PENGARUH PENGGUNAAN TINDAKAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM, DISTRAKSI, GATE KONTROL, TERHADAP PENURUNAN SENSASI NYERI CA MAMMAE DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Sumiati1, Erna Kadrianti2, Muhammad Basri3 1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar 2
ABSTRAK Nyeri merupakan pengalaman yang menyeluruh dirasakan oleh semua manusia dan bersifat subjektif, sehingga nilainya dapat berbeda-beda dari satu orang dengan orang lain serta bervariasi dirasakan oleh orang dari waktu ke waktu.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perubahan nyeri setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam, distraksi dan gate kontrol pada pasien Ca Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy experiment dengan rancangan pre dan post test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Ca Mammae di ruang bedah RSUD Labuang Baji Makassar Pengambilan sampel menggunakan teknik aksidental sampling, didapatkan 20 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji paired sample T test(p<0,05). Hasil analisis bivariat menunjukkan pengaruhsignifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam dan sesudah penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam(p=0,000), terdapatpula pengaruh antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan distraksi dan sesudah penggunaan tindakan distraksi(p=0,000), terdapatperbedaansignifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan gate kontrol dan sesudah penggunaan tindakan teknik gate kontrol(p=0,008). Kata Kunci :Sensasi Nyeri, Relaksasi, Distraksi, Gate Kontrol PENDAHULUAN Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan IPTEK dibidang kesehatan serta tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin tinggi menuntut upaya penyelenggaran kesehatan yang lebih bermutu. Profesi keperawatan diupayakan untuk memenuhi pelayanan kearah kesatuan upaya peningkatan (promotive), pencegahan (preventive), penyembuhan (curative), dan pemulihan (rehabilitative) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan(Baradero, 2008). Adapun planning pemerintah dalam menurunkan kasus lama yaitu dengan melakukan upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier.Upaya pencegahan primer dilakukan dengan promosi, edukasi, pola hidup sehat dan pencegahan factor resiko kanker serta pengkajian dan pengembangan vaksin.Pencegahan sekunder dilakukan degan deteksi dini dan pengobatan segara, sedangkan pencegahan tersier dengan pengobatan komprehensif dan perawatan
valiatif.Selain itu pemerintah juga berusaha menhilangkan kendala itu dengan meningkatkan kampanye dan advokasi sambil terus mengupayakan penurunan kasus melalui deteksi dini kanker. (Bambang, 2010) Nyeri adalah perasaan tidak nyaman dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan atau telah rusaknya jaringan. Nyeri merupakan hal yang sangat kompelks, dengan gejala multidimensi yang ditentukan tidak saja oleh kerusakan jaringan dan nosiseptif, tatapi juga oleh aspek kepercayaan seseorang, pengalaman nyeri, kondisi psikis, motivasi, serta lingkungan sekitarnya. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan nonfarmakaologis. Menangani nyeri secara farmakologis dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik. Sedangkan tindakan nonfarmakologis adalah dengan memberikan teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi dan gate kontrol. Teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi dan gate kontrol merupakan metode
yang dapat dilakukan terutama pada pasien yang mengalami nyeri, merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri, ansietas dan ketegangan otot. Teknik relaksasi,teknik distraksi,gate kontrol perlu diajarkan bebarapa kali agar mencapai hasil yang optimal. Ada beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk menilai nyeri yaitu Simple Descriptive Pain Distress Scale, Visual Analog Scale (VAS), Pain Relief Visual Analog Scale, Percent Relief Scale serta 0 – 10 Numeric Pain Distress Scale , diantara kelima metode tersebut diatas 0 – 10 Numeric Pain Distress Scale yang paling sering digunakan, dimana pasien diminta untuk “merating” rasa nyeri tersebut berdasarkan skala penilaian numerik mulai angka 0 yang berarti tidak da nyeri sampai angka 10 yang berarti puncak dari rasa nyeri, sedangkan 5 adalah nyeri yang dirasakan sudah bertaraf sedang. Kanker payudara sering di temukan di seluruh dunia dengan insidens relatiftinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan.Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya.Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di Negara maju, sedangkan 250.000 di Negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosikan menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit,44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahun. ( George.al, 2008 ). Menurut Kemenkes RI, Di Indonesia prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, Hipertensi, cedera, perinatal, dan DM. Sedangkan berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) tahun 2002. Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan. Menurut data SIRS 2007, kanker bronchus dan paru pada pasien rawat inap sebesar 5,8% dari seluruh jenis kanker. (Faizin S M. 2012).
