Budaya Sebagai Sarana Kemajuan Dan Sebagai Ancaman Bagi Manusia

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Budaya Sebagai Sarana Kemajuan Dan Sebagai Ancaman Bagi Manusia as PDF for free.

More details

  • Words: 1,817
  • Pages: 10
BUDAYA YANG MENDORONG KEMAJUAN DAM YANG MENYEBABKAN KEMISKINAN A. BUDAYA SEBAGAI SARANA KEMAJUAN DAN SEBAGAI ANCAMAN BAGI MANUSIA Pada abad ke-19 Filsuf Hegel membahas budaya budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya manusia tak menerima begitu saja apa yang disediakan oleh alam, tetapi ia harus mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan berbuat demikian, akan terjadi jurang antara manusia dengan dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keterlepasan dan keterasingan yang menyebabkan terjadinya ketegagangan yang terus-menerus. Van Peursen berusaha menjelaskan hal yang tampak serba bertentangan itu. Ia berkata “ Dengan mengembangkan alam, manusia memasukkan alam ke dalam dirinya sendiri. Hal ini hanyalah dimungkinkan apabila ia sadar bahwa dirinya berada diluar alam. Karena manusia tidak secara otomatis menyatukan dirinya dengan alam (tetapi) melalui berbagai sarana), ia pun berbudaya. Dengan demikian, manusia mampu mmbuat ketegangan dengan alam dari ketegangan itu meletup api budaya. Budaya memasukkan dunia ke dalam wilayah manusia, lalu menyebabkan dunia menjadi manusiawi. Akibatnya, manusia mengelolah tanah, membangun rumah dan kuil, mempelajari gerakan bintang dan edaran musim. Singkatnya dunia menjadi halaman gerak manusia. Semua mendorong manusia untuk membuat jarak dengan alam berarti menjablok alam dalam diri manusia.

Dalam pengalaman sejarah umat manusia, dikenal pula dengan gejala-gejala kelelahan budaya. Manusia mendambakan kehidupan bangsa primitif yang penuh dengan ritus, adat dan hiasan. Manusia mulai jemu dengan budaya yang serba melelahkan dan ingin nikmat secara alami. Sekalipun primitive pun juga memiliki budaya, hal ini tak begitu rumit dan melelahkan manusia. Kadang-kadang orang mengira bahwa semakin maju budaya semakin banyak dosa yang diperbuat. Sebaliknya semakin primitif budaya itu, semakin suci. Rousseau mengajak manusia kembali pada alam (1750). Karena alam merupakan sesuatu yang ideal yang semakin didekati dan dicapai oleh manusia. Dalam dunia moderen, bermunculan kecendrungan manusia (misalnya, kaum hippies dan kaum al Rendra) untuk melarikan diri dari budayanya dan kembali ke alam. Sehubungan itu, Klages (1930) menulis, budaya merupakan bahaya bagi manusia sendiri. Peradaban, pabrik berasab, udara yang penuh bunyi, kota yang kotor, hutan yang semakin gundul, kediktatoran akal, dan budi tamak merupakan akibat dari budaya menurut Klages, budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah, mematikan. Kekuasaan budaya dapat dilihat dimana-mana. Klages juga menyimpulkan bahwa manusia memang tak dapat hidup tanpa budaya yang membuat ancaman bagi dirinya sendiri itu. Berfikir untuk mengerti dan mengamati tak dapat dilepaskaskan dari diri, sedangkan hidup secara alami yang penuh berbagai jenis mistik hanya dapat diperoleh diluar bidang keberadaannya sebagai manusia. Apa yang dikatakan oleh Klages oleh beberapa filosof lain memang ada benarnya juga. Dalam budaya kadang termuat kuasa-kuasa yang menganjam dan mampu menyeret manusia kedalam jurang kerusakan. Sehubungan dengan itu, Frued dalam brosurnya

