MAKALAH LAVEMENT
Di susun oleh : Achmad Budi Rahardjo (07.002)
PRODI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA 2009-2010
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
keperawatan Medikal Bedah dengan masalah Lavement Kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa terbuka luas demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
Surabaya, 08 Nopember 2009
Penyusun
Devinisi Lavement adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus. Enema dapat ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya dapat buang air besar, membersihkan kolon untuk persiapan pemeriksaan operasi, serta memberikan sensasi berbeda dalam teknik berhubungan. Tujuan Lavement dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung; namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan medis berkembang dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis, penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya. Manfaat • Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama terletak pada cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral sedangkan enema diberikan langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema hingga ambang batas daya tampung rongga kolon diberikan, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau di toilet. , larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrilit dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
• Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat. • Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ pencernaan, menghilangkan iritable bowel syndrome menggunakan cayenne pepper untuk squelch iritasi pada kolon dan rectum dan untuk tujuan hidrasi. • Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan untuk mengobati peradangan usus besar. • Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi barium sulphat , pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi berupa konstipasi akibat pemberian barium sulphat. Hal-hal yang perlu diperhatikan Penggunaan enema yang tidak benar dapat menyebabkan tergangguanya keseimbangan elektrolit tubuh (pemberian enema berulang) atau perlukaan pada jaringan kolon atau rektum hingga terjadinya perdarahan bagian dalam. Perlukaan ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi, perdarahan dalam kolon terkadang tidak nampak secara nyata tetapi dapat diketahui melalui perubahan warna feces menjadi merah atau kehitaman. Jika terdapat tanda ini maka diperlukan tindakan medis dengan segera.
Prosedur Pemberian Lavement Persiapan pasien a.
Mengucapkan salam terapeutik
b.
Memperkenalkan diri
c.
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
d.
Prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
e.
Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
f.
Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
g.
Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
h.
Menjaga privasi klien.
i.
Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
j.
Pasien disiapkan dalam posisi yang sesuai
Peralatan 1. Disposible enema set 2. 1 set enema berisi a. wadah untuk tempat larutan b. pipa untuk menghubungkan wadah ke rectal tube c. klem untuk menjepit pipa, untuk mengontrol aliran larutan ke pasien d. rectal tube dengan ukuran yang tepat e. pelumas yang digunakan untuk rectal tube sebelum dimasukkan
f. termometer untuk mengukur suhu larutan g. sabun / garam. h. sejumlah larutan yang dibutuhkan dengan suhu yang tepat. Larutan ditempatkan di wadahnya, diperiksa suhunya, kemudian menambahkan sabun / garam. 3. selimut mandi untuk menutupi klien 4. perlak agar tempat tidur tidak basah 5. bedpan.
Intervensi 1.
Tutup pintu/pasang sampiran (screen). Rasional: memberikan privasi pada klien.
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Rasional: pencegahan terjadinya transmisi bakteri.
3.
Kaji kondisi anal dan deformitas. Rasional: pengkajian merupakan tahap awal setiap prosedur yang akan memberikan informasi suatu tindakan dapat dilaksanakan atau tidak.
4.
Jelaskan prosedur kepada klien bahwa ia mungkin akan merasakan gembung ketika larutan dimasukkan. Rasional: memberikan informasi dapat meningkatkan kesiapan dan kerjasama pasien selama proses tindakan enema berlangsung.
5.
Bantu klien orang dewasa atau usia toddle untuk mengambil posisi lateral kiri, dengan kali kanan fleksi dan beri selimut mandi. Rasional: posisi ini memudahkan aliran larutan sesuai dengan gravitasi ke dalam sigmoid dan kolon descenden yang berada pada sisi kiri. Kaki kanan fleksi agar anus lebih tampak.
6.
Letakkan perlak di bawah bokong klien agar sprey tidak basah. Rasional: merupakan tindakan preventif untuk menjaga kebersihan tempat tidur.
7.
Beri pelumas pada rectal tube 5cm jika untuk orang dewasa. Untuk anak-anak beberapa enema yang dijual sudah mempunyai tube yang sudah dilumasi. Rasional: pelumas memudahkan masuknya tube melalui spinkter ani dan meminimalisir trauma.
8.
Buka klem lewatkan beberapa larutan melalui pipa penghubung dan rectal tube, kemudian tutup klem. Rasional: pipa diisi dengan larutan untuk mengeluarkan udara di dalamnya. Udara yang masukke dalam rektum menyebabkan peregangan yang tidak perlu.
9.
Masukkan rectal tube dengan lembut dan perlahan ke dalam rektum, tujukan ke unbilikus. Masukkan tube dengan jarak yang tepat. Rasional: pemasukan pipa k eumbilikus memandu opipa di sepanjang rektum. Rectal tube dimasukkan melewati spinkter internal
10. Jika terjadi tahanan di spinkter internal, suruh klien untuk bernapas dalam dan lewatkan sedikit larutan melalui pipa. Jika tahanan berlangsung lama, tarik pipa dan laporkan pada perawat yang bertanggung jawab Rasional: bernapas dalam dan memasukkan sedikit larutan bisa membuat spinkter rileks. 11. Jika tidak ada tahanan, buka klem dan angkat wadah larutan ke atas rektum pada ketinggian yang tepat ; 30-45cm untuk dewasa dan 7,5 untuk bayi Rasional: pada ketinggian ini, larutan tidak mendesak tekanan yang cukup untuk mengganti kerusakan lapisan pada rektum 11. Masukkan cairan dengan perlahan. Jika klien mengeluh merasa gembung atau nyeri, gunakan klem untuk menghentikan aliran selama 30 detik, kaji warna kulit, keringat, dyspnoe. Jika tidak dijupai kelainan buka kembali alirannya dengan kecepatan yang rendah.
Rasional: memasukkan cairan dengan perlahan dan menghentikan aliran untuk sementara menurunkan kemungkinan spasme intestinal dan pengeluaran yang dini pada larutan. 13. Setelah semua larutan dimasukkan atau ketika klien tidak bisa menerima lagi dan ingin b.a.b, tutup klem dan keluarkan rectal tube dari anus Rasional: keinginan untuk b.a.b biasanya mengindikasikan bahwa cairan yang masuk sudah cukup 14. Gunakan tekanan yang tetap pada anus dengan tissu atau tekan bokong untuk membantu menahan enema. Biarkan klien dalam posisi berbaring. Rasional: beberapa enema lebih efektif jika ditahan 5-10 menit. Waktunya tergantung pada jenis enema. Klien lebih mudah menahannya pada posisi berbaring daripada ketika duduk atau berdiri, karena gravitasi membantu pengaliran peristaltik. 15. Bantu klien untuk duduk pada bedpan atau toilet. Jika spesimen feses dibutuhkan anjurkan klien menggunakan bedpan Rasional: posisi duduk lebih dianjurkan karen amembantu proses defekasi 16. Suruh klien agar tidak menyiram toilet jika ia selesai menggunakannya. Rasional: untuk mengevaluasi output/keberhasilan tindakan enema 17. Catat pemasukan dan pengeluaran enema; jumlah, warna, konsistensi, pengeluaran flatus dan perenggangan abdomen. Rasional: Pencatatan merupakan aspek legal sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.
DAFTAR PUSTAKA
http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?page_id=18 http://amazing-care.blogspot.com/2008_07_01_archive.html