jalan yang lebih rata dan lebih baik dari yang ada. PRODUCTION DEPARTEMENT
57
9. Panjang jarak maksimal area repair 200 meter. 10. Lakukan pekerjaan ripping apabila terdapat badan jalan dalam kondisi bergelombaang, balik dan ratakan hasil tanah yang di ripping untuk menndapatkan jalan yang lebih rata dan lebih baik dari yang ada. 11. Pekerjaan me-ripping haruus seizin pengawas.
Slippery Jalan Tambang: 1.
2.
3.
Slippery di jalan tambang menggunakan m grader, namun untuk kondisi khusus, semisal kondisi jalan sangat licin untuk slippery dengan grader, maka m slippery menggunakan dozer untuk scrap jalan hingga grrader bisa digunakan kembali. Unit excavator support, ketika hujan turun, harus terus melakukan patroli untuk membuka saluran drainase dan sudetan yang tertutup spoill. Prioritas urutan slippery ini dilakukan karena keterbatasan unit (grader maupun dozerr) dan urutan kepentingan tiap jalur haul road, dasarnya adalahh: a. Jarak haul road ; Semakin pendek jalur haul road maka slippery time akan semakin pendek juga, sehingga operasional tambang bisa segera bergerak. b. Kebutuhan Material ; Terkadang disposal dan beberapa front loading memerlukan material yang baik untuk beroperasi pasca slippery.
PRODUCTION DEPARTEMENT
58
c.
4.
5.
Jumlah fleet ; Dengan fleet yang baanyak maka sekali slippery di jalur tertentu, akan dapat banyak fleet yang bisa segera beroperasi. d. Kebutuhan ; Misalnya di jalur Coaal lebih diutamakan daripada OB, karena pada saat terteentu kita lebih membutuhkan Coal, sehingga slippery di jaalur Coal kadang didahulukan. Note: Penentuan jalur priioritas ini berdasarkan koordinasi MRG, DDL, MLH & ENG.. Pada saaat dozer mauppun grader melakukan slippery, DISARANKAN untuk melakukan grading dari lokasi yang tinggi ke rendah, tujuannyaa untuk memudahkan grader menggrading jalan lebih ringan dan tidak membebani kerja mesin grader. Proses slippery,tergantung kondisi yang ada: a. Haul road yang baguus (crown jalan masih berfungsi, sehingga tidak ada genangan g air, grade jalan < 6%), Prosesnya: grader bisa langsung grading (mengupas tipis) permukaan jalaan. Dimulai dari tengah haul road dan selanjutnya ke araah tepi untuk grading berikutnya. b. Haul road yang sudahh kurang bagus (crown jalan tidak terbentuk, sehingga banyak b genangan air, drainase tepi jalan tidak berfungsi sehingga s lumpur masih tertinggal di tengah jalan, grade > 6%), Prosesnya: Dozer melakukan grading dulu dari sissi tengah jalan sampai selebar 2 blade dozer. Tujuannyya adalah memberi pijakan untuk ban grader agar tiidak tergelincir saat melakukan grading.
PRODUCTION DEPARTEMENT
59
c.
6.
7.
Area seputar front atau disposal, untuk lokasi ini bisasanya kondisi daasar haul roadnya kurang bagus, sehingga tahap awall diperlukan dozer untuk grading lapisan lumpurnya. Dozer grading selurruh area sampai lapisan lumpur hilang. Parameter slippery disebutt selesai apabila: a. Loader sudah mulai looading (waktu awal loading). b. MRG, DDL & MLH telah sepakat bahwa kondisi jalan tidak licin lagi dari frront loading sampai ujung disposal dan aman untuk operasional Dump Truck. c. Tidak ada lagi aliran air a yang melintas di haul road. Setelah operasional sudahh berjalan kembali, tetap lakukan pemantauan kondisi haull road, biasanya haul road tetap memerlukan unit suppoort maintenance (grader) untuk menjaga kondisi jalan.
Penyiraman Jalan Tambaang: 1.
Penyiraman ditikungan : a. Penyiraman di tikunngan tidak boleh terlalu basah, sedangkan sprayer diihidupkan satu saja hanya bagian kanan dengan harapaan debu berkurang di jalur tengah sehingga ada pijakann kering untuk unit truck yang melintas di tikungan teersebut. b. Informasikan dengan menggunakan m radio channel OB ke unit di belakang mauupun di depan water tank untuk mengurangi kecepatannnya.
PRODUCTION DEPARTEMENT
60
2.
