LAPORAN HASIL KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG
Tanggal 19 Juli s.d 22 Juli 2018
KELOMPOK IV
PRODI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT TAHUN 2018
LAPORAN HASIL KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN FLAMBOYAN RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG
Tanggal 19 Juli s.d 22 Juli 2018
KELOMPOK IV ASEP RAMDAN
317070
DESKA ARISANTI
317076
HASIM AZHARI
317082
RENNA AISYAH
317090
TITIS NURJAOZAH
317097
VIVIN SURENI
317101
ELSIE ANGGRAINI
317140
PRODI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Manajemen Keperawatan ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Penulis berterima kasih pada Bapak Masdum Ibrahim selaku Pembimbing Stase Manajemen Keperawatan yang telah membimbing tugas ini kepada tim penulis. Tiada gading yang tak retak. Andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan Laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini tim penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga penulis dapat memperbaikinya. Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya mengenai Keperawatan Komunitas dan Keluarga. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Dan dapat menambah wawasan maupun pemahaman baik bagi perawat maupun pembaca. Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan serta memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Bandung, Juli 2018
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar belakang.....................................................................................1 B. Tujuan..................................................................................................2 BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN.........................1 A. Man.......................................................................................................5 C. Metode................................................................................................24 D. Money.................................................................................................64 E. Material...............................................................................................70 F. Market.................................................................................................84 BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN..........................................93 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................124
1
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Distribusi perawat berdasarkan jenis kelamin..........................................5 Tabel 2.2 Distribusi perawat berdasarkan tingkat pendidikan.................................6 Tabel 2.3 Distribusi perawat berdasarkanstatus kepegawaian.................................7 Tabel 2.4 Distribusi perawat berdasarkan lama kerja..............................................7 Tabel 2.5 Distribusi perawat berdasarkan STR........................................................7 Tabel 2.6 Distribusi perawat berdasarkan jenjang karir...........................................8 Tabel 2.7 Jenis pelatihan yang pernah diikuti........................................................11 Tabel 2.8 Jenis lokarkarya & seminar....................................................................11 Tabel 2.9 Kepuasan kerja perawat ........................................................................12 Tabel 2.10 Motivasi kerja perawat.........................................................................13 Tabel 2.11 Motivasi kerja perawat berdasarkan 5 dimensi....................................13 Tabel 2.12 Nilai standar setiap shift.......................................................................14 Tabel 2.13 Perhitungan jam kerja..........................................................................15 Tabel 2.14 Distribusi tenaga non keperawatan......................................................21 Tabel 2.15 Distribusi jumlah pasien.......................................................................22 Tabel 2.16 Daftar 10 besar penyakit rawat inap.....................................................23 Tabel 2.17 Standar Operasional Pelaksanaan .......................................................26 Tabel 2.18 Flow of Care.........................................................................................38
2
Tabel 2.19 Timbang Terima...................................................................................42 Tabel 2.20 Standar Asuhan Keperawatan (SAK)...................................................49 Tabel 2.21 Tingkat Ketergantungan Pasien............................................................51 Tabel 2.22 Standar Prosedur Operasional..............................................................55 Tabel 2.23 Discharge Planning..............................................................................56 Tabel 2.24 Kuesioner Identity Patient Correcly.....................................................58 Tabel 2.25 Kuesioner Improve Staff Communication............................................59 Tabel 2.26 Kuesioner Use Safety Medicine...........................................................60 Tabel 2.27 Kuesioner Reduce the risk of Health Care Assosiated Infection..........61 Tabel 2.28 Kuesioner Check Patient Medicines....................................................63 Tabel 2.29 Kuesioner Identity Patient Safety Risk.................................................64 Tabel 2.30 Daftar Tarif Kamar...............................................................................66 Tabel 2.31 Daftar Tarif Tindakan...........................................................................67 Tabel 2.32 Sarana, Prasarana dan Keadaan Lingkungan.......................................71 Tabel 2.33 Sarana dan Prasarana Kesehatan..........................................................78 Tabel 2.34 Sarana dan Prasarana untuk Pasien......................................................79 Tabel 2.35 Daftar Peralatan Kesehatan..................................................................80 Tabel 2.36 Sarana dan Prasarana Alat Tenun.........................................................82 Tabel 2.37 Sarana dan Prasarana Alat Mebel, Air dan Elektronik.........................83 Tabel 2.38 Form Dokumentasi Keperawatan.........................................................84 Tabel 2.39 Hasil BOR Februari – April 2018........................................................85
3
Tabel 2.34 Sarana dan Prasarana untuk Pasien......................................................79 Tabel 2.35 Daftar Peralatan Kesehatan..................................................................80
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian di rumah sakit (Aditama 2014). Tenaga
perawat
yang
mempunyai
kedudukan
penting
dalam
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual yang merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan
4
lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2012). Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan salah satu fungsi rumah sakit yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan mempertahankan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Proses manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu pengkajian
(kajian
situasional),
perencanaan
(strategi
opersional),
implementasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan harus dapat di aplikasikan di lapangan dan dalam tatanan pelayanan secara nyata, yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan dan perubahan, konsep manajemen keperawatan. Rumah sakit RSUD Soreang Kabupaten Bandung merupakan Rumah sakit tipe C dengan visi yang mengacu pada Visi pemerintah kabupaten Bandung yaitu “Mewujudkan Rumah Sakit Yang Amanah, Maju, Mandiri, dan BerdayaSaing”.
5
6
Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Profesi Ners STIKEP PPNI JAWA BARAT, mencoba melakukan kajian situasional dengan menggunakan metode Participant Observation (PO), Focus Group Discussion (FDG), Wawancara (In Deph Interview). Dalam rangkaian praktek klinik keperawatan ini, mahasiswa akan mendapatkan bentuk pengalaman belajar praktik klinik keperawatan di Ruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung Jawa Barat. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikut kegiatan praktik ini diharapkan mampu melakukan pengelolaan manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan secara komprehensif. 2. Tujuan Khusus a) Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima dimensi manajemen yaitu Man, Metode, Material, Money, Market di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Bandung. b) Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian pelayanan keperawatan ruang rawat inap RSUD Soreang Kabupaten Bandung. c) Membuat Plan of Action untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan. d) Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG
I. Kajian Situasi RSUD Soreang Kabupaten Bandung 1. Visi “Mewujudkan Rumah Sakit yang Amanah, Maju, Mandiri, dan Berdaya Saing” 2. Misi a. Memberikan pelayanan kesehatan secara professional dan paripurna b. Meningkatkan pengelolaan manajemen RS secara professional c. Menciptakan akuntabilitas keuangan berdasarkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia e. Meningkatkan kemitraan dengan institusi terkait dibidang pelayanan kesehatan 3. Motto “Kepuasan Anda, Kebahagiaan Kami” 4. Filosofi Rumah Sakit Umum Daerah Soreangan Kabupaten Bandung disingkat RSUD Soreang adalah salah satu rumah sakit pemerintah yang berada di tahun 1996 dan merupakan pengembangan dari puskesmas DTP Soreang dengan dasar Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor: 445/4056/Tapra tahun 1996 perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan Puskesmas DTP Soreang menjadi Rumah Sakit Kelas D. Pada tahun 1997, RSUD Soreang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah Kelas C Berdasarkan
Surat
Keputusan
1409/MENKES/SK/XII/1997.
1
Menteri
Kesehatan
Nomor:
2
II. Kajian Situasi di Ruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung 1. Karakteristik Unit a. Visi dan Misi Ruang Flamboyan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada kepala ruangan Flamboyan pada tanggal 19 Juli 2018 kepada Kepala Ruangan menyebutkan bahwa diruangan Flamboyan tidak terdapat visi dan misi ruangan dengan alasan bahwa berdasarkan hasil dari akreditasi sudah tidak diperbolehkan setiap ruangan memiliki visi dan misi rumah sakit, sehingga setiap ruangan harus mengacu pada Visi dan Misi RSUD Soreang Kabupaten Bandung. b. Fokus Telaah Ruang Flamboyan adalah ruang rawat inap kelas 2 yang terdiri dari 8 ruangan, meliputi 2 ruangan khusus bedah laki-laki dan perempuan, 1 ruangan khusus isolasi dan 5 ruangan lainnya khusus pasien umum saraf dan penyakit dalam. c. Lingkup garapan Lingkup pelayanan dan garapan keperawatan di Ruang Flamboyan Kabupaten Bandung yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yang meliputi keluhan utama pasien, hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar ini meliputi; pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan cairan dan elektrolit, eleminasi urine dan feses, istirahat (tidur), mobilisasi, pencegahan infeksi, personal hygiene, serta kebutuhan rasa aman dan nyaman. d. Basis Intervensi Basis dari intervensi yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang berada di Ruang Rawat Inap Flamboyan adalah KDM (Kebutuhan Dasar Manusia) karena merupakan ruang penyakit bedah, penyakit dalam, saraf dan penyakit infeksius sehingga butuh pengawasan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Oksigenisasi, Nutrisi, Cairan, Tidur, Rasa Aman Nyaman) yang menjadi basis intervensi. e. Sosialisasi visi dan misi rumah sakit Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 19 Juli 2018 pada kepala ruangan, menyebutkan bahwa sosialisasi visi dan misi
3
memang selalu disosialisasikan terutama saat ada kumpul, diskusi atau rapat di ruangan. f. Model layanan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 juli 2018 pada kepala ruangan menyebutkan bahwa model layanan yang diberikan tidak ada bedanya, hanya mungkin berbeda dalam segi waktu saja, dimana untuk dinas shift pagi 6 jam kerja, shift siang 6 jam dan untuk shift malam 12 jam kerja, karena perbedaan ini yang membuat adalah kebijakan dari rumah sakit. Hasil wawancara yang dilakukan di tanggal 21 Juli 2018 pada perawat associate menyebutkan bahwa untuk shift pagi, siang, dan malam sama aja, hanya biasanya untuk shift pagi ada visit dokter, sedangkan untuk shift siang biasanya jadwal memberi obat yang banyak, dan malam lebih ke pemberian obat dan observasi. g. Kapasitas Unit Ruang Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala ruangan di tanggal 19 Juli 2018 mengatakan bahwa kapasitas diruangan Flamboyan sebanyak 32 tempat tidur yang terdiri dari 2 kamar bedah wanita dan pria pada ruang 7 & 8, 1 kamar isolasi pada ruang 6, dan 5 kamar untuk pasien bedah, saraf, dan penyakit dalam pada kamar 1-5.
h. Letak ruangan (Denah) Spol hock
Toilet
Gudang
Ruang ganti perawat
R.Kepala 1 2 ruangan Kamar VI Isolasi
Toilet meja Nurse Station
Toilet 1 2 VII Kamar
3 4
Toilet 1
3
2
4
Kamar VIII
4
Kamar V
Kamar IV
3
4
2
1
TOILET Keterangan
3 TOILET 2
Kamar III
4
3
1
2 TOILET
11
Kamar II
1 4 1
3 TOILET 2
Kamar I
4
3
4
1
2
1
TOILET
Apar
21
TOILET
Pintu masuk
ILET ILET
III. Pengumpulan data A. Man 1. Perawat a. Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2.1 Karakteristik Jenis Kelamin Perawat Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jumlah Perawat 4 12 16
Persentase 25% 75% 100%
Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar (75%) perawat flamboyan berjenis kelamin perempuan. Kondisi di ruang Flamboyan menunjukan proporsi jumlah perawat perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Menurut Robbin (2006) menyatakan tidak ada perbedaan yang konsisten antara perempuan dan laki-laki dalam kemampuan pemecahan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, kemampuan sosial dan kemampuan belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diwa (2008) menunjukan bahwa perempuan lebih baik dalam pemenuhan hak-hak
5
pasien dibandingkan dengan laki-laki hal tersebut dikarenakan perawat perempuan nampaknya lebih punya komitmen dengan pekerjaannya, lebih disiplin dan sikap perempuan terhadap pekerjaan dan tanggung jawab lebih baik. Sehingga dalam kondisi tersebut tidak terdapat masalah dengan proporsi jumlah perawat perempuan dan laki-laki.
b. Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Pendidikan No. 1. 2. 3.
Jenjang pendidikan D3 Keperawatan S1 Keperawatan Ners Total
Frekuensi 10 4 2 16
Presentase 62.5% 25% 12.5% 100%
Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar (62.5%) perawat di ruang Flamboyan memiliki pendidikan D3 Keperawatan, sebanyak (25%) S1 Keperawatan, dan sebagian kecilnya (12.5%) memiliki pendidikan Ners. Idealnya, perawat dengan semakin tinggi pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, semakin luas wawasannya, dan semakin jelas visi dan misinya, sehingga semakin tinggi pula kinerjanya dalam menjalankan tugasnya dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Tidak terdapatnya hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dipengaruhi pula oleh cara penilaian kinerja yang dilakukan. Penilaian kinerja berdasarkan hasil kerjasama mempengaruhi hasil penelitian ini. Menurut Gibson (1996) dan Ilyas (2004) menyatakan
6
bahwa pendidikan merupakan gambaran keterampilan individu dan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja.
2. Status Kepegawaian Tabel 2.3 Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian Kepegawaian PNS
Jumlah perawat 12
Persentase 75%
4 16
25% 100%
Kontrak Jumlah
Berdasarkan tabel 2.3 diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar (75%) perawat di runag Flamboyan memiliki status sebagai PNS. 3. Lama Kerja Tabel 2.4 Distribusi Perawat Berdasarkan Lama Kerja Masa kerja
Jumlah perawat
Persentase
< 5 tahun
1
6.2%
> 5 tahun
15
93.8%
16
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 2.4 diatas dapat terlihat bahwa hampir seluruhnya (93.8%) perawat di runag Flamboyan memiliki masa kerja >5 tahun. 4. Surat Tanda Registrasi Tabel 2.5 Distribusi Perawat Berdasarkan STR Kepemilikan STR
Jumlah Perawat
Persentase
7
Ada Tidak Jumlah
16 0 16
100% 0% 100%
Berdasarkan tabel 2.5 dapat terlihat bahwa seluruhnya (100%) perawat di ruang Flamboyan memiliki STR (Surat Tanda Registrasi). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikasi Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi. 5. Karakteristik Jenjang Karir Perawat Tabel 2.6 Distribusi frekuensi perawat berdasarkan jenjang karir perawat Jenjang Karir PK I PK II PK III PK IV PK V PM I Jumlah
Jumlah Perawat 2 12 2 16
Persentase 12.5 % 75 % 12. 5% 100 %
Tabel 2.6 Jenjang Karir Profesional Perawat Klinik Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 40 Tahun 2017 1. Perawat Klinis I (PK I) Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level I selama 3 - 6 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level I selama 2 -4 tahun. Perawat Klinis I harus mempunyai sertifikat pra klinis.
