Bismillah Kti.docx

  • Uploaded by: erlina48
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bismillah Kti.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,226
  • Pages: 22
RENCANA PENELITIAN JUDUL PENELITIAN

: UJI EFEKTIVITAS KOMBINASI REBUSAN DAUN KOL BANDA (Pisonia alba Span) DAN DAUN INSULIN (Vernonia amygdalina Del) PADA PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA MENCIT (Mus musculus)

NAMA MAHASISWA

: ERLINA RAHMADHANI

NIM

: PO.71.3.251.16.1.023

PEMBIMBING 1

: Rusdiaman, S. Si, M, Si. Apt

PEMBIMBING 2

: Sisilia TR Dewi, S. Si. M. Kes. Apt BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah dan gangguan metabolisme insulin. Penderita DM tidak dapat mensekresi insulin dalam jumlah cukup atau menggunakan insulin secara efektif, maupun keduanya. Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes tipe 1 biasanya timbul pada usia remaja (9-13 tahun) disebabkan karena adanya penyakit autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2 timbull pada usia 30-40 tahun dan biasanya terjadii karena obesitas. DM tipe 2 ini terjadi karena defisiensi insulin relative atau resisten insulin (Rolfes SR, 2009). Chang et al 2007 berpendapat bahwa banyak terapi alternatif seperti suplemen gizi, obat-obatan herbal, saran gizi, penyembuhan spiritual dan teknik relaksasi lebih disukai di antara penderita diabetes. Di antara obat herbal, kayu manis sejati, labu pahit, bawang putih dan fenugreeks digunakan untuk memasak serta untuk mengobati diabetes di banyak negara seperti

India, Amerika Serikat dan Cina, (Ching et al., 2013). Tetapi banyak tanaman obat yang kurang dimanfaatkan karena mitos dan kepercayaan tetapi sekarang telah perlahan-lahan dieksplorasi secara ilmiah. Ini jelas menunjukkan bahwa ramuan lokal kurang dimanfaatkan dan selain itu tidak banyak penelitian telah dilakukan pada ramuan lokal yang berguna dalam mengobati atau mengendalikan diabetes. Dengan demikian, penelitian ini dikemukakan sebagai upaya sederhana untuk mengatasi masalah tersebut dengan memanfaatkan penggunaan herbal untuk mengendalikan diabetes. Penelitian yang menyatakan banhwa ekstrak etanol Daun Kol Banda tidak menghasilkan toksisitas dan menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kadar glikemik tikus jantan diabetik. Pengurangan signifikansi mungkin disebabkan oleh adanya konstituen phyto yang dilaporkan dalam daun Pg. Oleh karena itu, penelitian masa depan bertujuan untuk menyoroti anti aktivitas diabetes serbuk daun Pg pada subyek manusia menggunakan konsumsi makanan sehari-hari ( Vimalavalli S and Raji Sugumar V, 2015). Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Akah dkk (2011) dapat diketahui bahwa ekstrak Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) mengandung banyak senyawa flavonoid. Dengan adanya kandungan senyawa flavonoid tersebut maka Daun Afrika memiliki kemampuan sebagai antidiabetes karena senyawa flavonoid dapat merangsang sekresi insulin. Penelitian lain yang dilakukan oleh Atangwho dkk (2010) memperoleh hasil bahwa pemberian ekstrak Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) pada tikus yang telah diinduksi aloksan secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah 25,91% dan glukosa serum 41,70% dibandingkan kelompok kontrol. Tujuan penelitian ini untuk menilai efektivitas pemberian terapi kombinasi apakah semakin baik dengan bekerja secara sinergis yang akan berefek potensiasi yaitu kedua obat saling memperkuat khasiatnya ataukah efeknya semakin berkurang karena terjadi interaksi obat yang satu mempengaruhi atau mengubah proses absorbsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme dan eksresi dari obat yang lainnya atau bekerja antagonis pada reseptor yang sama.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka disusun rumusan masalah yaitu Bagaimana efektivitas kombinasi rebusan Daun Kol Banda (Pisonia alba Span) dan Daun Insulin (Vernonia amygdalina Del) terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit (Mus musculus)?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek

kombinasi

rebusan Daun Kol Banda (Pisonia alba Span) dan Daun Insulin (Vernonia amygdalina Del) terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit (Mus musculus).

D. Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak – pihak yang terkait, adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu : 1. Bagi peneliti Menambah wawasan peneliti tentang efektivitas kombinasi rebusan Daun Kol Banda (Pisonia alba Span) dan Daun Insulin (Vernonia amygdalina Del) pada penurunan kadar gula darah pada mencit (Mus musculus). 2. Bagi masyarakat Sebagai sumber informasi kepada masyarakat umum, tentang efektivitas kombinasi rebusan Daun Kol Banda (Pisonia alba Span) dan Daun Insulin (Vernonia amygdalina Del) pada penurunan kadar gula darah pada mencit (Mus musculus). 3. Bagi pendidikan Diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan untuk penelitian selanjutnya yang mengangkat topik yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Kol Banda (Pisonia alba Span)

Gambar 2.1 Daun Kol Banda a. Klasifikasi Kol Banda (Tjitrosoepomo, G., 2013) Regnum

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Subkelas

: Sympetalae

Ordo

: Caryopyllales

Famili

: Nyctaginaceae

Genus

: Pisonia

Spesies

: Pisonia alba Span

b. Nama Daerah (Suhono dan Tim LIPI, 2010). Kol banda telah tersebar luas di Indonesia dan juga di luar Indonesia. Namun, kol banda dikenal dengan berbagai macam nama lokal tanaman yang berbeda-beda. Tanaman ini dikenal dengan nama cabbage tree dan lettuce tree di wilayah Inggris, kol banda sendiri merupakan nama lokal untuk wilayah Melayu, kol bandang untuk wilayah Sunda dan Jawa, serta buring dan kayu bulan atau kayu wulan untuk wilayah Minahasa. Tanaman ini juga dikenal dengan nama safe di pulau Roti, hale di Flores, motong di pulau Solor, sayur bulan di Timor, aifuiro di Seram, talang di

Banda, hate bula di Halmahera, hate bulan di Ternate, dan kendu di Bufor dan Papua (Suhono dan Tim LIPI, 2010). c. Morfologi Tumbuhan Tanaman Kol Banda memiliki batang bulat berkayu dan bercabang. Daun Kol Banda (Gambar 1.1) merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat

telur, bertangkai, dan memiliki pangkal membulat, ujung

meruncing, dan tepi rata. Pertulangan daun berwarna kuning muda atau kuning bercak hijau ini menyirip dengan panjang 10-25 cm dan lebar 512 cm. Kol Banda memiliki sistem perakaran tunggang dan bunga majemuk menggarpu berbentuk tabung yang berwarna putih (Suhono dan Tim LIPI, 2010). d. Manfaat Secara empiris, rebusan daun Kayu bulan atau (Pisonia alba Span.) sering digunakan sebagai bahan herbal dalam penyembuhan penyakit seperti, bisul, bengkak, penebalan kulit, mata ikan, dan poliuria. . Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada proses oksidasi, menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan (Suryanto, 2012). e. Kandungan Kimia Tanaman ini mengandung senyawa fenolik dan flavonoid secara keseluruhan (Saritha dkk., 2014). Akar dan Daun Kol Banda mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001). Selain itu, Daun Kol Banda juga mengandung senyawa alkaloid, tanin, dan steroid (Matheos dkk., 2014; Jayakumari dkk., 2014). Senyawa fenolik mempunyai struktur dan sifat yang khas, yaitu memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena, sehingga senyawa ini dapat teroksidasi. Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada proses oksidasi, menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan (Suryanto, 2012).