berjudul Das Unbehagen in derkultur ( derita dalam budaya) menjelaskan bahwa budaya dapat bersifat neurotis. Dalam brosurnya yang lain, Die Zukunft einer Illussion (masa depan suatu ilusi) ia menerangkan bahwa sumber budaya terdiri atas nafsu birahi (eros) dan kedaruratan atau situasi kepepet. Yang pertama mendorongnya untuk bekerja. Freud menunjukkan bahwa segala usaha budaya manusia itu merugikan, karena menurut pandangannya yang vitalitas itu manusia adalah homo natura yang sudah selayaknya mencari kebahagiannya di dalam alam dunia dan berharap akan bertemu dengan Tuhan. Budaya Membutuhkan Etika Menurut Carvin, di dalam alam maupun budaya tersembunyilah bahaya, dalam menelaah alam dan budaya, manusia menemukan unsur dosa melihat di dalamnya. Sambil hidup di dalam budaya manusia pun mengambil jarak dari budaya tersebut. Inilah yang dalam bahasa Jerman disebut innerweltliche askese (bertapa dalam dunia). Dengan demikian, seorang Calvinis mengenal dan menjalani askese, tak menarik di alam dunia. Calvin sendiri masih mengakui bahwa seni itu penting bagi kehidupan manusia, tetapi penangananya harus dilakukan dengan cara sederhana saja. Sehubungan dengan itu Hoenderdaal menyimpulkan bahwa budaya itu bagaimanapun merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik sebagai hal yang berharga sehingga harus dikerjakan, maupun sebagai yang tak berharga sehingga harus dijauhi. Budaya harus kita dekati tetapi jika kita gegabah memandangnya, hal itu akan mengancam kelestarian kita sendiri. Budaya di samping membawa kemuliaan, juga membawa laknat.

Budaya manusia dapat menaklukkan alam, tetapi budaya juga dapat merusak alam. Alam dan budaya meruyapakan dua kutub yang saling memerlukan dan memberi ruang kehidupan bagi manusia. Budaya yang meluas dan meningkat seperti halnya yang terdapat pada ilmu cenderung membahayakan manusia sendiri yang menciptakannya. Ekspansi yang hebat dari teknik menghasilkan imprealisme teknik mengancam budaya susila. Contohnya, perkakas yang semula merupakan perpanjangan tangan manusia, kemudian meyebabkan munusia malah cenderung menjadi perpanjangan perkakasnya, sehingga budaya dengan itu mengancam manusia. Hoenderdaal menunjukkan bahwa dimasa sekarang kita dapat menghayati dua jenis ketidakmanusiawian itu sekaligus. Seorang manusia dengan tata kerja robot dapat sekaligus hidup secara teknik dan etis pula. Untuk berkembangannya ruang hidup yang manusiawi, tak dapat ditempuh jalan yang mengagumkan budayawi saja ataupun yang dialami saja. Kedua-duanya harus ditempuh bersama, yakni alam dan budaya dimana budaya itu sendiri tak boleh ditumbuhkan dengan teknik, tetapi harus dihayati dalam cakupan ilmu, etika dan seni. Sehubungan dengan itu, filosof Perancis Albert Schweizer pernah mengatakan bahwa pengembangan budaya tanpa etika pasti membawa kehancuran. Oleh sebab itu dianjurkan agar kita memperjuangkan mati-matian unsur etika dalam mendasari budaya. B. PRODUKTIVITAS Kemajuan teknologi merupakan salah satu sisi untuk meningkatkan produktivitas, sisi lain adalah menambahkan modal dan tenaga kerja. Tambahan satu unit modal atau tenaga kerja akan menambahkan kuantitas output produksi. Artinya bila sejumlah modal

