SKRIPSI
UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN RAMBUT DAN UJI IRITASI FORMULA SEDIAAN HAIR TONIC EKSTRAK ETANOL BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)
Oleh : ASTRIED AMALIA AMANAT O1A1 14 006
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018
i
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakanbahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Kendari, November 2018
Astried Amalia Amanat.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN RAMBUT DAN UJI IRITASI FORMULA SEDIAAN HAIR TONIC EKSTRAK ETANOL BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)
Diajukan oleh :
Astried Amalia Amanat O1A1 14 006
Telah disetujui oleh : Pembimbing I,
Pembimbing II,
Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt. NIP. 19810626 200801 2 012
Hasnawati, S.Si., M. Sc. NIP.
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi,
Nur Illiyyin Akib, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19810319 200801 2 006
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan hasil yang berjudul “Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Dan Uji Iritasi Formula Sediaan
Hair
Tonic
Ekstrak
Etanol
Biji
Nangka
(Artocarpus
heterophyllus)”dapat terselesaikan dengan baik. Selama penyusunan hasil penelitian ini, penulis banyak mendapatkan kesulitan dan hambatan, namun atas kehendak-Nya, tekad dan kemauan yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih yang sangat tulus dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada Ibu Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Pembimbing I dan Hasnawati, S.Si., M. Sc., selaku Pembimbing II, yang telah banyak mengorbankan waktu dan pikiran dalam memberikan pengetahuan, bantuan, kritik, saran dan juga semangat selama penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada orang tua terkasih Ayahanda Amanat.S dan Ibunda Sanuria, atas segala doa, semangat, bimbingan, arahan, nasehat yang memberikan kedamaian hati serta kesabaran dalam mendidik, membesarkan dan menitipkan harapan besar kepada penulis. Teruntuk adik-
iv
adikku yang terkasih Astien Aulia Amanat dan Muhammad Azriel Ihram Amanat, yang tidak pernah berhenti memberikan, semangat, doa, kasih sayang, motivasi, dan senyum penyemangat untuk penulis selama menjalani masa perkuliahan sampai dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih pula kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis demi terselesaikannya tugas akhir ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F. selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
3.
Ketua Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
4.
Bapak Dr. Ruslin., S.Pd. M.Si., selaku Penasihat Akademik (PA) yang selalu memberikan arahan dan bimbingan selama ini.
5.
Ibu Illiyyin Akib, S.Si., M.Si., Apt., Ibu Mesi Leorita, S.Si., M.Si., Apt. dan Andi Nafisah Tendri A, S.Farm., MSc., selaku Dewan Penguji yang telah banyak
memberikan
ide dan saran bagi penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir. 6.
Kepala Laboratorium Farmasi dan para laboran memberikan bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
7.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Farmasi, serta seluruh staf di lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
v
8.
Team Artocarpus heterophyllus (Nurlela Sundari Z, Fadilah Ayu Lestari) yang bekerja keras untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh kesabaran dan solidaritas.
9.
Sahabat
terbaikku abalone’s fams Nurlela Sundari Zainudin, Israwati
Wabula, Putri Candra Sari, Ade Israwati, Nimbar Arasti, Ridho Fajriyah Jamri, Nurnaningsih, Fadilah Ayu Lestari dan Risnawati. Momen bersama kalian yang tidak bisa terlupakan serta terimakasih untuk selalu ada dan menemani penulis baik dalam suka maupun duka serta semangat dan dukungannya. 10. Saudara terkasih saya yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk penulis. 11. Farm A (Ade Citra Nursakti, Ade Israwati, Ahmad Waliudin, Devita Subamairi, Israwati, Nurlela Sundari Zainuddin, Malindo Sufriadin, Ridho Fajriyah Jamri, Laode Muh. Hidayat Haofu, La Lio, Nimbar Arasti, Putri Candra Sari, Pradanasti Desma Ayundari, Hendra Febriansyah, Nabila Saraswati Hendra, Aisyah Hambali, Ari Putra Utama, Lili Handayani, Ismar Wulan, Nur Resky Permatasari, Nurnaningsih, Fadilah Ayu Lestari, Israwan Aziz, Risnawati, Eka Mustika Probowati, Rezky Nahdiati Rianda Baka, Nur Alifatuh Rahma, Aswan Sudiman, Faradila Cahyani Ridwan yang selalu memberikan samangat, memberikan warna, kesan dan pengalaman terbaik yang tidak akan terlupakan selama berjuang untuk mendapatkan gelar sanjana farmasi yang pasti akan selalu dirindukan untuk penulis.
vi
12. Teman-teman Moodbooster SMAN 1 Raha yang tak dapat disebutkan satu per satu terimakasih telah memberi warna dan motivasi bagi penulis. 13. Teman-teman peminatan industri yang telah bersama-sama melewati susah, senang dan selalu menyemangati selama kita bersama-sama. 14. Teman-teman angkatan 2014 yang telah bersama-sama melewati susah dan senang di Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi UHO. 15. Senior-senior angkatan 2012, 2013 yang telah memberikan semangat dan memberikan dukungan untuk penulis. 16. Adik-adik angkatan 2015, 2016, 2017 yang telah memberikan semangat dan memberikan dukungan untuk penulis. Akhirnya penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak dan apabila masih terdapat kesalahan dalam hasil ini, sudilah kiranya memberikan koreksi untuk lebih baiknya tulisan ini. Semoga Allah SWT memberi taufik kepada kita semua untuk mencintai ilmu yang bermanfaat dan amalan yang shalih serta memberikan ridho balasan yang sebaik-baiknya. Kendari, 17 November 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman PERNYATAAN
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xiii
ABSTRAK
xiv
ABSTACT
xv
BAB I. PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
4
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.)
5 8
B. Ekstraksi
11
C. Rambut
19
D. Tonik Rambut (Hair tonic)
20
E. Hewan Coba Kelinci
22
F. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
24
G. Uji iritasi
26
H. Bahan Tambahan Hair Tonic
29
I. Kerangka Konsep
30
viii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
31
A. Waktu dan Tempat Penelitian
31
B. Jenis Penelitian
31
C. Bahan Penelitian
31
D. Alat Penelitian
31
E. Variabel
32
F. Definisi Operasional
32
G. Prosedur Kerja
33
I. Formulasi Sediaan Hair Tonic
34
J. Cara Pembuatan
34
K. Uji Aktivitas Pertumbuhan
35
L. Uji Potensi Iritasi
36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
40
B. Determinasi Tanaman
40
C. Penyiapan Sampel
40
D. Ekstraksi Biji Nangka
42
E. Formulasi Hair Tonic
44
F. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
46
G. Uji Potensi Iritasi Sediaan Hair Tonic
52
BAB V. PENUTUP
55
A. Kesimpulan
54
B. Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
62
ix
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1
Rancangan Formula Sedian Hair Tonic
34
2
Skor Derajat Edema
38
3
Skor Derajat Eritema
38
4
Skor Derajat Iritasi
39
5
Panjang Rata-rata Rambut kelinci Selama Perlakuan
48
6
Hasil Uji Iritasi pada Kelinci Putih Jantan
52
7
Uji Anova
71
x
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Halaman
1
Tanaman Nangka dan Biji Nangka
6
2
Anatomi Rambut
12
3
Siklus Pertumbuhan Rambut
14
4
Kelinci
20
5
Struktur Etanol
26
6
Sruktur Propilen glikol
27
7
Struktur Natrium Metabisulfit
27
8
Struktur Metil Paraben
28
9
Struktur Mentol
29
10
Struktur Propil Paraben
29
12
Ilustrasi pengujian Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Punggung Kelinci
36
13
Ilustrasi Pengujian Potensi Iritasi Pada Punggung Kelinci
37
14
Simplisia Biji Nangka
41
15
Ekstrak Biji Nangaka
43
16
Sediaan Hair Tonic Ekstrak Biji Nangka
45
17
Kurva Panjang Rambut Kelinci Selama Perlakuan
48
xi
DAFTAR LAMPIRAN No
Teks
Halaman
1
Surat Determinasi Tanaman
62
2
Surat Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
64
3
Diagram Alir Metode Penelitian
65
4
Perhitungan Bahan
70
5
Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
71
6
Pengujian Iritasi Pada Kelinci
72
7
Berat Badan Hewan Coba (Kelinci)
73
8
Rata-rata Panjang Pertumbuhan Rambut Kelinci
74
Setiap Minggu 9
Analisis Data Pertumbuhan Rambut
75
10
Dokumentasi Penelitian
79
xii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
%
: Persen
% b/v
: persen berat per volume
oC
: Derajat celsius
ANOVA
: Analysis of Variances
mm
: Milimeter
g
: gram
kg
: Kilogram
LSD
: Least Significant Difference
mL
: mililiter
SD
: Standar Deviasi
SPSS
: Statistical Product and Service Solution
±
: Kurang lebih
cm2
: Sentimeter persegi
cm
: sentimeter
xii
Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Dan Uji Iritasi Formula Sediaan Hair Tonic Ekstrak Etanol Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Astried Amalia Amanat O1A114006 ABSTRAK Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) mengandung senyawa alkaloid, polifenol, flavonoid, dan saponin yang memiliki aktivitas sebagai pertumbuhan rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sebagai pertumbuhan rambut dan mengetahui potensi iritasi sediaan hair tonic dari ekstrak etanol biji nangka. Ekstrak etanol biji nangka diperoleh dengan cara sokletasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan sebagai zat aktif sediaan hair tonic dengan variasi konsentrasi ekstrak 5%; 7,5%; dan 10%. Bahan tambahan yang digunakan adalah etanol, propilen glikol, propil paraben, metil paraben, natrium metabisulfit, mentol, air suling dan pengaroma vanilla. Sediaan tersebut diuji aktivitasnya sebagai penstimulasi pertumbuhan rambut menggunakan metode tanaka (1980) yang diberi perlakuan terhadap hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus). Berdasarkan hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa semua formula sediaan hair tonic memiliki aktivitas menstimulasi pertumbuhan rambut. Konsentrasi ekstrak biji nangka yang memiliki aktivitas terbesar yaitu 10%. Kemudian dilakukan uji potensi iritasi yang mengacu pada BPOM (2014). Sediaan yang paling efektif menstimulasi pertumbuhan rambut tersebut diujikan dengan menggunakan hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus) selanjutnya memperhatikan skor derajat iritasi. Hasil skor derajat iritasi yang dilakukan pada kelinci putih jantan adalah 0. Sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan hair tonic ekstrak etanol biji nangka tidak menimbulkan iritasi dan aman digunakan. Kata
kunci : Ekstrak etanol, biji nangka, pertumbuhan rambut, Iritasi.
hair tonic,
menstimulasi
Activity Test of Hair Growth and Irritation Test xiv
Hair Tonic Preparation Formula for Jackfruit Seed Ethanol Extract (Artocarpus heterophyllus) Astried Amalia Amanat O1A114006 ABSTRACT Jackfruit seeds (Artocarpus heterophyllus) contain alkaloids, polyphenols, flavonoids, and saponins which have activity as hair growth. This study aims to determine the activity as hair growth and determine the irritation potential of hair tonic preparations from jackfruit seed ethanol extract. The ethanol extract of jackfruit seeds was obtained by soxletation using 96% ethanol. The extract obtained was then used as an active ingredient in hair tonic preparations with a variation of extract concentration of 5%; 7.5%; and 10%. Additional ingredients used are ethanol, propylene glycol, propyl paraben, methyl paraben, sodium metabisulfite, menthol, distilled water and vanilla flavoring. The preparation was tested for activity as a stimulator of hair growth using the Tanaka method (1980) which was treated with rabbits (Oryctolagus cuniculus). Based on the results of the activity test shows that all hair tonic dosage formulas have stimulating activity on hair growth. Jackfruit seed extract concentration which has the biggest activity is 10%. Then an irritation potential test is conducted which refers to BPOM (2014). The most effective preparations for the hair growth were tested using rabbits (Oryctolagus cuniculus), then pay attention to the degree of irritation. The results of the degree of irritation score performed on male white rabbits is 0. So it can be said that the preparation of hair tonic ethanol extract of jackfruit seeds does not cause irritation and is safe to use. Keywords: ethanol extract, jackfruit seeds, hair tonic, hair growth stimulator, irritation.