8
2. Perawat Klinis II Perawat klinis II (Advance Beginner) memiliki latar belakang pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 4 tahun dan menjalani masa klinis level II selama 6 - 9 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja ≥ 3 tahun dan dan menjalani masa klinis level II selama 4 - 7 tahun. Perawat Klinis II harus mempunyai sertifikat PK I. 3. Perawat Klinis III Perawat klinis III (competent) memiliki latar belakang pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 10 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 9 - 12 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja ≥ 7 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 6 - 9 tahun atau Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja 0 tahun dan menjalani masa klinis level III selama selama 2 -4 tahun. Perawat klinis III lulusan D-III Keperawatan dan Ners harus mempunyai sertifikat PK II. 4. Perawat Klinis IV Perawat
klinis
IV
(Proficient)
memiliki
latar
belakangpendidikanNers dengan pengalaman kerja ≥13 tahundan menjalani masa klinis level IV selama 9 –12 tahun atau Ners Spesialis I denganpengalaman kerja≥2 tahun dandan menjalani masa klinis level IV selama 6 –9 tahun. PerawatKlinis IV harus mempunyai sertifikat PK III. 5. Perawat Klinis V Perawat klinis V (Expert) memiliki latar belakang pendidikan Ners Spesialis Idengan pengalaman kerja ≥4 tahun dan mempunyai sertifikat PK IV atau Ners Spesialis II (Konsultan) dengan
9
pengalaman kerja 0 tahun. Perawat klinis V menjalani masa klinis level 5 sampai memasuki usia pensiun.
Hasil analisis: Berdasarkan tabel 2.6 diatas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya
(75%)
perawat
memiliki
jenjang
karir
PK
II.
Pengembangan karir mempengaruhi kinerja karyawan, dimana pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi untuk menjamin orang–orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi dan kemamuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan (Kaseger, 2013). 6. Jenis pelatihan yang pernah diikuti a. Pelatihan Tabel 2.7 Jenis pelatihan yang pernah diikuti Daftar Pelatihan yang pernah diikuti PPGD BTCLS In house training penanggulangan TB dengan strategi DOTS In house training manajemen nyeri, pasien tangkap terminal & pasien dengan risiko tinggi bagi tenaga dokter dan perawat Pelatihan komunikasi, informasi & edukasi efektif di rumah sakit Pelatihan Diabetic wound and footcare Pelatihan & workshop PPI dasar
Jumlah
Persentase
1 7
7.1% 50%
1
7.1%
1
7.1%
2
14.3%
1 7.1% 1
7.1%
10
Berdasarkan
tabel
2.7
diatas,
dapat
dilihat
bahwa
setengahnya (50%) perawat di ruang Flamboyan mengikuti pelatihan BTCLS. Ratnaningsih (2011) menemukan bahwa diklat berpengaruh positif terhadap pengembangan karir. Mursidi (2009), juga menyatakan tujuan pelaksanaan dari pendidikan dan pelatihan adalah memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerja karyawan dalam melaksanakan dan mencapai sasaran program kerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan analisis pelatihan yang pernah diikuti dapat disimpulkan perawat di Flamboyan pernah mengikuti pelatihan maka
efektifitas
dan
efisiensi
kerja
karyawan
dalam
melaksanakan dan mencapai sasaran program kerja yang telah ditetapkan dapat tercapai. b. Seminar & lokakarya Tabel 2.8 Jenis lokakarya & seminar Jenis Interpretasi EKG Lokakarya keterampilan
Frekuensi 4 1
Persentase 28.6% 7.1%
perawat lanjutan Lokakarya ICU Lokakarya penugasan
1 1
7.1% 7.1%
TIM Penatalaksanaan terkini
1
7.1%
pasien kritis Seminar pra dan intra
2
14.3%
hospital manajemen Seminar manajemen of
2
14.3%
sepsis & sepsis shock Seminar perawatan
1
7.1%
paliatif Seminar management of
1
7.1%
fluid therapy
11
Berdasarkan tabel 2.8 diatas, dapat dilihat bahwa hampir setengahnya (28.6%) oerawat di ruang Flamboyan mengikuti seminar mengenai interpretasi EKG terhadap gangguan sistem kardiovaskuler. 7. Kepuasan Kerja Perawat Tabel 2.9 Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Flamboyan No 1 2
Kategori
Jumlah
Persentase
Puas ( ≥ 29) 6 60% Tidak puas (< 29 ) 4 40% Jumlah 10 100% Berdasarkan tabel 2.9 diatas, diketahui bahwa dari 10
perawat lebih setengahnya (60%) merasa puas dalam bekerja. Hasil ini didapatkan dengan alat ukur kuesioner komunikasi perawat dengan pasien. Faktor kepuasan kerja perawat merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh rumah sakit. Hal ini didukung oleh teori menurut Gilmer dalam Sopiah (2008), mengemukakan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya, gaji, manajemen perusahaan, pengawasan, serta faktor-faktor instrinsik pekerjaan, meliputi kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan rekan sekerja. Sedangkan menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Badeni (2013), faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah pekerjaan itu sendiri, gaji, rekan sekerja, atasan, promosi, lingkungan kerja.
8. Motivasi Kerja Tabel 2.10 Motivasi Perawat di Ruang Flamboyan No 1
Dimensi Motivasi Kerja
Kategori Tinggi (> 41) Sedang (= 41) Rendah (< 41 )
Jumla h 6 1 3
Persentase 60 % 10 % 30 %
12
Berdasarkan tabel 2. 10 diatas, diketahui bahwa lebih dari setengahnya (60%) perawat di ruang Flamboyan memiliki motivasi kerja yang tinggi. Tabel 2.11 Motivasi perawat di Ruang Flamboyan berdasarkan 5 dimensi No
Dimensi
1
Tanggung jawab
2
Pengakuan
3
Komitmen
4 5
Insentive (Reward) Kondisi kerja
Kategori
Jumlah
Persentase
Tinggi (> 9 ) Sedang (= 9 ) Rendah (< 9 ) Tinggi (> 8 ) Sedang (= 8) Rendah (< 8) Tinggi (> 7) Sedang (= 7 ) Rendah (< 7) Tinggi (> 8) Sedang (= 8) Rendah (< 8) Tinggi (> 6) Sedang (= 6) Rendah (< 6)
7 3 4 1 5 8 2 5 5 4 3 3
70% 30% 0% 40% 10% 50% 80 % 20% 0% 50% 50% 0% 40% 30% 30%
Berdasarkan tabel 2.11 diatas, diketahui bahwa dari 10 perawat berdasarkan 5 dimensi pada motivasi perawat, ternyata lebih dari setengahnya (80%) perawat di ruang Flamboyan memiliki komitmen yang tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Makta (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh Tanggung Jawab, pengakuan, komitmen, reward dan kondidi kerja terhadap motivasi kerja. 9.
Beban Kerja Perawat a. Metode Douglas Douglas (1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shiftnya, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.12 Nilai Standar Tiap Shift
13
Klasifikasi Klien Jumlah
Minimal
Parsial
Total
Pasien
Mala
Pagi
Sore
Malam
Pagi
Sore
Malam
Pagi
Sore
1
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
1,08
0,90
0,60
Dst
Berdasarkan tabel 2.12 kajian situasional yang dilakukan pada tanggal 19 Juli 2018 pada tiap shift, maka diperolehlah data sebagai berikut, yaitu: - Shift Pagi : 15 orang (10 orang minimal, 5 orang parsial) - Shift Sore
: 14 orang (10 orang minimal, 4 orang
partial) - Shift Malam
: 20 orang (13 orang minimal, 7 orang
partial) Tabel 2.13 Perhitungan Jam Kerja Shift
Minimal
Parsial
Pagi
10 x 0,17 = 2
5 x 0,27 = 1
3 ( orang)
Sore
10 x 0,14 = 1
4 x 0,15 = 1
2 ( orang)
Malam
13 x 0,07 = 1
7 x 0,10 = 1
2 ( orang)
Jumlah Secara keseluruhan perawat per hari
Jumlah
7 Orang
Berdasarkan tabel 2.13 penghitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang
m
14
Flamboyan sebanyak 7 orang/hari,dimana mayoritas pasien mengalami tingkat ketergantungan minimal. b. Metode Gillies A x B xC ( C−D ) x E Keterangan: A = rata – rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata – rata jumlah pasien/hari C = jumlah hari/tahun D = jumlah hari libur masing – masing perawat Gillies=
Prinsip perhitungan rumus Gillies: Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah: 1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah: keperawatan mandiri (self-care) = ¼ x 4 = 1 jam, keperawatan partial (partial care) = ¾ x 4 = 3 jam, keperawatan total (total care) = 11.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam= 8 jam. 2) Waktu keperawatan tidak langsung. ± 30 menit/klien/ hari. Menurut Wolfe & Young (Gillies) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari 3) Waktu
penyuluhan
kesehatan
lebih
kurang
15
menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien 4) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu: 73 hari (hari minggu/libur = 48 hari) untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 12 hari). 5) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
15
-
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan
-
/cadangan). Perbandingan
profesional
berbanding
dengan
vocasional = 55% : 45 % Rata rata jam perawatan klien per hari = 5-6 jam/hari. Rata rata = (BOR x TT = 59 % x 32 bed) = 19 klien / hari. (12 orang dengan ketergantungan minimal, 6 orang dengan
ketergantungan
partial,
dan
1
dengan
ketergantungan total). Jumlah jam kerja tiap perawat = 36 jam/minggu (6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja perhari 36 jam dibagi 6 = 6 jam /hari. Jumlah hari libur : 73 hari (48 + 12 (cuti) + 13 (libur nasional) Jumlah jam keperawatan langsung o Ketergantungan minimal = 12 orang x 1 jam = 12 jam o Ketergantungan partial = 6 orang x 3 jam = 9 jam o Ketergantungan total = 1 orang x 4 jam = 4 jam o Jumlah jam = 25 jam Jumlah keperawatan tidak langsung 19 orang klien x 1 jam = 19 jam Pendidikan Kesehatan = 19 orang klien x 0, 25 = 5 jam Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari: 25 jam + 19 jam + 5 jam
= 3 Jam/klien/hari
19 orang Jumlah tenaga yang dibutuhkan: 3 x 19 x 365 (365 – 73) x 6
=
= 20805 = 11.87 (12 orang) 1752
Untuk cadangan 20% menjadi 12 orang x 20% = 2.4 (2 orang)
16
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 12 + 2 = 14 orang /hari c. Metode PPNI Pada
metode
ini
125%
pada
formula
ini
diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh perawat Indonesia masih 75%. (A x 52 minggu) x 7 hr (TT x BOR) TP = ------------------------------------------- x 125% (41 mg x 40 jam) Hasil analisis selama 4 hari (19 - 22 Juli 2018) Pada ruangan Flamboyan didapatkan rata-rata pasien yang dirawat: 19 orang pasien (12 orang minimal, 6 orang parsial, 1 orang total). Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien 19 orang dan langkah selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan: - Self-Care = (12 x 1 jam) + (12 x 1 jam) + (12 x 0, 25 jam) = 27 jam - Partial Care = (6 x 3 jam) + (6 x 1 jam) + (6 x 0, 25 jam) = 26 - Total Care = (1 x 6 jam) + (1 x 1 jam) + (1 x 0, 25) = 7 jam Total Jam asuhan = 27 + 26 + 7 = 60 jam/19 pasien Rata-rata jam asuhan = 3 jam TP=
¿
(3 jam x 52mg) x 7 hari(19 pasien) x 125 41 mg x 40 jam
20748 x 125 =16 1640
17
Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalah 16 orang perawat akan tetapi jumlah perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pelayanan tetapi terdapat aspek lain yang sangat berperan yaitu komitmen perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. d. Metode DEPKES Berdasarkan
Depkes
2002
cara
menghitung
kebutuhan perawat Rumus kebutuhan tenaga perawat di ruang Flamboyan AxB Tenaga Perawat
: --------------------------- + Loss Day Jam Efektif/hari
Keterangan: A : rata-rata jumlah pasien/hari B : rata – rata jam perawatan/pasien/hari loss day= Maka,
jmlh hariminggu dalam 1 thn+cuti+ hari besar x jlh perawat jmlh hari kerja/thn
19 x 3 57 = =8 7 7 48+12+13 584 x 8= =2 288 288
Tenaga perawat = Loss Day =
Jumlah kebutuhan perawat Non – Nursing Job, seperti: Membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan atau alat, dokumentasi, dsb (diperkirakan 25% dari jam layanan keperawatan), maka: jmlh tenaga keperawatan+loss day x 25 8+2 x 25 250 = = =2,5(2) 100 100 100 = 8 + 2 + 2 = 12 perawat Jumlah kebutuhan perawat menurut Depkes 2002 adalah 12 orang perawat, sedangkan jumlah perawat di ruangan flamboyan yaitu 16 orang perawat. Kesimpulan:
18
-
Rumus Gilies menghasilkan jumlah 7 orang perawat/hari, dilihat dari ruang flamboyan jumlah perawat yg berdinas yaitu 16 orang, maka hal ini menunjukan bahwa tenaga perawat di ruang flamboyan lebih 9 orang/hari. Rumus Douglas menghasilkan 12 orang perawat/hari,
-
dilihat dari ruang flamboyan jumlah perawat yg berdinas yaitu 16 orang perawat/hari, maka hal ini menunjukan tenaga perawat di ruang flamboyan lebih 8 orang/hari. Rumus PPNI menghasilkan 16 orang perawat pelaksana.
-
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi jumlah perawat di ruang flamboyan sebanyak 16 orang, maka terdapat adanya kesesuaian dengan jumlah tenaga perawat di ruang flamboyan. Rumus Depkes menghasilkan 12 orang perawat dalam
-
ruangan.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dan
studi
dokumentasi jumlah perawat di ruang flamboyan sebanyak 16 orang, maka hal ini menunjukan tenaga perawat di ruang flamboyan lebih 8 orang/hari.