Penyiraman Di tanjakan : a. Pastikan untuk mem mberikan informasi melalui radio channel OB kepada semua pengguna jalan tanjakan bahwa proses penyiram man akan dilakukan. b. Semprotkan sprayer kiri dan kanan sedangkan untuk sprayer tengah dimatikkan untuk menghindari jalan terlalu basah. c. Penyiraman putus-puttus sepanjang 10 meter dan selalu informasikan kepada unit u truck yang berada di belakang untuk menjaga jarak 40 4 meter dari Water Tank pada saat menyiram kondisi turuunan.
PRODUCTION DEPARTEMENT
61
DAFTA AR ISTILAH
Bench: Teras berjenjang dengan permukaan yang rata (flat) yang berfungsi untuk mencegah m terjadinya kelongsoran ataupun kejatuhan materrial langsung dari Slop (Tebing miring). Berm: semacam tanggul yanng dibuat guna pengaman di sisi ujung disposal atau sering juga j disebut windrow. Blade: Mata pisau yang terdapaat pada unit Dozer maupun Grader. Blending: proses pencampuraan, di mana di area kerja disposal mencakup tentang pencamp mpuran beberapa jenis material yang diangkut oleh dump truck. Blind Spot: Kondisi yang dapat mengakibatkan kurangnya penglihatan saat melakuukan operasi dimana hal ini disebabkan oleh adanya teebing/area yang lebih tinggi yang menutupi arah penglihatan. Boulder: Material OB dengann ukuran yang besar, dimana ukuran untuk boulder bervariasi. Boundary: garis batas suatu peekerjaan. Big Coal: Material batubara dengan ukutan yang besar yaitu dengan ukuran minimal (500 x 50) cm. Big Digger: Unit terbesar darii Excavator dimana yang termasuk Big digger yaitu : PC 2000 class up. Big Hauler: Unit terbesar daari Hauler (Dump Truck) dimana yang termasuk Big Hauler adalah 150 ton class. Brushing: tahap awal dari prosses land clearing yaitu membersihkan terlebih dahhulu daerah kerja dari alang-alang
PRODUCTION DEPARTEMENT
62
dan pepohonan yang berdiaameter kecil dari 0,3 dengan menggunakan bulldozer keecil. Bundwall: tanggul pengaman yang y letaknya di sisi kiri dan kanan jalan angkut OB yang tinggginya ¾ x tinggi ban unit terbesar yang beroperasi di area terssebut. Bussines Process: suatu bentukk alur proses kerja suatu section yang terhubung dengan secction atau departemen lain. Bus Pad: Tempat khusus berrhenti bus yang berada di tengahtengah CSA yang berfungsi untuk menurunkan operator saat overshift. Bucket Capacity: Kemamppuan bucket untuk menampung material yang diloading.
C Cut: Pemotongan berdasarkann design OB ataupun Coal dalam aktivitas penambangan. Cabin: Ruang control operatoor dalam unit yang berfungsi untuk mengontol unit yang dibaw wanya.
Canopy : bagian penutup atas (payung) ( dari kabin Change Shift: Proses pergantian operator dari shift sebelumnya dengan shift baru berikutnyya dalam tempat tertentu. Cleaning: Proses pembersihaan batubara dari material-material lain, biasanya dengan mennggunakan Excavator PC 200 class ataupun Wheel Dozer. CSA/Change Shift Area): Tempat T terjadinya proses change shift.
PRODUCTION DEPARTEMENT
63
Crack: Retakan yang terjaddi pada area kerja yang sangat berpotensi mengakibatkan longsor. Crest Line: Bagian atas darri slope(kepala slope) yang pada umumnya berada pada sisi tebing bench. Continue : suatu proses (pekerjaan) ( yang sifatnya masih berlanjut. Crane Truck : truck/kendaraaan derek yang digunakan untuk mengangkat dan meminndahkan sesuatu (tower lamp, countainer, dll.). Crack : retakan yang terdapatt di suatu area kerja (disposal atau front loading). Crest Line : bagian atas dari frrame disposal. Crest Toe : Pertemuan antara kepala k slope dengan kaki slope. Cycle Time : Waktu yangg dibutuhkan suatu unit untuk melakukan satu putaran kerrja Cut Back : Proses pemotongann kembali area yang telah ditimbun
D Debit : ukuran yang digunakkan untuk mengetahui volume air dalam satuan waktu. Dewatering : proses pengeluaaran air dari tambang dengan cara pembuatan saluran/parit menuju keluar tambang dan pemompaan. Disposal : tempat yang diranncang untuk menampung material buangan overburden / wastte (lumpur,batubara kotor,dsb). Dumping: Proses Hauler mem mbuang muatan di Disposal ataupun tempat tertentu yang diingiinkan pengawas.