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rambut adalah mahkota bagi semua orang karena rambut berfungsi selain untuk memberikan kehangatan, perlindungan, rambut juga untuk keindahan dan penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri tebal, berwarna hitam, berkilau, tidak kusut dan tidak rontok. Namun tidak semua orang dapat memiliki rambut sehat, karena dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, genetik, stres, penyakit kulit tertentu, efek samping obat dan makanan yang dikonsumsi. Ciri-ciri kerusakan rambut antara lain kusam/tidak berkilau, kusut/sulit diatur, berminyak, rambut bercabang, rambut mudah patah, dan rontok berlebihan (Diana, 2014; Purnamasari, 2013). Kerontokan rambut (efluvium) adalah lepasnya rambut dari kulit kepala. Rambut mempunyai masa tumbuh, istirahat dan lepas. Sekitar kurang lebih dari 100 helai sehari terjadi kerontokan pada sejumlah rambut. Kerontokan yang berlebihan akan menimbulkan kebotakan. Rambut perlu dipelihara, dirawat dan diberi nutrisi agar sehat dan indah (Wasitaatmadja, 1997). Sediaan yang banyak digunakan untuk mengatasi pertumbuhan rambut rontok, melebatkan pertumbuhan rambut dan menstimulasi pertumbuhan rambut yang dianggap paling efektif adalah hair tonic (Depkes RI, 1985). Berbagai produk kosmetik telah banyak dikembangkan untuk mengatasi masalah kebotakan dan kerontokan rambut, baik berasal dari bahan sintetis maupun dari bahan alami. Sediaan yang beredar di pasaran biasanya berasal dari bahan
1
sintetis, padahal banyak tumbuhan obat di sekitar kita yang dapat digunakan sebagai hair tonic. Bahan sintetis untuk mengatasi kerontokan rambut, antara lain minoksidil, pada penggunannya memiliki efek samping berupa eritema, sakit kepala, vertigo, edema. Sejalan dengan hal tersebut, konsep hidup back to nature mulai diminati dan didukung pula dengan melimpahnya kekayaan alam di Indonesia (Nurjanah, 2014; Kuncari, 2015; Rahmawati dkk., 2009). Saat ini telah dikembangkan terapi menggunakan bahan alam yang umumnya memiliki beberapa kelebihan, antara lain harga yang cukup murah dan bahan baku banyak tersedia di Indonesia (Kristishanti dkk., 2011). Tumbuhan yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan rambut adalah biji tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus). Biji nangka sangat bermanfaat dalam pertumbuhan rambut dan menjaga rambut tetap sehat (Maurya, 2017; Babu, 2017; Tejpal dan Parle, 2016). Tanaman nangka merupakan tanaman perdu semusim yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun penyusun suatu hidangan. Pemanfaatan buah nangka masih sangat terbatas sehingga masyarakat hanya mengkonsumsi daging buah segarnya saja, sedangkan bijinya kurang dimanfaatkan dan biasanya dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Biji nangka memiliki banyak kandungan yang bermanfaat, seperti mineral (kalsium dan fosfor) dan vitamin (vitamin A, vitamin B dan vitamin C) (Nusa, dkk 2014). Kandungan vitamin A, vitamin B diketahui mampu menstimulasi pertumbuhan rambut dan menjaga rambut tetap sehat serta berkilau. Vitamin C berguna untuk memproduksi kolagen yang memberikan struktur rambut (Tambunan dkk., 2014; Nurjannah dkk., 2014). Ekstrak biji nangka juga
2
menunjukkan hasil positif mengandung senyawa saponin, tanin, terpenoid, alkaloid, flavonoid dan polifenol. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri bekerja menghambat bakteri sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut. Alkaloid yang merupakan metabolit sekunder yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dan memperbesar tangkai rambut karena suplai zat makanan bertambah. Saponin mempunyai kemampuan untuk membentuk busa sehingga mampu membersihkan kulit kepala dari kotoran serta sifatnya sebagai konteriritan, akibatnya terjadi peningkatan sirkulasi darah perifer sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut. Polifenol dan tanin dapat mengikat dan melindungi protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut (Delphin dkk., 2014; Akib dkk., 2016; Sitompul, 2002; Jubaidah dkk., 2018). Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan dengan melakukan skrining fitokimia terhadap biji nangka, setelah itu uji pendahuluan terhadap aktivitas pertumbuhan rambut menggunakan ekstrak, memformulasi sediaan dengan variasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10% dan telah menguji stabilitas fisik dari sediaan, maka peneliti selanjutnya berinisiatif untuk menguji aktivitas pertumbuhan rambut dan melihat potensi iritasi dari sediaan hair tonic yang telah diformulasi sebelumnya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana aktivitas sediaan hair tonic ekstrak etanol biji nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap pertumbuhan rambut kelinci ? 2. Bagaimana potensi iritasi sediaan hair tonic ekstrak etanol biji nangka (Artocarpus heterophyllus) ?
3
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui aktivitas sediaan hair tonic ekstrak etanol biji nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap pertumbuhan rambut kelinci. 2.Mengetahui potensi iritasi hair tonic ekstrak etanol biji nangka (Artocarpus heterophyllus). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Penelitan ini dapat menambah wawasan keilmuan terutama dalam bidang formulasi, pengujian aktivitas pertumbuhan rambut dan potensi iritasi. 2. Manfaat bagi institusi Sebagai salah satu sumber informasi mengenai formulasi, pengujian aktivitas pertumbuhan rambut dan uji potensi iritasi yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 3. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Sebagai salah satu sumbangan pemikiran mengenai mengenai formulasi, pengujian aktivitas pertumbuhan rambut dan uji potensi iritasi. 4.Manfaat bagi masyarakat Memberikan informasi ilmiah mengenai aktivitas pertumbuhan rambut dan potensi iritasi sediaan hair tonic rambut yang dibuat dari bahan alami sehingga kecenderungan efek samping penggunaan obat dan kosmetik dari bahan sintesis dapat dikurangi.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Nangka 1. Klasifikasi Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), kedudukan tanaman nangka dalam klasifikasi tumbuhan secara lengkap adalah sebagai berikut: Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Morales
Familia : Moraceae Genus
: Artocarpus
Species : Artocarpus heterophyllus Lamk. 2. Nama Umum dan Nama Daerah Tanaman nangka memiliki nama daerah di Indonesia antara lain nongko, nangka (Jawa), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa (Lampung), nanal/krour (Irian Jaya), Nangka (Sunda). Beberapa nama asing yaitu: jackfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), kapiak (Papua Nugini), liangka (Filipina), peignai, (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz/mimiz hnang (Laos), khanun (Thailand) dan mit (Vietnam), nangka (Indonesia) (Heyne, 1987). 3. Morfologi Tanaman Nangka Pohon nangka memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau kotor. Daun nangka tunggal, berseling, lonjong, memiliki
5
tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 515 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang lebih kurang 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir, berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau di atas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji coklat muda (Heyne, 1987). Biji nangka adalah biji yang berasal dari buah nangka yang berukuran besar dan berbentuk bulat lonjong, permukaan kulit buah kasar dan berduri. Pohon nangka dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 10-20 meter. Tanaman ini mulai berbuah setelah berumur tiga tahun. Panjang buah sekitar 30-90 cm. Biji nangka berbentuk bulat sampai lonjong, berukuran kecil lebih kurang panjang biji nangka sekitar 3,5 cm - 4,5 cm dengan berat berkisar 3 hingga 9 gram. Biji nangka berkeping dua, jumlah rata–rata biji setiap buah nangka adalah 30 hingga 50 biji, dan rasio berat biji terhadap buah sekitar sepertiga dimana sisanya adalah kulit dan daging buah (Nusa, 2014). Berikut merupakan gambar tanaman nangka dan biji nangka.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.). (b) Biji nangka (Artocarpus heterophyllus) Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018.
6
4. Kandungan Kimia dan Manfaat Potensi biji nangka yang besar belum dieksploitasi secara optimal. Masih rendahnya pemanfaatan biji nangka dalam bidang pangan hanya sekitar 10% disebabkan kurangnya minat masyarakat dalam pengolahan biji nangka. Biji nangka memiliki banyak kandungan yang bermanfaat, seperti mineral (kalsium dan fosfor) dan vitamin (vitamin A, vitamin C, dan vitamin B). Kandungan vitamin A, vitamin B dikenal mampu menstimulasi pertumbuhan rambut dan menjaga rambut tetap sehat serta berkilau. Vitamin C berguna untuk memproduksi kolagen yang memberikan struktur rambut (Nusa dkk., 2014; Nurjannah dkk., 2014; Tambunan dkk., 2012). Ekstrak biji nangka juga menunjukkan hasil positif mangandung senyawa untuk saponin, tanin, flavonoid, terpenoid dan polifenol (Delphin dkk., 2014). Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri bekerja menghambat bakteri sehingga dapat mempercepat pertumbuhan dan mencegah rambut rontok (Achmad, 1990; Robinson,1995). Saponin mempunyai kemampuan untuk membentuk busa sehingga mampu membersihkan kulit kepala dari kotoran serta sifatnya sebagai konteriritan, akibatnya terjadi peningkatan sirkulasi darah perifer sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut. Polifenol dan tanin dapat mengikat dan melindungi protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut (Sitompul, 2002). Alkaloid yang merupakan metabolit sekunder yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dan memperbesar tangkai rambut karena suplai zat makanan bertambah (Jubaidah dkk., 2018)
7
B. Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dan hasil dari ekstraksi adalah ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Illing dkk., 2017). Kaidah sederhana yang berlaku dalam ekstraksi yaitu ”like dissolve like” yang artinya senyawa polar akan larut dengan baik pada fase polar dan senyawa nonpolar akan larut dengan baik pada fase nonpolar (Illing dkk., 2017). Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih dahulu. Ada beberapa target ekstraksi, diantaranya: 1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui 2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme 3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara struktural. Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit sekunder yang ada pada suatu organisme
8
untuk studi sidik jari kimiawi dan studi metabolomik. Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, akar, rimpang, biji, buah), pengeringan dan penggilingan bagian tumbuhan. 2. Pemilihan pelarut. 3. Pelarut polar seperti air, etanol, metanol, dan sebagainya. 4. Pelarut semipolar seperti etil asetat, diklorometan, dan sebagainya. 5. Pelarut nonpolar seperti n-heksan, petrole-um eter, kloroform, dan sebagainya (Mukhriani, 2014). Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) yaitu cara dingin (maserasi dan perkolasi) dan cara panas (refluks, sokletasi, digesti dan infundasi/dekok). Pemilihan metode penyarian disesuaikan dengan kepentingan untuk memperoleh kandungan kimia yang diinginkan (Depkes RI, 1985). Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik. Proses pemisahan ini menggunakan suatu metode yang disebut dengan metode ekstraksi soxhlet. Metode ekstraksi soxhlet adalah suatu metode ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan solven berupa cairan secara kontinu. Peralatan yang digunakan dinamakan ekstraktor soxhlet. Mekanisme kerja ekstraksi soxhlet ini yaitu pada sokletasi pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap dan cell pendingin sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Cairan
9
ini menggenangi bahan yang diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir ke dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang sudah terkumpul dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya tertinggal pada labu penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-ulangan (recycling) pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru (Elda dkk., 2014). Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas (Darwis., 2000). Ekstraksi dilakukan dengan alat soklet. Pelarut penyari yang ditempatkan di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan melewati pipa samping alat soklet dan mengalami pendinginan saat melewati kondensor. Pelarut yang telah berkondensasi akan jatuh pada bagian dalam alat soklet yang berisi sampel yang telah dibungkus dengan kertas saring dan merendamnya hingga mencapai bagian atas tabung sifon. Satu daur sokletasi dapat dikatakan telah terlewati, apabila alat soklet berisi pelarut telah terendam pelarut sampai bagian atas tabung sifon, kemudian seluruh bagian pelarut tersebut akan tertarik dan ditampung pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai diperoleh hasil ekstraksi yang dikehendaki. Alat soklet terdiri dari labu destilasi sebagai tempat menampung pelarut dan
10
ekstrak, tabung sifon sebagai tempat menampung sampel dan tempat terjadinya ekstraksi, pipa di samping tabung sifon sebagai jalur pelarut yang menguap kemudian didinginkan dan akan jatuh ke dalam tabung sifon (Harbone, 1996). Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah etanol. Etanol merupakan pelarut yang tidak selektif sehingga diharapkan metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia sebagian besar terambil, selain itu etanol tidak bersifat toksik. Pelarut penyari menggunakan etanol 96% yang lebih polar dengan tujuan agar metabolit sekunder lebih banyak yang tersari sehingga didapatkan hasil ekstraksi yang maksimal dan lebih banyak dari penelitian sebelumnya. Selanjutnya, pemekatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental (Pratiwi, 2009). C. Rambut 1. Definisi Rambut Rambut merupakan suatu bulu yang keluar dari lapisan kulit yang terbentuk dari zat yang paling dominan yaitu zat keratin. Tidak hanya berfungsi untuk melindungi tubuh tetapi berperan sebagai salah satu penunjang penampilan (Apriyani dkk, 2014). Rambut mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia, sebagai perlindungan terhadap lingkungan yang merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar ultraviolet. Di era sekarang ini, peranan rambut lebih condong pada keserasian dan estetika (Azis, 1999). Ilmu tentang rambut (trichologi) membagi rambut manusia menjadi rambut terminal, yang umumnya kasar (misalnya rambut kepala, alis, rambut ketiak, dan rambut kelamin), dan
11
rambut vellus yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung, dan lengan (Tranggono, 1992). Rambut sendiri tumbuh di bagian dermis. Selain terdapat rambut, di bagian dermis juga terdapat pembuluh darah kapiler, kelenjar keringat, otot penegak rambut dan kelenjar minyak untuk rambut. Dalam menjalankan fungsinya, rambut didukung oleh otot penegak rambut (arrector pili muscle) dan kelenjar minyak. Otot penegak rambut berfungsi untuk menegakkan rambut sehingga posisi semua rambut tegak dan teratur. Sedangkan kelenjar minyak, berfungsi untuk melumasi rambut sehingga terlihat lembab dan menghindari kerusakan seperti kering, kaku dan kasar (Kartodimedjo, 2013). Berikut merupakan gambar anatomi rambut.
Gambar 2. Anatomi rambut (Sumber: Mescher , 2010).
2. Bagian-Bagian Rambut Akar rambut (folliculus pili) terletak dalam folikel rambut, yaitu bagian bawah yang disebut bulbus, terdiri dari sel lunak berbentuk hampir bulat. Tancapan papila rambut dimana terdapat syaraf yang dialiri darah, sensitif terhadap angin, sentuhan, atau tarikan. Rambut terbentuk dalam papila dan pada jaringan ini terus menerus 12
terjadi pembelahan sel yang kemudian mendorong keluar sel keratin dari folikel. Pertumbuhan akar rambut (folikel) pada awalnya mendorong pertumbuhan rambut. Kemudian, akar mulai menyusut (pertumbuhan berhenti) dan akhirnya akar akan sangat menyusut (rambut rontok) (Aziz dkk, 1999). Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut. Bagian terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang terdiri dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan berperan dalam pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna untuk menyimpan makanan kepada matriks rambut (Kusumadewi, 2011). Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di permukaan kulit. Setiap batang rambut terdiri dari tiga lapisan yang masing–masing mempunyai fungsi tersendiri. Lapisan pertama kutikula yang keras karena mengandung keratin. Lapisan ini berguna untuk melindungi rambut terhadap teriknya matahari maupun pengaruh lain dari luar. Lapisan kedua korteks yang mengandung pigmen melanin sehingga rambut mempunyai warna. Lapisan paling dalam dinamakan medula atau sumsum rambut. Lapisan ini terdiri dari lapisan sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak dan rongga udara (Soedibyo dan Dalimartha, 1998). Otot penegak rambut (muskulus arector pili) merupakan otot polos yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat dibagian bawah kandung rambut. Otot ini berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu mengalami tekanan emosional (Kusumadewi, 2011). 3. Siklus Pertumbuhan Rambut
13
Siklus pertumbuhan rambut adalah perubahan terprogram dari folikel rambut yang terdiri dari anagen, katagen dan telogen. Folikel rambut tidak aktif terusmenerus, melainkan bergantian mengalami telogen. Berikut merupakan gambar siklus pertumbuhan rambut.