10. Tenaga non Keperawatan a. Tenaga Non Keperawatan dan Non Kesehatan 1) Karakteristik dan Jumlah Tenaga Non Keperawatan dan Non Kesehatan
No 1
Tabel 2.14 Distribusi Tenaga non Keperawatan Jumla Kualifikasi Jumlah h Dokter Umum
Jantung Saraf Bedah ortopedi
1 1 1
Persentase 7.1% 7.1% 7.1%
19
2 3 4 5 6
Bedah umum THT Jiwa Mata Dokter spesialis penyakit dalam OB Prakarya Admin Gizi Total
2 1 1 1 3 2 1 -
14.3% 7.1% 7.1% 7.1% 21.4% 14.3% 0% 7.1% 0% 100%
Berdasarkan tabel 2.14 diatas, dapat terlihat bahwa dokter umum bagian jantung sebesar (7.1%), dokter umum bagian saraf sebesar (7.1%), dokter umum bedah ortopedi sebesar (7.1%), dokter bagian bedah umum sebesar (14.3%), dokter bagian THT sebesar (7.1%), dokter bagian jiwa sebesar (7.1%), dokter bagian mata sebesar (7.1%), dokter spesialis penyakit dalam sebesar (21.4%), jumlah OB sebesar (14.3%), dan admin sebesar (7.1%).
a) Pasien (1) Jumlah pasien Tabel 2.15 Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien Tanggal
Jumlah pasien/shift
Jumlah pasien
19 Juli 2018
Pagi: PA: 20 pasien PP: 6 pasien PB: 1 pasien
15 pasien
Siang: PA: 16 pasien PP: 3 pasien PB: 1 orang
14 pasien
Malam:
20 Pasien
Jumlah pasien/har i 20 Pasien
20
PA: 14 pasien PP: PB: 6 orang 20 Juli 2018
21 Juli 2018
22 Juli 2018
Pagi: PA: 20 pasien PP: 4 pasien PB: 1 pasien
17 pasien
Siang: PA: 17 pasien PP: 1 pasien PB: 5 pasien
21 pasien
Malam: PA: 18 pasien PP: 1 pasien PB: 1 pasien
18 pasien
Pagi: PA: 18 pasien PP: 6 pasien PB: 1 pasien
13 pasien
Siang PA: 13 pasien PP: 1 pasien PB: 2 pasien
14 pasien
Malam PA: 16 pasien PP: PB: 1 pasien
17 pasien
Pagi PA: 17 pasien PP: 2 pasien PB: 1 pasien
15 pasien
Siang PA: 15 pasien PP: 1 pasien PB: 1 pasien
15 pasien
18 pasien
17 pasien
20 pasien
21
Malam PA: 15 pasien PP: PB: 5 pasien
20 pasien
Berdasarkan tabel 2.15 menunjukan bahwa total jumlah pasien perhari sebanyak 75 pasien/ hari. 11. 10 daftar diagnosa Tabel 2.16 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap N o. U r ut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0
Diagnosa
DHF Thypoid CHF TB Stroke GE STT Hipertensi Gastritis DM
Berdasarkan tabel 2.16 diatas, menunjukan bahwa hasil wawancara pada perawat primer diperoleh 10 diagnosa tertinggi yang terdiri dari DHF, Thypoid, CHF, TB, stroke, GE, STT, hipertensi, gastritis dan DM.
C. Metode 1. Manajemen Unit a. Struktur Organisasi Berdasarkan hasil Kajian Situasional pada tanggal 20 Juli 2018 dengan metode observasi dan wawancara kepada Kepala Ruangan
22
Flamboyan di dapatkan data bahwa terdapat struktur organisasi ruangan. Bagan 2.1 Struktur organisasi ruang flamboyan RSUD soreang KA.BID KEPERAWATAN Hj.E SUSILAWATI. S.Kep.M.Si NIP. 195911041981052001
KA.SIE RAWAT INAP NUH ALI AZKIA. S.Kep NIP. 196711121997021001
KA. RUANGAN HJ. LINDASARI, S.Kep NIP. 19680612 199303 2 006 ADMINISTRASI EPA MARTIANI, S.Sos NIP. 19760013 291001 2 001
PERAWAT PRIMER TIM I NENDEN SUSANA, AMK
PERAWAT PRIMER TIM II SUMIATI, S.Kep NIP. 19790514 200701 2 006
PERAWAT ASSOCIATE
PERAWAT ASSOCIATE
WINA KUSMAYANTI, AMK
HJ. EVI SOPIYANTI, AMK
SUGIYANTI, AMK
NENDEN NURHANI, AMK
AJID SAJIDIN, S.Kep
HERI DIANA, AMK
ASEP OPIK, AMK
ADE SANTI, AMK
TENAGA KONTRAK WINDI HARDINI, AMK DESI PUJIASTUTI, S.Kep TENAGA KONTRAK
SUYATI, AMK
23
NELA FARDILA, S.Kep, Ners FERI FIRMANSYAH, S.Kep.,Ners
TENAGA KONTRAK
TENAGA KONTRAK
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 19 – 22 juli 2018 dengan kepala ruangan di ruang Flamboyan didapatkan hasil bahwa struktur organisasi di ruangan tersebut terdapat 2 perawat
primer.
Struktur
organisasi
merupakan
susunan
kepengurusan yang diletakkan di dalam ruang perawatan dan bertujuan
untuk memberikan informasi tugas-tugas pekerjaan
yang dibagi bagi dan diinformasikan keluarga, maupun
pengunjung
secara jelas kepada pasien, ruangan terkait kepengurusan
dan pengelolaan ruangan (Robbins, 2007). b. Uraian Tugas Perawat Dengan Metode Modifikasi Primer Di Ruang Flamboyan Tabel 2.17 Standar Operasional Pelaksanaan (Metode Modifikasi Primer) N O
Tugas
Ya
I. KEPALA RUANGAN 1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuaikebutuhan. b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan. c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien 2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi : a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat.
V
V V
V
Tidak
24
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku. c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat. d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar. e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat. f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada diwilayah tanggug jawabnya. g. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah. h. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang optimal. i. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang diperlukan diruang rawat. j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. k. Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan. l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin
V
V
V
V
V
V
V
V
V V V
25
sehari-hari di ruangan. m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampikan kepada staf untuk melaksanakannya. n. Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan. o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaanya dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. p. Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung. q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas kewenangan. r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung. s. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar. Untuk tindakan perawatan selanjutnya. t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS. u. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
V
V
V
V
V V
V
V
V
26
v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan. w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya. x. Memelihara buku register dan berkas catatan medik. y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat. 3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :\ a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan. b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan. c. Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat. II. PERAWAT PRIMER 1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. 2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. 3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan. 4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain. 5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan. 6) Membuat jadwal perjanjian klinik.
V V
V V
V
V
V
V
V
V V V
V V
27
7) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu. 8) Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. 9) Mengikuti timbang terima 10) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif 11) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. 12) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas. 13) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain. 14) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai. 15) Menerima dan menyesuaikan rencana. 16) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang. 17) Melaksanakan sentralisasi obat.
V
18) Mendampingi visite. 19) Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat associate. 20) Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
V V
V
V V V V V
V V V V
V
a) III. PERAWAT ASOSIATE Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien. Tugas Pokok a. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang. 1. Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disususun. 2. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan 3. Mencatat dan melaporkan semua
V V V
28
tindakan perawatan dan repons klien pada catatan perawatan. b. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab. 1) Pemberian obat. 2) Pemeriksaan laboratorium. 3) Persiapan klien yang akan dioperasi. c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari klien, : 1) Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan. 2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan. 3) Pendekatan dengan komunkasi terapiutik. d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik.. e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya. f. Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut. g. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara administratif. 1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal. 2) Sensus harian dan formulir. 3) Rujukan atau penyuluhan PKMRS. h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan i. Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan. j. Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian. k. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya. l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
V V V
V V V V
V V
V V V V V V V V
29
m. Membuat laporan harian. n. Mengikuti timbang terima. o. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan. p. Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer q. Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer. r. Melakukan evaluasi formatif s. Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
V V
t. Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat primer.
V
V V V V V
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19 - 22 Juli 2018 yang dilakukan di Ruang Flamboyan didapatkan ada beberapa tugas Kepala Ruangan, perawat primer, perawat assosiete hampir seluruhnya sudah melakukan tugas sesuai dengan uraian tugasnya, hanya pada tugas perawat assosiete yang belum terpenuhi yaitu mengenai keikutsertaan pelaksanaan ronde keperawatan dengan alas an bahwa diruangan Flamboyan belum diadakan ronde keperawatan. c. Hak Dan Kewajiban Pasien Yang Tertulis di Rumah Sakit. 1) Hak Pasien a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. b) Memperoleh informasi mengenai Hak dan Kewajiban Pasien. c) Berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, jujur tanpa diskriminasi. d) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi (SPO). e) Memperoleh layanan yang efektif dsn efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. f) Mengajukan pengaduan atas kualitas didapatkan.
pelayanan
yang
30
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanta kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek baik di luar maupun di Rumah Sakit. i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. j) Mendapatkan informasi tentang kondisi penyakit yang dideritanya serta perkiraan biaya pengobatan. k) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya. l) Didamping keluarga di saat kritis. m)Menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaannya selama hal tersebut tidak mengganggu pasien lainnya. n) Berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. o) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah Sakit terhadap dirinya. p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. q) Menggugat Rumah Sakit apabila apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar, baik secara perdata maupun pidana. r) Mengeluhkan pe;ayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media sesuai dengan ketentuan peraturan peruandang-undangan. 2) Kewajiban Pasien a) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit b) Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab. c) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit. d) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya. e) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya.
31
f)
Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan pejelasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. g) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan / atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan pentyakit atau masalah kesehatannya. h) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 20 Juli 2018 dengan kepala ruangan di ruang Flamboyan didapatkan hasil bahwa di ruangan tersebut sudah menyedikan informasi mengenai hak dan kewajiban pasien berupa tulisan. b. Peraturan Pengunjung (tata tertib) 1) Kewajiban pasien a. Keterangan Pengunjung pasien rawat inap b. Jam Besuk : - Pagi : 11.00 s/d 12.00 WIB - Sore : 17.00 s/d 18.00 WIB c. Sesudah jam berkunjung, harap segera meninggalkan ruangan. d. Pasien dapat ditunggu oleh satu orang anggota keluarga terdekat dan mengurus kartu penunggu pasien ke petugas ruang perawatan setempat. e. Apabila penunggu pasien dilebihkan lebih dari satu orang dan atas pertimbangan petugas ruangan maka keluarga dapat mengurus surat izin menunggu dan akan mendapatkan kartu tunggu dari petugas. f. Kartu penunggu pasien berlaku untuk satu orang. 2) Larangan Pengunjung a) Tidak membawa senjata tajam dan senjata api. b) Tidak membawa anak kecil dibawah umur 10 tahun masuk keruang perawatan. c) Tidak ramai, gaduh, ribut. d) Tidak membawa barang berharga dan uang dalam jumlah besar.
32
e) Dilarang bermain diluar ruangan sesedah jam berkunjung selesai. f) Dilarang merokok diseluruh area Rumah Sakit. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20 juli 2018 dengan perawat di ruang Flamboyan didapatkan hasil bahwa di ruangan tersebut sudah menyedikan informasi mengenai tata tertib (penunggu) keluarga dan pengunjung pasien secara tertulis. 2. Manajemen Asuhan Keperawatan a. Metode asuhan keperawatan Berdasarkan kajian situasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 didapatkan hasil bahwa diruang flamboyan menggunakan metode modifikasi
primer.
Terdapat
dua
perawat
primer
dibawah
pengawasan dari kepala ruangan. Menurut kepala ruangan dipilihnya metode model keperawatan modifikasi primer berdasarkan surat keputusan yang ada di RSUD soreang, diruang Flamboyan terdiri atas 2 perawat primer, pendidikan perawat primer di ruang Flamboyan masih terdapat perawat primer yang berpendidikan D3. Standar metode asuhan keperawatan professional perawat primer harus perawat yang mempunyai spesifikasi pendidikan Ners (Nursalam, 2014). Metode penugasan perawat primer yaitu di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Berdasarkan SP2KP tugas perawat primer adalah memenuhi kebutuhan pasien secara total selama dirawat dirumah sakit, melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan asuhan
keperawatan
dan
membuat
rencana
pasien
pulang,
memberikan asuhan keperawatan pasien sesuai rencana dan mengkoordinasikan dengan tim anggota kesehatan lain (Perry dan Potter, 2009). Metode modifikasi ini digunakan kombinasi kedua sistem yaitu metode tim dan primer. Menurut Sitorus (2006) penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu keperawatan
33
primer tidak digunakan secara murni karena apabila menggunakan metode ini secara murni dibutuhkan jumlah tenaga S.Kp/Ners yang lebih banyak, metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode
ini
terfragmentasi
tanggung pada
jawab
berbagai
terhadap anggota
asuhan tim
keperawatan
sehingga
sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan, saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda, kombinasi metode tim dan primer menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya. Menurut Supriyanto (2005) dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu tim terdiri dari 2 dan 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8 sampai 12 orang. Diruang Flamboyan setiap shift berjumlah 3 orang perawat dengan jumlah tempat tidur sebanyak 32 tempat tidur, sedangkan idealnya untuk metode asuhan keperawatan primer adalah 2-3 perawat mengelola 8-12 pasien. b. Penerimaan pasien baru Table 2.18 Flow of care No. 1.
Aspek Flow of care
Deskripsi situasi Alur pasien masuk 1. Penerimaan pasien baru Berdasarkan kajian situasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 didapatkan data sebagai berikut : a. Pasien baru yang terobservasi yaitu 25 orang b. Hasil observasi proses penerimaan pasien baru di ruang Flamboyan yaitu : - Perawat mempersiapkan tempat tidur yang kosong berdasarkan jenis
34
-
kelamin dan berdasarkan kasus peyakit. Pasien yang baru datang ditempatkan di tempat tidur yang sudah disediakan
Bagan 2.2 Alur Penerimaan Pasien Baru di Ruang Flamboyan di RSUD Soreang Pasien IGD
Poliklinik rawat jalan Loket tempat pendaftaran pasien, rawat inap Pengurusan administrasi Pasien BPJS pembuatan SEP (2x24 jam) Loket BPJS
Pasien SKTM
Pasien Umum
Verifikasi Bangsal atau rawat inap
Berdasarkan hasil wawancara bahwa saat penerimaan psien baru biasanya dilakukan identifikasi pasien, orientasi ruangan, menjelaskan hak dan kewajiban pasien, dan keluarga diajarkan tentang bagaimana cara mencuci tangan yang benar. Berdasarkan observasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 bahwa pada saat penerimaan pasien baru yaitu mengidentifikasi pasien, mengorientasikan
35
ruangan, tetapi tidak menjelaskan hak dan kewajiban pasien dan tidak mengajarkan cara mencuci tangan yang benar. Berdasarkan bagan 2.2 pasien masuk melalui IGD atau poliklinik rawat jalan kemudian ke loket tempat pendaftaran pasien rawat inap dan pengurusan
administrasi
apakah
psien
menggunakan
BPJS
(pembuatan SEP) dan ke loket BPJS kemudian ke rawat inap, jika pasien menggunakan SKTM kemudian di verifikasi, setelah diverifikasi langsung ke rawat inap, sedangkan jika pasien umum langsung ke rawat inap. Hasil observasi bahwa penerimaan pasien c. Ronde Keperawatan Berdasarkan hasil kajian situasi menggunakan metode wawancara kepada kepala ruangan bahwa ronde keperawatan tidak dilakukan di ruang Flamboyan. Dari hasil kajian situasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 bahwa di ruang Flamboyan belum pernah dilakukan ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2008). Ronde keperawatan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat, menurut Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan. Menurut Atiken, et al. (2010) pelaksanaan ronde keperawatan diadakan dua hari setiap minggu dan berlangsung 1 jam.
36
d. Timbang terima Tabel 2.19 Timbang Terima TAHAP Pra Timbang Terima
KEGIATAN
WAKTU
a. Kedua 10 menit kelompok dinas sudah siap dan berkumpul di Nurse Station b. Karu mengecek kesiapan timbang terima tiap PP c. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan catatan (Work Sheet), PP yang akan mengoperkan, menyiapkan buku timbang terima d. Kepala ruangan membuka acara timbang terima dilanjutkan
TEMPAT Nurse Station
PELAKSANA Karu PP PA
Dilakukan Ya Tidak 0
0
1
0
Keterangan
37
dengan doa
Pelaksana an Timbang Terima
PP dinas pagi melakukan timbang terima kepada PP dinas sore. Hal-hal yang perlu disampaikan PP pada saat timbang terima : 1. Identitas klien dan diagnosa medis termasuk hari rawat keberapa atau post op hari keberapa. 2. Masalah keperawatan 3. Data yang mendukung.