atau tenaga kerja dilibatkan dalam proses suatau produksi, akan dihasilkan tambahan hasil produksi sejumlah tertentu. Semakin banyak tenaga kerja yang dipergunakan, semakin meningkatkan pola produksi. Hanya saja apabila penggunaan tenaga kerja telah mencapai puncaknya, dalam arti penambahan tenaga kerja sudah tidak efektif lagi; (walaupun ada tambahan tenaga kerja tetapi tidak mempengaruhi terhadap tambahan produksi), diperlukan penambahan modal. Begitu pula sebaliknya sejumlah modal hanya dikerjakan olehtenaga kerja dibawah batas yang diperlukan, sehingga modal itu belum berproduksi sesuai denmgan kapasitasnya. Jadi ada keterkaitan antara modal dan tenaga kerja sebagai factor-faktor produksi. Pemanfaatan tenaga kerja disini bukan sekedar dilihat dari segi kuamtitasnya, tetapi harus dilihat dari segi kualitasnya. Keahlian atau keterampilan tenaga kerja dalam memainkan barang modal untuk menghasilkan produk dapat menentukan output produksi. Untuk memperoleh produktivitas yang optimal dipergunakan penggunaan factor-faktor pruduksi (modal, sumber daya manusia, dan alam) secara optimal pula tanpa mengabaikan pertimbangan antara factor produksi itu. Apabila tidak dipergunakan sesuai dengan kapasitasnya, modal akan mengurangi keuntungan karena modal mengalami penyusutan. Begitu juga sumber daya manusia apabila tidak dipergunakan pun akan menimbulkan masalah-masalah sosial, disamping juga upah-aset yang tidak produktif. Produktivitas dapat dicapai apabila tiap factor produksi dapat berproduksi sesuai dengan kapasitasnya.

Untuk menaikkan produktifitas barang modal adalah dengan mempergunakan teknologi modern, dan untuk meningkatkan produktifitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan, latihan serta ahli teknologi. Banyak sekali sumber daya manusia yang tidak produktif hanya karena mereka tidak tau apa yang harus dikerjakan. Untuk itu pendidikan dan latihan yang berpotensi pada perwujudannya manusia mandiri sangat diperlukan. C. KEMISKINAN kemiskinan sering diidentifikasikan dengan kekurangan, terutama kekurangan bahan pokok seperti pangan, kesehatan, sandang, papan, dan sebagainya. Dengan perkataan lain kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga ia mengalami perasaan, kesengsaraan, atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya (Siswanto, 1988). Kemiskinan bagaikan menyakit yang diberantas. Namun upaya memberantas tidak selalu membawa hasil karena masalah memang kompleks. Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya. Kemiskinan timbul dari berbagai factor yang setiap faktornya memerlukan penangan khusus. 1. Terbatasnya Sumber Daya Alam Sumber daya alam pada hakikinya adalah karunia Tuhan. Sumber daya alam adalah sebua benda yang merupakan hadiah alam, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun yang tersimpan di dalamnya untuk dipergunakan dalam proses produksi. (Soelistijo, 1984).

Sumber daya alam bukannlah pilihan atau buatan manusia tetapi sudah tersedia di bumi dan manusia dapat mengambil manfaat darinya. Tanah yang subur atau kaya bahan tambangnya, misalnya bukanlah dibuat atas kehendak manusia. Kalau sumber daya alam itu buatan seseorang atu bangsa, tentu Negara yang miskin akan berusaha membuatnya. Sumber daya alam adalah sesuatu ukuran kekayaan suatu bangsa atau Negara walaupun begitu bukan berarti bahwa bangsa atau Negara yang menyimpan banyak sumber daya ala makan menjadi makmur. Tentu tidak, hal ini masih memerlukan pengolahan yang baik. Pengolahan yang kurang baik, selain tidak memberikan manfaat yang optimal, juga tidak dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Sumber daya ala mini, ada yang dapat diperbaharuhi seperti hutan yang berupa flora dan faunanya, dan sumber daya alam yang tidak dapat dipengaruhi seperti minyak bumi, emas, nikel, baja dan sebgainya, sehingga untuk kelestarian sumber daya ala mini perlu adanaya konversasi dan aturan untuk mengelolah sumber daya alam ini. Pengolahan