Data yang di peroleh dari rekam medik RSUD Labuang Baji tahun 2010 terdapat 80 orang pasien kanker payudara, sedangkan tahun 2011 jumlah pasien kanker payudara sejumlah 96 orang (Rekam medik, RSUD Labuang Baji tahun 2012). Mengingat betapa pentingnya penanganan nyeri dengan cara non farmakologis pada pasien Ca mammae maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh penggunaan tindakan relaksasi napas dalam, distraksi, gate kontrol, terhadap penurunan sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar”. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment, dengan rancangan pre dan post test, Sampel dilakukan pengukuran sebelum intervensi dan setelah intervensi pemberian teknik relaksasi napas dalam,teknik distraksi dan teknik gate kontrol.Penelitian ini dilaksanakan di ruang Bedah RSUD Labuang Baji Makassarpada tanggal 18 Desember2012 sampai 18 Januari 2013. Populasi Penelitian adalah semua pasien ca mammae di ruang Bedah RSUD Labuang Baji Makassar Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan teknik Aksidental samplingdidapatkan 20 orang responden sesuai dengan kriteria inklusi. 1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : a) Pasien yang mengalami reaksi analgetiknya telah hilang / 6 (enam) jam setelah pemberian analgetik dan belum mendapatkan analgetik lagi. b) Klien dalam tingkat kesadaran yang optimal (sadar penuh). c) Pasien yang berumur di atas 20 tahun d) Bersedia menjadi sampel e) Pasien yang di rawat di ruang perawatan bedah. 2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: a) Pasien yang menjalani tinadakan operasi Ca mammae hari ke empat dan seterusnya selama penelitian berlangsung b) Klien yang mengalami gangguan kesadaran atau tidak sadar. c) Pasien yang tidak bersedia menjadi sampel. d) Pasien yang berumur kurang dari 20 tahun. Pengumpulan data Pengumpulan data dengan data primer yaitu data yang diperoleh dari responden
dengan obervasi, dimana sampel akan dikaji terlebih dahulu tentang riwayat nyeri dan terapi obat-obatan yang telah diberikan. Sampel dibagi tiga kelompok, yaitu kelompok dengan teknik relaksasi napas dalam teknik distraksi dan gate kontrol.Selanjutnya di berikan teknik relaksasi napas dalam, teknik distraksi dan gate kontrol. Setelah itu dilakukan observasi ulang. Pengolahan data dilakukan dengan: 1. Editing Melihat apakah data telah terisi dengan lengkap. 2. Codding Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrumen. 3. Skoring Skoring yaitu memberi skor data yang telah dikumpulkan, bila tidak ada nyeri ( 0 ), nyeri ringan (skor 1-3 ) , nyeri sedang (skor 4-6) dan nyeri berat (skor 7- 9), dan nyeri sangat berat (skor 10) 4. Tabulasi Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan analisa data Analisis data Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur.Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik.Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Menggunakan bantuan program SPSS for windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat menggunakan uji statistik, Paired Sample T Test.Penggunaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui selisih hasil pengukuran sebelum dan sesudah penggunaan tindakan non farmarkologi terhadap sensasi nyeri yang dirasakan oleh responden. Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji Paired Sample T Test. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05.
HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis Univariat Tabel 1 : Distribusi responden berdasarkan kelompok umur, di RSUD Labuang Baji Makassar, Desember 2012 – Januari 2013. Kelompok Umur Frekuensi (%) 20 - 29 Tahun 4 20.0 30 - 39 Tahun 6 30.0 40 - 49 Tahun 7 35.0 50 - 59 Tahun 3 15.0 Total 20 100.0 Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013
Tabel 1. memperlihatkan bahwa responden terbanyak berada pada interval umur 40 – 49 tahun sebanyak 7 responden, terdapat pula 6 responden yang berada pada rentang usia 30 – 39 tahun, 4 responden berusia antara 20 – 29 tahun dan hanya 3 responden yang berada pada rentang usia 50 – 59 tahun. Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, di RSUD Labuang Baji Makassar, Desember 2012 – Januari 2013. Jenis Kelamin Frekuensi (%) Perempuan 20 100.0 Total 20 100.0 Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013
Tabel 2. memperlihatkan bahwa semua responden berjenis kelamin perempuan, sebanyak 20 responden. Tabel 3 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir, di RSUD Labuang Baji Makassar, Desember 2012 – Januari 2013. Pendidikan Terakhir Frekuensi (%) SD 3 15.0 SMP 6 30.0 SMA 8 40.0 Akademi/ PT 3 15.0 Total 20 100.0 Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013
Tabel 3. memperlihatkan bahwa terdapat 8 responden yang berpendidikan terakhir SMA,6 responden berpendidikan terakhir SMP, dan masing-masing 3 responden berpendidikan terakhir SD dan Akademi/ Perguruan Tinggi.
