SAMBUTAN KEPALA DESA TANJUNG
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kita semua masih diberiNya
nikmat
kesehatan.
Tidak
lupa
sholawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman, aamiin. Kami selaku Kepala Desa dan Perangkat Desa Tanjung, sangat mendukung penulisan buku ini. Adanya buku ini dengan harapan kita semua dapat mengetahui sejarah, potensi dan informasi terkait lainnya tentang desa, sehingga generasi muda Tanjung tidak kehilangan jati diri dan tergerus oleh kebudayaan luar. Buku ini diharapkan mampu menjadi bagian dari ‘penggugah’ para pemuda pelopor pembangunan penuh ide inovatif, kreatif dan berkarya
sebagaimana yang kita harapkan untuk kemajuan Desa Tanjung yang kita cintai. Kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang se tinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah rela bersamasama membagi waktu, tenaga dan pikiran sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan. Secara khusus kami sampaikan pula ucapan terima kasih kepada ketua BPD beserta anggota, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, alim ulama, tokoh pemuda/i, elit politik, masyarakat Desa Tanjung dan mahasiswa/i KKN Universitas Trunojoyo Madura kelompok 83. Semoga buku yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Rabu, 09 Agustus 2017 Kepala Desa Tanjung
SALAMET
KATA PENGANTAR
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya” – Ir. Soekarno
Kata bijak tersebutlah yang menggelora di dalam diri kami untuk menyelesaikan penulisan buku ini. Melalui buku ini kami bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah hasanah kecintaan pada Desa Tanjung kepada masyarakat luas dan khususnya masyarakat Desa Tanjung, tentang pentingnya suatu sejarah dan mengenali tanah kelahirannya sendiri. Dengan memahami kedua hal tersebut kita akan mengetahui bahwa kita tidak bisa dan tidak akan pernah lepas dengan asal muasal kita berada. Terutama generasi muda Desa Tanjung, karena dipundak merekalah masa depan Desa Tanjung di amanahkan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih banyak kekurangan, baik dari segi teknis maupun kelengkapan sumber data. Tiada gading yang tak retak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan buku ini selanjutnya. Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan buku ini sebagai objek informasi yang tentunya tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata, mari kita bersama-sama membangun Desa Tanjung sesuai dengan apa yang mampu kita usahakan. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI Cover Kata Sambutan Bapak Kepala Desa Kata Pengantar Isi Lampiran (Gambar)
ASAL USUL DESA TORJUN
Sejarah tidak akan permah lepas dari setiap desa atau daerah. Setiap daerah sudah pasti memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda yang merupakan cerminan dari karakter dan ciri khas
tetentu
dari
suatu
daerah
tersebut.
Berdasarkan kebiasaan, sejarah desa seringkali diketahui
melalui
dongeng-dongeng
yang
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi
sehingga
sulit
untuk
mengetahui
kebenaran dari sejarah tersebut. Kebanyakan dari beberapa gambaran desa yang ada, nama sebuah desa sering dihubungkan dengan tempat-tempat yang dianggap keramat atau diambil dari mitos-mitos masayarakat setempat. Dalam hal ini Desa Torjun juga mempunyai hal tersebut yang merupakan identitas dari desa ini yang akan digambarkan pada kisah-kisah di bawah ini. Desa
Torjun
sudah
ada
sejak
jaman
pemerintahan Kolonial Belanda. Adapun sejarah
dusun-dusun di desa Torjun menurut cerita dari sesepuh setempat adalah sebagai berikut. Konon pada jaman kerajaan dahulu, Krestal adalah
tempat
persinggahan
para
raja-raja.
Rombongan itu adalah rombongan dari kerajaan Bangkalan yang akan mengadakan pertemuan dengan kerajaan Sumenep. Menempuh perjalan yang cukup jauh tersebut maka para rombongan kerajaan
Bangkalan
tersebut
berhenti
dan
beristirahat untuk menghilangkan lelah di Krestal. Pada saat rombongan raja itu berhenti untuk melepaskan lelah di suatu tempat para rombongan raja tersebut dihadang oleh segerombolan orangorang yang bermaksud mengadu kesaktiandengan rombongan dari kerajaan bangkalan tersebut. Saat gerombolan
tersebut
menghunuskan
senjata
mereka yang berupa keris ke arah raja bangkalan ternyata keris mereka terpental sebelum mengenai tubuh sang raja tersebut. Tempat jatuhnya keris yang terpental itu dinamakan “Krestal” yang berarti Keris yang terpental.