Gambar 3. Siklus Pertumbuhan Rambut (sumber : Nusmara, 2012).
Fase Pertumbuhan (Anagen) merupakan sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru yang mendorong sel-sel fase pertumbuhan lebih tua ke atas. Aktivitas ini berlangsung dua sampai lima tahun. Sekitar 85% dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat yang sama (Sinaga dkk 2012; Umbrowati, 2012). Katagen atau fase peralihan yang ditandai dengan menurunnya produksi melanin di bulbus terjadi selama 2–3 minggu. Fase Transisi (Katagen) Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit sedangkan bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga berbentuk gada (club). Fase ini berlangsung selama dua minggu. Setiap saat, rambut yang mengalami aktivasi pada fase katagen sekitar 1% (Sinaga dkk., 2012; Umbrowati, 2012).
14
Fase telogen (istirahat) rambut gada akan terdorong keluar, yang tampak sebagai batang rambut yang terdepigmentasi pada bagian proksimal. Tahap ini berlangsung tiga sampai empat bulan dan rambut yang mengalami aktivasi setiap saat 14%. Rambut mengalami kerontokan 50–100 helai setiap harinya, kemudian dimulai lagi dengan fase anagen yang baru, yaitu papila rambut yang mengeriput selama masa katagen akan berkembang kembali. Umbi rambut terbentuk disekeliling papila rambut dan rambut tumbuh kembali. Dengan kembalinya fase anagen, rambut lama atau rambut gada (clubbed hair) yang sudah berada dibagian atas kandung rambut terdorong lepas oleh tumbuhnya rambut baru (Sinaga dkk 2012; Umbrowati, 2012). 4. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut a. Keadaan Fisiologik 1. Hormon Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita daripada pria. Hormon androgen dapat menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, kumis, ketiak, kemaluan, dada, tungkai lakilaki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Namun, pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen (Kusumadewi, 2011; Soepardiman, 2010).
15
2. Nutrisi Nutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut. Keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan zat besi dapat menyebabkan kerontokan rambut (Soepardiman, 2010). 3. Kehamilan Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10% (Kusumadewi, 2011). 4. Masa Pubertas Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini berakibat pertumbuhan rambut ketiak dan rambut kemaluan, tetapi rambut kepala justru akan rontok diakibatkan dari mengembangnya ovarium polikistik pada perempuan dan pada remaja laki-laki terjadi ketidak seimbangan androgen (Kusumadewi, 2011). 5. Kelahiran Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel rambut kepala sang ibu dengan cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini dijumpai nilai telogen 35% (Kusumadewi, 2011). 6. Masa baru lahir Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada dalam fase anagen, maka beberapa minggu setelah bayi lahir akan tampak kerontokan rambut, yang disusul
16
dengan pertumbuhan rambut baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya (Kusumadewi, 2011). 7. Masa tua Wanita dan pria sama-sama menderita kerontokan rambut karena usia lanjut. Dimulai di ubun-ubun, dahi, dan pelipis, lalu bergeser ke belakang. Di bagian-bagian ini fase anagen rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok dan rambut halus tumbuh sebagai gantinya (Kusumadewi, 2011) folikel rambut mengalami atrofi, fase pertumbuhan bertambah singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas rambut juga berkurang (Pusponegoro dkk, 2002). 8. Vaskularisasi Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut, karena destruksi bagian 2/3 bawah folikel sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah mengalami perubahan (Soepardiman, 2010). b. Keadaan Patologik 1. Peradangan sistemik/setempat Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi dan folikel rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata (madarosis). Pada penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut menipis secara rata maupun setempat secara tidak rata sehingga disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut. Infeksi akut lainnya seperti demam tinggi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut. Mekanisme
17
terjadinya kerontokan setelah demam karena percepatan fase anagen ke telogen (Soepardiman, 2010). 2. Obat Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat menyebabkan kerontokan, umumnya obat antineoplasma misalnya bleomisin, endoksan, vinkristin, dan obat antimitotik, misalnya kolkisin. Obat antikoagulan heparin atau kumarin dapat mempercepat terjadinya perubahan folikel anagen ke dalam fase telogen dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan effluvium telogen. Logam berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam keratin antara lain talium, merkuri dan arsen juga bisa mempengaruhi pertumbuhan rambut (Soepardiman, 2010). 3. Mekanis Mencabut rambut gada atau melukai folikel rambut akan mempercepat terjadinya masa anagen dengan mempersingkat masa telogen (Kusumadewi, 2011). 4. Kelainan endokrin Kelainan endokrin dapat mempengaruhi fisiologi folikel rambut, menambah atau
mengurangi
produksi
rambut.
Hipotiroidisme
dapat
menyebabkan
mengecilnya diameter rambut dan meningkatkan kerontokan rambut (Soepardiman, 2010). 5. Penyakit kronis Kerontokan rambut tidak selalu didapatkan pada penyakit kronis, kecuali terdapat kekurangan protein dalam jumlah besar (Soepardiman, 2010). D. Tonik Rambut (Hair tonic)
18
Sediaan perangsang pertumbuhan rambut adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau menstimulasi pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Depkes RI, 1985). Cara yang mudah untuk melakukan perawatan rambut rontok yaitu dengan menggunakan hair tonic sebagai bahan untuk menutrisi rambut. Di dalam hair tonic berisi zat pelarut, zat manfaat, vasodilator yang melebarkan pembuluh darah sehingga menstimulasi pertumbuhan rambut antara lain pilokarpina dan minoksidil, stimulan kelenjar sebum, zat kondisioner rambut, antipeptikum, dan parfum (Azis, 1999). Formula hair tonic juga terdiri atas bahan alami berasal dari tumbuhtumbuhan yang digunakan untuk bahan pembuatan hair tonic (Nurjanah, 2014). Formula hair tonic terdiri atas bahan dasar yaitu alkohol 96% dan aquades, bahan dasar yang digunakan yaitu metil paraben, menthol, d-panthenol, PEG hydrogenated castor oil, parfum, dan propilen glikol (Diana, 2014). Hair tonic digunakan untuk memperkuat akar rambut, menstimulasi tumbuhnya rambut baru, menghilangkan kotoran rambut, memperlancar peredaran darah serta membantu melumasi rambut. Cukup teteskan 3-5 tetes, pada titiktitik kulit kepala atau pada daerah kulit kepala yang mengalami kebotakan. Pijat perlahan kulit kepala agar hair tonic dapat meresap dan langsung bekerja. Pijatanpijatan lembut ini akan menstimulasi stimulasi pertumbuhan rambut. Mekanisme kerja hair tonic adalah menstimulasi pertumbuhan bagian dasar rambut yang mengandung sel-sel melanosit yang cukup untuk menghasilkan melanin (zat warna rambut/pigmen) dan sel-sel yang mensintesakan keratin keras (hard keratin) sebagai dasar pembentukan rambut sehingga rambut
19
tampak hitam berkilau, mudah diatur dan mempunyai akar rambut yang kuat (Tranggono dan Latifah, 2007). Penggunaan bahan-bahan yang berfungsi sebagai penumbuh rambut (misalnya counter irritant) dalam konsentrasi rendah akan menyebabkan kemerahan pada kulit dan rasa hangat sehingga meningkatkan aliran darah pada kapiler kulit contohnya adalah mentol yang berfungsi sebagai pemberi sensasi dingin dan peningkat penetrasi ke kulit (Balsam dan Sagarin, 1974; Purnamasari, 2013). E. Hewan Coba Kelinci Kelinci sebagai hewan coba paling umum digunakan untuk menguji sediaan kosmetik topikal pada pertumbuhan rambut. Kelinci memiliki siklus pertumbuhan rambut hampir serupa dengan manusia dibanding hewan coba lainnya, dimana cara pengujiaanya yaitu kosmetik dioleskan pada pungung kelinci, dan dipantau pada selang waktu yang telah ditentukan. Jika rambut kelinci memiliki pertumbuhan yang baik, kemungkinan manusia juga akan menunjukkan reaksi yang sama (Parker, 2010). Berikut merupakan gambar kelinci.
Gambar 4. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Hustamin, 2006). Hewan uji yang digunakan adalah kelinci putih jantan, karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan hewan uji yang lain yaitu ukuran tubuh (termasuk punggung tersebut) yang cukup luas sebagai area uji sehingga memudahkan pencukuran rambut, kemudahan dalam menanganinya (tidak mudah 20
stres). Tidak menggunakan mencit atau tikus karena permukaan tubuh mencit lebih sempit sedangkan tikus mudah sekali stress, padahal pencukuran memerlukan waktu yang relatif lama dan juga harus dilakukan hati-hati agar tidak melukai kulit hewan uji (Handayani, 2009). Menurut sistem binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Ordo
: Lagomorpha
Familia
: Leporidae
Genus
: Oryctolagus
Species
: Oryctolagus cuniculus (Damron, 2003)
Berdasarkan strukturnya, kulit kelinci terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan vel. Bagian luarnya dilapisi oleh semacam selaput berstruktur keras, elastis dan kuat yang disebut epidermis. Selaput ini terbuat dari bahan sejenis protein yang disebut keratin, berfungsi sebagai pelindung dermis serta tempat tumbuh bulu-bulu yang bertaut pada folikel. Dermis merupakan jaringan serat yang sangat kuat dan kompak, terbuat dari bahan sejenis protein yang disebut kolagen. Dermis tersebut bertaut pada bagian lain yaitu vel (Kartadisastra, 1997). Menurut Kartadisastra (1997) syarat kelinci (Oryctolagus cuniculus) sebagai hewan uji yang digunakan dalam penelitian yaitu : 1. Berbadan sehat (tidak cacat) 2. Umur 2-6 bulan
21
3. Berat badan 2 - 3 kg F. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Uji aktivitas pertumbuhan rambut adalah uji yang dilakukan dengan memperhatikan aktivitas panjang rambut hewan percobaan selama perlakuan. Hewan yang digunakan dalam uji aktivitas pertumbuhan rambut adalah kelinci (Orytolagus cuniculus). Pertumbuhan rambut dipengaruhi oleh hormon endrogen dan ekstrogen, endrogen dapat menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, kumis, ketiak, kemaluan, dada, tungkai lakilaki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Sebaliknya hormon ekstrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang fase anagen (Soepardiman, 2010). Pertumbuhan rambut pada umumnya mengalami 3 fase utama yaitu anagen, katagen dan telogen. Lama masing-masing fase berbeda-beda. Pada manusia, anagen lamanya 2-6 tahun (rata-rata 3 tahun atau 1000 hari), katagen hanya beberapa minggu, sedangkan telogen rata-rata berkisar 100 hari (Tranggono dan Latifah, 2007). Metode sederhana yang tepat untuk mengukur pertumbuhan rambut adalah menggunakan metode tanaka. Metode ini telah ditetapkan usia dan berat hewan uji. Untuk efeknya pada pertumbuhan rambut dapat dilihat pada daerah punggung posterior. Karena rambut merupakan masalah besar dalam kehidupan manusia maka eksperimental dilakukan untuk menemukan tonik rambut yang efektif dan mudah dalam pengujiannya (Tanaka, 1980).