20 Menit
Nurse Station
Karu PP PA
1
1 1
38
1
4. Tindakan keperawatan yang sudah/belum dilaksanakan 5. Rencana umum yang perlu dilakukan: Pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu.
6. Karu membuka dan memberi salam kepada klien, PP pagi menjelaskan tentang klien, PP sore mengenalkan anggota timnya dan melakukan validasi
0 Disamping tempat tidur klien
1
39
0
7. Lama timbang terima setiap klien kurang lebih 5 menit, kecuali kondisi khusus yang memerlukan keterangan lebih rinci Post Timbang Terima
Klarifikasi hasil validasi data
5 Menit
Nurse Station
Karu PP PA
oleh PP sore. 1. Penyampaian alat-alat kesehatan 2. Laporan timbang terima ditandatangani oleh kedua PP dan mengetahui Karu (kalau pagi saja).
0
1
40
3. Reward Karu terhadap perawat yang akan dan selesai bertugas.
4. Penutup oleh karu
1
0
41
Pada saat dilakukan kajian situasi dengan metode observasi pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan hasil bahwa jika shift pagi kepala ruangan tidak memimpin acara timbang terima, timbang terima dilakukan pada setiap shift dimana timbang terima diakukan oleh penanggung jawab setiap shift kepada shift selanjutnya. Untuk komunikasi antar perawat memakai buku komunikasi yang berisi nama pasien, nomor bed, umur, no RM dan diagnosa medis. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan 2 orang perawat didapatkan hasil bahwa perawat belum melakukan operan kepada pasien. Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. Menurut Kassean dan Jagoo (2005), handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya: - Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi penyakitnya secara up to date. - Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat. - Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus
42
ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain. e. Pre dan Post conference Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 1922 Juli 2018 pada tiap shift tidak dilakukan pre dan post coference. Tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat pre dan post conference jarang dilakukan. Pre dan post conference bertujuan untuk
membantu
mengidentifikasi
masalah
-
masalah
pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil (Nursalam, 2014). Kegiatan conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan khususnya pengembangan kondisi klinik pasien setelah diberikan tindakan keperawatan sepanjang shift, dan sebelum overan kepada shift berikutnya. f. Sentralisasi obat Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 didapatkan
hasil
bahwa
pelaksanaan
sentralisasi
obat
sudah
dilaksanakan. Terdapat troli obat untuk penyimpanan obat pasien dan disimpan secara terpisah. Di ruang Flamboyan belum melakukan penandatanganan lembar persetujuan sebelum dilakukan sentralisasi obat klien kepada keluarga dan didalam troli pasien terdapat laci untuk menyimpan obat pasien tetapi hanya diberikan nama saja untuk setiap laci obat pasien, dan meracik obat dilakukan di nurse station, tidak terdapat ruangan khusus untuk meracik obat. Menurut Nursalam (2007) sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan baik oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat. Menurut Nursalam (2014) tujuan dari sentralisasi obat adalah untuk menghindari kesalahan prosedur atau pemberian obat, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi dengan baik Dalam melakukan sentralisasi obat diperlukan loker penyimpanan obat pasien dan diberi label berupa nama pasien dan nomor medrek, perawat melakukan informed consent kepada keluarga pasien bahwa akan dilakukan sentralisasi obat dan mengisi
43
lembar serah terima obat. g. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Tabel 2.20 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
SAK Asuhan Keperawatan Ansietas Asuhan Keperawatan pola tidur Asuhan keperawatan syok Hipovolemik Asuhan keperawatan dengan perdarahan Asuhan Keperawatan Perfusi jaringan Asuhan Keperawatan Gastritis Asuhan Keperawatan Devisit Volume Cairan Asuhan Keperawatan kelebihan Metode Cairan Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilisasi fisik Asuhan keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa
11. 12. 13.
darah Asuhan keperawatan gangguan nyeri Asuhan keperawatan dengan infeksi Asuhan keperawatan dengan ketidakefektifan bersihan
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
jalan nafas Asuhan keperawatan gangguan pertukaran gas Asuhan keperawatan intoleransi aktivitas Asuhan keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan Asuhan keperawatan gangguan integritas jaringan Asuhan keperawatan konstipasi Asuhan Keperawatan gangguan eliminasi urine Asuhan Keperawatan diare Asuhan keperawatan penurunan curah jantung
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20 Juli 2018 didapatkan hasil bahwa di ruang Flamboyan diagnosa medis dengan data SAK yang ada diruangan memiliki data yang sinkron dengan diagnosa yang ada diruangan (umum dewasa). Menurut Ali (2009) mengatakan bahwa standar asuhan keperawatan adalah pedoman terperinci yang menunjukan perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang spesifik. Sistem pendokumentasian di ruang Flamboyan masih dilakukan secara
44
manual.
Pendokumentasian
asuhan
keperawatan
meliputi
pendokumentasian dalam status klien, dilakukan oleh perawat primer dan perawat pelaksana. Format pengkajian diagnosa dan intervensi sudah ada sehingga
dapat
memudahkan
perawat
dalam
mengkaji
pasien,
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan menjeaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan perawat dalam mengkaji pasien. Data yang didapatkan adalah: 1) Pengkajian a) Identitas klien b) Keadaan umum c) Riwayat kesehatan d) Pemeriksaan Fisik e) Pemeriksaan penunjang f) Skrining risiko dekubitus g) Skrining Fungsional h) Penilaian risiko jatuh i) Skrining nutrisi 2) Diagnosa Keperawatan Hasil studi dokumentasi pada status pasien, diperoleh data bahwa status
perawatan
klien
sudah
dituliskan
mengenai
diagnosa
keperawatan dan intevensi keperawatan menurut Nanda Noc Nic tahun 2015. Lembar pendokumentasian diagnose dan intervensi keperawatan yang sudah ada terdiri dari nama, ruangan, no RM, dan tanggal. Sedangkan kolom lembar catatan perawat/ intervensi berisi kolom tanggal/jam, nomor diagnose perawat, implementasi, evalusi, nama jelas dan tanda tangan. 3) Implementasi keperawatan Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada lembar intervensi. 4) Evaluasi dan catatan perkembangan Berdasarkan hasil studi dokumentasi, evaluasi dokumentasi dituliskan dalam bentuk SOAP. Format catatan perkembangan berisi : nama, no RM, tanggal lahir,dan umur. Kolom yang berisi tanggal/jam,, nama/paraf. Berdas subjektif, objektif, asesmen, berdasarkan hasil observasi catatan perkembangan dituliskan setiap shift.
45
h. Tingkat ketergantungan Tabel 2.21 Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Flamboyan Shift
Klasifikasi
Jumlah Pasien
Rata-rata
Ketergantungan
19
20
21
22
Minimal
10
10
9
9
9
Parcial
5
7
3
5
5
Total
0
0
1
1
1
Jumlah Pasien
15
17
13
15
15
Minimal
10
14
9
9
10
Parcial
4
7
4
5
5
Total
0
0
1
1
1
Jumlah Pasien
14
21
14
15
16
Minimal
13
15
14
14
14
Parcial
7
3
1
5
4
Total
0
0
1
1
1
Jumlah Pasien
20
10
16
20
16
Rata-rata jumlah pasien
16
16
14
17
16
Pagi
Siang
Malam
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 didapatkan hasil bahwa tingkat ketergantungan pasien diruang Flamboyan
setiap
shiftnya
pada
dinas
pagi
dengan
tingkat
ketergantungan minimal berjumlah 9 orang, parcial 10 orang, dan total 1 orang, sedangkan pada dinas siang dengan tingkat ketergantungan minimal yaitu 10 orang, parsial 5 orang, total 1 orang, dan pada dinas malam tingkat ketergantungan minimal yaitu 14 orang, parcial 4 orang, dan total 1 orang. i. SPO (Standar Prosedur Operasional) Berdasarkan hasil kajian situasional pada tanggal 20 Juli 2018 pada shift
46
pagi didapatkan data SPO sebagai berikut: Tabel 2.22 Standar Prosedur Operasional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
SPO Pengelolaan limbah padat medis Kewaspadaan limbah medis yang bersifat tajam Pengelolaan limbah infeksius Pengelolaan sampah domestic Pengukuran suhu dan kelembaban Larangan merokok Pemadaman api Penanggulangan kecelakaan akibat kerja Assesmen risiko jatuh Penatalaksanaan sign in, time out, sign out Penanganan obat-obatan high alert, lasa atau norum Laporan hasil kritis nilai laboratorium Penyampaian hasil kritis radiologi Prosedur penggunaan simbol atau singkatan Hand hygiene atau five moment Kebersihan tangan atau hand hygiene Petunjuk pengisian sign in, time in, sign out Kepastian ketepatan tepat lokasi dan prosedur pasien yang akan menjalani operasi Penggunaan gelang resiko jatuh pada pasien rawat inap Identifikasi pasien menggunakan media visual atau foto Assessment ulang resiko jatuh rawat inap Komunikasi efektif SBAR Komunikasi lisan via telepon Identifikasi pasien meninggal Identifikasi pengambilan darah dan specimen lainnya Identifikasi sebelum pemberian darah atau produk darah Identifikasi sebelum pemberian obat atau produk darah Pemasangan dan pelepasan gelang identitas pasien Skrining gizi pasien rawat inap dewasa Jadwal pemberian makan pasien Skrining awal pasien Hak dan kewajiban DPJP utama Perencanaan pemulangan pasien Pemulangan pasien Merujuk pasien ke rumah sakit lain untuk pemeriksaan penunjang Memberikan kompres dingin Memberi obat lewat mulut
47
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Menghitung nadi dan pernafasan Melakukan ambulasi dini Membantu pasien untuk istirahat tidur Menyisir rambut Menyiapkan pasien untuk tindakan pembedahan akut Menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan disease shock Membantu melaksanakan tindakan pembedahan secara langsung Megawasi tingkat kesadaran Mengganti balutan luka Memberikan obat melalui suntikan intramuskuler Melakukan resusitasi jantung paru Mengukur suhu perektal Memberi penyuluhan secara individual Melakukan bilas lambung Melakukan pemeriksaan EKG 12 lead Menolong pasien BAB Pengisian dokumentasi keperawatan Mengukur cairan yang masuk dan keluar Memelihara kebersihan vulva Memasang infus dewasa Memberikan oksigen dengan kanul nasal Menjaga keselamatan pasien di tempat tidur Memonitor perdarahan masa nifas Menyuapi pasien Memberikan obat melalui suntikan intravena Mengukur tekanan darah Memasang sarung tangan Mengatur posisi pasien Melaksanakan orientasi pasien dikamar Penanganan syok anafilaktik Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan radiodiagnostik Melakukan fiksasi Menyiapkan bahan pemeriksaan Membersihkan mulut Melakukan skin test Melakukan perawatan luka episiotomy Mengukur suhu badan Menyiapkan pasien dan alat untuk memasang WSD Memberi huknah rendah Merawat luka bakar Tranfusi red blood cell pada dewasa Perawatan pasien dengan amino compromise
48
80 81 82 83 84 85 86
SPO pasien lanjut usia Penanganan resiko tinggi di rumah sakit Prosedur penggunaan alat bantu ventilator Code blue Pelayanan pasien dengan restrain Tranfusi tromosit dewasa Tranfusi frozen plasma Berdasarkan hasil kajian situasional yang dilakukan pada tanggal
19-22 Juli 2018 dilakukan pada shift pagi, jumlah SPO yang berada diruang Flamboyan sebanyak 86 SPO. Menurut Laksmi (2008) Standar Operasional Prosedur adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif.
j. Discharge Planning Tabel 2.23 Discharge Planning Tgl
Kegiatan
Mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk discharge planning Mengidentifikasi masalah pasien dalam discharge planning Memprioritaskan masalah untuk discharge planning Membuat jadwal pelaksanaan discharge planning Melaksanakan discharge planning Melakukan edukasi: - Perawatan di rumah - Obat-obatan yang harus diminum
Dilakukan 100%
Tidak Dilakuka n 0%
0%
100%
0%
100%
100%
0%
0% 100%
100% 0%
100%
0%
49
-
Obat-obatan yang harus dihentikan - Hasil pemeriksaan lab - Edukasi perihal penyakit - Program pulang bertahap - Rujukan - Pelayanan kesehatan Membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan discharge planning Mendokumentasikan discharge planning
100% 100% 100% 100% 100%
0% 0% 0% 0% 0%
100%
0%
100%
0%
Hasil kajian situasional yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 dengan metode observasi didapatkan hasil bahwa dalam discharge planning yang telah dilakukan diruangan adalah mengidentifikasi kebutuhan
pasien
untuk
discharge
planning,
membuat
jadwal
pelaksanaan discharge planning, melaksanakan discharge planning, melakukan edukasi mengenai perawatan di rumah obat-obatan yang harus diminum, obat-obatan yang harus dihentikan, hasil pemeriksaan lab, edukasi perihal penyakit, program pulang bertahap, rujukan, pelayanan kesehatan, membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan discharge planning, dan mendokumentasian discharge palnning. Menurut Nursalam (2014) mengatakan bahwa di dalam pemberian discharge planning terdapat edukasi pasien pulang, mengajarkan cara melakukan perawatan secara mandiri di rumah dan mengingatkan kembali tindakan lanjutan medis. 3. Manajemen risiko a. Indentify Patient Correctly
50
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Elemen Penilaan Sasaran I: 1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. 2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah. 3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis. 4) Pasien
diidentifikasi
sebelum
pemberian
pengobatan
dan
tindakan/prosedur.