Tabel 4 : Distribusi responden berdasarkan pekerjaan, di RSUD Labuang Baji Makassar, Desember 2012 – Januari 2013. Pekerjaan Frekuensi (%) Tidak Bekerja Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Total
4 3 2 11 20
20.0 15.0 10.0 55.0 100.0
Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013
Tabel 4. memperlihatkan bahwa responden terbanyak bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 8 responden, terdapat 4 responden yang tidak bekerja, 3 responden bekerja sebagai pegawai negeri dan 2 resonden bekerja sebagai pegawai swasta. Tabel 5 :Distribusi responden berdasarkan status perkawinan, di RSUD Labuang Baji Makassar, Desember 2012 – Januari 2013. Status Perkawinan Frekuensi (%) Kawin 14 70.0 Belum Kawin 6 30.0 Total 20 100.0 Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013
Tabel 5. memperlihatkan bahwa terdapat 14 responden yang sudah menikah, dan 6 responden belum menikah. Tabel 6 :Distribusi responden berdasarkan Agama, di RSUD Labuang Baji Makassar, Desember 2012 – Januari 2013. Agama Frekuensi (%) Islam 20 100.0 Total 20 100.0 Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013
Tabel 6. memperlihatkan semua responden beragama sebanyak 20 responden.
bahwa islam
2. Analisis Bivariat Analisis pengaruh penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam, distraksi, gate kontrol terhadapan perubahan sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD Labang Baji Makassar, dengan menggunakan uji statistik, Paired Sample T Test.
a. Teknik Relaksasi Napas Dalam Tabel 7 : Distribusi responden berdasarkan sensasi nyeri yang dialami sebelum dan sesudah penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam,di RSUD Labuang Baji Makassar. Teknik Relaksasi Napas Dalam Total Pre Post n % n % n % Ringan 3 7.5 8 20.0 11 27.5 Sedang 7 17.5 5 12.5 12 30.0 Berat 10 25.0 7 17.5 17 42.5 Total 20 50.0 20 50.0 40 100,0 Mean 6,45 4, 85 r = 0,888 , sig = 0,000 t hitung= 7,610, df = 19 , sig = 0,000 Sensasi Nyeri
Sumber:Data Primer Desember 2012 –Januari 2013
Tabel ‘Paired Sampel Test’ menyajikan analisa penting yaitu nilai perbedaan rerata (mean of difference), t hitung, df (degree of freedom) dan nilai signifikansi.Berdasarkan tabel ‘Paired Sampel Test’ diperoleh nilai perbedaan rerata sebesar 1.600.T hitung sebesar 7.610, sedangkan t tabel berdasarkan df= 19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena t hitung > t tabel (7.610>2.093) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.000<0.05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan dan sesudah penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam yang berarti ada pengaruh positif dan hipotesis diterima. b. Distraksi Tabel 8:Distribusi responden berdasarkan sensasi nyeri yang dialami sebelum dan sesudah penggunaan tindakan distraksi, di RSUD Labuang Baji Makassar Distraksi Total Pre Post N % n % n % Ringan 5 12.5 14 35.0 19 47.5 Sedang 10 25.0 6 15.0 21 52.5 Berat 5 12.5 0 0.0 5 12.5 Total 20 50.0 20 50.0 40 100,0 Mean 4,20 3,15 r = 0, 901 , sig = 0,000 t hitung= 9,200 , df = 19 , sig = 0,000 Sumber:Data Primer Desember 2012– Januari 2013 Sensasi Nyeri
Berdasarkan tabel ‘Paired Sampel Test’ diperoleh nilai perbedaan rerata sebesar 1.050. T hitung sebesar 9,200, sedangkan t tabel berdasarkan df= 19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena t hitung > t tabel (9,200>2.093) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.000<0.05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan distraksi dan sesudah penggunaan tindakan distraksi yang berarti ada pengaruh positif dan hipotesis diterima. c. Gate Kontrol Tabel 9 : Distribusi responden berdasarkan sensasi nyeri yang dialami sebelum dan sesudah penggunaan tindakan gate kontrol, di RSUD Labuang Baji Makassar Gate Kontrol Total Pre Post n % n % n % Ringan 12 30.0 12 30.0 24 60.0 Sedang 5 12.5 8 20.0 16 40.0 Berat 3 7.5 0 0.0 3 7.5 Total 20 50.0 20 50.0 40 100,0 Mean 3,45 3,05 r = 0,865 , sig = 0,000 t hitung= 2.990, df = 19, sig = 0,008 Sumber :Data Primer Desember 2012 – Januari 2013 Sensasi Nyeri
Berdasarkan tabel ‘Paired Sampel Test’ diperoleh nilai perbedaan rerata sebesar 0,400. T hitung sebesar 2.990, sedangkan t tabel berdasarkan df= 19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.008. Oleh karena t hitung > t tabel (2,990>2.093) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.008<0.05) sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan gate kontrol dan sesudah penggunaan tindakan gate kontrol yang berarti ada pengaruh positif dan hipotesis diterima. PEMBAHASAN 1. Pengaruh penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam terhadap perubahan sensasi nyeri Ca Mammae. Pengaruh penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam terhadap