22
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas hair tonic terhadap pertumbuhan rambut pada kelinci jantan. Hewan coba yang digunakan terdiri dari 3 ekor kelinci jantan (Jubaidah dkk, 2018). Berumur 3-4 bulan dengan bobot ratarata 2-3 kg. Sebelum dilakukan percobaan, kelinci perlu diadaptasikan terlebih dahulu terhadap tempat, kandang dan makanan selama satu minggu supaya tidak terjadi stres. Selama adaptasi dan pengujian hewan uji diberikan makan dan minum dengan jenis dan jumlah yang sama (Aini, 2017). Sebelum dilakukan pengujian, punggung kelinci dibersihkan rambutnya dengan dicukur ukuran segi empat masing-masing 2 x 2,5 cm2 dan jarak antar daerah 1 cm kemudian dibagi beberapa bagian, dibagian kanan dan dibagian kiri sesuai perlakuan yang akan diberikan. Setelah pencukuran dan sebelum dilakukan pengolesan, punggung kelinci yang telah dibagi diolesi dengan etanol 70% sebagai antiseptik. Pengolesan diberikan pagi dan sore hari pada tempat-tempat tersebut dilakukan selama rambut belum mengalami pertumbuhan. Hari pertama dianggap sebagai hari ke 0 dengan volume 1 mL pada masing-masing bagian. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 5 helai rambut kelinci. Pengukuran panjang rambut dimulai pada hari ke 7, kemudian hari ke 14 dan hari ke 21 (Marchaban, 2010). Rambut yang telah diambil dengan cara dicabut, diluruskan, dan ditempelkan pada selotip, kemudian diukur dengan menggunaan jangka sorong (Purwantini, 2013). G. Uji Iritasi Iritasi merupakan gejala inflamasi yang terjadi pada kulit atau membran mukosa segera setelah perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan menggunakan bahan kimia atau bahan lain. Iritasi disebabkan oleh suatu bahan
23
dapat terjadi pada setiap orang, tidak melibatkan sistem imun tubuh dan ada beberapa faktor-faktor yang memegang peranan seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan bersentuhan dengan kulit dan konsentrasi dari bahan (Febriani dkk, 2016). Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit percobaan, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit yang ditimbulkan yaitu hiperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian bersifat lokal pada daerah kulit yang rusak saja (Dirjen POM, 1985). Pada sediaan topikal, salah satu parameter yang penting untuk diperhatikan adalah adanya kemungkinan produk yang diaplikasikan menimbulkan iritasi terhadap kulit. Munculnya iritasi dapat terjadi setelah beberapa waktu dari pengaplikasian sediaan, ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit akan mengering terasa nyeri, mengalami perdarahan, dan pecah-pecah. Iritasi yang terjadi pada kulit ditandai dengan adanya eritema dan edema, dimana eritema atau kemerahan terjadi karena dilatasi pembuluh darah pada daerah yang teriritasi, sedangkan pada edema terjadi perbesaran plasma yang membeku pada daerah yang terluka (Pratimasari dkk., 2015). Pengujian iritasi yang biasa digunakan adalah menggunakan metode uji temple (patch test). Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal hewan uji dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Dirjen POM, 1985). Lokasi uji lekatan adalah bagian yang telah dicukur
24
yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung (Dirjen POM, 1985). Uji potensi iritasi ini digunakan hewan coba 3 ekor kelinci jantan putih. Dosis yang digunakan untuk sediaan uji cair adalah sebanyak 0,5 mL dan untuk sediaan uji padat atau semi padat sebanyak 0,5 g. Pada hewan uji, senyawa uji, baik bahan baku ataupun produk yang telah diformulasi dioleskan pada kulit kelinci yang telah dicukur. Skor reaksi kulit berdasarkan pengamatan fisiologis pada hewan (Kamkaen dkk., 2007). Kemudian menggunakan sistem skor visual (tabel 2, 3) dan menghitung Primary Irritation Index (PII). Nilai PII yang didapatkan di interpretasikan menurut kategori respon iritasi (tabel 4) (BPOM, 2014). Dalam uji iritasi, ada dua macam pengamatan yaitu pengamatan kualitatif dan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kualitatif dilakukan dengan melihat gejala toksik iritasi primer dengan melihat timbul tidaknya eritema dan edema setelah terpejan oleh tiap formula. Sedangkan untuk analisis kuantitatif dilakukan dengan mengelompokan eritema dan edema ke dalam skor-skor yang sesuai (Fitriana, 2012). H. Bahan Tambahan dalam Hair Tonic Bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan hair tonic adalah 1. Etanol 96% Etanol merupakan senyawa bersifat polar yang artinya mampu melarutkan senyawa polar, dan etanol dapat bercampur dalam air yang juga bersifat polar. Sifat yang paling penting adalah polaritas dan gugus polar suatu senyawa. Suatu bahan akan larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Macam pelarut yang digunakan
25
dalam proses ekstraksi dapat mempengaruhi proporsi senyawa-senyawa kandungan yang tersari (Arista, 2013). Pelarut etanol 96% dipilih karena etanol dapat mempertahankan sifat dan karakteristik bahan terlarut dan mampu mengendapkan zat-zat yang terkandung dalam bahan
CH3
OH
Gambar 6. Rumus struktur Etanol
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut karena etanol relatif aman digunakan untuk bahan-bahan kimia yang ditunjukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah menguap, jernih, dan berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air dan praktiks bercampur dengan semua pelarut organik. Dalam formulasi sediaan ini, etanol digunakan sebagai pelarut, kosolven, sekaligus antimikroba dan pengontrol viskositas dengan konsentrasi 30% (Rowe dkk., 2009). 2. Propilen Glikol Pemerian propilen glikol berupa cairan jernih, tidak berwarna manis, kental, praktis tidak berbau, dan bersifat higroskopis. Senyawa ini dapat bercampur dengan air. OH OH CH3
Gambar 7. Rumus struktur Propilen glikol
26
Kegunaan propilen glikol dalam formulasi sediaan tonik rambut adalah sebagai kosolven dan stabilizer. Konsentrasi penggunaanya berkisar antara 5-80% pada formulasi larutan topikal dengan kegunaan sebagai pelarut. Senyawa ini dapat bercampur dengan air. Propilenglikol bersifat higroskopis, dan sebaiknya disimpan pada tempat tertutup,sejuk, dan terlindung dari cahaya (Rowe dkk., 2009). 3. Natrium metabisulfit Zat ini umumnya digunakan sebagai antioksidan pada sediaan oral, parenteral dan topikal. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,01-0,1%. O O-
S
Na+ -O
Na+
S O O
Gambar 8. Rumus struktur Natrium metabisulfit Pemerian natrium metabisulfit berupa kristal tidak berwarna, serbuk kristal berwarna putih hingga krem yang berbau digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan oral, parenteral dan topikal. Natrium metabisulfit sedikit larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam gliserin dan air (Wade and Weller, 1994). 4. Metil paraben Nipagin atau metil paraben merupakan serbuk kristal putih atau tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol, sedikit larut dalam air. O
OCH3
OH
Gambar 9. Rumus struktur Metil paraben 27
Metil paraben memiliki aktivitas sebagai pengawet antimikroba untuk sediaan kosmetik,makanan dan sediaan farmasi. Efektif pada rentang pH yang besar dan mempunyai spektrum antimikroba yang luas meskipun lebih efektif terhadap jamur dan kapang. Campuran paraben digunakan untuk mendapatkan pengawet yang efektif konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3% (Wade and Weller, 1994) 5. Menthol Pemerian menthol ialah serbuk kristal tidak berwarna dengan bau dan rasa khas. Menthol sangat larut dalam etanol dan dapat juga digunakan sebagai peningkat penetrasi ke kulit. Pada sediaan kosmetik, penggunaanya berkisar 0,12,0% ( Rowe dkk., 2009). CH3
OH CH CH3
CH3
Gambar 10. Rumus struktur Mentol 6. Propil paraben Propil paraben yang memiliki aktivitas sebagai animikroba, umumnya digunakan sebagai pengawet untuk sediaan farmasi, kosmetik dan makanan. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,01-0,6%
Gambar 11. Rumus struktur propil paraben
28
Nipasol atau propil paraben merupakan serbuk kristal putih atau tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol, sedikit larut dalam air. ( Wade and Weller, 1994).
I. Kerangka Konsep
Kerontokan rambut (efluvium) adalah lepasnya rambut dari kulit kepala. Dalam keadaan fisiologis rambut mempunyai masa tumbuh istirahat dan lepas sehingga pada satu saat terjadi sejumlah rambut (sekitar kurang lebih dari 100 helai sehari) akan rontok. Kerontokan yang berlebihan akan menimbulkan kebotakan (Rahmawati,2009)
Biji Nangka (Artocarpus heterophyillus)
Ekstrak Etanol Biji Nangka (Artocarpus heterophyillus)
Senyawa yang bermanfaat sebagai pertumbuhan rambut yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, saponin dan polifenol (Achmad, 1990; Sitompul, 2002; Robinson,1995)
Formula Hair Tonic Rambut Ekstrak Biji Nangka
29
Formula B Biji Nangka 7,5%
Formula A Biji Nangka 5%
Formula C Biji Nangka 10%
Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Uji Iritasi Keterangan: : Variabel bebas/Independen : Variabel terikat
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan September 2018 bertempat di Laboratorium Farmasi, Fakultas Farmasi UHO. B. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
yang
dilakukan
adalah
penelitian
eksperimental
laboratorium. Uji aktivitas Pertumbuhan rambut dan pengujian potensi iritasi dilakukan dengan menggunakan hewan coba kelinci putih jantan.
30
C. Bahan Penelitian Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah air suling, aluminium foil (Klin Pak®), biji nangka (Artocarpus heterophyllus) yang diperoleh dari Desa Koronua Kecamatan Soblakoa Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, etanol 96%, kelinci putih jantan (Oryctolagus cuniculus), kertas saring, kapas, kain kasa (One Med®), alkohol 70%,
mentol, metil paraben, natrium
metabisulfit, plester (Hansplast®), propilen glikol, vanillin, kontrol positif (Hair Growt® minoksidil 2%), selotip bening, aquades, kertas karton hitam. D. Alat Penelitian Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah alat batang pengaduk, alat-alat gelas, elektromantel (Stuart®, pipet tetes, pipet ukur (MC®), timbangan analitik (Precisa®), water bath (Memmert®), pencukur rambut (gillate), gunting, jangka sorong, mistar, gunting, rotary vacuum evaporator, rangkaian alat soklet, spoit, spidol, kuas kecil. E. Variabel Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Veriabel bebas: formula hair tonic ekstrak biji nangka dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol biji nangka 5%, ekstrak etanol biji nangka 7,5%, ekstrak etanol biji nangka 10%. 2. Variabel terikat: hasil uji aktivitas pertumbuhan dan uji potensi iritasi.
31
F. Defenisi Oprasional 1. Biji nangka adalah biji yang berasal dari buah nangka yang di peroleh dari Desa Koronua, Kecamatan Soblakoa, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Ekstrak etanol biji nangka adalah maserat etanol biji nangka yang kemudian dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator. 3. Formula tonik rambut ekstrak biji nangka adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut yang mengandung ekstrak biji nangka dengan variasi konsentrasi 5%, 7,5%, 10%. 4. Uji aktivitas pertumbuhan rambut adalah uji yang dilakukan dengan memperhatikan aktivitas pertambahan panjang rambut setelah diberikan formula tonik rambut yang mengandung ekstrak etanol biji nangka terhadap kelinci selama
perlakuan
kemudian
dilakukan
pengukuran
panjang
rambut
menggunakan jangka sorong. 5. Uji iritasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui potensi iritasi dari sediaan selama perlakuan dilakukan pengamatan terjadinya eritema, edema, atau tidak. G. Prosedur Kerja 1. Determinasi Tanaman Tujuan dari determinasi tanaman adalah apakah tanaman yang digunakan dalam sampel penelitian ini benar jenis biji nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk). Determinasi dilakukan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Halu Oleo Kendari. Determinasi dari biji nangka dilakukan dengan cara
32
mencocokkan morfologi daun dengan menggunakan buku acuan Flora Untuk Sekolah di Indonesia (Van Steenis dkk., 2008). 2. Penyiapan Sampel Sampel berupa biji nangka (Artocarpus heterophyllus) di peroleh dari Desa Koronua, Kecamatan Soblakoa, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Biji nangka dikumpulkan, selanjutnya dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan cara di cuci dengan air mengalir kemudian di potong kecil-kecil dan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering. 3. Ekstraksi Langkah pertama yaitu peralatan ekstraksi dirangkai sesuai aturan, kemudian sampel ditimbang 15 g sesuai dengan kisaran berat yang dibutuhkan, kemudian dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam thimbel. Masukan pelarut etanol 96% ke dalam labu sebanyak 500 mL, dan kemudian dipanaskan pada suhu 65°C yang akan bekerja selama ± 2 jam sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi atau kurang lebih sebanyak 13 siklus. Setelah proses sokletasi selesai, ekstrak dipisahkan dengan pelarutnya menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC dengan kecepatan 40 rpm untuk mendapatkan ekstrak cair dan dipekatkan dengan memanaskan ekstrak didalam water bath yang telah diatur pada suhu 50°C. H. Formula Sediaan Hair Tonic Formula terpilih yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada formula hair tonic oleh penelitian Lestari, (2018).
33
Bahan tambahan lain yang digunakan adalah etanol 96%, propilen glikol, natrium metabisulfit, propil paraben, metil paraben, mentol dan aquades. Tabel 1. Formulasi sediaan Hair Tonic dibuat dalam 100 ml Komposisi Biji nangka Etanol Propilen glikol Propil paraben Metil paraben Natrium Metabisulfit Mentol
Vanilin Air suling
Fungsi
FI (%)(b/v)
Zat aktif Pelarut Kosolven dan humektan Pengawet Pengawet Antioksidan Pemberi sensasi dingin dan membantu penetrasi Pengaroma Pembawa
FII (%)(b/v)
FIII (%)(b/v)
5 30,00 15,00
7,5 30,00 15,00
10 30,00 15,00
0,01 0,1 0,1 0,30
0,01 0,1 0,1 0,30
0,01 0,1 0,1 0,30
qs
qs
qs
ad 100 mL
ad 100 mL
ad 100 mL
Ket : Ad 100 mL = dicukupkan volume menjadi 100 mL dengan penambahan air suling
I.
Cara pembuatan Pertama dilakukan penimbangan bahan-bahan yang digunakan dan ditandai sesuai nama bahan. Ekstrak biji nangka dilarutkan dalam propilen glikol dan aduk hingga homogen (diperoleh larutan A). Natrium Metabisulfit dilarutkan dalam 5 mL air suling (diperoleh larutan B) dan dicampur dengan larutan A. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan ke dalam 5 mL etanol, kemudian ditambahkan mentol dan dicampurkan ke dalam larutan A dan B sehingga diperoleh larutan C. Propilen glikol ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan C, diaduk hinga homogen kemudian ditambahkan air suling sampai batas volume mencapai 100 mL dan ditambahkan pengaroma vanilin
secukupnya, dan diaduk hingga homogen
kemudian diberi etiket.
34
H. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut 1. Persiapan Pengujian Hewan uji yang digunakan berupa kelinci putih jantan sebanyak 3 ekor yang berumur 3-4 bulan dengan bobot rata-rata 2–3 kg. Sebelum dilakukan percobaan, kelinci perlu diadaptasikan terlebih dahulu terhadap tempat, kandang dan makanan selama satu minggu. Selama adaptasi dan pengujian hewan uji diberikan makan dan minum dengan jenis yang sama (Jubaidah dkk., 2018). 2. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Uji aktivitas pertumbuhan rambut menggunakan metode Tanaka dkk (1980) yang dilakukan terhadap 3 ekor kelinci. Pada punggung kelinci yang telah dicukur dibuat kotak sebanyak 6 kotak, 3 kotak bagian kanan dan 3 kotak bagian kiri, dengan luas 2 cm2. Sediaan uji dioleskan ke punggung kelinci sebanyak 1 mL dua kali sehari selama 3 minggu. Pengamatan uji aktivitas pertumbuhan rambut dilihat berdasarkan panjang rambut. Sebelum diukur, rambut dicabut sebanyak 5 helai yang terpanjang. Untuk mempermudahkan pengukuran, rambut kelinci diletakkan pada selotip bening kemudian diukur panjangnya dengan jangka sorong (Jubaidah dkk., 2018). Berikut ilustrasi pengujian aktivitas pertumbuhan rambut.