yang

baik

akan

memberikan

kemakmuran,

sedangkan

kemakmuran merupakan ukuran tingkat kesejahteraan suatu bangsa. 2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia Bahwa sumber daya alam tidak dengan sendirinya menjadi sadiaan yang langsung bermanfaat untuk menutupi kebutuhan hidup manusia. Tentu manusia dalam ini sebagai subjeknya harus mampu mengelolanya. Sumber daya alam yang tidak pernah di jamah oleh manusia. Selamanya tidak akan memberi manfaat. Kelangkaan

sumber daya manusia ini pada suatu daera atau negara menyebabkan sumber daya alamnya tidak dapat di kelolah dengan sempurna. Di daerah atau negara yang sumber daya manusianya yang sedikit walaupun kaya sumber daya alam, ia tetap tidak menikmati sumber daya alam itu. Sebagai contoh, daerah luar jawa yang tanahnya subur dan kaya sumber daya alam, tidak dapat memberikanmanfaat yang optimal karena belum di kelolah dengan baik. Untuk mengelolah sumber daya alam itu.di perlukan tenaga manusia maka dengan transmigrasi sumber daya alam itu dapat di kelolah dan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. 3. Terbatasnya Barang Modal Terbatasnya barang modal menyebabkan suatu bangsa tidak dapat berbuat banyak. Kalaupun suatu negara cukup kaya sumber daya alam dan cukup tersedia sumber daya manusia, tetapi tidak mempunyai modal kekayaan itu belum bisa diambil manfaatnya arena barang modal merupakan alat untuk mengolah kekayaan yang dimiliki. 4. Rendahnya Produktivitas Kemiskinan suatu negara dapat disebabkan oleh rendahnya produktivitas sumber daya manusia dan barang modal sumber daya manusia yang dimiliknya tidak mampu banyak berbuat untuk mengejar ketinggalannya dari negara maju, karena memang prokduvitasnya sangat rendah. Bagi negara yang prokdutivitas dan sumber daya manusia dan barang modalnya sangat rendah, tentu sulit untuk memnuhi kebutuhan-kebutuhan rakyatnya,sehingga ia sekarang berada dalam kekurangan. Agar sumber daya alam itu tidak musnah seperti bahan tambang yang tidak diperbaharui,

penggunaanya diatur pada batas-batas tertentu agar tidak habis dalam waktu yang relatif singkat.

Binatang atau tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langkah diupayakan untuk dikoncervasikan dicagar alam atau suaka alam. Upaya ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memelihara kelestarian, spesies dan gen yang pada masa yang akan datang sangat diperlukan. Disamping itu dengan kemajuan bioteknologi tumbuh-tumbuhan maupun binatang diharapkan dapat menyumbangkan gen-gennya bagi keperluan rekayasa genetika. Dari gen tersebut, diupayakan pengembangan sumber daya alam yang lebih unggul dibandingkan induknya baik melalui pengembangan dari jenis yang sama maupun dengan cara silang ( pengembangan gen dari jenis berbeda). 5. Rendahnya Pendidikan Sering kali kesejahteraan suatu bangsa diukur dengan tingkat pendidikan rakyatnya. Di Negara maju tingkat pendidikan rakyatnya cukup tinggi sebaiknya di negara miskin tingkat pendidikan rakyatnya sangat rendah. Itulah sebabnya sumber daya manusianya tidak mempunyai keahlian atau keterampilanya yang cukup berperan dalam pembangunan bangsanya. Usaha untuk meningkatkan keterampilan dan kecakapan rakyatnya terbentur dengan belum tersedianya sarana dan dana. Sebaliknya, kalau tidak diusahakan peningkatan keterampilan atau kecakapan rajkyatnya melalui pendidikan, tidak akan pernah tersedia tenaga-tenaga terampil dan kemampuan utnuk menggerakkan bangsa dan negaranya.

Related Documents