perubahan sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. Dari hasil uji statistik ‘Paired Sampel Test’ diperolehkesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam dan sesudah penggunaan tindakan teknik relaksasi napas dalam yang berarti ada pengaruh positif dan hipotesis diterima.dengan taraf signifikan 0,000. Dari hasil pengukuran intensitas nyeri sebelum menggunakan relaksasi pernapasan didapat bahwa responden mengalami sensasi nyeri berbeda-beda, yaitunyeri ringan, sedang, dan berat.Dan sesudah meggunakan teknik relaksasi sensasi nyeri yang dirasakan responden masih tergolong dalam tiga kategori yaitu nyeri ringan, sedang dan berat. Pada tingkatan nyeri ringan, sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 3 responden (7.5%) yang mengalami nyeri ringan tetapi setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam bertambah menjadi 8 responden (20%) yang mengalami nyeri ringan. Peningkatan ini disebabkan karena responden yang mengalami nyeri sedang dan berat mengalami penurunan nyeri ke nyeri ringan sehingga junlah responden setelah diberikan perlakuan menjadi bertambah.Pada nyeri sedang dan berat terjadi penurunan jumlah responden.Pada nyeri sedang dari 7 responden (17.5%) menjadi 5 (12,5%) responden yang mengalami nyeri sedang setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam. Begitu pula dengan nyeri berat dari 10 responden (25%) menurun menjadi 7 responden (17,5%) setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Potter dan Perry (2005) bahwa nyeri merupakan pengalaman yang menyeluruh dirasakan oleh semua manusia dan bersifat subjektif, sehingga nilainya dapat berbeda-beda dari satu orang dengan orang lain serta bervariasi dirasakan oleh orang dari waktu ke waktu. Tehnik relaksasi merupakan tindakan keperawatan dalam mengurangi nyeri dengan cara merelakskan ketegangan otot. Pernyataan ini sesuai dengan Smeltzer & Bare (2002) mendefinisikan bahwa Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tehnik Relaksasi juga merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Mekanisme metode relaksasi pernapasan terhadap perubahan nyeri adalah menurunkan intensitas nyeri melalui tiga mekanisme merelaksasikan otot skelet yang mengalami spasme akibat perusakan jaringan. Relaksasi otot skelet meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami perusakan sehingga nyeri yang dialami berkurang. Metode relaksasi pernapasan dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opiodendogen yaitu endorgen dan enkefalin. ( Suddarth., Brunner. 2001). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ni Putu Ani Priyani (2009) dengan variabel yang sama berjudul ‘’Pengaruh PemberianTeknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri diPanti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta’’, dari 30 orang remaja putri yang mengalami nyeridismenore terdapat sebanyak 3 orang (10%) dari 30 orang tidak mengalami nyeri dismenore,nyeri ringan 19 orang (63%) dari 30 orang, nyeri sedang 6 orang (20%) dari 30 orang, dan nyeriberat 2 orang (7%) dari 30 orang. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikanpemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Van Koutententang efek strategi manajemen nyeri non farmakologis menggunakan teknik relaksasi pada klien post operasi coronary artery by pass graft. Hasilnya ditemukan bahwa pada kelompok yang mendapatkan terapi farmakologis yang dikombinasikan dengan terapi non farmakologis teknik relaksasi menunjukan penurunan nyeri yang lebih banyak dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan terapi farmakologis. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri yang dirasakan pasien Ca Mammae.Apabila hasil penelitian ini dikombinasikan dengan teori yang ada serta hasil penelitian terdahulu mempunyai keseragaman.Teori menyatakan bahwa metode relaksasi pernapasan menurunkan intensitas nyeri. Begitu pula dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ni Putu Ani Priyani sejalan dengan hasil penelitian ini yang sama-sama menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh antara teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri. 2. Pengaruh penggunaan tindakan distraksi terhadap perubahan sensasi nyeri Ca Mammae. Berdasarkan analisa dengan menggunakan uji T-test sample