Gambar 12. Ilustrasi Pengujian Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Punggung Kelinci Keterangan :
35
1 : Kontrol normal (tanpa pemberian apapun) 2 : Kontrol positif ( sedian hair tonic yang mengandung monoxidil 2 %) 3 : Kontrol negatif (sediaan hair tonic tanpa ekstrak biji nangka) 4 : formula 1 (sediaan hair tonic ekstrak biji nangka 5%) 5 : formula 2 (sediaan hair tonic ekstrak biji nangka 7,5%) 6 : formula 3 (sediaan hair tonic ekstrak biji nangka 10%)
3. Analisis Data Data dari parameter hasil pengujian yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dideskripsikan hasilnya. Data yang diperoleh dari setiap pengujian karakteristik fisik sediaan dianalisa dengan menggunakan Analisis data ANOVA. I. Uji Potensi Iritasi Digunakan 3 ekor kelinci sehat dengan berat 2 - 3 kg. Uji ini dilakukan menggunakan metode uji tempel (patch test). Sebelum perlakuan, kelinci tersebut dicukur rambutnya 1 kotak sebelah kiri dan 1 kotak sebelah kanan kira-kira 2,5 x 2,5 cm. Kelinci tersebut didiamkan selama 24 jam sebelum digunakan. Setelah pencukuran selesai, kemudian dilanjutkan dengan pemejanan formula hair tonic. Sebelum dioleskan sediaan, kulit kelinci dibersihkan pelan-pelan dengan kapas yang dibasahi dengan akuades, kemudian hair tonic dioleskan pada kulit kelinci dengan merata (Iryoto, 2010). Dosis yang digunakan adalah 0,5 mL untuk bahan yang berupa cairan yang dioleskan pada punggung kelinci, 1 area untuk hair tonic yang akan diuji dan 1 area untuk kontrol negatif (hair tonic tanpa ekstrak etanol biji nangka). Kemudian tutup dengan kasa steril dan direkatkan dengan plester, perekatan harus maksimal ini dimaksudkan agar dalam pemejanan kasa tidak lepas (BPOM, 2014). 36
Pemejanan hair tonic dilakukan selama 24 jam, setelah itu hair tonic yang menempel pada kulit kelinci dibersihkan dan dihilangkan menggunakan kapas yang dibasahi dengan akuades, amati adanya gejala toksik yang timbul yaitu iritasi primer yang berupa eritema dan edema selama 24, 48 dan 72 jam pada jam dan waktu yang sama (BPOM, 2014). Berikut ilustrasi pengujian potensi iritasi.
1
2
3
Gambar 13. Ilustrasi Pengujian Potensi Iritasi Pada Punggung Kelinci
Keterangan: 1 : Kepala Kelinci 2 : Punggung sebelah kiri (basis hair tonic) 3 : Punggung sebelah kanan (sediaan hair tonic) Dalam uji iritasi ada dua macam pengamatan yaitu pengamatan kualitatif dan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kualitatif dilakukan dengan melihat gejala toksik iritasi primer dengan melihat timbul tidaknya eritema dan edema setelah terpejam oleh tiap formula. Sedangkan untuk analisis kuantitatif dilakukan dengan mengelompokan eritema dan edema ke dalam skor-skor yang sesuai (Fitriana, 2012). Masing-masing sediaan uji dihitung jumlah dari indeks eritema dan indeks edema kemudian dihitung indeks iritasi dengan cara seperti berikut : Indeks iritasi Primer = Jumlah eritrema 24/48/72 jam + jumlah edema 24/48/72jam Jumlah kelinci
37
Setelah pengamatan pada area pengolesan selesai. Kemudian diamati apabila terjadi eritema, edema atau tidak. Kategori nilai keadaan kulit dapat dilihat pada Tabel 2, 3 dan di interpretasikan menurut kategori respon iritasi pada table 4. Tabel 2.Skor Derajat Edema (BPOM, 2014). Reaksi Kulit Tanpa edema Sangat sedikit edema (hamper tidak terlihat) Edema tepi berbatas jelas Edema sedang (tepi naik ±1 mm) Edema berat (tepi naik lebih dari 1 mm dan meluas keluar daerah pejanan)
Skor 0 1 2 3 4
Tabel 3. Skor Derajat Eritema (BPOM, 2014). Reaksi Kulit Tanpa eritema Sangat sedikit eritema (nyaris tidak terlihat) Eritema berbatas jelas Eritema sedang sampai berat Eritema berat (merah bit) sampai sedikit membentuk kerak)
Skor 0 1 2 3 4
Tabel 4. Skor Derajat Iritasi (BPOM, 2014). Evaluasi Tidak mengiritasi
Skor 0,0
Sangat sedikit iritasi
0,1-0,4
Sedikit iritasi
0,41-1,9
Iritasi sedang
2,0-4,9 5,0-8,0
Iritasi parah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan adalah membuat sediaan hair tonic dari ekstrak biji nangka dengan 3 (tiga) variasi konsentrasi kemudian diuji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut. Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap antara
lain
determinasi tumbuhan, penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi hair
38
tonic, uji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut dan uji potensi iritasi pada kelinci. A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan kebenaran biji nangka yang akan digunakan dalam penelitian. Proses determinasi terhadap biji nangka dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo Kendari. Determinasi dari biji nangka dilakukan dengan cara mencocokkan morfologi biji dengan menggunakan buku acuan Flora Untuk Sekolah di Indonesia (Van Steenis dkk., 2008). Kunci determinasi: 1a-2a-3b-4b-5a6b-7a (Lampiran 2.). Kunci determinasi tersebut menyatakan bahwa sampel yang digunakan adalah benar biji nangka dengan spesies Artocarpus heterophyllus. B. Penyiapan Sampel Pengambilan sampel biji nangka (artocarpus heterophylus) di desa koronua Kecamatan soblakoa Kabupaten konawe selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel biji nangka yang digunakan adalah jenis nangka salak yang matang. Sampel biji nangka yang diperoleh disortasi basah untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing lain. Pencucian dengan menggunakan air mengalir bertujuan menghilangkan pengotor yang melekat pada biji nangka, biji nangka yang telah dicuci dipotong-potong hingga berukuran kecil untuk memudahkan dalam proses pengeringan (Anggraini, 2017). Sampel biji nangka dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam. Tujuan penutupan dengan kain hitam selama pengeringan adalah menghindari kontak langsung antara sampel dengan matahari sehingga kerusakan
39
komponen-komponen yang terkandung dalam sampel dapat dikurangi dan kandungan air dapat berkurang (Anggraini, 2017). Kain hitam juga bersifat menyerap panas sehingga proses pengeringan dengan penutupan menggunakan kain hitam tidak akan mengganggu proses pengeringan. Penggerusan dilakukan untuk mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil dengan luas permukaan yang lebih besar sehingga dapat mempermudah proses sokletasi (Harbone, 1996). Hasil simplisia basah Artocarpus heterophylus dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Simplisia biji nangka
C. Ekstraksi Biji Nangka Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Metode ekstraksi soxhlet adalah suatu metode ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan solven berupa cairan secara kontinu. Peralatan yang digunakan dinamakan ekstraktor soxhlet (Depkes RI, 1985). Sampel biji nangka 2.000 gram diekstraksi menggunakan metode sokletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Sampel sebanyak 15 gram dibungkus
40
menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat soklet. Pelarut etanol 96% dimasukkan ke dalam labu soklet sebanyak 500 ml. Pada proses sokletasi, pelarut penyari yang ditempatkan di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan melewati pipa samping alat soklet dan mengalami pendinginan saat melewati kondensor. Pelarut yang telah berkondensasi tersebut akan jatuh pada bagian dalam alat soklet yang berisi sampel yang telah dibungkus dengan kertas saring dan merendamnya hingga mencapai bagian atas tabung sifon. Satu daur sokletasi dapat dikatakan telah terlewati, apabila alat soklet berisi pelarut telah terendam pelarut sampai bagian atas tabung sifon, kemudian seluruh bagian pelarut tersebut akan tertarik dan ditampung pada labu tempat pelarut awal. Larutan penyari yang terendam akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut (Elda dkk., 2014). Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%. Pemilihan etanol sebagai pelarut adalah karena etanol relatif kurang toksik dibandingkan metanol, murah, mudah didapat dan ekstrak yang diperoleh tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri serta umum digunakan dalam pembuatan ekstrak. Di samping itu, etanol bersifat semipolar sehingga memungkinkan senyawa polar maupun non polar yang terdapat dalam simplisia dapat tertarik. Ekstrak yang dihasilkan dievaporasi dengan menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu 50oC untuk memisahkan pelarut dari filtratnya. kemudian dipekatkan menggunakan water bath pada suhu 50°C. Penggunaan water bath untuk menguapkan pelarut etanol sehingga terpisah dari ekstrak hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 166,9 gram. Ekstrak kental biji nangka diperoleh rendemen
41
sebesar 8,345% (Lampiran 4). Hasil ekstrak biji nangka berwarna cokelat tua kehitaman dengan aroma bau khas biji nangka. Ekstrak kental yang diperoleh selanjutnya diformulasikan dalam sediaan hair tonic, dan sebelum itu ekstrak etanol biji nangka yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan skrining fitokimia yang telah dilakukan oleh
Zainudin
( 2018). Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol nangka mengandung metabolit sekunder flavonoid, polifenol, saponin, tanin, terpenoid dan alkaloid.
Gambar 15. Ekstrak biji nangka (Dokumentasi Pribadi, 2018).
D. Formulasi Hair Tonic Konsentrasi ekstrak biji nangka yang terdapat pada formula ditentukan berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan oleh Zainuddin (2018) yang menyatakan bahwa konsentrasi ekstrak biji nangka yang optimal dapat membantu pertumbuhan rambut dimulai dari konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengembangkan pemanfaatan tanaman biji nangka dengan melakukan formulasi ekstrak biji nangka menjadi sediaan hair
42
tonic. Jenis sediaan kosmetik perawatan rambut yang efektif untuk mengatasi rambut rontok adalah hair tonic. Bentuk sediaan hair tonic berupa larutan yang mudah diaplikasikan dan nyaman untuk kulit
rambut, mudah tersebar, tidak
lengket, dan tidak meninggalkan residu yang dapat memicu timbulnya ketombe (Aini, 2017). Bahan tambahan yang digunakan yaitu etanol, propilen glikol, mentol, natrium metabisulfit, propil paraben, metil paraben, vanillin dan akuades. Etanol digunakan sebagai
pelarut, propilen glikol terutama digunakan untuk
meningkatkan kelarutan dari bahan-bahan yang terdapat dalam formulasi dan sebagai humektan karena sifatnya yang dapat menahan peguapan air. Etanol telah membantu kelarutan dari ekstrak kental yang digunakan namun tidak terlarut sempurna. Oleh karena itu propilen glikol juga digunakan untuk lebih meningkatkan kelarutan ekstrak kental agar terlarut sempurna. Selain itu, propilen glikol juga membantu mengontrol viskositas sediaan dengan mempertahankan larutan tetap di kulit kepala sehingga kontak dengan kulit kepala lebih lama dan sediaan berpenetrasi lebih optimum (Rowe dkk, 2009). Mentol digunakan sebagai peningkat penetrasi sediaan pada kulit, mekanisme kerjanya adalah dengan memperbaiki permeabilitas membran sehingga zat aktif terpenetrasi dengan baik di kulit. Mentol selain digunakan untuk memberikan sensasi dingin pada kulit kepala juga digunakan untuk memberikan bau yang segar serta dapat meningkatkan penetrasi ke kulit (Rowe dkk, 2009). Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan pada sediaan berbasis air untuk mencegah proses oksidasi yang mungkin terjadi pada sediaan. Metil
43
paraben dan propil paraben dan digunakan sebagai pengawet, kombinasi pengawet dilakukan karena adanya kandungan air yang dalam jumlah cukup besar dalam hair tonic yang dapat menjadi medium
pertumbuhan mikroba, sehingga dengan
kombinasi kedua pengawet tersebut dapat memperluas aktivitas spektrum dari kedua pengawet ini. Vanilin digunakan sebagai pengaroma serta untuk menambah estetika sediaan (Rowe dkk, 2009). Formula yang dihasilkan pada sediaan hair tonic dapat dilihat pada Gambar 16.