Tabel 2.24 Kuisioner Indentify Patient Correctly Indentify
Aspek yang dinilai Perawat menyebutkan
Ya 8/8 x 100% =
Tidak 0/8 x 100% =
Patient
nama dan meningkatkan
100%
0%
Correctl
kepercayaan Perawat mengecek ulang
6/8 x 100% =
2/8 x 100% =
75%
25%
y
nama dan identitas
Berdasarkan analisis Identify Patient Correctly dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa dari 8 perawat semua perawat (100%) menyebutkan nama dan meningkatkan kepercayaan dan sebanyak 6 perawat (75%) dari 8 perawat mengecek ulang nama dan identitas pasien b. Improve Staff Communication
51
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar SKP II Rumah Sakit menggunakan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan. Elemen Penilaian Sasaran II: 1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima pemerintah. 2) Perintah lengkap secara lisan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah. 3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan. 4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
Tabel 2.25 Kuisioner Improve Staff Communication Improve Staff
Aspek Yang Dinilai Perawat saling
Communicatio
bertukar
n
mengenai
informasi
Ya 8/8 x 100% =
Tidak 4/8 x 100% =
50%
50%
8/8 x 100% =
0/8 x 100% =
100%
0%
8/8 x 100% =
0/8 x 100% =
100%
0%
kondisi
pasien dengan rekan kerja lain Perawat menginformasikan kondisi dilakukan
pasien dengan
teknik apapun Perawat memperoleh informasi
tentang
52
kondisi pasien tidak hanya dari rekam medis saja Berdasarkan analisis Improve Staff Communication dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa dari 8 perawat 4 perawat (50%) saling bertukar informasi mengenai kondisi pasien dengan rekan kerja lain, semua perawat (100%) menginformasikan kondisi pasien degan teknik apapun dan tidak semua perawat (0%) memperoleh informasi tentang kondisi pasien tidak hanya dari rekam medis saja. c. Use Safety Medicine Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar SKP III Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert). Elemen Penilaian Sasaran III: 1) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elektrolit konsentrat. 2) Implementasi kebijakan dan prosedur. 3) Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan pasien kecuali jika dibutukan secara klinis jika dibutuhkan dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati diarea tersebut sesuai kebijakan. Tabel 2.26 Kuisioner Use Safety Medicine Aspek Yang
Ya
Tidak 0/8 x 100% = 0%
Use Safety
Dinilai Perawat
8/8 x 100% =
Medicines
melakukan
100%
skin test dan
53
tes
alergi
sebelum memberikan obat
pada
pasien Perawat menanyakan
8/8 x 100% =
0/8 x 100% = 0%
100%
terlebih dahulu persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat Berdasarkan analisis Use Safety Medicine dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa dari 8 perawat semua perawat (100%) melakukan skin test dan tes alergi sebelum memberikan obat pada pasien dan semua perawat (100%) menginformasikan kondisi pasien degan teknik apapun dan tidak semua perawat (0%) menanyakan terlebih dahulu persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat. d. Reduce The Risk Of Health Care Associated Infection Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar SKP V Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurani resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Elemen Penilaian Sasaran V: 1) Rumah sakit mengadopsi atau menadaptasi pedoman hand hygiene terbari yang ditebitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO Guidelines on patient safety). 2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
54
3) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Tabel 2.27 Kuisioner Reduce The Risk of Health Care Associated Infection Aspek Yang Dinilai
Ya
Tidak
Reduce
Perawat selalu menerapkan
6/8 x 100% =
2/8 x 100%
The
Risk
prosedur cuci tangan 6
75%
= 25%
Of Health
langkah (Sebelum kontak
Care
dengan
Associate
tindakan aseptic, setelah
d
terkena
cairan
tubuh
Infection
pasien,
setelah
kontak
dengan
pasien,
setelah
di sekitar pasien) Perawat menggunakan
7/8 x 100% =
1/8 x 100%
sarung tangan saat akan
87,5
= 12,5
pasien,
sebelum
kontak dnegan lingkungan
memberikan
intervensi
yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien Berdasarkan analisis Reduce The Risk Of Health Care Associated Infection dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa dari 8 perawat 6 perawat (75%) selalu menerapkan prosedur cuci tangan 6 langkah tetapi saat dilakukan observasi pada tanggal 21 saat dalam keadaan darurat (saat ada pasien apnea) perawat hanya melakukan 4 moment (sebelum tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien) dan 7 perawat (87, 5%)
55
menggunakan sarung tangan saat akan memberikan intervensi yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien. e. Check Patient Medicines Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar SKP IV Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur Dan TepatPasien Operasi. Elemen Penilaian Sasaran IV: 1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan. 2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepatpasien operasi dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional. 3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum “insisi/time out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan. 4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses yang seragam untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi, termasuk prossdur medis dan dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi. Tabel 2.28 Kuisioner Check Patient Medicines Check
Apek Yang Dinilai Perawat
Ya 8/8 x 100% =
Tidak 0/8 x 100% =
Patient
mengaplikasikan 6
100%
0%
Medicines
prinsip benar dalam pemberian obat Perawat mengakhiri
8/8 x 100% =
0/8 x 100% =
terapi obat dengan
0%
0%
dokumentasi
56
Perawat menandai
0/8 x 100% = 0%
obat yang memiliki
8/8 x 100% = 100%
nama dan bentuk yang
sama
berdekatan Berdasarkan analisis Check Patient Medicines dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa dari 8 perawat semua perawat (100%) mengaplikasikan 6 prinsip benar dalam pemberian obat,
semua perawat (100%)
mengakhiri terapi obat dengan dokumentasi dan semua perawat (100%) menandai obat yang memiliki nama dan bentuk yang sama berdekatan. f. Identify Patient Safety Risk Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Kesehatan Pasien rumah Sakit. Standar SKP VI Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien dari cidera karena jatuh. Elemen penilaian sasaran VI: 1) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain – lain. 2) Langkah – langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh. 3) Langkah – langkah di monitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurang cedera akibat jatuhdan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan. 4) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengrahkan pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit. Tabel 2.29 Kuisioner Identify Patient Safety Risks Identify Patient Safety
Aspek Yang Dinilai Perawat memastikan pengamanan pada tempat tidur pasien terpasang dan
Ya 6/8 x 100% = 75%
Tidak 2/8 x 100% = 25%
57
Risks
terkunci sebelum akan meninggalkan pasien Perawat memberikan sentuhan lembut dan hati-hati pada pasien saat menggendong/memindahkan pasien Perawat meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien
8/8 x 100% = 100%
0/8 x 100% = 0%
8/8 x 100% = 100%
0/8 x 100% = 0%
Berdasarkan analisis Identify Patient Safety Risks dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa 6 dari 8 perawat sebagian besar (75%) memastikan pengamanan pada tempat tidur pasien terpasang dan terkunci sebelum akan meninggalkan pasien. Berdasarkan hasil observasi bahwa sebenarnya ada beberapa pengaman tempat tidur yang rusak dan tidak dapat digunakan sehingga ada beberapa pasien yang tidak menggunakan bed plang. Saat dilakukan klarifikasi data kepada kepala ruangan bahwa sebenarnya untuk masalah bed plang sudah dilakukan pengajuan akan tetapi memang belum ada respon, sehingga biasanya perawat memilah pasien, dengan cara memastikan bahwa pasien-pasien neuro tidak ditempatkan di tempat tidur yang tidak memiliki bed plang, untuk meminimalisir resiko jatuh pada pasien. Kemudian berdasarkan hasil di atas bahwa semua perawat (100%) memberikan sentuhan lembut dan hati-hati pada pasien saat menggendong/memindahkan pasien dan semua perawat (100%) meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien. D. MONEY 1. Anggaran untuk ruangan Berdasarkan hasil wawancara dengan CI ruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 21 Juli 2018 didapatkan bahwa yang membuat anggaran kebutuhan diruangan adalah Kepala ruangan yang ditujukan kepada Kepala Bidang Keperawatan RSUD Soreang. Untuk anggaran ruangan didapatkan dari APBD. Ruang Flamboyan tidak ada
58
anggaran dana yang dikelola oleh ruang Flamboyan, namun apabila ruangan membutuhkan alat atau kebutuhan yang berhubungan dengan ruangan maka ruangan segera mengajukan proposal kepada pihak Kepala Bidang Keperawatan RSUD Soreang Kabupaten Bandung untuk memenuhi kebutuhan yang prioritas atau kebutuhan yang diperlukan oleh ruangan. Dan cara sistem pelaporannya dengan cara pembukuan 1 bulan sekali. Menurut Nafarin (2013) bahwa anggaran (budged) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan dalam suatu uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan barang atau jasa 2. Alur anggaran yang diberikan untuk ruangan Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Administrasi RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 21 Juli 2018 didapatkan bahwa:
Usulan dari ruangan sesuai dengan kebutuhan Ruangan membuat nota dinas sesuai dengan kebutuhan ruangan PPTK (Pejabat Pelaksana Teknik Kegiatan) untuk memisah-misah sesuai dengan kebutuhan, misalnya: untuk kebutuhan pelayanan medik di olah oleh Komite Medik, untuk perawatan di olah oleh Komite perawatan Oleh keuangan dianggarkan Pengelolaan keuangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam bidang keuangan untuk menggunakan fungsi manjemen, meliputi perencanaan, penganggaran, pencatatan, pengeluaran, serta pertanggung jawaban (Syarifudin, 2005) 3. Tarif ruangan Tabel 2.30 Daftar Tarif Kamar di Ruang Flamboyan Jenis
Fasilitas Pelayanan
Tarif
59
Kelas II
Tempat tidur, nurse bell, lemari pakaian, kamar mandi, meja
Rp.150.000,-
4 Tempat Tidur
dan kursi
Pasien Dokter Spesialis Dokter Umum Perawat
1 kali visit 1 kali visit Konsultasi
Rp. 35.000,Rp. 25.000,Sesuai tindakaan
Ahli Gizi
keperawatan -
Sudah termasuk
-
dibiaya kamar Tarif terpisah,
Obat
tergantung dengan terapi yang diberikan
Tabel 2.31 Daftar Tarif Tindakan di RSUD Soreang Ruang Flamboyan N
TINDAKAN
BESARAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Angkat Drainage/Angkat Jahitan Ganti Balutan Sederhana Pasang/Angkat Kateter Pemasangan Arm Slink Pemasangan NGT Perawatan Luka Bakar >40% Perawatan Luka Bakar 10-20% Perawatan Luka Bakar 20-30% Perawatan Luka Bakar 30-40% Perawatan Luka Bakar 6-10% Perawatan Luka Tanpa Jahitan Pungsi Pleura/Asites Bilas Lambung Resusitasi Suction Transfusi/hari Pemberian Nebulizer/kali Skin Test Syringe Pump/hari
Rp. 45.000,Rp. 45.000,Rp. 45.000,Rp. 30.000,Rp. 50.000,Rp.225.000,Rp. 90.000,Rp.135.000,Rp.180.000,Rp. 45.000,Rp. 27.000,Rp.225.000,Rp. 50.000,Rp.100.000,Rp. 30.000,Rp. 20.000,Rp. 25.000,Rp. 15.000,Rp. 50.000,-
60
20 21 22
Infus Pump/hari EKG Sonde Pemberian Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Rp. 50.000,Rp. 50.000,Rp. 10.000,Bandung nomor 11
tahun 2012 tentang retribusi jasa umum menetapkan jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Nomor 12 tahun 2012 jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Berdasarkan Surat
Keputusan
Menteri Kesehatan
Nomor
560/MENKES/SK/IV/2003 tentang pola tarif pelayanan rumah sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Untuk standar tarif pelayanan kesehatan berdasarkan Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan Program jaminan kesehatan, bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan pelayanan kesehatan di fasilitas Kesehatan, sehingga perlu disempurnakan. 4. Pengkajian Perawat a. Gaji Pokok Perawat Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa gaji perawat diruang Flamboyan sudah mencapai UMR/UMK. Untuk uang makan perawat diruang Flamboyan adalah 450.000 ribu/bulan. Peraturan Menteri
61
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2017 Tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis bahwa diperlukan
suatu
mekanisme
dalam
upaya
meningkatkan
profesionalisme perawat melalui penataan jenjang karir perawat. b. Tunjangan/Insentif Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa tunjangan/intensif itu tergantung dengan penghasilan Rumah Sakit ini sendiri biasanya diberikan tanggal 15 keatas. c. Tunjangan Hari Raya (THR) Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa pegawai diruang Flamboyan ini sendiri mendapatkan THR. Kemudian perawat mendapatkan tunjangan kinerja sebagai tambahan penghasilan dari pemda. d. Kenaikan Gaji Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa kenaikan gaji itu biasanya naik sesuai dengan kenaikan golongan atau tingkat. e. Tanggal Gajian Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa tanggal gajian perawat diruang Flamboyan adalah setiap tanggal 1. f. Sistem Penggajian Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa gaji diberikan melalui Bank BJB kepada setiap perawat dan sistem penggajian itu sendiri sudah ditetapkan dari rumah sakit. g. Uang Tindakan Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli
62
2018 didapatkan bahwa ada uang tindakan tetapi berbeda-beda tergantung dengan tindakan yang diberikan. h. Tunjangan Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat diruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Juli 2018 didapatkan bahwa Tunjangan yang diberikan sesuai aturan kepada perawat yaitu melalui asuransi kesehatan dengan BPJS kesehatan. 5. Koperasi Perawat Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian administrasi rawat inap pada tanggal 21 Juli 2018 di RSUD Soreang Kabupaten Bandung bekerjasama dengan koperasi namun sistem koperasi untuk RSUD Soreang hanya berupa sistem simpan pinjam saja. Untuk pembayaran koperasi pegawai di potong setiap bulan dari gaji pegawai. Atau insentive. 6. Jenis Pembayaran Pasien Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Administrasi RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 21 Juli 2018 didapatkan bahwa jenis pembayaran pasien adalah BPJS, Asuransi Perusahaan, dan Umum. Berdasarkan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau 7. Kelanjutan Pembayaran Perawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Administrasi RSUD Soreang Kabupaten Bandung pada tanggal 21 Juli 2018 didapatkan bahwa Kelanjutan pembayaran perawatan di RSUD Soreang yang menggunakan BPJS, KIS, Asuransi Perusahaan tidak terbatas oleh waktu lama perawatan dilihat dari kondisi pasien dan sesuai dengan anjuran dokter.
63
8. Cara dan Alur Pembayaran
Pembayaran Umum
Pembayaran BPJS, KIS, Asuransi Perusahaan
Kasir
Di Proses menurut aturan BPJS Sesuai dengan Prosedur Verifikasi Pembayaran oleh pihak BPJS
E. Material Berdasarkan Hasil Kajian Situasi di Ruang Flamboyan RSUD Soreang kabupaten Bandung bahwa RSUD Soreang kabupaten Bandung terakreditasi “PARIPURNA” dan Tipe Rumah
Sakit C, Sehingga untuk Sarana dan
Prasarana di ruangan mengacu pada Perpu
No. 56 Tahun 2014 Tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. 1. Sarana, Prasarana dan Keadaan Lingkungan Ruangan flamboyan Tabel 2.32 Sarana, Prasarana dan Keadaan Lingkungan Ruangan flamboyan
No
Sarana dan Prasarana
1
Lokasi ruang rawat inap terletak di ruang yang tenang, aman, dan nyaman
Diruangan Ya √
Tdk
√ 2
Letak ruang rawat inap mudah untuk diakses
3
Ruang rawat inap jauh dari tempat pembuangan kotoran, bising, dan generator
4
5
6
Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan dapat dicapai dengan mudah Sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang), sirkulasi udara baik (udara masuk dan keluar) Kebutuhan ruang rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien
7
Sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan
8
Alur petugas dan pengunjung dipisah
√
√
√
√
√
√
√ 9
Loker perawat √
10
Ruang kepala ruangan √
11
Tempat linen bersih dan kotor
12 13 14 15
Pantry Ruang CS Gudang Spolhock
√ √ √ √
Keterangan Ruang rawat64 Inap terletak di lt 2 Akses Lift ke ruang rawat inap jarang dipakai hanya untuk pasien Ruang Flamboyan terletak di lt 2, jauh dari sumber kebisingan Jarak antara kamar per kamar ± 1 meter Terdapat ventilasi setiap ruangan Terdapat ruang kelas 2 Ukuran jendela besar, memungkinkan masuknya matahari Terdapat 2 jalur, untuk keluar masuk pasien, perawat dan pengunjung Terdapat loker untuk menyimpan barang perawat Ruang kepala ruangan ada tetapi tanpa sekat pintu Tempat linen kotor berupa troli
Terdapat spolhock tetapi tanpa tempat atau wastafel khusus pembuang urin
65
B B
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa di Ruang flamboyan belum memiliki handrail di kamar mandi, belum adanya alat pemadam ruangan otomatis jika terjadi kebakaran di ruang rawat inap, suhu ruangan > 26 C, belum terdapat sprinkle untuk pemadam api otomatis dilangit-langit ruangan, dan belum tersedianya tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (2016) tentang Persyaratan Bangunan dan Prasarana Rumah sakit bahwa Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat. 2. Sarana dan Prasarana Kesehatan Tabel 2.33 Sarana dan Prasarana Kesehatan Di Ruang Flamboyan RSUD Soreang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sarana dan Prasarana Nurse Station Meja Dan Kursi Alat Tulis Kerja Tempat Istirahat Perawat Tempat Istirahat Dokter Tempat Untuk Sholat Kamar Ganti Ruang Ganti Perawat Telpon Ruangan
Di ruangan Ada Tidak √ √ √
Keadaan Layak Tidak √ √ √ √
Ket Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
√ Tidak √ √ √ √ √
√ √ √ √
Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
66
10. 11. 12. 13. 14.