Para rombongan kerajaan ini menitipkan kuda-kuda mereka pada seorang penduduk desa Torjun. Maka dari itu dusun dari orang yang menjadi tempat penitipan kuda-kuda rombongan kerajaan Bangkalan tersebut disebut dusun Keddang yang artinya
Kandang
Kuda.
Jadi
kata
“Keddang”
diperoleh karena merupakan tempat penitipan atau kandang dari kuda-kuda para rombongan kerajaan Bangkalan. Kuda-kuda rombongan kerajaan itu oleh penduduk kemudian di lepas di suatu tempat yang banyak rumput hijaunya agar kuda-kuda tersebut bisa mencari dan makan rumput sendiri. Kemudian tempat tersebut diberi nama “Kokkowan”. Berasal dari kata “Owan” yang artinya membiarkan hewan ternak agar mencari makanan sendiri. Sedangkan dusun Torjun Timur adalah tempat untuk mencari air untuk minum kuda-kuda karena di sana ada tujuh sumur tepatnya di kampung Brekas yang di yakini air dari sumber sumur tersebut berkhasiat untuk menyembuhkan orang sakit dalam
bahasa madura disebut “Aeng Oleh”. Karena letaknya yang berada di daerah paling timur dari bagian desa maka dusun ini diberi nama Torjun Timur. Kata Torjun sendiri diambil dari kata “Tor ta bentor a jun ju jun” yang berarti berbenturan tetapi mendapatkan
hasil
yang
berlimpah.
Hal
ini
menggambarkan usaha keras dari masyarakat desa Torjun yang sangat gigih. Biarpun jatuh bangun dalam mengarungi kehidupan, masyarakat Torjun akan senantiasa bangkit kembali untuk berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan.
SEJARAH PEMERINTAHAN DESA TANJUNG KEPALA DESA TANJUNG Sejarah kepemimpinan Desa Tanjung sampai saat ini telah terjadi pergantian kepala desa sebanyak 12 kali. Sedangkan pergantian sekretaris desa sebanyak 11 kali. Kepala desa pertama bernama Muthak. Beliau menjabat selama 24 tahun yaitu tahun 1879 sampai 1903. Kepala desa kedua Abu Bakar, beliau menjabat selama 20 tahun yaitu tahun 1904 – 1924. Kepala desa ketiga bernama Mailen yang menjabat selama kurang lebih 1 tahun pada tahun 1924. Periode selanjutnya Desa Tanjung dipimpin oleh Yudho Prawiro Kamarun. Beliau menjabat pada tahun 1925 – 1945. Kepala desa kelima bernama Mahwa, beliau menjabat pada tahun 1945 dan hanya kurang lebih 3 bulan. Selanjutya kursi pimpinan di duduki oleh Prawiro Sastro Supatma pada tahun 1945 – 1960. Kepala desa ke tujuh adalah Samsuhri. Beliau manjabat selama 8 tahun, pada tahun 1961 – 1969. Kepala desa ke delapan yaitu Sahari. Beliau menjabat pada tahun 1969 – 1970 atau selama 1 tahun. Pada periode selanjutnya Desa Tanjung dipimpin oleh Moeta’am. Moeta’am menjabat pada tahun 1971 – 1982. Kepala desa kesepuluh adalah Sucipto. Beliau menjabat pada tahun 1983 – 1992. Kepala desa selanjutnya adalah Juwanda. Bapak juwanda mejabat selama 2 periode, yaitu pada tahun 1992 – 2002 2005. Kepala desa selanjutnya yaitu Bapak Salamet. Beliau menjabat selama 2 periode yaitu tahun 2008 – 2014 – sekarang.
SEKRETARIS DESA TANJUNG I.