Adanya senyawa-senyawa tersebut menyebabkan Daun Kol Banda bermanfaat sebagai obat sesak napas dan sakit kuning (Departemen kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2001). Daun ini juga digunakan sebagai

antioksidan,

analgesik,

antiinflamasi,

antikarsinogenik,

antirematik, diuretik, dan antidiabetik. Kandungan senyawa fitokimia dalam Daun Kol Banda seperti alkaloid, flavonoid, dan tanin menyebabkan daun tanaman ini memiliki potensi sebagai antibakteri dan antifungi (Jayakumari dkk., 2014; Saritha dkk., 2014; Elumalai dkk., 2012). 2. Daun Insulin (Vernonia amygdalina Del)

Gambar 2.2 Daun Insulin a. Klasifikasi Daun Insulin (Tjitrosoepomo,G., 2013) Regnum

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Subkelas

: Sympetale

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Vernonieae

Spesies

: Vernonia amygdalina Del

b. Nama Daerah Daun Afrika memiliki nama lain seperti bitter leaf (daun pahit) di Nigeria,Shiwaka di Nigeria bagian Utara, Grawa di Amharic, Ewuro di Yoruba, Etidot di Ibibio, Onugbu di Igbo, Ityuna di Tiv, Oriwo di Edo, Chusar-doki di Hausa Shiwaka (Ijeh, 2010), Nan Fei Shu (Cina), dan daun

Kupu-kupu (Malaysia). Daun Afrika juga memiliki nama daerah di Indonesia seperti daun pahit di pulau Jawa dan daun insulin di kota Padang. c. Morfologi Tumbuhan Daun Afrika mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: Batang tegak, tinggi 1-3m, bulat, berkayu, berwarna coklat kotor; daun majemuk, anak daun berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm, tebal 7-10 mm, berbentuk lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, berwarna hijau tua; akar tunggang. (Ibrahim, dkk 2004). d. Manfaat Penelitian ilmiah tentang manfaat tumbuhan ini untuk pengobatan diabetes mellitus sudah banyak dilaporkan. Aktifitas antidiabetes tanaman ini disebabkan adanya kandungan senyawa flavonoid, dimana senyawa ini dapat merangsang sekresi insulin. Disamping itu, tanaman ini

secara

tradisional juga digunakan sebagai anti rematik, anti-malaria, anti diare , anti hipertensi dan untuk mengobati asam urat. Daun tanaman ini juga banyak dimanfaatkan sebagai sayuran (Suryati, dkk 2015). Salah satu tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat untuk menangkal radikal bebas yaitu Daun Afrika Selatan (Vernonia amygdalina Dell). Daun Afrika Selatan juga mengandung flavonoid yang dapat mencegah berbagai penyakit yang berkaitan dengan stres oksidatif. Efektivitas antioksidan dari flavonoid dilaporkan beberapa kali lebih kuat dibandingkan vitamin C dan E. Dalam fungsinya menetralkan radikal bebas, flavonoid bekerja secara sinergis (saling memperkuat) dengan vitamin C (Linder, 2006). Vernonia amygdalina Del merupakan salah satu tanaman herbal alami yang memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan salah satunya untuk pengobatan diabetes mellitus, tanaman tersebut dikenal dengan sebutan ‘insulin plant’ (Dian M.A, 2015).

e. Kandungan Kimia Daun Afrika banyak mengandung nutrisi dan senyawa kimia, antara lain protein 19,2%, serat 19,2%, karbohidrat, 68,4%, lemak 4,7%, asam askorbat

166,5%

mg/100gr,

karotenoid

30

mg/100gr,

kalsium

0,97gr/100gr, fosfor, kalium, sulfur, natrium, mangan, tembaga, zink, magnesium dan selenium. Senyawa kimia yang terkandung dalam Daun Afrika antara lain: saponin (vernoniosida dan steroid saponin), seskuiterpen