Form Inventaris Alat Tiap Ruangan Ruang Kepala
√
Ruangan Wastafel Loker Perawat Lemari Dokumentasi
√ √ √
Keperawatan
√
√
Tersedia
√
Tersedia
√ √ √
Tersedia Tersedia Tersedia
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-20 Juli 2018 dapat terlihat bahwa ruang Flamboyan belum memiliki tempat atau ruang istirahat untuk dokter. 3. Sarana dan Prasarana Untuk Pasien Tabel 2.34 Sarana dan Prasarana Untuk Pasien di Ruang Flamboyan RSUD Soreang
No
1 2 3
Sarana dan Prasarana
Di ruangan Ada
Luas Kamar
√
Tempat Tidur
√
Bedside Monitor
Tidak
Keadaan Layak
Keterangan
Tidak
√
Luas kamar -7m X 6 m
√
Tersedia Tidak tersedia
√
4
AlatTenun
√
√
Tersedia
5
IdentitasPasien
√
√
Tersedia
6
Identitas Pasien Diluar Kamar
√
7
Standar Infus
√
√
Tersedia
8
Kamar Mandi
√
√
Tersedia
9
Keranjang Obat
√
√
Tersedia
Tersedia
67
10
TutupSampiran Per Pasien
√
Tersedia
11
Alat Panggil Perawat (Bell)
√
Tidak tersedia
√
12
Pispot
√
√
Tersedia
13
Kursi Dan Meja Pasien
√
√
Tersedia
14
Lemari Pasien
√
√
Tersedia
15
Jam Dinding
√
√
Tersedia
16
Televisi
√
√
Tersedia
17
Ruang Tunggu Keluarga
18
Denah Ruangan
19 20
√
√ √
Papan Media Informasi Handscrub
Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia
√ √
√
Tersedia
Berdasarkan hasil observasi di ruangan Flamboyan dari tanggal 1922 Juli menunjukan bahwa ruang ini belum memiliki bedside monitor dan ruang tunggu pasien, sehingga belum sesuai dengan standar ketetapan Kemenkes 2012 diantaranya, yaitu: masih belum tersedianya ruangan dokter, ruangan khusus konsultasi, ruangan tindakan, serta masih digabungnya ruangan kepala ruangan dan tempat istirahat perawat dalam satu ruangan yang seharusnya terpisah. 4. Daftar Peralatan Kesehatan di Pelayanan Bedah dan Penyakit Dalam Tabel 2.35 Daftar Peralatan Kesehatan di Pelayanan Bedah dan Penyakit Dalam
No
Nama Barang
Jumlah di ruangan
Kondisi Alat Layak Tidak Tersedia
Ruang Bedah
Sediaan
Ket
68
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Stetoschope Shypgmo
3
manometer Lampu Periksa Minor Surgery Set Emergency Set Hecting Set Sterilisator Pulse Oxymeter
2 1 2 1 3 1 1
√ √
Tersedia Tersedia
√ √ √ √ √ √ √
Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tidak
√
tersedia Tidak
Bedside Monitor Film Viewer Suction Pump Hospital Bed Brankard / stecher
1 32 1
√
tersedia Tersedia
√ √ √
Tersedia Tersedia Tersedia
Kalibrasi (+)
Kalibrasi (+) Re
14
kalibrasi di tahun
Infused Pump Penyakit Dalam 16 17 18 19 20 21
2
2018 √
Bedside Monitor
tersedia Tersedia
√ EKG
1
2 2 1
Kalibrasi (+)
√ Defibrilator Troley Emergency Nebulyzer Matras Dekubitus
Tidak
√ √ √ √
Tidak Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
1 ruksak Kalibrasi (+) pada
22
3 tahun Syringe Pump
1
lalu
69
23
Infused Pump Timbangan Sphygmomanomet
24 25
er
1 1
√
Tersedia
√ √
Tersedia Tersedia
Kalibrasi (+) Kalibrasi
2 (+) Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-22 Juli 2018
menunjukan bahwa Ruang Flamboyan belum memiliki bedside monitor, saat dilakukan validasi dengan melakukan wawancara pada kepala ruangan, menyebutkan bahwa ruang rawat inap biasanya memang tidak ada bedside monitor, karena bedside monitor biasanya hanya ada di ruang intensive. 5. Sarana dan Prasarana Alat Tenun Tabel 2.36 Sarana dan Prasarana Alat Tenun di Ruang Flamboyan RSUD Soreang Ketersediaa N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Barang Ada Laken Stiklaken Selimut Sarung bantal Barak shot hijau Perlak Kasur pasien Bantal
Kondisi
n Tida k
√ √ √ √
Layak √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
Tidak
Keteranga n
layak Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tidak
Baju pasien
√
tersedia Tidak
Taplak meja
√
tersedia Tidak
Duk bolong Gorden
√
tersedia Tersedia
√
√
70
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-22 Juli 2018, menunjukan bahwa ruangan flamboyan tidak tersedia perlak untuk meja, barak scot, dan baju pasien.
6. Sarana dan Prasarana Alat Mebel, Air dan Elektronik Tabel 2.37 Sarana dan Prasarana Alat Mebel, Air dan Elektronik di Ruang Flamboyan RSUD Soreang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Barang
Jumlah yang ada
Kondisi Tidak Layak layak
Keterangan
AC Bed manual
32
√
Dispenser
1
√
Jam dinding Kulkas Komputer Kursi Lipat Kursi Roda Lemari Alat Tenun Lemari Alkes Lemari Loker Meja Nurse Station Papan Pengumuma n Papan White Board Besar Papan White Board Kecil Tempat
10 1 1 3 1
√ √ √ √ √
Tidak terdapat AC Setiap kamar ada Tersedia di ruang nurse station Setiap ruangan ada jam dinding Tersedia Di nurse stasion Di nurse stasion Tersedia
1 1
√ √
Di ruang perawat Di ruang perawat
1
√
Di ruang perawat
1
√
Tersedia
-
Tidak tersedia
-
Tidak tersedia
1
Tidak tersedia Ruang nurse
√
71
17 18 19 20 21
sampah medis Tempat Sampah Non Medis
18
√
Telepon
1
√
Printer
1
√
Rak Sepatu
Tidak ada Tidak ada 1
Rak Pispot
22
Rak Waskom APAR
23
station
Tersedia Tersedia di nurse Station Tersedia di nurse Station Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tersedia
√
7. Form Dokumentasi Keperawatan Tabel 2.38 Form Dokumentasi Keperawatan Di Ruang Flamboyan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NamaBarang Formulir Pengkajian Awal Formulir Rencana Keperawatan Formulir Catatan Perkembangan Pasien Formulir Observasi Resume Keperawatan Formulir Catatan Pengobatan Formulir Medik Lengkap Formulir Laboratorium Lengkap Formulir Rontgen
Kondisi Tidak Ada Ada
Keterangan
√
Tersedia
√
Tersedia
√
Tersedia
√ √
Tersedia Tersedia
√
Tersedia
√
Tersedia
√
Tersedia
√
Tersedia
72
10 11 12
Formulir Permintaan Darah Formulir Keterangan Kematian Resep
√
Tersedia
√
Tersedia
√
Tersedia
F. MARKET 1. Indikator Mutu Ruangan Flamboyan (BOR, AVLOS, TOI, BTO) a. BOR (Bed Occupation Ratio) Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60 85 % sedangkan dalam Nursalam (2012) standar nasional BOR adalah antara 75–80 %. Rumus: (Jumlah hari perawatan di rumah sakit) x 100% (jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode) Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan Februari April 2018 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung didapatkan hasil BOR pasien sebagai berikut: Tabel 2.39 Hasil BOR Bulan Febuari – April 2018 di Ruang flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung No 1. 2. 3.
Bulan Jumlah Hari rawat BOR (%) Febuari 521 58,15 Maret 564 56,85 April 517 53,85 Rata- rata 534 56,28 Berdasarkan hasil rekapitulasi rata-rata angka BOR ruangan
Flamboyan pada April - Juni 2018 Tidak sesuai yaitu 56,28 %, karena menurut Depkes RI (2005) yaitu 60-80%.
73
Tabel 2.40 Hasil BOR pada tanggal 19-22 juli 2018 di Ruang flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung No 1. 2. 3. 4.
Tanggal 19 Juli 2018 20 Juli 2018 21 Juli 2018 22 Juli 2018
Jumlah Bed 32 32 32 32 RATA – RATA
Bed Yang Terisi 20 18 17 20
BOR 62,5 % 56,2 % 53,1 % 62,5 % 59 %
Berdasarkan hasil yang di peroleh didapatkan nilai BOR ruangan Flamboyan RSUD Soreang selama 4 hari yaitu 59 %, presentase tersebut menggambarkan belum tercapainya standar BOR menurut Depkes RI (2005) yaitu 60-80%. b. AVLOS (Average Length of Stay) AVLOS (Average Length of Stay) menurut depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum nilai AVLOS yang ideal menurut Kemenkes adalah 6-9 hari.MenurutNursalam (2012) standar nasional AVLOS adalah 1–10 hari. Rumus: (Jumlah lama dirawat) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan April Juni 2018 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung didapatkan hasil AVLOS pasien sebagai berikut: Tabel 2.41
74
Hasil AVLOS pada bulan April – Juni 2018 di Ruang flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung No 1. 2. 3.
Bulan
Jumlah lama
AVLOS
April Mei Juni Rata-Rata
dirawat 950 1014 950 2914 (971)
7 7 8 7
Berdasarkan hasil rata- rata AVLOS yang diperoleh di Ruang Flamboyan pada bulan April - Juni 2018 sebesar 7 hari sudah ideal menurut Nursalam (2012) dalam standar nasional AVLOS adalah 1 – 10 hari. c. TOI (Turn Over Internal) TOI (Turn Over Interval) menurut Depkes RI (2005) adalah rata rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur, idealnya menurut kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus : (Jumlah tempat tidur X periode) – (hari perawatan) Jumlah pasien keluar hidup + mati
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan Febuari April 2018 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung didapatkan TOI pasien sebagai berikut:
Tabel 2.42 Hasil TOI pada April - Juni 2018 di Ruang flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung
75
No
Bulan
Jumlah lama dirawat
TOI
1.
April
950
0,3
2.
Mei
1014
-0,1
3.
Juni
950
0,3
Rata-Rata
2281
0,5
Berdasarkan hasil rata- rata TOI yang diperoleh di Ruang Flamboyan pada bulan April - Juni 2018 sebesar 0,5 hari tidak ideal menurut standar Depkes RI (2005) kisaran 1-3 hari. d. BTO (Bed Turn Over) BTO (bed Turn Over) adalah angka perputaran tempat tidur atau frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40 - 50 kali (Depkes RI, 2005). Rumus: Jumlah pasien keluar (hidup + mati) Jumlah tempat tidur
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan 2018 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung didapatkan BTO pasien sebagai berikut: Tabel 2.43 Hasil BTO Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang No 1. 2. 3. 4.
Bulan Januari Febuari Maret April
Jumlah Hari rawat 547 483 740 517 Total
BTO (kali) 4,28 3,81 4,97 4,13 17,19
76
Berdasarkan hasil total BTO yang diperoleh di Ruang Flamboyan pada bulan januari – April adalah 17,19 atau 17 kali sehingga tidak ideal menurut Depkes RI (2005) yaitu satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Namun ini tidak dapat dikatakan tidak ideal karena total BTO yang dihitung tidak satu tahun menurut Depkes idealnya BTO di hitung dalam satu tahun. 2. Program Unggulan Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Juli 2018 pada bagian humas RSUD Soreang Kabupaten Bandung diperoleh data bahwa RSUD Soreang belum memiliki program unggulan, tetapi sudah sudah direncanakan untuk pembuatan program unggulan hemodialisa, rencana jangka pendek yang dilakukan oleh Humas RSUD Soreang saat ini yaitu akan mengadakan talkshow. 3. Lokasi Rumah Sakit Lokasi RSUD Soreang berada di Jalan Alun - Alun Utara no.1 pamekaran soreang bandung jawa barat. Rumah sakit berada di pemukiman penduduk yang di lalui kendaraan umum sehingga untuk mencapai rumah sakit tidak terlalu sulit. Secara geografis letak RSUD Soreang cukup strategis, karena lokasinya ditengah area pemukiman penduduk dan berdekatan dengan Jalan Raya Cipatik dan Jl. Cidalema. 4. Akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Juli 2018 kepada kepala ruangan didapatkan bahwa akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung adalah dinyatakan lulus dengan tingkat PARIPURNA dan rumah sakit pemerintah dengan tipe C di Kabupaten Bandung. 5. Promosi Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes / SK / VII / 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
77
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Departemen kesehatan, 2012). Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh pasien dan keluarganya untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian tambahan yang terlepas (fizran, 2013). Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 Juli 2018 kepada Bidang Promkes di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung didapatkan bahwa bentuk pemasaran atau promosi Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung memiliki 2 program yaitu internal dan eksternal. Program internal dilakukan di rs dalam bentuk media cetak yang digunakan adalah brosur, serta dari luar rumah sakit (eksternal) menggunakan
media
internet
(website
resmi)
dibawah
naungan
78
pemerintahan kabupaten bandung, talk show radio dengan mendatangkan dokter spesialis. 6. Kerjasama yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung dengan pihak lain. Pada saat dilakukan wawancara kepada bidang keperawatan pada tanggal 20 Juli 2018 mengenai kerja sama Rumah Sakit dengan pihak lain maka di dapat hasil sebagai berikut: Tabel 2.44 Daftar Nama Kontraktor No A B C D A B C D A B C A A
7.
