Pendidikan Sebagai Dasar Kemajuan Bangsa Sebagai propinsi yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, sudah sepantasnya pendidikan menjadi perhatian tersendiri pemerintah daerah. Pendidikan menjadi syarat utama dalam mencerdaskan masyarakat, terutama generasi penerus. Tanpa pendidikan yang baik, maka sangat mustahil penduduk di Kalimantan Tengah dapat mengolah hasil buminya sendiri. Kondisi pendidikan di Kalimantan Tengah saat ini masih memperihatinkan. Ratusan siswa Sekolah Dasar di Desa Pelantaran Bawah, Cempaga Hulu, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, masih melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara bergantian akibat minimnya ruang kelas di sekolah itu. Di sekolah tersebut terdapat murid dari kelas 1-6 dengan jumlah murid rata-rata antara 15-20 anak per kelas. Dengan hanya satu ruangan kelas, kegiatan belajar mengajar terpaksa dilaksanakan bergiliran. Permasalahan lain adalah jumlah sekolah yang juga masih kurang. Selama ini, murid-murid lulusan dari tujuh SD yang berada di tiga desa dalam Kecamatan Mentaya Hilir Utara banyak yang kesulitan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena tidak adanya SMP terdekat. Oleh karena saya menyarankan kepada pemerintah daerah untuk menganggarkan 20 % dari APBDnya untuk pendidikan, guna membangun sekolah baru dan perbaikan mutu pendidikan. Kualitas guru pun juga menjadi perhatian, dimana diperlukan standar pendidikan bagi para guru sebelum ia mengajar. Hal ini diharapkan kedepannya dapat memberikan kualitas pengajaran yang maksimal dan memadai. Tentunya hal ini perlu didukung oleh pendapatan guru yang seimbang sehingga kesejahteraan guru pun dapat sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang biasanya menjadi kendala dari para pengajar atau guru dalam melakukan tugasnya, karena pendapatan yang tidak sesuai dengan biaya hidup. Oleh karena itu anggaran 20 % untuk pendidikan mutlak dilakukan saat ini dan seterusnya, guna menciptakan generasi penerus di Kalimantan Tengah yang mampu untuk maju dan dapat mengolah sumber daya alamnya sendiri.
Pendidikan pada hakikatnya tidak hanya sekedar transformasi keilmuan, tapi lebih luas lagi untuk menanamkan nilai – nilai moral atau akhlak mulia. Akibat ketidakmampuan pengajar menanamkan nilai – nilai moral tersebut, maka banyak siswa di semua tingkatan pendidikan melakukan tindakan amoral, yang justru merusak masyarakat. Kendala lain adalah kurangnya dedikasi dan rendahnya disiplin para guru. Salah satu penyebabnya ialah rendahnya kesejahteraan para pengajar. Untuk mewujudkan tenaga pengajar yang berdedikasi tinggi, berkualitas dan profesional, maka sudah sewajarnya kalau kesejahteraan mereka ditingkatkan dan selalu diadakan penataran serta pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Dengan upaya – upaya tersebut, maka anggaran pendidikan 20 % bukan hanya sekedar angan - angan demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang lebih murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain masalah dedikasi dan kesejahteraan pengajar, perangkat fisik dan sarana pendidikan juga kurang memadai. Gedung sekolah, terutama SD, banyak yang sudah mau ambruk, tidak adanya perpustakaan yang lengkap, tidak tersedianya laboratorium
yang memadai dan lain – lain. Hal tersebut menyebabkan mutu pendidikan yang rendah. Hal ini disesbabkan sangat minimnya biaya pendidikan yang disediakan dari APBD dan APBN. Buku pelajaran juga harus dirancang dan disusun sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan, dan tidak setiap tahun ajaran diganti, karena hal ini sangat membebani orang tua siswa, terutama anak dari keluarga yang tidak mampu. Perlu adanya paradigmadari pendidikan sebagai komoditas komersial kearah pendidikan sebagai pelayanan masyarakat. -Hamdhani SIP- 2007 Anggota Dewan Perwakilan Daerah Kalimantan Tengah