(vernolida,

vernodalol,

vernoolepin,

vernodalin

dan

vernomygdin), flavonoid, koumarin, asam fenolat, lignin, xanton, terpen, peptide dan luteolin. Kegunaan yang paling utama adalah untuk pengobatan diabetes, hipertensi, gout, dan kanker (Ijeh, 2010). B. Rebusan Rebusan adalah sesuatu yang direbus atau air hasil merebus atau air yang sudah dipakai untuk simplisia yang keras dan lunak dan tidak mengandung minyak atsiri bahan tidak tahan pemanasan. Rebusan adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyaring simplisia nabati dengan air pada suhu 100oC. rebusan adalah proses penyaringan yang umum digunakan untuk menyaring zat kandungan aktif yang larut dalam air dalam bahan nabati. Cara penyaringan ini akan menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman. Karena itu, hasil penyaringan yang diperoleh tidak disimpan lebih dari 24 jam. Rebusan dibuat dengan menyaring simplisia yang telah dibuat derajat halus yang cocok dengan air sebanyak dua kali berat serbuk yang ditimbang kemudian ditambahkan air sebanyak 100 ml lalu dipanaskan diatas api langsung sampai suhu mencapai 100oC sambil sekali-kali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flannel ditambahakan air panas secukupnya melalui ampas, sehingga diperoleh volume rebusan yang dikehendaki (Hafid.,2007) C. Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme Karbohidrat, Lemak dan Protein

yang disebabkan oleh

berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton & Hall., 2012). Diabetes melitus adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia, perubahan metabolisme lipid, karbohidrat dan protein serta peningkatan resiko komplikasi penyakit pembuluh darah. Sebagian besar pasien secara klinis dapat di klasifikasikan sebagai penderita diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1, dikenal sebagai diabetes bergantung insulin atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2 yang dikenal sebagai diabetes yang tidak bergantung pada insulin atau NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus) (Gilman.,2012). Diabetes atau Diabetes Militus (DM), dalam bahasa yunani memiliki arti tembus atau pancuran air, dan dari bahasa latin memiliki arti rasa manis sedangkan di indonesia DM lebih dikenal dengan penyakit kencing manis, dimana kadar glukosa (Gula sederhana) di dalam darah menjadi tinggi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau mengeluarkan insulin secara cukup. dan dari beberapa tes secara langsung, pada umumnya air seni pengidap diabetes rasanya manis karena mengandung banyak gula (Fardiyanti, Z., 2017). Setiap makanan yang kita santap akan di ubah menjadi energi oleh tubuh, Dalam lambung dan usus, makanan di uraikan menjadi beberapa elemen dasarnya, termasuk salah satu jenis gula, yaitu glukosa. jika terdapat gula, maka pangkreas menghasilkan insulin, yang membantu mengalirkan gula ke dalam sel-sel tubuh. Kemudian gula tersebut dapat diserap dengan baik dalam tubuh dan di bakar untuk menghasilkan energy. Ketika seseorang menderita diabetes maka pangkreas orang tersebut tidak dapat menghasilakan cukup insulin untuk menyerap gula yang di peroleh dari makanan, itu menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi akibat timbunan gula dari makanan yang tidak dapat di serap dengan baik dan dibakar menjadi energy lain yang menyebabkan adalah insulin dalam tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik (Fardiyanti, Z., 2017).

2. Klasifikasi Diabetes Klasifikasi etiologis Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association 2016 (ADA 2016) dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: a. Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM Diabetes tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin. Dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis. b. Diabetes Melitus tipe 2 atau Insulin Non-Dependent Diabetes Melitus/NIDDM Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa insulin masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin

yang

merupakan

turunnya

kemampuan

insulin

untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan menyebabkan defisiensi relative insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. c. Diabetes Melitus Gestasional DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada kehamilan, biasanya pada trisemester kedua dan ketiga. DM Gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM Gestasional memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

d. Diabetes Melitus Tipe Lain DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun, dan kelainan genetik lain. 3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tanda awal yang dapat di ketahui bahwa seseorang menderita diabetes mellitus atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gulah dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dl dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua di alami oleh penderita. a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) d. Frekwensi urine meningkat / kencing terus (Glycosuria) e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya. f. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba (Nindya., 2015 ) 4. Diagnosa Diabetes Melitus Dengan adanya gejela klinis atau komplikasi diabetes yang khas (misalnya retinopati), diagnosa dapat di pastikan dengan pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria (PARKENI., 2015). Kriteria diagnosis Diabetes Melitus adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik. d. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi

oleh

National

Glycohaemoglobin

Standarization

Program (NGSP) (PARKENI., 2015). 5. Farmakoterapi a. Insulin Insulin merupakan hormon polipeptida terdiri dari 51 asam amino yang tersusun dalam 2 rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdapat 2 gugus disulfida yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih terdapat gugus disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A. Peran insulin dan glucagonpenting pada metabolisme karbohidrat. Glukagon

menyebabkan

glikogenolisis

dengan

merangsang

adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk glikogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. (Suherman, 2012). b. Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Sediaan obat hipoglikemik oral terbagi menjadi 3 golongan: 1) Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea dan glinida (menglitinida dan turunan fenilalanin).