PRODUCTION DEPARTEMENT
64
Dozer: Unit yang digunakann untuk mendorong material dan meripping material keras,ada 2 tipe yaitu yang memakai Wheel (roda) dan Undercarrriage. Dozing : proses pemindahan taanah menggunakan alat berat yaitu bulldozer. Drainage : sutau proses peenyaliran tambang yaitu dengan mencegah masuknya air kee dalam area kerja tambang. Dumpman : orang yang berrtugas menjaga dan mengarahkan dump truck dumping di dissposal. Dump Truck/Hauler : Unit yang y mengangkut material baik OB maupun Batubara. Drop Cut : Proses pemotonggan suatu area yang menuju level yang lebih bawah
E Empty Stop Time: waktu yaang digunakan unit untuk berhenti dalam keadaan kosongan. Effective Working Hours: Lamanya waktu efektif unit beroperasi. Elevasi: Ukuran ketinggian darri suatu area Excavator: Unit yang dapat menggali m dan memuat material ke Dump Truck.
F Face : permukaan Fatique: Kondisi dimana seseeorang mengalami kelelahan dalam bekerja akibat dari kurang istirahat ataupun masalah pribadi.
PRODUCTION DEPARTEMENT
65
Fleet: Gabuangan antara jum mlah hauler dengan 1 loader yang beroperasi untuk menganngkut material baik OB maupun batubara. Frame : bagian atau sisi terluarr dari disposal. Front: Area operasi dimana teerdapat unit Excavator(Loader) dan Hauler(Dump Truck) unntuk memindahkan Overburden ataupun batubara. Fuel Consumption: Banyaknnya bahan bakar yang habis yang digunakan unit untuk operaasi.
G General Service: Perawaatan yang dilakukan dengan memperbaiki komponen-koomponen unit secara keseluruhan.
H HDPE : High Density Poly Ethhylene merupakan pipa berbahan plastik yang mempunyai kuualitas dan kerapatan yang tinggi. Pipa ini digunakan pada peekerjaan dewatering (pompa). Head : Total daya dalam satuann panjang yang di perlukan untuk mengalirkan air dari inlet sampai s dengan outlet. Sunction Head : daya suatu poompa untuk menghisap air yang dihitung dari jarak mesin pompa ke kedalaman sumur. Discharge Head : daya dorongg suatu pompa dari pusat pemompaan ke outlet tertinnggi (secara vertikal). High Wall : bagian paling atass / tinggi lapisan posisi batubara. Hose : pipa yang digunakan daalam kegiatan pemompaan (dewatering).
PRODUCTION DEPARTEMENT
66
Hot Seat Change Shift : Metoode Overshift cepat dimana Engine unit tetap menyala dan operator o shift sebelumnya dengan operator berikutnya melaakukan pergantian di atas unit tersebut.
I Inter Burden (IB): Sisipan atau a lapisan penutup yang ada di diantara batubara. Inlet : saluran tempat masuknyya air.
K Kontaminasi: Keadaan dimaana batubara bercampur dengan material-material lain.
L Land Clearing: Proses peembersihan lahan dari tumbuhtumbuhan oleh Bulldozer ataupun Excavator sehingga dapat digunakan disposal ataupunn loading point. Layer : lapisan tanah atau batuubara. Lighting : penerangan yang adda di front loading, jalan, atau disposal. Loading Point: Area yang diggunakan untuk me-loading material baik Top Soil, Overburden maupun batubara. Lost Time: Waktu yang hilangg akibat unit Standby. Low Wall : bagian bawah dari lapisan posisi batubara.
M Maintenance Road: Perawatann Jalan
PRODUCTION DEPARTEMENT
67
Man Power : sumber daya mannusia, dalam hal ini mencakup karyawan. Manuver : perpindahan posisi unit ke kiri atau ke kanan. Mud: Material Lumpur
N NAF (Non Acid Forming) : baatuan penutup yang tidak membentuk asam.
O Outlet : saluran tempat keluarnnya air. Overburden: lapisan penutup baik b di atas maupun di antara lapisan batubara.
P PAF (Potential Acid Formingg) : batuan penutup yang membentuk asam. Periodical Service: Perawatann unit yang dilakukan secara berkala disesuaikan dengan jumlahh HM yang telah dicapai. Pit : bagian dari bukaan tambanng batubara. Pin Lock : suatu batang besi/baaja yang berfungsi sebagai pengunci sling saat dikaitkaan pada unit. Planning : perencanaan suatu kegiatan. k Ponton : kedudukan mesin pom mpa saat berada di atas air. Post Guide : jenis rambu berjej ejer yang terletak di atas bundwall di mana jarak satu dengan yang y lain 40 meter. Post guide ini juga berfungsi sebagai acuaan jarak aman antar unit.