Formula 1 (5%)
Formula ( 7,5%)
Formula 3 (10%)
Gambar 16. Sediaan hair tonic ekstrak biji nangka
E. Uji Akktivitas Pertumbuhan Rambut Formula hair tonic yang telah dibuat selanjutnya diuji aktivitas pertumbuhan rambut terhadap hewan uji kelinci jantan. Jenis kelamin jantan dipilih karena diharapkan pertumbuhan rambut tidak dipengaruhi oleh hormon estrogen (Sari dkk., 2016). Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita dibandingkan pria. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, kumis, ketiak,
44
kemaluan, dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. Hormon pria (androgen) akan merangsang kreatinisasi dan aktivitas kelenjar sebum, sedangkan hormon wanita (estrogen) menunjukkan efek menghambat (Depkes RI, 1985). Sebelum diberikan perlakuan pada hewan coba kelinci yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama satu minggu dengan tujuan agar hewan uji dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru agar tidak stres (Siska dkk., 2011). Digunakan kontrol positif Regrou Hair Restorer® yang merupakan sediaan sintesis topical solution yang mengandung minoksidil, alcohol, propilen glikol dan air murni. Di indikasikan mengobati kebotakan,digunakan secara sistemik berperan sebagai vasodilator perifer. Bila digunakan secara topical berperan dalam pertumbuhan rambut pada kebotakan dengan efek pertumbuhan pertama dimulai 4 bulan atau lebih. Dan bervariasi antara penderita satu dengan yang lainnya. Hasil tes klinik mengatakan bahwa penggunaan secara topical tidak memperlihatkan efek sistemik sehubungan dengan absorbsi minoksidil. Obat diaplikasikan dengan cara dioleskan atau disemprotkan pada daerah yang terjadi kebotakan dengan dosis pemakaian 1 mL 2 kali sehari. Jangan digunakan lebih dari 2 mL sehari kecuali atas petunjuk dokter. Efek samping yang terjadi yaitu terjadi iritasi lokal seperti kekeringan kulit, eritema, edema, gatal-gatal, pertumbuhan rambut yang berlebih (hypertrichosis) pada daerah yang tidak diobati dengan perasaan panas pada kulit,
45
kepala pusing, iritasi mata, infeksi telinga, dan gangguan penglihatan (PT.Surya Dermanto Medika). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas sediaan hair tonic ekstrak etanol biji nangka (Artocarpus heterophyllus) pada kelinci jantan. Kelompok perlakuan dibagi menjadi kelompok kontrol normal (tanpa pemberian), kontrol positif (sediaan sintesis yang beredar) , kontrol negatif (basis) dan formula hair tonic dengan konsentrasi ekstrak 5%, 7,5% dan 10%. Konsentrasi dipilih berdasarkan uji pendahuluan terhadap ekstrak etanol biji nangka yang dilakukan oleh Zainudin (2018). Konsentrasi 5%, 7,5 dan 10 % merupakan yang memiliki aktivitas sebagai pertumbuhan rambut. Pada pengukuran panjang rambut dilakukan selama 21 hari. Pada hari ke-7 (minggu ke-1) pertumbuhan rambut sudah dapat terlihat oleh mata sehingga dapat dilakukan pengukuran. Pengukuran selanjutnya dilakukan pada minggu ke-2 dan ke-3. Dari data pengukuran panjang rambut yang didapat kemudian dihitung rata-rata panjang rambut tiap-tiap perlakuan dari 3 ekor kelinci jantan. Setelah dilakukan pengujian hewan uji kelinci dirawat dan diberi pakan dan minum. Hewan uji tidak dimatikan karena pengujian hanya pada permukaan tubuh, tidak mempengaruhi sistemik dan organ. Sehingga tidak merugikan manusia maupun lingkungan sekitar. Hasil pengukuran panjang rambut kelinci dapat dilihat di Tabel 6. Tabel 6. Panjang rata-rata rambut kelinci selama perlakuan Perlakuan
Rata-rata panjang Rambut (mm) ± SD Minggu ke-1
Kontrol normal Kontrol Positif
2.51
±
6.7
±
Minggu ke-2 0.36 0.49
4.38
±
7.59
±
Minggu ke-3 0.35 0.59
5.48
±
0.46
9.66
±
0.51
46
Kontrol Negatif
2.7
±
0.32
4.52
±
0.37
5.6
±
0.43
Formula I
8.9
±
1.11
10.39
±
1.45
12.36
±
0.88
Formula II
11.54
±
1.01
13.54
±
0.84
15.93
±
0.46
Formula III
14.41
±
0.5
16.92
±
0.83
19.31
±
0.59
Pengamatan pertumbuhan rambut kelinci selama 3 minggu diketahui bahwa semua kelompok perlakuan mengalami pertumbuhan panjang rambut seperti yang terlihat pada grafik panjang rambut kelinci yang mengalami kenaikkan setiap
Panjang rambut kelinci (mm)
minggunya (Gambar 17). 25 20 Kontrol normal 15
Kontrol positif
10
Kontrol negatif Formula A (5%)
5
Formula B (7,5%) Formula C (10%)
0 1
2 Waktu (minggu)
3
Gambar 17 . Kurva Panjang Rata-rata Rambut Kelinci Selama Perlakuan
Pertumbuhan rambut kelinci selama 3 minggu yang paling rendah terlihat pada kelompok kontrol normal, kemudian diikuti secara berurutan oleh kontrol negatif, kontrol positif (minoksidil), formula A (ekstrak 5%), formula B (ekstrak 7,5%), formula C (ekstrak 10%) dan pertumbuhan rambut yang tertinggi terlihat pada kelompok formula C (ekstrak 10%). Data yang diperoleh dari hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut pada kelinci dianalisis menggunakan uji ANOVA untuk mengetahui apakah rata-rata panjang rambut kelinci dari masing-masing perlakuan berbeda atau tidak. Syarat ANOVA data harus terdistribusi normal. Hasil analisis normalitas menunjukkan 47
bahwa panjang rambut kelinci pada setiap daerah perlakuan terdistribusi normal, yaitu berdasarkan pada nilai taraf
signifikansi pada masing-masing daerah
perlakuan semua (P ≥ 0,05) (Lampiran 10), kemudian dilanjutkan pada uji homogenitas untuk melihat populasi data yang homogen dengan ketentuan signifikan (P ≥ 0,05) yang berarti data memiliki sifat yang sama atau homogen. Hasil uji homogenitas minggu ke-1, minggu ke-2 dan minggu ke-3, menunjukkan data homogen dinilai dari (P ≥ 0,05), sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA. Lampiran 10 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) antara minggu ke-1, minggu ke-2 dan minggu ke-3 data panjang rambut antara daerah perlakuan. Data panjang rambut kelinci antar daerah perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) sehingga dapat dikatakan semua formula hair tonic memiliki aktivitas untuk menstimulasi pertumbuhan rambut. Uji dilanjutkan dengan uji Least Significant Differences (LSD), bertujuan untuk menganalisis kelompok data yang memiliki perbedaan yang nyata dan kelompok data yang memiliki perbedaan tidak nyata. Data panjang rambut kelinci pada minggu ke-1, minggu ke-2 dan minggu ke-3 pada baris perlakuan kontrol positif, formula 1, formula 2, formula 3 memiliki perbedaan signifikan nilai signifikan tidak lebih besar dari 0,05 pada tabel uji LSD (Lampiran 10). Hal ini menunjukan pertumbuhan rambut tiap perlakuan berbeda-beda disebabkan konsentrasi ekstrak semakin meningkat sehingga efektivitas dari zat aktif memiliki kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan rambut semakin membaik serta dipicu oleh bahan tambahan formula hair tonic untuk membantu memicu
48
pertumbuhan rambut. Pada tabel uji LSD (Lampiran 10) baris kontrol normal dapat dilihat bahwa kontrol negatif (basis sediaan) tidak terdapat perbedaan yang signifikan (tidak berbeda nyata) dapat dilihat pada uji LSD (Lampiran 10). Hal tersebut menunjukkan bahwa
bahan
tambahan tidak berperan aktif
dalam
memberikan aktivitas sebagai penumbuh rambut. Kandungan kimia zat aktif yang berkhasiat sebagai penumbuh rambut juga meningkat sehingga efektivitas pertumbuhan. Hair tonic ekstrak biji nangka mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavanoid, saponin, polifenol, tanin serta vitamin dan nutrisi yang dapat menstimulasi pertumbuhan rambut (Zainudin, 2018). Alkaloid yang merupakan metabolit sekunder yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dan memperbesar tangkai rambut karena suplai zat makanan bertambah (Jubaidah dkk., 2018). Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab kerontokan rambut, sehingga senyawa flavonoid dapat mencegah radikal bebas tersebut dan mempercepat pertumbuhan rambut (Sitompul, 2002). Saponin mempunyai kemampuan membentuk busa yang berarti mampu membersihkan kulit dari kotoran, selain itu berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke folikel rambut (Nurjannah dkk., 2014). Polifenol dan tanin berfungsi sebagai antioksidan untuk mengurangi radikal bebas dan sebagai antibakteri dan antivirus bekerja menghambat bakteri dan virus
49
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan dan mencegah rambut rontok (Robinson, 1995). Selain itu dengan bentuk sediaan hair tonic memiliki penyerapan oleh kulit kepala sangat baik serta memperlancar peredaran darah (Depkes RI, 1985). Nutrisi berperan dalam menstimulasi pertumbuhan rambut. Air merupakan nutrisi yang penting karena hampir seperempat dari berat rambut terdiri dari air. Kelembaban akibat adanya air menyebabkan rambut menjadi lembut. Selain air malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori dimana protein 98% konsumsi makanan yang kandungan proteinya tinggi dapat menyehatkan rambut, vitamin A yang diperoleh melalui retinol yang didapat dari makanan yang berasal dari hewan dan beta karoten yang didapat dari makanan yang berasal dari tumbuhan, vitamin E yang diperoleh dari kacang-kacangan, bijibijian, padi-padian, alpukat, telur, susu, daging, minyak kedelai, kol dan beberapa sayuran seperti brokoli bayam dan lainya, vitamin B kompleks, vitamin C, yodium, zat besi, dan sistein, (Soedibyo dkk., 1999).
F. Uji Potensi Iritasi Sediaan Hair Tonic Iritasi adalah gejala inflamasi yang terjadi pada kulit atau membran mukosa segera setelah perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan menggunakan bahan kimia atau bahan lain. Uji iritasi dilakukan pada sediaan kosmetik sebelum dijual ke masyarakat umum. Uji iritasi dilakukan untuk mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan terhadap kulit (Iryoto, 2010).
50
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah kelinci putih jantan (Oryctolagus cuniculus), pemilihan kelinci putih jantan dikarenakan memiliki kulit yang sensitif dibandingkan kelinci jenis lainnya dan berdasarkan rambut kelinci putih lebih mudah dicukur dibandingkan kelinci jenis lain. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat apakah sediaan hair tonic ekstrak etanol biji nangka aman untuk digunakan dan untuk mengetahui tingkat eritema dan edema serta indeks iritasi primernya (BPOM, 2014). Pada sediaan topikal, salah satu parameter yang penting untuk diperhatikan adalah adanya kemungkinan produk yang diaplikasikan menimbulkan iritasi terhadap kulit. Munculnya iritasi dapat terjadi setelah beberapa waktu dari pengaplikasian sediaan, ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit akan mengering terasa nyeri, mengalami perdarahan, dan pecah-pecah. Iritasi yang terjadi pada kulit ditandai dengan adanya eritema dan edema, dimana eritema atau kemerahan terjadi karena dilatasi pembuluh darah pada daerah yang teriritasi, sedangkan pada edema terjadi perbesaran plasma yang membeku pada daerah yang terluka (Pratimasari dkk., 2015). Uji iritasi dilakukan pada penelitian ini yaitu dilakukan pada hewan uji yang berjumlah 3 ekor. Pengujian ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan hair tonic dan basis sediaan ke daerah punggung hewan uji. Punggung hewan uji tersebut sebelumnya dicukur 1 kotak sebelak kiri dan 1 kotak sebelah kanan. Setelah didiamkan selama 24 jam untuk membiasakan kelinci. Kemudian dioleskan sediaan kemudian ditutup dengan kasa steril. Pengamatan untuk uji iritasi dilakukan pada 1 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam setelah diberikan sediaan uji dengan cara
51
mengamati reaksi kulit yang timbul dengan 2 parameter pengamatan, yaitu tingkat eritema (reaksi kemerahan) dan tingkat edema (bengkak) yang timbul. Pengamatan dilakukan pada jam 24, 48 dan 72 jam setelah perban dilepaskan bertujuan untuk mengetahui kemungkinan munculnya reaksi iritasi yang tertunda. Kemudian hasil pengamatan tersebut diberi skor 0 sampai dengan 4 sesuai dengan tingkat keparahannya. Hewan uji tidak dimatikan karena pengujian hanya pada permukaan tubuh, tidak mempengaruhi sistemik dan organ. Sehingga tidak merugikan manusia maupun lingkungan sekitar. Tingkat iritasi dihitung berdasarkan pada perhitungan skor pengamatan (Tabel 3,4,5). Tabel 7. Hasil Uji Iritasi pada Kelinci Putih Jantan 24 jam No. Kelinci 1 2 3 Total Indeks Iritasi Primer
48 jam
72 jam
Eritema
Edema
Eritema
Edema
Eritema
Edema
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0
Dari hasil pengamatan pada tabel, untuk eritema yang terjadi pada kelinci 1, 2, dan 3 pada jam ke-24 diperoleh skor 0 (tanpa eritema) sedangkan untuk skor edema dari kelinci 1, 2, dan 3 pada jam ke-24 diperoleh skor 0 karena pada saat pengamatan tidak terlihat reaksi pembentukan edema. Begitu pula pada jam ke-48 dan ke-72 untuk skor eritema dan edema pada kelinci 1, 2 dan 3 diperoleh skor 0. Dengan hasil pengamatan pada kelinci 1, 2 dan 3 pada jam ke-24, 48 dan 72 adalah 0, maka hasil skor derajat iritasinya adalah 0. Hal tersebut menunjukan bahwa sediaan hair tonic ekstrak biji nangka yang diaplikasikan pada kulit kelinci jantan
52
tersebut tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada kulit dalam hal ini adalah iritasi.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Formula sediaan hair tonic dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% ekstrak etanol biji nangka memiliki aktivitas pertumbuhan rambut pada kelinci, konsentrasi
53
10% mempunyai aktivitas terbaik dalam mempercepat pertumbuhan rambut kelinci dan dapat menggantikan kontrol positif (minoksidil®). 2. Hasil skor derajat iritasi pada kelinci putih jantan adalah 0, sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan hair tonic ekstak etanol biji nangka tidak menimbulkan efek iritasi dan aman untuk digunakan. B. Saran Saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan uji iritasi mata untuk mengetahui efek toksik yang muncul setelah pemaparan sediaan uji pada mata.
DAFTAR PUSTAKA Achmad A.S., 1990, Hakim E.H., dan Makmur L., Flavonoid dan Fitomedika, Kegunaan dan Prospek, Jakarta: Phyto-Medika. Azis, Sriana, dan S.R. Muktiningsih., 1999, Artikel Studi Kegunaan Sediaan Rambut, Jakarta: Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes.