Senyawa-senyawa

dari

golongan

ini

adalah

gliburida/glibenklamid, glipizida, glikazida, glimepirida, glikuidon, repaglinide, neteglinide. 2) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang dapat membantuh tubuh untuk memanfaatkan insulin secara efektif. Senyawa-senyawa dari golongan

ini

pioglitazone.

adalah

metformin,

rosiglitazone,

troglitazone,

3) Inhibitor

katabolisme

karbohidrat,

antara

lain

inhibitor

α-

glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan

untuk

mengendalikan

hiperglikemia

postprandial.

Senyawa-senyawa dari golongan ini adalah acarbose dan miglitol (Peter. C.K., 2013). 6. Pengukuran Kadar Gula Darah Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan bantuan alat Glocosemeter atau biasa disebut alat tes gula darah yang biasa digunakan oleh para penderita diabetes untuk memantau glukosa darah, prosedur ini disebut self monitoring of blood glucose (SMBG). Dalam penggunaannya dibutuhkan beberapa tetes darah yang ditempatkan pada strip sekali pakai. Strip ini kemudian dimasukkan kedalam alat glucosemeter. Trip yang digunakan dilapisi oleh beberapa bahan kimia seperti glukosa oxidase, dehydrogenase atau hexokinase (Syaharuni., 2016). D. Uraian Hewan Uji 1. Pengertian Mencit

Gambar 3.1 Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga. Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil (Tanri., 2011). Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke dalam ordo rodenita dan family muridae. Mencit merupakan hewan yang tidak mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri atas empat ruang

dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang tebal. Percobaan dalam menangani hewan yang akan diuji cenderung memiliki karakteristik yang berbeda, seperti mencit penakut dan fotofobik, cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah ditangani, tidak bersifat fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kecenderungan berkumpul dengan sesama kurang,jika makanannya kurang atau diperlakukan secara gigi seri pada keduanya sering digunakan untuk mengerat/mengigit benda-benda yang keras (Rika., 2011). 2. Klasifikasi Mencit Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Sub Filum

: Vertebrata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Rodentia

Sub Ordo

: Myoimorphia

Famili

: Muridae

Genus

: Mus

Spesies

: Mus musculus

Karena masih termasuk dalam kingdom animalia dan kelas mamalia (kelas yang sama dengan manusia), maka mencit ini memiliki beberapa cirri-ciri yang sama dengan manusia dan mamalia lainnya (Tanri., 2011). Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan moDel laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulankeunggulan seperti siklus hidup relative pendek, jumlah anak per kelahiran banyak. Mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun tetapi terdapat perbedaan usia dari berbagai jalur terutama berdasarkan kepekaan terhadap lingkungan dan penyakit (Tanri., 2011).

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen di laboratorium dengan melakukan serangkaian penelitian untuk mengetahui efektivitas kombinasi rebusan Daun Kol Banda dan Daun Insulin pada penurunan kadar glukosa darah. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret s/d Juni 2019 di Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar. C. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan Yaitu gelas ukur 100 ml, glukometer,

spoit oral 1 cc, timbangan

analitik, batang pengaduk, timbangan hewan, strip tes gula darah, gunting. 2. Bahan yang digunakan Yaitu air suling, rebusan Daun Kol Banda dan Daun Insulin, cairan glukosa. 3. Hewan uji Mencit (Mus musculus) dengan berat badan antara 20-30 gram. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Seluruh mencit (mencit betina dan jantan) 2. Sampel Mencit jantan sebanyak 15 ekor E. Prosedur Kerja 1. Pengambilan Bahan Bahan yang digunakan adalah Daun Kol Banda (Pisonia alba Span) dan Daun Insulin (Vernonia amygdalina Del) diambil di Di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. 2. Pengolahan Bahan Daun Kol Banda dan Daun Insulin dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian digunting-gunting kecil, lalu di angin-anginkan. Setelah daun