Parto Sumedjo Marlejan
II.
Siruddin
III.
Samsuhri
IV. Ruhnan V.
Hairuddin
VI. Addus VII. Atrawi VIII. Akram IX. Moh.Saleh X.
Muhyi
XI. Hartono
KONDISI GEOGRAFIS Secara geografis Desa Torjun terletak di wilayah Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa disekitarnya yaitu:
Utara
: Desa Jeruk Porot
Barat
: Desa Bringin nonggol
Selatan : Desa Krampon
Timur : Desa Pangongseyan
Torjun sendiri merupakan ibu kota kecamatan dari Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 7 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit.
MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT
2%
13%
0% 5%
6%
21%
0%
15%
0% 1%
37%
Tidak Bekerja
Pertanian/ Peternakan/ Perikanan
Perdagangan
Industri
Jasa Kemasyarakatan
Konstruksi
Pemerintahan
Pelajar/Mahasiswa
Swasta
Wiraswasta
Mata pencaharian masyarakat Desa Tanjung antara lain dibidang pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, industri, jasa kemasyarakatan, kontruksi, pemerintahan, swasta, wiraswasta dan lainnya. Jumlah orang yang tidak bekerja di Desa Tanjung cukup banyak yaitu 689 atau 21%. Masyarakat Desa Tanjung mayoritas bekerja dibidang pertanian, peternakan dan perikananan atau dalam prosentase sebesar 37%. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani rumput laut. Di Desa tanjung terdapat kelompok nelayan rumput laut sebanyak 22 kelompok. Selain pertanian, Warga Tanjung juga banyak yang bekerja dibidang jasa kemasyarakatan, yaitu sebesar 15% atau 498 orang. Warga yang bekerja dibidang perdagangan sebanyak 21 orang atau 1%, dibidang industri 1 orang, bidang pemerintahan
48
orang.
Penduduk
yang
pelajar/mahasiswa sebanyak 435 orang atau 13%.
berstatus
sebagai
PENDIDIKAN Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang pada peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga
akan
membantu
program
pemerintah
dalam
mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Prosentase tingkat pendidikan Desa Torjun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tamatan Sekolah Masyarakat No
Keterangan
Jumlah
Prosentase (%)
0
0,00
1
Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas
2
Usia Pra-Sekolah
449
8,08
3
Tidak Tamat SD
506
9,10
4
Tamat Sekolah SD
2.321
41,75
5
Tamat Sekolah SMP
1.250
22,49
6
Tamat Sekolah SMA
681
12,25
7
Tamat Sekolah PT/ Akademi
352
6,33
5.559
100
Jumlah Total
Dari data di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Torjun hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SMP). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Desa Torjun, tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup
masyarakat.
Sarana
pendidikan
di
Desa
Torjun
sebenarnya terbilang cukup memadai yaitu selain tingkat dasar SD dan SMP di Desa Torjun juga terdapat SMA Negeri serta SMK yang baru-baru ini berdiri di Dusun Torjun Timur walaupun notabene baru dan fasilitas yang kurang lengkap. Pada jamanjaman sebelum 2006 kesadaran masyarakat tentang arti penting pendidikan masih kurang, sehingga orang yang kurang mampu hanya bisa menyekolahkan anak mereka di tingkat SMP saja. Tetapi pada akhir-akhir ini masyarakat desa Torjun sudah lumayan memahami arti dan pentingnya pendidikan bagi anakanak mereka. Hal ini ke depannya akan membuat SDM Desa Torjun menjadi lebih baik dikarenakan banyaknya Sumber Daya
Manusia dari Desa Torjun yang lebih mengerti dan sadar akan arti penting pendidikan untuk kehidupan masyarakat yang lebih layak.
KESEHATAN
Masalah pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan. Masyarakat yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang ada menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang sering diderita antara lain infeksi pernapasan akut bagian atas, malaria, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat ringan dan memiliki durasi waktu yang tidak terlalu lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya
disebabkan
perubahan
cuaca
serta
kondisi
lingkungan yang kurang sehat. Tetapi ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat Desa Torjun secara umum.