NAMA KONTRAKTOR Pendidikan Universitas Pendidikan Stikep PPNI Jawa Barat Stikes Rajawali Stikes Ahmad Yani Rumah Sakit RS Imanuel RS Santosa Hospital Center RS Al Ihsan RS Hasan Sadikin bandung Bank Bank BJB Bank Mandiri Bank BRI Perusahaan PT. Perkebunan Pembuatan Led Dan Media/Bidang Media PT. Telkom
Data Kepuasan Pasien Tabel 2.45 Data Kepuasan Pasien Kategori Puas Tidak puas Total
Frekuensi 19 2 21
Persentase 90,5% 9,5% 100 %
79
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tanggal 19 – 22 Juli 2018 dengan membagikan kuesioner kepada 21 pasien atau keluarga pasien mengenai Kenyataan pasien didapat puas 90,5 % dan tidak puas 9,5%. Menurut Nursalam (2014) kepuasan dari pelayanan rumah sakit menggambarkan kualitas dan mutu dari rumah sakit tersebut.
8. Angka kejadian infeksi Tabel. 2.46 Angka Kejadian Plebitis di RSUD Soreang Kabupaten Bandung Bulan April Mei Juni Total
Frekuensi 3 3 2 8
Persentase 5.73% 4.19% 4.06% 13.98 %
Berdasarkan tabel 2.4 diatas menurut data dari PPI RSUD Soreang Kabupaten Bandung, angka kejadian Plebitis di Runag Flamboyan pada 3 bulan terakhir menunjukan bahwa pada bulan April sebesar 5.73%, Mei 4.19%, dan pada bulan Juni angka kejadian plebitis sebesar 4.06%.
80
BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN Matrix EFAS Kajian Situasi Ruang Rawat Inap Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung
Faktor-Faktor strategis
Bobot
Rating
Nilai
(B)
(R)
N= B x R
A. Kategori sebagai peluang MAN
Kajian Analisa RSUD
0,4
4
0.8
Soreang
Bandung
adalah
Kabupaten RS
1. RSUD Soreang Kabupaten Bandung adalah rumah
akreditasi PARIPURNA
sakit dengan akreditasi PARIPURNA 2. Lokasi RSUD Soreang Kabupaten Bandung
Lokasi 0.3
2
0.6
RSUD
Kabupaten
Soreang
Bandung
dilingkungan
dengan
berada
masyarakat
sehingga
mudah
diakses.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
(2016)
mengenai
persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit bahwa lokasi RS harus mudah diakses
81
dan dekat ke jalan raya.
3. Adanya perkembangan tekhnologi dalam bidang
0.3
2
0.6
kesehatan yang semakin pesat
Adanya perkembangan tehnologi menjadikan semakin mudahnya pasien mendapatkan kepastian terhadap kondisi penyakitnya
Total
1
8
4,2
B. KATEGORI SEBAGAI ANCAMAN
Ini tidak dapat dikatakan tidak
1. Market
ideal karena total BTO yang
a. BTO yang diperoleh di Ruang Flamboyan pada
0.3
-1
-0.3
bulan januari – April adalah 17,19 atau 17 kali
dihitung
tidak
satu
tahun
menurut Depkes idealnya BTO di hitung dalam satu tahun. Ratarata BTO pada umumnya adalah 40-50 kali satu tempat tidur rata-
b. Angka kejadian plebitis masih ada di ruang Flamboyan
0.4
-1
-0.4
rata dipakai dalam satu tahun Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi yang dilaksanakan pada tanggal 25
82
juli 2018 ke PPI, diperoleh hasil bahwa angka kejadian Plebitis di Runag Flamboyan pada 3 bulan terakhir
menunjukan bahwa
pada bulan April sebesar 5.73%, Mei 4.19%, dan pada bulan Juni angka kejadian plebitis sebesar c. Nilai BOR kurang dari batas ideal
0.3
-1
-0.3
4.06%. Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 4 hari diperoleh hasil bahwa nilai BOR di ruang Flamboyan 59%, Kajian situasi hanya dilakukan selama 4 hari, sehingga hasil menjadi kurang representatif. Nilai ideal BOR 2005).
TOTAL
1
-2
-1
60-85%
(Depkes
RI,
83
No 1 2
Faktor Strategis Faktor Peluang/opportunity Faktor Ancaman/threats Total
Skor 4.2 -1 3.2
Matrix IFAS Kajian Situasi Ruang Rawat Inap Flamboyan RSUD Kabupaten Bandung
84
Faktor- Faktor Strategis A. Kategori Sebagai Kekuatan 1. Man a. Sebagian besar perawat flamboyan memiliki status kepegawaian PNS
Bobot
Rating
Nilai
(B)
(R)
N=BxR
0.05
3
0.15
Hasil wawancara didapatkan data bahwa sebagian besar (75%) perawat ruang flamboyan adalah PNS, dari hal tersebut semakin tinggi tingkat instansi suatu RS maka akan meningkatkan mutu pelayanan. Berdasarkan hasil dokumentasi dan wawancara kualifikasi perawat di ruangan flamboyan sudah sesuai dengan dirja bima pelayanan kesehatan keputusan menkes RI tahun 2015 yaitu perawat dengan minimal pendidikan D3 sebesar (62.5%).
b. Kualifikasi perawat flamboyan sudah sesuai dengan standar kemenkes
c. Jumlah perawat flamboyan sudah memadai
Kajian Analisa
0.05
2
0.1
0.03
2
0.06
Berdasarkan rumus perhitungan tenaga kerja perawat menurut PPNI, diperoleh hasil bahwa jumlah perawat diruang
85
Flamboyan yang dibutuhkan 16 perawat. Hal ini sudah sesuai dengan jumlah perawat ruangan d. Sebagian besar perawat di ruang flamboyan merasa puas dengan pekerjaannya
0.03
2
0.06
Berdasarkan hasil data yang didapatkan di ruang flamboyan menunjukan bahwa hampir setengahnya (60%) merasa puas.
0.09
Dari hasil studi dokumetasi didapatkan 16 perawat di ruang flamboyan telah memiliki STR, dimana menurut Depkes bahwa perawat dalam menjalankan asuhan keperawatannya haruslah memiliki surat tanda registrasi
0.06
Berdasarkan hasil studi dokumentasi didapatkan 16 perawat diruang flamboyan telah mengikuti berbagai pelatihan dasar maupun lanjut untuk menunjang perawat dalam memberikan bantuan hidup pada pasien dengan gawat darurat
e. Seluruh perawat yang ada di ruang flamboyan seluruhnya memiliki STR 0.03
f. Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi seluruh perawat ruang flamboyan sudah pernah mengikuti pelatihan diantaranya
0.03
3
2
86
g. Perawat di ruang Flamboyan memiliki motivasi kerja yang tinggi
1. Metode a. Metode Unit 1) Terdapat struktur organisasi di ruang Flamboyan
0.03
2
0.06
0.03
2
0.06
Berdasarkan hasil analisis, menunjukan bahwa lebih dari setengahnya (60%) perawat memiliki motivasi kerja yang tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Makta (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh Tanggung Jawab, pengakuan, komitmen, reward dan kondisi kerja terhadap motivasi kerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 19 – 22 juli 2018 dengan kepala ruangan di ruang Flamboyan didapatkan hasil bahwa struktur organisasi di ruangan tersebut terdapat 2 perawat primer. Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi tugas-tugas pekerjaan yang dibagi bagi dan diinformasikan secara jelas kepada pasien, keluarga, maupun
87
pengunjung ruangan terkait kepengurusan dan pengelolaan ruangan (Robbins, 2007) 2) Terdapat hak dan kewajiban pasien di ruangan 0.03
2
0.06
0.03
2
0.06
0.03
2
0.06
3) Terdapat tata tertib pengunjung di ruangan
b. Manajemen asuhan keperawatan 1) Dokumentasi asuhan keperawatan terisi dengan lengkap
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 20 Juli 2018 dengan kepala ruangan di ruang Flamboyan didapatkan hasil bahwa di ruangan tersebut sudah menyedikan informasi mengenai hak dan kewajiban pasien berupa tulisan. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20 juli 2018 dengan perawat di ruang Flamboyan didapatkan hasil bahwa di ruangan tersebut sudah menyediakan informasi mengenai tata tertib penunggu, keurga, dan pengunjung pasien secara tertulis Sistem pendokumentasian di ruang Flamboyan masih dilakukan secara manual. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi
88
2) Terdapat kesesuaian standar asuhan keperawatan dengan diagnosa yang ada diruangan
3) Terdapat 86 SOP di ruangan sesuai dengan kebutuhan di ruangan.
0.03
2
0.06
0.02
2
0.04
pendokumentasian dalam status klien, dilakukan oleh perawat primer dan perawat pelaksana dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada saat observasi terdapat 20 SAK dan terdapat kesesuaian SAK dengan diagnosa yang ada di ruang Flamboyan. Menurut Ali (2009) mengatakan bahwa standar asuhan keperawatan adalah pedoman terperinci yang menunjukan perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang spesifik. Saat dilakukan observasi SOP yang ada sudah mencakup kebutuhan yang ada diruangan termasuk untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Menurut Laksmi (2008) Standar Operasional Prosedur adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan
89
secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif. c. Metode Patient Safety 1) Perawat menyebutkan nama dan meningkatkan kepercayaan
0.03
3
0.09
Berdasarkan hasil analisis dari observasi menyebutkan nama dan meningkatkan kepercayaan yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang menyebutkan nama pasien sebelum melakukan tindakan adalah sebesar 100% dan perawat yang menyebutkan nama pasien sebelum melakukan tindakan adalah sebesar 0% dari 8 perawat yang dilakukan observasi. Dimana menurut Herdina (2008) ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting, bahkan berhubungan dengan keselamatan pasien. Kesalahan karena keliru merupakan hal yang amat tabu dan sangat berat hukumnya.
90
2) Perawat menginformasikan kondisi pasien dilakukan dengan teknik apapun
3) Perawat melakukan skin test dan tes alergi sebelum memberikan obat pada pasien
0.03
2
0.06
0.03
2
0.06
Berdasarkan hasil analisis dari menginformasikan kondisi pasien yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang melaksanakan komunikasi efektif adalah sebesar 100% dan perawat yang masih belum melaksanakan komunikasi efektif adalah sebesar 0% dari 8 perawat yang dilakukan observasi. Dimana berdasarkan versi KARS 2012 komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua (ambigu), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Berdasarkan hasil analisis dari observasi melakukan skin test dan tes alergi sebelum memberikan obat pada pasien yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui
91
bahwa nilai rata-rata perawat yang melakukan skin test dan tes alergi sebelum memberikan obat pada pasien adalah sebesar 100% dan perawat yang masih belum melakukan skin test dan tes alergi sebelum memberikan obat pada pasien adalah sebesar 0% dari 8 perawat yang dilakukan observasi. 4) Perawat menanyakan terlebih dahulu persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat
0.03
2
0.06
Berdasarkan hasil analisis dari observasi persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat yang dilakukan pada tanggal 19-22 Julin 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang menanyakan terlebih dahulu persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat adalah sebesar 100% dan perawat yang belum menanyakan terlebih dahulu persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat adalah sebesar 0% dari perawat yang dilakukan observasi. Dimana
92
menurut Nahrowy (2013) dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memberikan informed consent (persetujuan) yang diberikan oleh pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. 5) Perawat selalu menerapkan prosedur cuci tangan 6 langkah
0.05
3
0.15
Berdasarkan hasil analisis dari observasi cuci tangan 6 langkah yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa perawat hanya melakukan 4 momen dalam mencuci tangan (sebelum tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien) Dimana menurut Boyce dan Pitter (2002) kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosocomial yang
93
menular di pelayanan kesehata, penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah di akui sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya wabah. 6) Sebagian besar perawat menggunakan sarung tangan saat akan memberikan intervensi yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien
0.03
3
0.09
Berdasarkan hasil analisis dari penggunaan sarung tangan saat akan memberikan intervensi yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang menggunakan sarung tangan saat akan memberikan intervensi adalah sebesar 75% dan perawat yang belum menggunakan sarung tangan sebesar 25% dari perawat yang dilakukan observasi. Dimana menurut Syukri (1982) alat pelindung diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaanya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertebtu baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja dan
94
berguna dalam usaha untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan cidera atau cacat. 7) Perawat mengaplikasikan 6 prinsip benar dalam pemberian obat
8) Perawat mengakhiri terapi obat dengan dokumentasi
0.03
3
0.09
0.3
3
0.09
Berdasarkan hasil analisis dari observasi 6 prinsip benar dalam pemberian obat yang dilakukan pada tanggal 19-22 Julin 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang mengaplikasikan 6 prinsip dalam pemberian obat adalah sebesar 100% dan perawat yang masih belum mengaplikasikan adalah sebesar 0% dari perawat yang dilakukan observasi. Dimana menurut Azis (2004) 6 prinsip benar obat meliputi benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar waktu, benar dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis dari observasimengakhiri terapi obat dengan dokumentasi yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata
95
perawat yang melaksanakan pendokumentasian adalah sebesar 100% dan perawat yang masih belum melaksanakan pendokumentasian adalah sebesar 0% dari perawat yang dilakukan observasi. Dimana menurut Sri (2013) skin test merupakan pengujian yang sering dan harus dilakukan terhadap pasien di rumah sakit maupun klinik ada lah bahwa setiap individu memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap berbagai macam bahan maupun obat. 9) Perawat memberikan sentuhan lembut dan hati-hati pada pasien saat menggendong/memindahkan pasien
0.3
2
0.06
Berdasarkan hasil analisis dari observasi memberikan sentuhan lembut dan hati-hati pada pasien saat menggendong/memindahkan pasien yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang memberikan sentuhan lembut dan hati-hati pada pasien saat
96
menggendong/memindahkan pasien adalah sebesar 100% dan perawat yang masih belum memberikan sentuhan lembut dan hati - hati pada pasien saat menggendong/memindahkan pasien adalah sebesar 100% dari perawat yang dilakukan observasi. 10) Perawat meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien
4. Money a. Anggaran RSUD Soreang untuk rumah sakit
0.2
2
0.04
0.02
2
0.04
Berdasarkan hasil analisis dari observasi meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien yang dilakukan pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa nilai rata-rata perawat yang meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien adalah sebesar 100% dan perawat yang masih belum meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien adalah sebesar 100% dari perawat yang dilakukan observasi. Berdasarkan hasil pengkajian cara pembayaran menggunakan BPJS,
97
didapatkan dari kerjasama dengan BPJS dan pemerintah
b. Gaji sudah sesuai dengan UMR kabupaten bandung
c. Perawat di Ruangan Flamboyan mendapatkan jaminan kesehatan
ASURANSI, dan pembayaran secara pribadi (Pasien Umum). Pasien BPJS dapat memilih ruangan yang di inginkan/ naik kelas sesuai dengan keinginan tetapi ada penambahan biaya sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku
0.03
0.02
2
2
0.06
Berdasarkan hasil pengkajian gaji perawat sama dengan UMR kabupaten bandung
0.04
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa setiap perawat mendapatkan jaminan kesehatan BPJS. Saat dilakukan wawancara pada bagian administrasi pada tanggal 20 juli 2018, diperoleh hasil bahwa di RSUD Soreang memberlakukan koperasi simpan pinjam.
d. Adanya koperasi simpan pinjam
5. Material a. Ruang rawat flamboyan jauh dari kebisingan,
0.02
2
0.04
0.03
2
0.06
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23-26 April
98
dan memiliki pencahayaan alami dengan adanya ventilasi secara linier
c. Terdapat adanya handscrub pada seluruh ruangan atau kamar pasien
2018 didapatkan bahwa letak ruangan sudah strategis jauh dari kebisingan, pencayahayaan alami baik dan jauh dari pembuangan sampah. Hal ini sesuai dengan standar Menteri Kesehatan No. 24 Tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit yang menyatakan bahwa letak ruangan harus strategis jauh dari kebisingan,pencahayaan bagus dan jauh dari pembuangan sampah.