kering, kemudian ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang digunakan. Setelah itu, Daun Kol Banda dan Daun Insulin di rebus dengan cara satusatu (terpisah) hingga mendidih, lalu ditunggu 5 menit setelah mendidih. Konsentrasi masing-masing Daun Kol Banda dan Daun Insulin dengan perbandingan yang digunakan yaitu Kelompok I (100% Daun Kol Banda), Kelompok II ( 75% Daun Kol Banda + 25% Daun Insulin), Kelompok III ( 50% Daun Kol Banda + 50% Daun Insulin) Kelompok IV( 25% Daun Kol Banda + 75% Daun Insulin) Kelompok V ( 100% Daun Insulin) 3. Pembuatan larutan glukosa 20% b/v Sebanyak 20 gram glukosa dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan air suling sebanyak 50 ml, dikocok hingga larut kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml. 4. Penyiapan hewan uji Disiapkan 15 ekor mencit dengan berat badan 20-30 gram, yang dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit yang berbadan sehat dengan bobot yang sudah diukur sebelumnya dan telah diberi kode. 5. Perlakuan terhadap hewan uji Sebelum perlakuan, mencit dipuasakan selama 8 jam kemudian ditimbang, lalu diambil darah puasa mencit tersebut. Setelah itu, diinduksi menggunakan larutan glukosa 20% b/v, di tunggu hingga 30 menit, kemudian diambil darah kedua sebagai kadar gula darah induksi. Selanjutnya mencit diberi masing-masing rebusan Daun Kol Banda dan Daun Insulin dengan perbandingan yang digunakan yaitu Kelompok I (100% Daun Kol Banda), Kelompok II ( 75% Daun Kol Banda + 25% Daun Insulin), Kelompok III ( 50% Daun Kol Banda + 50% Daun Insulin) Kelompok IV( 25% Daun Kol Banda + 75% Daun Insulin) Kelompok V ( 100% Daun Insulin) , kemudian mencit dibiarkan selama 30 menit, kemudian diukur kadar gula darah (sebagai perlakuan) diulangi pengukuran 2 x 30 menit berikutnya.

6. Pengamatan dan pengolahan data Hasil pengukuran kadar gula darah pada percobaan dikumpulkan dan diolah secara statistik yaitu analisis varian dengan menggunakan SPSS.

DAFTAR PUSTAKA Akah P., Jelemi OA., Salawu TC., Offiah NV. 2009. Effects of Vernonia amygdalina on Biochemical and Hematological Parameters in Diabetic Rats. Asian Journal of Medical Sciences 1(3): 108-113. American Diabetes Association., 2016. Standars Of Medicine Care in Diabetes 2016. The Jurnal Of Clinical and Applied Research and Education.39, supplement Atangwho IJ., Ebong PE., Egbung GE., Obi AU. 2010. Extract of Vernonia amygdalina Del. (African Bitter Leaf Can Reverse Pancreatic Cellular Lesion after Alloxan Damage in the Rat. Australian Journal of Basic and Applied Sciences 4(5): 711-716. Dian M.A (2015). Potensi Insulin Plant (Vernonia amygdalina) Sebagai Obat Alami Diabetes Mellintus. Artikel Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindistri Indonesia : 9. Fardiyanti, Z., (2017). Efektivitas Rebusankombinasi Daun Pepaya(Carica Papaya L.)Dan Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus). Jurusan Farmasi. Makassar. Politeknik Kesehatan Makassar Gilman, A., G2012. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi, Ed 10, Vol 4. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. Hal 1655. Guyton, A. C & Hall, J. E., (2012). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Hafid, A.S. (2007). Pengaruh Rebusan Cacing Tanah (Pheretima aspergillum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri salmonella thypi Penyebab Penyakit Tifus. Jurusan Farmasi. Makassar. Politeknik Kesehatan Makassar Ibrahim, et al. (2004). Assessment of the antibacterial activity of Vernonia amygdalina and Occimum gratissimum leaves on selected food borne pathogens. Journal of Enviremental Agricultural and Food Chemistry. 8 (11) : 1212-1218. Dwisari Dillasamola (Penerjemah). Ibrahim.G dan Katayal.U (2004). Pharmacognostic Studies on The Leaves of Vernonia amygdalina Del. Nig. J. Nat. Orid. And Med. 08(1): 8-10. Ijeh, I.L., dan Ejike, C.E.C.C, 2010. Current Perspectives on The Medicinal Potentials of Vernonia amygdalina Del. (Asteraceae). Journal of Medicinal Plant Research Coskun, O., Kanter M., Korkmaz A. & Oter S. Nidya Zulfa (Penerjemah). Linder M.C. (2006). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi. UI Press. Jakarta.