PRODUCTION DEPARTEMENT
68
Productivity: Jumlah produksi yang dihasilkan ubit persatuan waktu.
R Radius : jarak suatu kegiatan/tempat dengan kegiatan/tempat yang lain. Ripper : bagian dari bulldozer atau grader (terletak di belakang unit) yang berbentuk kuku berfungsi memberai permukaan tanah yang padat. Roof Protector : atap pelindunng / bingkai pelindung cabin bulldozer, bulldozer yang melakukan m land clearing yang menggunakan roof protectoor.
S Sackle : semacam pengait slingg yang berfungsi sebagai penghubung antara sling deengan pengait yang ada pada unit A2B. Safety : kondisi yang aman. Safety Berm : tanggul pengam man unit dumping di disposal yang tingginya 2/3 tinggi unit terrbesar yang beroperasi di area tersebut. Settling Pond : suatu kolam peenampungan air yang berasal dari pit di mana posisi kolamann ini berada di luar area operasional tambang. Sling : alat penarik berbentuk tali t yang terbuat dari besi atau baja. Sling biasanya digunakan untuk u menarik unit amblas atau tower lamp.
PRODUCTION DEPARTEMENT
69
Slope : lereng disposal atau froont loading yang mempunyai kemiringan tertentu. Soil : tanah yang terletak dekatt dan atau bersentuhan langsung dengan udara luar yang meengandung unsur organik. Soil Replcement : proses pemiindahan soil ke disposal yang sudah final design guna proogres revegetasi. Soil Stockpiling : aktivitas pennyimpanan tanah yang bersifat sementara sebelum digunakkan untuk proses revegetasi. Soil Stripping : aktivitas penguupasan tanah (soil) menggunakan excavator dan dipindahkann ke lokasi yang sudah ditentukan, baik dihampar atau dikumppulkan. Spreading : aktivitas mendoronng atau menyebar material menggunakan bulldozer. Stakeout: pancang guna memoonitor keadaan sesuatu (seperti posisi atau ketebalan timbuunan) mencakup elevasi. Sub Soil : tanah bagian bawah dari top soil yang sedikit mengandung unsur organikk (humus). Sump : suatu cekungan di temppat paling rendah di area tambang sebagai tempat penampunggan air.
T Toe : kaki / bagian paling bawaah dari suatu lereng atau bench. Top Soil : bagian paling atas laapisan tanah yang banyak mengandung unsur organikk (humus). Tower Lamp : penerangan di area a operasional tambang yang posisinya bisa dipindah-pinndah.
V Vessel : bak material yang terddapat pada unit dump truck.
PRODUCTION DEPARTEMENT
70
W Waste Dump : sebutan lain unntuk disposal. Windrow : tanggul pengaman unit dumping di disposal yang tingginya 2/3 tinggi unit terrbesar yang beroperasi di area tersebut.
PRODUCTION DEPARTEMENT
71
Safety Guide Emergency Call SOS Adaro : Dokter Adaro : SHE SIS :
052627016666 081150169999 0821501585882
Batas Kecepatan Maksimal Area Tambang Jalan aktif Jalan simpang Jalan berdebu Jalan licin Office Workshop Maintenance jalan
: : : : : : :
40 km/jam m 30 km/jam m 20 km/jam m 20 km/jam m 20 km/jam m 15 km/jam m 20 km/jam m
Jalan Hauling Trailer Sarana Jalur hijau Jembatan Maintenance Jalan Kelanis
: : : : : :
70 km/jam m 80 km/jam m 40 km/jam m 20 km/jam m 20 km/jam m 25 km/jam m
d lapangan berbeda, ikuti rambu yang Note: Apabila angka pada rambu di ada di lapangan. Jarak Beriringan HT - HT HT – LV HD – HD, HD – LV HD – HD, HD – LV
: : : :
200 meter 100 meter (j datar & naik) 40 meter (jalan 80 meter (turunan) (
PRODUCTION DEPARTEMENT
72
DAFTA AR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Team Promise, Promise,, PT. SaptaIndra Sejati, 2010 Komatsu, Specification & Appplication Handbook, 2007 Katalog unit Hitachi Katalog unit Komatsu Katalog unit Caterpilarr Instruksi Kerja Produksii ADMO Instruksi Kerja PSV ADMO Standar Parameter Produuksi ADMO Metode Pengoperasian Unit, U Learning Center SIS ADMO Training Machine Operaation for Leader – OTD ADMO Performance Handbook 40th Edition
PRODUCTION DEPARTEMENT
73
PRODUCTION D DEPARTEMENT
PRODUCTION DEPARTEMENT
74