0.03
3
0.09
Pada saat diobservasi terdapat handscrub di kamar pasien. Rumah Sakit Umum Daerah Soreang dinyatakan lulus dengan tingkat PARIPURNA dengan tipe C di kabupaten Bandung.
6. Market a. Di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang dinyatakan lulus dengan tingkat PARIPURNA dengan tipe C di Bandung.
0.03
3
0.09
b. Letak RSUD Soreang cukup strategis, karena lokasinya ditengah area pemukiman
0.03
2
0.06
Geografis Letak RSUD Soreang cukup strategis, karena lokasinya
99
penduduk dan berdekatan dengan Jalan Raya Cipatik dan Jl. Cidalema.
ditengah area pemukiman penduduk dan berdekatan dengan Jalan Raya Cipatik dan Jl. Cidalema.
c. Kepuasan pasien di ruangan Flamboyan selama 4 hari secara keseluruhan tingkat kepuasan yang tinggi
d. AVLOS Ruang Flamboyan bulan April Juni 2018 sebesar 7 hari sudah ideal Total
0.03
3
0.09
Hasil pengolahan data pada tanggal 19 – 22 Juli 2018 dengan membagikan kuesioner kepada 21 pasien atau keluarga pasien mengenai Kenyataan pasien didapat puas (90,5 %) dan tidak puas (9,5%).
0.03
2
0.06
Menurut Nursalam (2012), Standar AVLOS dari rentan 6-9 hari
1
74
2.34
Kategori Sebagai Kelemahan 1. MAN a) Tenaga perawat masih banyak lulusan D3 dan masih sedikit lulusan S1 Ners. a. Manajemen asuhan keperawatan 1) Metode asuhan keperawatan yang dilakukan belum sesuai dengan SDM yang ada di ruangan
0.1
0.3
-1
-0.1
-2
-0.4
Hasil pengkajian situasi didapatkan data bahwa lebih dari setengahnya (62.5%) lulusan D3 keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa di ruang Flamboyan terdapat 16 perawat. Menurut Supriyanto (2005) dalam memberikan asuhan
100
keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu tim terdiri dari 2 dan 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8 sampai 12 orang. Diruang Flamboyan setiap shift berjumlah 3 orang perawat dengan jumlah tempat tidur sebanyak 32 tempat tidur, sedangkan idealnya untuk metode asuhan keperawatan primer adalah 2-3 perawat mengelola 8-12 pasien. 2) Timbang terima hanya dilakukan oleh salah satu perawat kepada salah satu perawat yang akan berdinas sehingga belum dilaksanakan sesuai dengan SPO 0.1
-2
-0.2
Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa tidak dilakukan saat timbang terima yaitu kedua kelompok dinas berkumpul di nurse station, karu mengecek kesiapan timbang terima tiap perawat,kepala ruangan membuka acara timbang terima dan dilanjutkan dengan do’a, dan saat pergantian shift tidak dilakukan operan kepada pasien
101
3) Tidak dilakukannya ronde keperawatan
4) Pre post conference masih jarang dilaksanakan
0.1
-2
-0.2
0.1
-2
-0.2
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan bahwa ronde keperawatan tidak dilakukan diruangan. Ronde keperawatan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat, menurut Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 bahwa di ruang Flamboyan belum diadakannya Pre dan Post conference selain itu menurut salah satu perawat pre dan post conference di ruang Flamboyan masih jarang diadakan. Pre dan post conference bertujuan untuk membantu mengidentifikasi masalah - masalah pasien, merencanakan asuhan dan
102
merencanakan evaluasi hasil (Nursalam, 2014). Kegiatan conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan khususnya pengembangan kondisi klinik pasien setelah diberikan tindakan keperawatan sepanjang shift, dan sebelum overan kepada shift berikutnya.
b. Patient safety 0.1 1) Sebagian kecil bed plang di ruangan rusak dan perawat jarang memastikan pengamanan pada tempat tidur pasien terpasang dan terkunci sebelum akan meninggalkan pasien
-1
-0.1
Berdasarkan analisis Identify Patient Safety Risks dari observasi yang dilakukan perawat selama pengkajian pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa 6 dari 8 perawat sebagian besar (75%) memastikan pengamanan pada tempat tidur pasien terpasang dan terkunci sebelum akan meninggalkan pasien. Dimana menurut keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah
103
kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap dan Rumah Sakit perlu mengevaluasi. Berdasarkan hasil observasi bahwa sebenarnya ada beberapa pengaman tempat tidur yang rusak dan tidak dapat digunakan sehingga ada beberapa pasien yang tidak menggunakan bed plang. Saat dilakukan klarifikasi data kepada kepala ruangan bahwa sebenarnya untuk masalah bed plang sudah dilakukan pengajuan akan tetapi memang belum ada respon, sehingga biasanya perawat memilah pasien, dengan cara memastikan bahwa pasien-pasien neuro tidak ditempatkan di tempat tidur yang tidak memiliki bed plang, untuk meminimalisir resiko jatuh pada pasien. 2) Sebagian kecil dari perawat masih ada 0.1 yang tidak melakukan cuci tangan five
-1
-0.1
Berdasarkan analisis Reduce The Risk of Health Care Associated
104
moment dalam keadaan emergensi
Infection dari observasi yang dilakukan perawat selama kajian situasi pada tanggal 19-22 Juli 2018 diketahui bahwa dari 6 dari 8 perawat (75%) selalu menerapkan prosedur cuci tangan 6 langkah tetapi saat dilakukan observasi pada tanggal 22 saat ada pasien dalam keadaan darurat (pasien apnea) perawat hanya melakukan 4 moment (sebelum tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien)
2. MARKET TOI ruang Flamboyan kurang dari ideal
Total
0.1
-2
-0.2
1
15
-1.7
Berdasarkan hasil rata- rata TOI yang diperoleh di Ruang Flamboyan pada bulan April - Juni 2018 sebesar 0,5 hari tidak ideal menurut standar Depkes RI (2005) kisaran 1-3 hari.
105
No. 1. 2.
Faktor Strategis Faktor Kekuatan/ Strengths Faktor Kelemahan/ weakness Total
Skor 2.34 -1.7 0.64
Peluang (4.2)
Kajian analisa:
Berdasarkan hasil analisa didapatkan posisi unit kerja D
A
ruang flamboyan berada pada kuadran I yaitu strategi agrasif dimana manajemen mempunyai banyak pilihan
Konvesional
Agresif
strategi
yang
dapat
Kelemahan (-1.7)
untuk
mengembangkan ruangan. Sehingga dapat diterapkan strategi strengths dan opportinities
II
dipakai
I
Kekuatan (2.3)
106
III
IV Defensif
Diversifikasi
C
IFAS
B
STRENGTH (S) Man Ancaman ( -1) 1. Sebagian besar perawat flamboyan memiliki status kepegawaian PNS (S1) 2. Kualifikasi perawat flamboyan sudah sesuai dengan standar kemenkes (S2) 3. Jumlah perawat flamboyan sudah memadai (S3) 4. Sebagian besar perawat di ruang flamboyan merasa puas dengan pekerjaannya (S4) 5. Seluruh perawat yang ada di ruang flamboyan seluruhnya memiliki STR (S5) 6. Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi seluruh perawat ruang flamboyan sudah pernah mengikuti pelatihan diantaranya (S6) 7. Perawat di ruang Flamboyan memiliki motivasi kerja yang tinggi (S7) Method 8. Terdapat struktur organisasi di ruang Flamboyan (S8)
WEAKNESS (W) Man 1. Tenaga perawat masih banyak
lulusan D3 dan masih sedikit lulusan S1 Ners (W1) Method 2. Metode asuhan keperawatan yang dilakukan perawat belum sebanding dengan jumlah pasien yang ada di ruangan dimana seharusnya 2-3 perawat mengelola 8-12 pasien (W2) 3. Timbang terima hanya dilakukan oleh salah satu perawat kepada perawat yang akan berdinas sehingga belum dilaksanakan sesuai dengan SPO (W3) 4. Tidak dilakukannya ronde keperawatan (W4) 5. Pre post conference masih jarang
107
EFAS
9. Terdapat hak dan kewajiban pasien di ruangan dilaksanakan (W5) (S9) 6. Perawat 6 perawat (75%) 10. Terdapat tata tertib pengunjung di ruangan (S10) menerapkan prosedur cuci tangan 6 11. Dokumentasi asuhan keperawatan terisi dengan langkah tetapi saat dilakukan lengkap (S11) observasi pada tanggal 21 saat ada 12. Terdapat kesesuaian standar asuhan keperawatan pasien dalam keadaan darurat dengan diagnosa yang ada diruangan (S12) (pasien apnea) perawat hanya 13. Terdapat 86 SOP di ruangan sesuai dengan melakukan 4 moment (sebelum kebutuhan di ruangan.(S13) tindakan aseptik, setelah terkena 14. Perawat menyebutkan nama dan meningkatkan cairan tubuh pasien, setelah kontak kepercayaan (S14) dengan pasien, dan setelah kontak 15. Perawat menginformasikan kondisi pasien dengan lingkungan pasien) (W6) dilakukan dengan teknik apapun (S15) Market 16. Perawat melakukan skin test dan tes alergi 7. TOI ruang Flamboyan kurang dari sebelum memberikan obat pada pasien (S16) ideal (W7) 17. Perawat menanyakan terlebih dahulu persetujuan dari pasien/wali pasien sebelum memberikan obat (S17) 18. Perawat selalu menerapkan prosedur cuci tangan 6 langkah (S18) 19. Sebagian besar perawat menggunakan sarung tangan saat akan memberikan intervensi yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien (S19) 20. Perawat mengaplikasikan 6 prinsip benar dalam pemberian obat (S20) 21. Perawat mengakhiri terapi obat dengan dokumentasi (S21) 22. Perawat memberikan sentuhan lembut dan hati-
108
hati pada pasien saat menggendong/memindahkan pasien (S22) 23. Perawat meminimalkan suara saat bercengkrama untuk kenyamanan pasien (S23)
Money 24. Anggaran RSUD Soreang untuk rumah sakit didapatkan dari kerjasama dengan BPJS dan pemerintah (S24) 25. Gaji sudah sesuai dengan UMR kabupaten bandung (S25) 26. Perawat di Ruangan Flamboyan mendapatkan jaminan kesehatan (S26) 27. Adanya koperasi simpan pinjam (S27) Material 28. Ruang rawat flamboyan jauh dari kebisingan, dan memiliki pencahayaan alami dengan adanya ventilasi secara linier (S28) Market 29. AVLOS Ruang Flamboyan bulan April - Juni 2018 sebesar 7 hari sudah ideal (S29) 30. Kepuasan pasien di ruangan Flamboyan selama 4 hari secara keseluruhan tingkat kepuasan yang tinggi (S30) 31. Letak RSUD Soreang cukup strategis, karena lokasinya ditengah area pemukiman penduduk
109
dan berdekatan dengan Jalan Raya Cipatik dan Jl. Cidalema (S31) 32. Di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang dinyatakan lulus dengan tingkat PARIPURNA dengan tipe C di Bandung (S32) 33. Terdapat adanya handscrub pada seluruh ruangan atau kamar pasien (S33) OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Market 1. RSUD Soreang Kabupaten 1. Mengoptimalkan bentuk pelayanan keperawatan 1. Mengoptimalkan SDM dalam Bandung adalah rumah yang diberikan dalam pemenuhan kebutuhan dasar menerapkan MAK yang lebih baik sakit dengan akreditasi pasien (S4, S6, S7, S11, S13, S18, S20, S30, O3) (W2, O3) PARIPURNA (O1) 2. Lokasi RSUD Soreang 2. Memberikan alternatif metode lain Kabupaten Bandung (O2) dalam pengsosialisasian kebijakan 3. Adanya perkembangan pelaksanaan five moment for hand tekhnologi dalam bidang hygiene di ruang rawat Inap kesehatan yang semakin Flamboyan (W6, O1) pesat (O3) THREATS (T) 1. BTO yang diperoleh di STRATEGI ST STRATEGI WT Ruang Flamboyan pada bulan januari – April 1. Meningkatkan mutu pelayanan dengan peningkatan 1. Mengoptimalkan program supervisi adalah 17,19 atau 17 kali atau pengembangan pendidikan bagi perawat di dalam rangka mengevaluasi kinerja (T1) Ruang flamboyan (S1, S2, S3, T1) perawat (S1, W3, W4, W5, W6) 2. Nilai BOR kurang dari
110
batas ideal (T2)
111
PLAN OF ACTION
No
Masalah
Tujuan
Program/Kegiatan
.
Indikator/Target Penanggung Keberhasilan
Waktu
jawab 31
1.
Timbang
Timbang
Mendiskusikan
terima belum terima
mengenai
efektif dalam dilakukan
terima
prosesnya dan
terima
timbang dilakukan secara dengan efektif
dalam
secara efekif uraian tugas sebagai prosesnya
kurang dan
sesuai
Timbang
sesuai berikut:
konten
sesuai
1. Menentukan
dengan
penanggung
konten
jawab timbang
dan dengan
konten.
terima 2. Melaksanakan timbang terima setiap shift 3. Dokumentasi
2.
Ronde
Ronde
Mendiskusikan
keperawatan
keperawatan
tentang
tidak
telaksana
ronde keperawatan sudah terlaksana
terlaksana
dengan
dengan perawat di bersama perawat
dengan
optimal
ruang dengan uraian ruangan
optimal
sesuai
tugas
sesuai
prosedur
berikut :
prosedur
role
Ronde play keperawatan
sebagai
1. Menentukan
pasien
untuk
ronde 2. Mempersiapkan
ronde keperawatan 3. Melaksanakan
ronde
1
2
3
4
112
DAFTAR PUSTAKA
Clement, I. (2011). Management Nursing Service and Education. Edition 1. India : Elsevier Kassean, H. K, & Jagoo, Z. B. (2005). Managing change in the nursing handover from traditional to bedside handover -A Case Study from Mauritius. BMC Nursing Kemenkes RI. (2017). Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._40_ttg_Pen gembangan_Jenjang_Karir_Profesional_Perawat_Klinis_.pdf Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. (Edisi 2). Jakarta : salemba Medika . (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika Sitorus. R. (2006). Manajemen Keperawatan : Manajemen Keperawatan di RuangRawat. Jakarta: Sagung Seto
113