54
Apriyani, Delta dan Marwiyah., 2014, Pengaruh Nanas (Ananas Comosus) Terhadap Rambut Berketombe (Dandruff) Pada Mahasiswa Pendidikan Tata Kecantikan, Journal of Beauty and Beauty Health Education JBBHE, 3 (1). Akib, Nur I., Salim, Armin N.A., Malaka, M. H., Baka, W.A., 2016, Development and Evaluation of Waru (Hibiscus tiliaceus Linn.) Leaf and Avocado (Persea americana Mill.) Fruit Extracts for Hair Growth, International Journal of Chemical, Environmental & Biological Sciences (IJCEBS), 4(2). Anggraini, S., Safitriani, R. R., dan Santosa, U., 2007, Pengaruh Penutupan Dengan Kain Hitam Dan Konsentrasi Etanol Terhadap Kandungan Kurkuminoid Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Simplisia Temulawak (Curcuma xanthrrhiza), Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 18(2). Arista, Mega., 2013, Aktivitas Antioksidan Ekstrak etanol 80% dan 96% daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(2). Aini,Q., 2017, Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan Dari Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium L.), Jurnal Farmasi Lampung, 6 (2). Balsam, M.S., and Sagarin, E., 1974, Cosmetic Science and Technology, Vol.III, 2nd Ed., Wiley Interscience, a division of Wiley and Son, New York. BPOM, 2014, Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo, Depkes RI, Jakarta. Babu, Nandhitha G., 2017. Extraction And Comparison Of Properties Of Jackfruit Seed Oil And Sunflower Seed Oil, International Journal of Scientific & Engineering Research, 8 (11). Departemen Kesehatan RI, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Damron, M., 2003, Klasifikasi Makhluk Hidup : Mamali, Gramedia Pustaka Utama, dan Keindahan Rambut: Jakarta. Delphin.D.V., Haripriya.R., Subi.S., Jothi.D., Thirumalai P.V., 2014, Phytochemical Screening Of Various Ethanolic Seed Extracts, World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences, Vol. 3 (7). 55
Diana, W, 2014, Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat Dan Madu Sebagai Bahan Aktif Hair Tonic Untuk Rambut Rontok, e-Journal, 3(1). Darwis, D., 2000, Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi, FMIPA, Universitas Andalas, Padang. Ditjen POM., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 1, 3, Jakarta, Departemen Kesehatan Rebublik Indonesia. Elda, M., Fatmawati., dan Santy, O., 2014, Ekstraksi Minyak Biji Kapuk Dengan Metode Ekstraksi Soxhlet, Jurnal Teknik Kimia, 20(1). Fitriana, Apri Yudis., Retno, Wahyuningrum, Sudarso., 2012, Daya Repelan dan Uji Iritasi Formula Lotion Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn) dengan Variasi Basis Lanolin terhadap Nyamuk Aedesaegypti,Pharmacy, 9(2). Febriani, A., Berna, E, & Mahdi, J., 2016, Uji Akvitas dan Keamanan Hair Tonic Ekstrak Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Pada Pertumbuhan Rambut Kelinci. Jurnal Farmasi Indonesia, 8(1), 262-263. Heyne, K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 3, Departemen Kehutanan, Jakarta. Harbone, J. B., 1996, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan (K. Padmawinata, dan I. Soediro, Penerjemah). Penerbit ITB, Bandung. Hustamin, R, 2006, Panduan Memelihara Kelinci Hias, PT Agro Media Pustaka: Jakarta Selatan. Handayani, C.S., Indri, H., dan Susanti, 2009, Uji Fototoksisitas Sediaan Krim Muka “X” terhadap Kelinci Putih Jantan. Pharmacy, Vol. 6(1). Iryoto, G., Ika, Y.H dan Didik, S., 2010, Sifat Fisik dan Uji Iritasi Primer Gel Ekstrak Etanol Buah Mahkota Dewa Phaleriamacrocarpa (Schft Boert) dengan Basis CMC Na dan Aqupect 505, Pharmacy, 7(2).
56
Illing, I., Wulan, S., dan Erfiana, 2017, Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal Dinamika, 8(1). Jubaidah, S., Ria, I., Hayatus, S., Heri, W., 2018, Formulasi Dan Uji Pertumbuhan
Rambut Kelinci Dari Sediaan Hair Tonic Kombinasi Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn) Dan Daun Mangkokan (Polyscias scutellaria (Burm.f.) Fosberg), Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(1). Kartadisastra, H.R., 1997, Ternak Kelinci, Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Kamkaen, N., Phuntuwate, W., Samee, W., Boonrod, A., & Treesak, C. 2007. The Investigation of the rabbit and Human Skin Irritation Herbal Antiwrinkle Cream. Vol. 2 (1). Thai Pharmaceutical and Health Science Journal, 20-25. Kusumadewi, 2011, Pengetahuan dan Seni Tata Rambut Moderen, Jakarta: Meutia Cipta Sarana & DPP, Tiara Kusuma. Kristishanti,A., Phuntuwate, W., 2011, Kemampuan Sediaan Hair Tonic Ekstrak Kulit Apel (Malus Sylvestris L.) Var Rome Beauty Dalam Menumbuhkan Rambut Kelinci, Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XV dan Kongres Obat Tradisional Indonesia IV. Kartodimedjo, S, 2013, Cantik dengan Herbal, Rahasia Puteri Keraton, Yogyakarta, Citra Media. Kuncari, Emma Sri., Iskandarsyahdan Praptiwi., 2014, Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung Minoksidil, Apigenin dan Perasan Herba Seledri (Apium graveolensL.), Bul. Penelit. Kesehat, 42(4). Lestari, F. A., Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus. Lmk). Skripsi. Mescher, A.L., 2010, Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas, New York: Mc Graw Hill Medical. Marchaban, Soegihardjo, C.J., dan Kumarawati, F.E., 2010, Uji Aktivitas Sari Daun Randu (Ceiba pentandra Gaertn.) sebagai Penumbuh Rambut, Fakultas Parmasi UGM, Yogyakarta. Maurya, Pooja, 2017, Utilization Of Jackfruit (Artocarpus heterophyllus lam.) Seed For The Development Of Value Added Products And Their Quality
57
Evaluation, Thesis, Maharana Pratap University Of Agriculture And Technology. Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal Kesehatan, 7(2). Nurjanah., Maria Krisnawati., 2014, Pengaruh Hair Tonic Lidah Mertua (Sanseviera Trifasciata Prain) Dan Seledri (Apium Graveolens Linn)” Untuk Mengurangi Rambut Rontok, Journal Of Beauty And Beauty Health Education, 3 (1).
Nusmara, K.G., 2012, Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica charantia), Skripsi, Program Studi Farmasi FMIPA UI. Depok. Nusa, M.I., Misril.F dan Siti.F., 2014, Studi Pengolahan Biji Buah Nangka Dalam Pembuatan Minuman Instan, Agrium, 19 (1). Pusponegoro, Erdina H.D, 2002, Kerontokan Rambut Etiopatogenesis, Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta. Parker, K, 2010, The Rabbit Handbook, Barron’s Aducational Series, New York. Purnamas ari. D., 2013, Pengaruh Jumlah Air Bongol Pisang klutuk Terhadap Sifat Fisik dan Masa Simpan Hair Tonic Rambut Rontok, e-Jurnal, Surabaya,Universitas Negeri Surabaya. Pratiwi, I., 2009, Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium, Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta. Purwantini, 2013, Kombinasi Daun Teh Dan Daun Mangkokan Sebagai Penumbuh Rambut, Skripsi, Jogjakarta, Universitas Gadjah Mada. Pratimasari, D., Nining, S., dan Nining, S., 2015, Evaluasi Sifat Fisik dan Uji Iritasi Sediaan Salep Minyak Atsiri Bunga Cengkeh Dalam Basis Larut Air, Jurnal Ilmiah Farmasi, 11(1). PT. Surya Dermanto Medica Laboratories. Surabaya. Indonesia.
58
Robinson T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung: Institut Teknologi Bandung. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients sixth edition.Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association,Ino, London: Pharmaceutical Press. Rahmawati, A., Sudarso., Hartanti, D., 2009, Efek Hair Tonic Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Dan Uji Fitokimianya, Pharmacy, 1 (2). Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Soedibyo, B.R.A.M., dan Dalimartha, S., 1998, Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen, PT. Penebar Swadaya, Bogor. Sitompul S., 2002, Kandungan Senyawa Polifenol dalam Tanaman Lidah Buaya, Daun Mimba, dan Ampas Buah Mengkudu, Bogor: BPT Ciawi. Soedirman, I., Ika, Y.A dan Kristanti., 2009, Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik dan Iritasi Primer Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb), Pharmacy, 1(9). Soepardiman, L., 2010, Kelainan Rambut, Dalam: Djuanda, Adhi, dkk., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sinaga, R., Sunny, W., dan Marie, M.K., 2012, Peran Melanosit pada Proses Uban, Jurnal Biomedik, 4(3). Tanaka, S., M. Saito., Sabata M., 1980. Bioassay of Crude Drugs for Hair Growth Promoting Activity in Mice by A New Simple Method, Journal of Medicinal Plant Research. Tranggono, S.R., 1992, Kiat-kiat Apik Tampil Sehat dan Cantik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tranggono, I.R., Latifah, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetika, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
59
Tambunan, Lidia Romito, 2012, Uji Stabilitas Mikro Emulsi Ektrak Daun Seledri dan Mikroemulsi Ekstrak Daun Urang Aring dan Efektivitasnya Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Jantan Spraque Dawley, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi. Tejpal, A., and Parle, A., 2016, Jackfruit: A Health Boon, Int. J. Res. Ayurveda Pharm,7(3). Umborowati, M.A dan Rahmadewi., 2012, Rambut Rontok Akibat Lingkungan dan Kosmetik (Environment and Cosmetic Induced Hair Loss), Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin, 24 (1). Van Steenis, 2008, Flora, Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Wade, A., and Weller, P.J., 1994, Handbook of Pharmaceutical Excipients, American Pharmaceutical Association, London. Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Cetakan , 202 -11, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Zainuddin, N.S., 2018. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Dari Ekstrak Etanol Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) Terhadap Hewan Coba Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Skripsi.
LAMPIRAN PROSEDUR PENELITIAN Lampiran 1. Determinasi
60
61
Lampiran 2. Surat Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
62
Lampiran 3. Diagram Alir Metode Penelitian 63
A. Pengolahan Sampel Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) - dicuci dengan air bersih - dirajang kecil-kecil - dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering Simplisia Biji Nangka
B. Pembuatan Ekstrak Simplisia Biji Nangka - alat soklet dirangkai sesuai aturan - sampel ditimbang 15 gram - dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam thimbel - dimasukkan pelarut etanol 96% ke dalam labu - dipanaskan pada suhu 50°C yang akan bekerja selama ± 2 jam sampai tetesan siklus tidak berwarna.
Filtrat
Residu
- ditampung - diuapkan dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 40°C dengan kecepatan 40 rpm. - diperoleh ekstrak kental. - dimasukan ke dalam water bath pada suhu 50 °C. Estrak kental
C. Formulasi Tonik Rambut Ekstrak Kental Biji Nangka
64
- ditimbang - dilarutkan dalam propilen glikol Larutan A Natrium Metabisulfit - ditimbang masing-masing - dilarutkan dalam air suling Larutan B
+
Mentol
Metil Paraben
Propil Paraben
- ditimbang masing-masing - dilarutkan dalam etanol 96% Larutan C Larutan A
+
Larutan B
+
Larutan C
- dicampur - ditambahkan air suling sampai 100 mL - diberikan pengaroma vanillin secukupnya - diaduk hingga homogen - disimpan dalam wadah kemasan dan dilabeli Formula Tonik Rambut
Lampiran 4. Perhitungan Bahan
65
Perhitungan bahan dengan bobot 100 mL untuk masing-masing sediaan 1. Formula A Tiap 100 mL mengandung 5
a. Ekstrak biji nangka 5% = 1oo × 100 = 5,5 g 15
b. Propilen glikol 15% = 100 × 100 = 15 g ρ=
𝑚 𝑣
𝑚
=> 𝑣 =
15 𝑔𝑟
= 1,038 𝑔/𝑚𝑙 = 14,4 mL
𝜌
Keterangan : ρ
= massa jenis (g/mL)
m = massa (g) v
= volume (mL) 30
c. Etanol 30% = 1𝑜𝑜 × 100 = 30 𝑔 ρ=
𝑚 𝑣
=> 𝑣 =
𝑚 𝜌
30 𝑔𝑟
= 0,8139 𝑔/𝑚𝑙 = 36,85 mL
Keterangan : ρ = massa jenis (g/mL) m = massa (g) v = volume (mL) d.
Natrium Metabisulfat
e.
Metil Paraben
f.
Mentol 0,30% =
g.
Vanili qs
h.