paired diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan distraksi dan sesudah penggunaan tindakan distraksi yang berarti ada pengaruh positif. Hal ini ditandai dengan diperolehnya hasilt hitung sebesar 9,200, sedangkan t tabel berdasarkan df= 19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena t hitung > t tabel (9,200>2.093) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.000<0.05) Tabel 8.memperlihatkan bahwa sensasi nyeri yang dialami responden bervariasi. Pada tingkatan nyeri ringan, sebelum dilakukan teknik distraksi terdapat 5 responden (12.5%) yang mengalami nyeri ringan tetapi setelah dilakukan teknik distraksi bertambah menjadi 14 responden (35%) yang mengalami nyeri ringan. Peningkatan ini disebabkan karena responden yang mengalami nyeri sedang dan berat mengalami penurunan nyeri ke nyeri ringan sehingga junlah responden setelah diberikan perlakuan menjadi bertambah.Pada nyeri sedang dan berat terjadi penurunan jumlah responden.Pada nyeri sedang dari 10 responden (25%) menjadi 5 (15%) responden yang mengalami nyeri sedang setelah melakukan distraksi. Begitu pula dengan nyeri berat dari 5 responden (12,5%) menurun menjadi tidak da lagi responden yang mengalami nyeri berat setelah melakukan teknik distraksi. Tamsuri (2007) menjelaskan mekanisme teknik distraksi sehingga menurunkan nyeri yang menjabarkan bahwa tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya inpuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien).Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang
peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan pertipasi aktif individu, banyak modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri. Di sebuah studi lainnya, Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun Masehi, dan ini dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat penenang pun turun dratis hingga 50%. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyeri nya berkurang (Salampessy, 2004) Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Jihan Rabial tahun 2010 yang berjudul “Efektivitas terapi prilaku kognitif relaksasi dan distraksi pada pasien kanker dengan nyeri kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”, memiliki kesimpulan bahwa terapi relaksasi dan distraksi sama – sama efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien kanker dan tidak ada perbedaan keefektifan antara kedua terapi tersebut. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik distraksi terhadap penurunan nyeri yang dirasakan pasien Ca Mammae.Apabila hasil penelitian ini dikombinasikan dengan teori yang ada serta hasil penelitian terdahulu mempunyai keseragaman.Teori menyatakan bahwa teknik distraksi dapat mengatasi nyeri.Begitu pula dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jihan Rabial menyimpulkan bahwa teknik distraksi efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien kanker. Jadi tidak terdapat adanya kesenjangan antara hasil penelitian ini dengan teori dan hasil penelitian terdahulu. 3. Pengaruh penggunaan tindakan gate kontrol terhadap perubahan sensasi nyeri Ca Mammae. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat individualis. Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik dengan nyeri merupakan gejala yang
umum. Salah satu ketakutan paling dini dirasakan setiap klien yang didiagnosis suatu penyakit ialah kekawatiran nyeri yang akan mereka rasakan. Berdasarkan analisa dengan menggunakan uji T-test sample paired diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sensasi nyeri yang dirasakan responden sebelum penggunaan tindakan gate kontrol dan sesudah penggunaan tindakan gate kontrol yang berarti ada pengaruh positif. Hal ini ditandai dengan diperolehnya hasilthitung sebesar 2.990, sedangkan t tabel berdasarkan df= 19 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 2.093 dan nilai signifikansi sebesar 0.008. Oleh karena t hitung > t tabel (2,990>2.093) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.008<0.05) Tabel 9.memperlihatkan bahwa nyeri yang dirasakan responden menetap pada kategori nyeri ringan dimana sebelum dilakukan gate control terdapat 12 responden (30%) yang mengalami nyeri ringan dan begitu pula setelah dilakukan gate control. Pada nyeri sedang sebelum dilakukan gate control terdapat 5 responden (12.5%) yang mengalami nyeri sedang tetapi setelah dilakukan teknik distraksi bertambah menjadi 8 responden (20%) yang mengalami nyeri sdang. Terjadi pula penurunan jumlah responden yang mengalami sensasi nyeri berat sebelum dilakukan gate kontrol terdapat 3 responden (7,5%) tetapi setelah dilakukan gate kontrol tidak terdapat lagi responden yang mengalami nyeri berat. Teori Gate Control yang dikembangkan oleh Melzack dan Wall (1965) dalam Eva Maria, 2008 menjelaskan mekanisme gate control terhadap penurunan nyeri yang menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Mekanisme pertahanan ini dapat ditemukan di sel-sel gelatinosa substansia didalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, talamus dan sistem limbik. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta A, mekanoreseptor yang lebih cepat akan melepaskan neurotransmiter penghambat untuk menutup pertahanan. Dengan demikian adanya efek panas yang dominan dalam waktu yang cukup lama dapat menstimulasi mekanoreseptor sehingga dapat dilepaskan neurotransmiter yang menghambat terbukanya gerbang pertahanan di sel-sel gelatinosa substansia
dalam medulla spinalis sehingga impuls tidak ditransmisikan ke pusat otak yang lebih tinggi bahkan ke korteks serebri untuk dipersepsikan. William Ganong (1978) dalam Jihan Rabial, 2010 menjelaskan bahwa nyeri yang terjadi pada seseorang akibat adanya rangsang tertentu seperti tindakan operasi, dapat diblok ketika terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan stimulus pada serabut yang mengirimkan sensasi tidak nyeri diblok pada sirkuit gerbang penghambat. Pemblokan ini dapat dilakukan melalui mengalihkan perhatian ataupun dengan tindakan relaksasi. Namun demikian tindakan relaksasi hanya akan efektif untuk menurunkan nyeri skala sedang dan nyeri ringan. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joni Haryanto, Kusnoto, Ari Sumarno (2003) mengenai efek teknik gate kontrol pada klien dengan nyeri akibat penyakit glaukoma dimana diperoleh hasil penurunan skala nyeri yang sangat signifikan dimana α = 0,001( p<0,05). Peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara gate control terhadap penurunan nyeri yang dirasakan pasien Ca Mammae.Apabila hasil penelitian ini dikombinasikan dengan teori yang ada serta hasil penelitian terdahulu mempunyai keseragaman.Teori yang dikembangkan oleh Melzack dan Wall menyatakan mekanisme gate kontrolsehingga dapat mengatasi nyeri.Begitu pula dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Joni Haryanto, Kusnoto, Ari Sumarno menyimpulkan mengenai efek teknik gate control yang dapat menurunkan nyeri secara signifikan. Jadi tidak terdapat adanya kesenjangan antara hasil penelitian ini dengan teori dan hasil penelitian terdahulu. 4. Teknik non farmakologi yang dominan pengaruhnya terhadap penurunan nyeri. Tindakan yang dominan pengaruhnya dapat dilihat berdasarkan hasil uji paired sample T-test yang menunjukkan nilai mean penurunan sensasi nyeri dari penggunaan teknik relaksasi napas dalam sebesar 1600. Mean penurunan sensasi nyeri dari penggunaan teknik distraksi sebesar 1050. Sedangkan mean penurunan sensasi nyeri dari penggunaan teknik gate kontrol sebesar
0.400. Dari nilai mean tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik relaksasi napas dalam lebih dominan pengaruhnya terhadap penurunan sensasi nyeri. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Ada pengaruh antara penggunaan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. 2. Ada pengaruh antara penggunaan teknik distraksi terhadap penurunan sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. 3. Ada pengaruh antara penggunaan teknik gate control terhadap penurunan sensasi nyeri Ca Mammae di RSUD Labuang Baji Makassar. SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dalam penekanan materi terutama sebagai terapi modalitas dunia pendidikan keperawatan. 2. Bagi Praktek Keperawatan Peran perawat sebagai frontlinersdalam pemberian pelayanan keperawatan saat ini perlu disandingkan dengan aplikasi perkembangan ilmu keperawatan Indonesia sehingga nursing care khususnya tindakan relaksasi napas dalam, distraksidan gate kontrol dapat membudaya dalam pembangunan kesehatan Indonesia. Perawat diharapkan dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi pasien Ca. Mammae demi membantu menurunkan nyeri yang dirasakan pasien tersebut. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi modalitas dalam perubahan sensai nyeri dengan sampel yang lebih banyak. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dengan topik dan ruang lingkup yang sama dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Bambang.2010.kejadian kanker payudara masih tertinggi.http//www.Antaranews.com.berita.