Sedangkan data orang cacat mental dan fisik juga tidak begitu tinggi jumlahnya. Tercatat penderita bibir sumbing berjumlah 1 orang, tuna wicara 3 orang, tuna rungu 2 orang, tuna netra 4 orang, dan lumpuh 3 orang. Data ini menunjukkan sudah lumayan tingginya kualitas hidup sehat di Desa Torjun. Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah terkait keikutsertaan masyarakat dalam KB. Terkait hal ini peserta KB aktif tahun 2009 di Desa Torjun berjumlah 1.115 pasangan usia subur. Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 312 bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun masih bisa dimaksimalkan mengingat cukup
tersedianya
fasilitas
kesehatan
berupa
sebuah
Puskesmas dan Posyandu yang tersebar di tiap dusun di Desa Torjun. Maka wajar jika ketersediaan fasilitas kesehatan yang relatif cukup ini berdampak pada kualitas kelahiran bagi bayi lahir. Dari 100 kasus bayi lahir pada tahun 2010, semuanya tertolong. Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah kualitas balita. Dalam hal ini, dari jumlah 400 balita di tahun 2009, masih terdapat 2 balita bergizi buruk, 6 balita bergizi kurang dan lainnya sedang dan baik. Hal inilah kiranya yang perlu
ditingkatkan perhatiannya agar kualitas balita Desa Torjun ke depan lebih baik.
KEADAAN SOSIAL
Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Torjun, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres, pilkada, dan pilbup) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum. Khusus untuk pemilihan kepala desa Torjun, sebagaimana tradisi kepala desa di Madura, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah
jabatan
garis
tangan
keluarga-keluarga
tersebut.
Fenomena inilah yang biasa disebut toronan –dalam tradisi Madura- bagi keluarga-keluarga tersebut. Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilh karena
kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa dikarenakan rakyat atau masyarakat desa itu yang memilih Kepala Desa nya. Kepala desa bisa diganti sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap. Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi
syarat-syarat
yang
sudah
ditentukan
dalam
perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan desa Torjun pada tahun 2008. Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni hampir 95%. Tercatat ada dua kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti pemilihan kepala desa. Pilihan kepala Desa bagi warga masyarakat Desa Torjun seperti acara perayaan desa yang biasa disebut ”Gadringan”. Pada bulan Juli dan Nopember 2008 lalu masyarakat juga dilibatkan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur putaran I dan II secara langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan kepala Desa, namun hampir 70% daftar pemilih
tetap, memberikan hak pilihnya. Ini adalah proggres demokrasi yang cukup signifikan di desa Torjun. Pada tahun 2009 masyarakat desa torjun juga mengikuti pesta demokrasi yang terbesar di Indonesia yaitu Pemilihan Presiden Republik Indonesia dan Pemilihan Wakil-wakil rakyat dari tingkat pusat, provinsi, serta kabupaten yang partisipasinya termasuk tinggi yakni sampai 90% dari daftar pemilih tetap. Hal ini
membuktikan
bahwa
masyarakat
desa
torjun
sangat
menginginkan pemimpin serta wakil-wakil rakyat yang tepat dan sesuai dengan keinginan mereka. Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekatsekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong maupun gotong royong. Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun mekanisme
pengambilan
keputusan
selalu ada
pelibatan
masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Perwakilan Desa maupun lewat masyarakat langsung. Dengan
demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Torjun mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis. Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Torjun mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, mekanisme pemilihan kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat dimengerti
dikarenakan
dinamika
kehidupan
keseharian
masyarakat
mempunyai
greget,
terutama
politik Desa
yang
nasional
dalam
Torjun
kurang
berkaitan
dengan
permasalahan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara langsung. Berkaitan dengan letaknya yang masih berada di wilayah Jawa Timur suasana budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Torjun. Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa/ Islam, masih adanya budaya Maulidan, Jeppen (gambus), slametan,
tahlilan, dan lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa. Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa Torjun. Dalam rangka merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan budaya di Desa Torjun. Tentunya hal ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan konflik sosial. Dalam catatan sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang cukup berarti di Desa Torjun. Isuisu terkait tema ini, seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai pada titik kronis yang membahayakan masyarakat dan sosial.