Nindya., 2015.Uji Efektifitas Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien DiabetesMelitus di Rumah sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo. Jakarta :Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta PERKENI., 2015.Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. 2015. PB PERKENI: Jakarta Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. Diabetes mellitus. Dalam: Understanding normaland clinical nutrition. Edisi ke-8. Canada: Wadsworth; 2009. Suherman, dan Suharti, K., 2012.Farmakologi dan terapi. Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapieutik FKUI: Jakarta. Suryati S. et al. (2016). Pengaruh Ekstrak Daun Vernonia amygdalina Del Terhadap Kadar Kreatinin Serum Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 3(1), 79-83. Syaharuni., 2016. Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kersen (Muntingia calabura Liin) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darh Mencit (Mus musculus).Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Makassar Jurussan Farmasi: Makassar. Tanri. A., 2011. http//mencit (Mus musculus) dan klasifikasinya.com. Diakses pada 15 Desember 2017 Tjitrosoepomo, G., 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press Ulbricth, Seamon., 2011. Natural Standart Herbal pharmacotherapy. Missouri: Elsevier inc, 488-48. Wijayanti, M., 2013. Antidiabetes rebusan Daun Sukun pada Tikus Jantan Wistar yang diinduksi Streptozotocin. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Xiang et al. Anti-diabetes Constituents In Leaves of Vernonia amygdalina Del, Natural Product Communication, 5(1), 95-9. 2010. 11.

Lampiran 1

Skema Kerja

Sampel Daun Kol Banda dan Daun Insulin Hewan Uji (Mencit)

Perbandingan Rebusan Daun Kol Banda dan Daun Insulin dalam bentuk % 𝑏/𝑣

Di puasakan

Pengukuran kadargula darah

100:0

75:25

50:50

25: 75

0:100

Di induksi larutan glukosa Pengukuran kadar gula darah induksi

Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Kelompok I rebusan Daun Kol Banda

100%

Kelompok II rebusan Daun Kol Banda : Daun Insulin 75% :25% Kelompok III rebusan Daun Kol Banda : Daun Insulin 50% : 50%

Pengukuran kadargula darah 3 x 30 menit

Pengumpulan data

Analisis dan Pembahasan Kelompok IV Rebusan Daun Kol Banda : Daun Insulin 25% :75%

Kesimpulan dan Saran

Kelompok V rebusan Daun Insulin 100%

Gambar . Skema Kerja Penelitian Kombinasi Rebusan Daun Kol Banda (Pisonia alba Span) dan Daun Insulin (Vernonina amygdalina Del)

Related Documents

Bismillah
October 2019 80
Bismillah
November 2019 60
Bismillah
June 2020 46
Bismillah
November 2019 85
Bismillah Mentahan.docx
August 2019 71
Bismillah Fix.docx
July 2020 72

More Documents from "Aliffatul Nur Roshita"

2.docx
December 2019 12
Kisi-kisi.docx
December 2019 20
Erlina Rahmadhani.docx
December 2019 24
Bismillah Kti.docx
December 2019 27
27_prov_sulsel_2013.pdf
December 2019 20