Air suling ad 100 mL
0,01% =
0,01 100
× 100 = 0,01 g
0,1
0,1%=100 × 100 = 0,1 g 0,30 100
× 100 = 0,30 g
2. Formula B 66
Tiap 100 mL mengandung 7,5
7,5% = 1oo × 100 = 7,5 g
a. Ekstrak biji nangka
15
b. Propilen glikol 15% = 100 × 100 = 15 g ρ=
𝑚 𝑣
=> 𝑣 =
𝑚
15 𝑔𝑟
= 1,038 𝑔/𝑚𝑙 = 14,4 mL
𝜌
Keterangan : ρ
= massa jenis (g/mL)
m = massa (g) v
= volume (mL) 30
c. Etanol 30% = 1𝑜𝑜 × 100 = 30 𝑔 ρ=
𝑚 𝑣
=> 𝑣 =
𝑚
30 𝑔𝑟
= 0,8139 𝑔/𝑚𝑙 = 36,85 mL
𝜌
Keterangan : ρ = massa jenis (g/mL) m = massa (g) v = volume (mL) d. Natrium Metabisulfat 0,01% = e. Metil Paraben f. Mentol 0,30% =
0,01 100
0,1% = 0,30 100
× 100 = 0,01 g
0,1 100
× 100 = 0,1 g
× 100 = 0,30 g
g. Vanili qs h. Air suling ad 100 mL
3. Formula C
67
Tiap 100 mL mengandung 10
a. Ekstrak biji nangka 10% = 1oo × 100 = 10 g 15
b. Propilen glikol 15% = 100 × 100 = 15 g ρ=
𝑚 𝑣
=> 𝑣 =
𝑚 𝜌
15 𝑔𝑟
= 1,038 𝑔/𝑚𝑙 = 14,4 mL
Keterangan : ρ = massa jenis (g/mL) m = massa (g) v = volume (mL) c. Etanol 30% = ρ=
𝑚 𝑣
30 1𝑜𝑜
=> 𝑣 =
× 100 = 30 𝑔 𝑚 𝜌
30 𝑔𝑟
= 0,8139 𝑔/𝑚𝑙 = 36,85 mL
Keterangan : ρ = massa jenis (g/mL) m = massa (g) v = volume (mL) d. Natrium Metabisulfat 0,01% =
0,01 100
e. Metil Paraben
0,1% =
f. Mentol
0,30% =
× 100 = 0,01 g
0,1 100 0,30 100
× 100 = 0,1 g × 100 = 0,30 g
g. Vanili qs h. Air suling ad 100 mL
68
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Rendemen Ekstrak Etanol Biji Nangka Berat ekstrak kental
= 166,9 gram
Berat simplisa kering
= 2000 gram
Rendemen ekstrak
= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
=
166,9 x 100% 2000
= 8,345%
69
Lampiran 6. Uji Pertumbuhan Rambut Pada Hewan Coba
Hewan Uji - disiapkan 3 ekor kelinci - diaklitimasi selama 7 hari - dicukur rambut setiap daerah perlakuan berbentuk persegi dengan ukuran 2 cm2 - punggung kelinci dibagi menjadi 6 bagian
Kontrol normal
Kontrol positif
Kontrol negatif
Formula 1 Ekstrak biji nangka 5%
Formula 2 Ekstrak biji nangka 7,5%
Formula 3 Ekstrak biji nangka 10%
- dilakukan pemberian formula hair tonic pada pagi dan sore hari dengan volume 1 mL sampai 21 hari di hitung dari hari ke-0. - dilakukan pengukuran pertumbuhan rambut dengan jangka sorong pada hari ke 7, 14, dan 21. Analisis data menggunakan uji ANOVA
Analisis data
70
Lampiran 7. Pengujian Iritasi pada Kelinci Kelinci Putih Jantan - dicukur rambutnyanya 1 kotak sebelah kiri dan 1 kotak sebelah kanan kira-kira 2,5 cm x 2,5 cm. - didiamkan selama 24 jam sebelum diberikan sediaan. - dibersihkan pelan-pelan dengan kapas yang dibasahi dengan akuades, kemudian hair tonic dioleskan pada kulit kelinci dengan merata. - dioleskan 0,5 mL pada punggung kelinci, 1 area untuk hair tonic yang akan diuji dan 1 area untuk kontrol negatif (hair tonic yang tidak mengandung ektrak biji nangka. - ditutup dengan kasa steril dan direkatkan dengan plester, perekatan harus maksimal ini dimaksudkan agar dalam pemejanan kasa tidak lepas. - dilakukan selama 24 jam, setelah itu hair tonic yang menempel pada kulit kelinci dibersihkan dan dihilangkan menggunakan kapas yang dibasahi dengan akuades. - diamati adanya gejala toksik yang timbul yaitu iritasi primer yang berupa eritema dan edema selama 24, 48 dan 72 jam pada waktu dan perlakuan yang sama. Skor Derajat Iritasi
Lampiran 8. Berat Badan Hewan Percobaan (Kelinci) 71
I 2,0 Kg 2,0 Kg
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) II 2,1 Kg 2,0 Kg
III 2,0 Kg 2,0 Kg
Lampiran 9. Rata-rata Panjang Pertumbuhan Rambut Kelinci Setiap Minggu
72
Kelinci
Perlakuan
Rata-rata panjang Rambut (mm) ± SD Minggu ke-1
I
2.51
±
0.36
4.38
± 0.35
5.48
± 0.46
Kontrol Positif
6.7
±
0.49
7.59
± 0.59
9.66
± 0.51
Kontrol Negatif
2.7
±
0.32
4.52
± 0.37
5.6
± 0.43
1.11
10.39
1.01
13.54
0.5
16.92
Formula II Formula III
8.9 11.54 14.41
± ± ±
± ± ±
1.45
12.36
0.84
15.93
0.83
19.31
± ± ±
0.88 0.46 0.59
Kontrol normal
2.51
± 0.36
4.38
± 0.35
5.48
± 0.46
Kontrol Positif
6.7
± 0.49
7.59
± 0.59
9.66
± 0.51
Kontrol Negatif
2.7
± 0.32
4.52
± 0.37
5.6
± 0.43
Formula I Formula II Formula III III
Minggu ke-3
Kontrol normal
Formula I
II
Minggu ke-2
8.9 11.54 14.41
± ± ±
1.11
10.39
1.01
13.54
0.5
16.92
± ± ±
1.45
12.36
0.84
15.93
0.83
19.31
± ± ±
0.88 0.46 0.59
Kontrol normal
2.51
± 0.36
4.38
± 0.35
5.48
± 0.46
Kontrol Positif
6.7
± 0.49 ± 7.59
± 0.59
9.66
± 0.51
Kontrol Negatif
2.7
± 0.320.11 4.52
± 0.37
5.6
± 0.43
±
1.114.8010.39
±
±
1.01 ± 13.54
±
Formula I Formula II Formula III
±
8.9 11.54 14.41
±
0.50.0816.92
±
1.45
12.36
0.84
15.93
0.83
19.31
7.00
0.08 4.80
± 0.00
± 0.08 6.90 ± 0.10
73
± ± ±
0.88 0.46 0.59
Lampiran 10. Analisis Data Pertumbuhan Rambut Kelinci Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Sig.
.189 .166 .177
18 18 18
.090 .200* .143
minggu_1 minggu_2 minggu_3
Test of Homogeneity of Variances
minggu_1 minggu_2 minggu_3
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
2.336 2.731 .571
5 5 5
12 12 12
.106 .071 .721
ANOVA
minggu_1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
3426015.333
5
685203.067
136.380
.000
60290.667
12
5024.222
Total
3486306.000
17
Between Groups
3801949.167
5
760389.833
110.274
.000
82745.333
12
6895.444
Total
3884694.500
17
Between Groups
4658392.444
5
931678.489
277.639
.000
40268.667
12
3355.722
4698661.111
17
Between Groups Within Groups
minggu_2
Within Groups minggu_3
Within Groups
Total
74
Multiple Comparisons LSD Dependent Variable (I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference (I-J)
95% Confidence Interval Std. Error
Sig. Lower Bound
Upper Bound
minggu_1 kontrol normal kontrol +
-402.33333*
57.87471 .000
-528.4315
-276.2352
kontrol -
18.66667
57.87471 .753
-107.4315
144.7648
f1
-624.66667*
57.87471 .000
-750.7648
-498.5685
f2
-884.00000
*
57.87471 .000
-1010.0981
-757.9019
f3
-1171.66667*
57.87471 .000
-1297.7648
-1045.5685
kontrol normal
402.33333
*
57.87471 .000
276.2352
528.4315
kontrol -
421.00000*
57.87471 .000
294.9019
547.0981
f1
-222.33333
*
57.87471 .002
-348.4315
-96.2352
f2
-481.66667*
57.87471 .000
-607.7648
-355.5685
f3
*
57.87471 .000
-895.4315
-643.2352
-18.66667
57.87471 .753
-144.7648
107.4315
kontrol +
-421.00000
*
57.87471 .000
-547.0981
-294.9019
f1
-643.33333*
57.87471 .000
-769.4315
-517.2352
f2
-902.66667
*
57.87471 .000
-1028.7648
-776.5685
f3
-1190.33333*
57.87471 .000
-1316.4315
-1064.2352
kontrol normal
624.66667
*
57.87471 .000
498.5685
750.7648
kontrol +
222.33333*
57.87471 .002
96.2352
348.4315
*
57.87471 .000
517.2352
769.4315
f2
-259.33333*
57.87471 .001
-385.4315
-133.2352
f3
*
57.87471 .000
-673.0981
-420.9019
884.00000*
57.87471 .000
757.9019
1010.0981
kontrol +
481.66667
*
57.87471 .000
355.5685
607.7648
kontrol -
902.66667*
57.87471 .000
776.5685
1028.7648
f1
259.33333
*
57.87471 .001
133.2352
385.4315
f3
-287.66667*
57.87471 .000
-413.7648
-161.5685
*
57.87471 .000
1045.5685
1297.7648
769.33333*
57.87471 .000
643.2352
895.4315
*
57.87471 .000
1064.2352
1316.4315
547.00000*
57.87471 .000
420.9019
673.0981
kontrol +
kontrol -
f1
kontrol normal
kontrol -
f2
f3
kontrol normal
kontrol normal kontrol + kontrol f1
-769.33333
643.33333 -547.00000
1171.66667 1190.33333
f2
413.7648 287.66667
*
57.87471 .000
161.5685
75
minggu_2 kontrol normal kontrol +
-307.33333*
67.80091 .001
-455.0588
-159.6078
kontrol -
13.33333
67.80091 .847
-134.3922
161.0588
f1
-587.00000*
67.80091 .000
-734.7255
-439.2745
f2
-902.00000
*
67.80091 .000
-1049.7255
-754.2745
-1240.00000
*
67.80091 .000
-1387.7255
-1092.2745
kontrol normal
307.33333
*
67.80091 .001
159.6078
455.0588
kontrol -
320.66667*
67.80091 .000
172.9412
468.3922
-279.66667
*
67.80091 .001
-427.3922
-131.9412
-594.66667
*
67.80091 .000
-742.3922
-446.9412
-932.66667
*
67.80091 .000
-1080.3922
-784.9412
-13.33333
67.80091 .847
-161.0588
134.3922
-320.66667
*
67.80091 .000
-468.3922
-172.9412
-600.33333
*
67.80091 .000
-748.0588
-452.6078
f2
-915.33333
*
67.80091 .000
-1063.0588
-767.6078
f3
-1253.33333*
67.80091 .000
-1401.0588
-1105.6078
587.00000
*
67.80091 .000
439.2745
734.7255
279.66667
*
67.80091 .001
131.9412
427.3922
600.33333
*
67.80091 .000
452.6078
748.0588
f2
-315.00000*
67.80091 .001
-462.7255
-167.2745
f3
-653.00000
*
67.80091 .000
-800.7255
-505.2745
902.00000
*
67.80091 .000
754.2745
1049.7255
kontrol +
594.66667
*
67.80091 .000
446.9412
742.3922
kontrol -
915.33333*
67.80091 .000
767.6078
1063.0588
315.00000
*
67.80091 .001
167.2745
462.7255
-338.00000
*
67.80091 .000
-485.7255
-190.2745
1240.00000
*
67.80091 .000
1092.2745
1387.7255
932.66667*
67.80091 .000
784.9412
1080.3922
1253.33333
*
67.80091 .000
1105.6078
1401.0588
653.00000
*
67.80091 .000
505.2745
800.7255
338.00000
*
67.80091 .000
190.2745
485.7255
minggu_3 kontrol normal kontrol +
-402.66667*
47.29850 .000
-505.7212
-299.6121
kontrol -
15.33333
47.29850 .751
-87.7212
118.3879
f1
-672.33333*
47.29850 .000
-775.3879
-569.2788
f2
-1029.66667
*
47.29850 .000
-1132.7212
-926.6121
f3
-1367.33333*
47.29850 .000
-1470.3879
-1264.2788
kontrol normal
402.66667
*
47.29850 .000
299.6121
505.7212
kontrol -
418.00000*
47.29850 .000
314.9454
521.0546
f3 kontrol +
f1 f2 f3 kontrol -
kontrol normal kontrol + f1
f1
kontrol normal kontrol + kontrol -
f2
kontrol normal
f1 f3 f3
kontrol normal kontrol + kontrol f1 f2
kontrol +
76
kontrol -
f1
f1
-269.66667*
47.29850 .000
-372.7212
-166.6121
f2
-627.00000*
47.29850 .000
-730.0546
-523.9454
f3
*
47.29850 .000
-1067.7212
-861.6121
-15.33333
47.29850 .751
-118.3879
87.7212
kontrol +
-418.00000
*
47.29850 .000
-521.0546
-314.9454
f1
-687.66667*
47.29850 .000
-790.7212
-584.6121
f2
-1045.00000
*
47.29850 .000
-1148.0546
-941.9454
f3
-1382.66667*
47.29850 .000
-1485.7212
-1279.6121
kontrol normal
672.33333
*
47.29850 .000
569.2788
775.3879
kontrol +
269.66667*
47.29850 .000
166.6121
372.7212
*
47.29850 .000
584.6121
790.7212
f2
-357.33333*
47.29850 .000
-460.3879
-254.2788
f3
-695.00000
*
47.29850 .000
-798.0546
-591.9454
kontrol normal
1029.66667*
47.29850 .000
926.6121
1132.7212
kontrol +
627.00000
*
47.29850 .000
523.9454
730.0546
kontrol -
1045.00000*
47.29850 .000
941.9454
1148.0546
f1
357.33333
*
47.29850 .000
254.2788
460.3879
f3
-337.66667*
47.29850 .000
-440.7212
-234.6121
*
47.29850 .000
1264.2788
1470.3879
964.66667*
47.29850 .000
861.6121
1067.7212
*
47.29850 .000
1279.6121
1485.7212
f1
695.00000*
47.29850 .000
591.9454
798.0546
f2
*
47.29850 .000
234.6121
440.7212
kontrol normal
kontrol -
f2
f3
kontrol normal kontrol + kontrol -
-964.66667
687.66667
1367.33333 1382.66667 337.66667
77
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian A. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus)
B. Pengolahan Sampel
Pengumpulan sampel
Perajangan
Sokletasi
Pengeringan
Evaporasi
pencucian
Penggerusan Serbuk Kasar
Ekstrak Kental 78
C. Formulasi Hair Tonic
1.
Bahan tambahan
Penimbangan bahan
Formula 1 (5%) Formula ( 7,5%)
Formulasi hair tonic
Formula 3 (10%)
Formula tanpa Ekstrak
Formula hair tonic
79
D. Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Aklimatisasi
Pencukuran
Pengolesan
Pencabutan
Pengukuran
80
Hasil Pengamatan
Pertumbuhan Minggu 1
Pertumbuhan minggu 2
Pertumbuhan minggu 3
81
E. Uji Potensi Iritasi
Aklimatisasi
Pencukuran
Pengolesan
Ditutup menggunakan kasa steril 82
Hasil pengamatan
Formula Tanpa Ektrak
Formula Ekstrak 10%
Pengamatan jam ke-24
Formula Tanpa Ektrak
Formula Ekstrak 10%
Pengamatan jam ke-48
Formula Tanpa Ektrak
Formula Ekstrak 10%
Pengamatan jam ke-72
83
84