KONDISI EKONOMI
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Torjun Rp. 15.000. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Torjun dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 2.500 orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 1.009 orang, yang bekerja di sektor industri 23 orang, dan bekerja di sektor lain-lain 219 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 3.729 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 3 Mata Pencaharian dan Jumlahnya Mata Pencaharian
Jumlah
Prosentase
2.500 orang
67,04 %
No 1
Pertanian
2
Jasa/ Perdagangan 1. Jasa Pemerintahan 2. Jasa Perdagangan 3. Jasa Pendidikan 4. Jasa Angkutan 5. Jasa Ketrampilan
254 orang 350 orang 245 orang 15 orang 25 orang
6,81 % 9,39 %
6. Jasa lainnya
98 orang
6,57 % 0,40 % 0,67 % 2,63 %
3
Sektor Industri
23 orang
0,62 %
4
Sektor lain
219 orang
5,87 %
3.729 orang
100 %
Jumlah
Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Torjun sudah cukup rendah. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 20-55 yang belum bekerja berjumlah 59 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 3.000 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka pengangguran di Desa Torjun.
POTENSI DESA
Desa Torjun memiliki potensi yang sangat besar, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaan / organisasi. Sampai saat ini, potensi sumber daya yang ada belum benar-benar optimal diberdayakan. A. Sumber Daya Alam
i.
Lahan pertanian (sawah) seluas 235,56 Ha yang
masih
produktifitasnya
dapat karena
saat
ditingkatkan ini
belum
dikerjakan secara optimal
ii.
Lahan perkebunan dan pekarangan yang subur seluas 71,13 Ha, belum dikelola secara maksimal
iii.
Tersedianya pakan ternak yang baik untuk mengembangkan peternakan seperti sapi, kambing dan ternak lain, mengingat usaha ini baru menjadi usaha sampingan.
iv.
Banyaknya sisa kotoran ternak sapi dan kambing, memungkinkan untuk dikembangkan usaha pembuatan pupuk organik
v.
Adanya hasil panen kacang tanah, jagung, ubi tanah, dan lainnya yang cukup yang melimpah dari
hasil
pengelolaan
hutan
bersama
masyarakat
B. Sumber Daya Manusia
i.
Kehidupan warga masyarakat yang dari masa ke masa relatif teratur dan terjaga adatnya.
ii.
Besarnya penduduk usia produktif disertai etos kerja masyarakat yang tinggi.
iii.
Terpeliharanya budaya rembug di desa dalam penyelesaian permasalahan
iv.
Cukup
tingginya
partisipasi
dalam
pembangunan desa.
v.
Masih hidupnya tradisi gotong royong dan kerja bakti masyarakat. Inilah salah satu bentuk partisipasi warga.
vi.
Besarnya
sumber
daya
perempuan
usia
produktif sebagai tenaga produktif yang dapat mendorong potensi industri rumah tangga.
vii.
Terpeliharanya
budaya
saling
membantu
diantara warga masyarakat.
viii. Kemampuan bertani yang diwariskan secara turun-temurun.
ix.
Adanya kader kesehatan yang cukup, dari bidan sampai para kader di posyandu yang ada di setiap dusun
x.
Adanya Fasilitas Pendidikan yang cukup banyak di wilayah desa Torjun dari Pendidikan Formal dan Nonformal yang tersebar di semua dusun di Desa Torjun.
xi.
Adanya penduduk yang punya ketrampilan dalam pembuatan meubeler kayu, tukang bangunan, tenaga servis otomotif, elektro dan sebaginya.
C. Kelembagaan / Organisasi
i.
Hubungan yang baik dan kondusif antara kepala desa, pamong desa, lembaga desa dan masyarakat, merupakan kondisi yang ideal untuk terjadinya pembangunan desa.
ii.
Adanya
lembaga
di
tingkat
desa,
yaitu
Pemerintah Desa, LPMD dan BPD yang berperan dan dipercaya masyarakat.
iii.
Adanya kelompok-kelompok di desa seperti Karang Taruna, kelompok tani dan kelompok keagamaan.