Baradero.M..et al. 2008. Seri AsuhanKeperawatanKlienkanker.Bukukedokteran EGC. Jakarta Brunner &suddart. 2002. KeperawatanMedikalBedah, Vol 1& 2, Edisi 8. BukuKedokteran EGC, Jakarta Dinkes Sulawesi selatan. 2010. Insidencapayudara. (www.depkes.com). Djausi.S.et al. 2003.PerawatanPaliatif Dan BebasNyeriPadaPenyakitkanker.PelitaMandiri Indonesia. Jakarta Doenges. M. et al. 2000. RencanaAsuhanKeperawatan, Edisi 3. Bukukedokteran, EGC. Jakarta Eva Maria, 2008. Pengaruh Tehnik Distraksi (Mendengarkan Musik) Terhadap Penurunan Nyeri Saat Menstruasi Hari Ke-1 Pada Mahasiswa Psik Umy. Skripsi : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta George, D. 2008. Atlas of human functional anatomy edition.(www.enclopedia britannica.com). Jakarta Harnawati .2008. askepcamammae. (www.harnawati.com). Jakarta Haryanto, Joni dkk. 2003. Efek Teknik Relaksasi Progresif pada Klien Dengan nyeri Akibat Penyakit Glaukoma. http://www.journal.unair.ac.id Jihan Rabial (2010) , “Efektivitas terapi prilaku kognitif relaksasi dan distraksi pada pasien kanker dengan nyeri kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Thesis : Universitas Sumatera Utara. Kristeana.A. 2006. Efektivitas teknik relaksasi dengan teknik distraksi dalam mengontrol nyeri pada pasien post operasi laparatomi. (www.anita kristeana.com).malang Mansjoer. 2008. KapitaSelektaKedokteran. Jilid II. Edisi 3.Media Aesculapius. Jakarta Ni Putu Ani Priyani (2009) ‘’Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri di Panti Asuhan Yatim Putri Islam Yogyakarta’’ Skripsi : Fakultas Keperawatan Andalas Padang Notoatmojo,S. 2002. MetodologiPenelitianKesehatan. RinekaCipta. Jakarta. Nursalam. 2011. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta Prasetyo, S.N, 2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Price.A& Lorraine. M. 2006. Patofisiologi, konsepklinis proses- proses penyakit. Edisi 6, Vol 2. BukuKedokteran EGC. Jakarta Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing. 6th Edition. USA : Mosby Year Book Potter, Patricia A. 2005.Buku ajar Fundamental :Konsep, proses danpraktek. Edisi4 .Bukukedokteran, EGC. Jakarta Riva’I, A. 2009.Nursing research. A. Qualitative perspective. (www.ahmad.com). Schott, J., Priest, J. (2008). Kelas Antenatal, Jakarta : EGC. Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta Smeltzer & Bare (2002). Brunner & Suddarth textbook of medical surgical nursing. (8th Ed.). Philadelphia: Lippincott – raven publisher Suddarth., Brunner, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung TamsuriAnas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. BukuKedokteran, EGC. Jakarta Risbar,2008 gate control ca mammae ( www.risbar.com). surabaya Van Kouten, M.E. (1999). Nonpharmacologis pain management for postoperative coronary artery by pass surgery patients. The Journal of nursing scholarship 152 (31) : 127.