Bima Agemaning Budi

  • Uploaded by: Taranderi Arasy
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bima Agemaning Budi as PDF for free.

More details

  • Words: 4,947
  • Pages: 25
2 BIMA AGEMANING BUDI Taranderi Arasy

Suara

benturan gada terdengar berkali kali disertai suara

berat laki-laki yang tidak kalah kuat dari suara gada itu sendiri. Sesosok tubuh berbadan hampir dua kali besar badan laki-laki pada umumnya berdiri di samping lapangan padepokan memperhatikan beberapa pemuda sedang berlatih menggunakan gada. Terkadang terlihat laki-laki itu memberi contoh kepada murid-muridnya yang memperhatikan dengan baik. Pusatkan pandangan pada senjata dan jangan terkecoh oleh gerakan senjata lawan, tegur Bima pada muridnya. Dijelaskan bagaimana pengaruh pandangan mata yang terpaku pada gada lawan akan menurunkan kecepatan reaksi serangan dan kehilangan pemusatan fikiran. Bima memang bukan termasuk guru yang baik. Suaranya yang menggelegar lebih sering membuat murid-muridnya gemetar dan sulit berkonsentrasi terhadap latihannya. Jika sudah begitu, Bima duduk bersila di bawah pohon Dewandaru di pinggir lapangan Padepokan dan membiarkan muridnya bebas berlatih. Dalam keadaan yang tetap siap sedia, Bima memejamkan matanya dan mulai mendengarkan desiran angin yang bercampur suara-suara dari seluruh padepokan. Tidak ada suara yang tidak mampu ia kenali. Semuanya tertata dalam ingatan seorang Bima yang mengandalkan pendengarannya

32

untuk berkomunikasi dengan alam dan penciptanya. Suara alunan ayat-ayat suci yang berasal dari kuil di samping Istana Wirata didengarkan dengan baik tanpa sedikitpun mengabaikan suara-suara gerakan gada muridnya yang terus berlatih. Bima percaya bahwa indera pendengarannya terasa lebih dekat dengan matahatinya. Setiap alunan ayat-ayat suci, seluruhnya masuk tanpa syarat ke dalam hati seperti mendengar wejangan ibu Kunti atau guru guru yang tidak pernah akan terlupa. Seketika ingatannya menjadi segar dan pendengarannya mengalirkan seluruh enerji ke dalam setiap sel-sel tubuh pada setiap ketukan jantung yang dijadikan tasbih dalam perikehidupannya. Tenaga yang mampu merubuhkan tugu dan langkah yang mampu melompati samudera, serta kuku yang mampu merobek dinding dinding baja merupakan hasil semedi mengikuti alunan ayat-ayat suci. Alunan ayat-ayat suci selalu menari-nari di dalam hati seorang Bima dan tidak tampak ada kelelahan di setiap waktunya. Harmonisasi alunan pemujaan tuhan membuat tubuhnya melayang seperti dalam buaian ayunan sang ibu Kunti. Semula, kakinya yang kokoh seringkali terpeleset ketika harus tetap berdiri dalam alunan pemujaan tuhan. Hanya alunan pemujaan tuhan yang mampu membuat tubuhnya lemas tak berdaya dan tersungkur tanpa mampu berdiri dalam waktu yang cepat. Dalam pemusatan fikirannya, Bima selalu mengokohkan letak kedua kakinya dan seluruh ototnya untuk mempertahankan dirinya sebagai laki-laki yang tegak berdiri dalam sikap yang sempurna ketika bersiap mendengarkan setiap firman tuhannya. Tidak ada kelengahan dari setiap sel tubuhnya ketika bersemedi. 33

Kelengahan akan berarti membuang banyak waktu untuk mengulang mendengarkan berbagai alunan ayat suci yang terlewat dan belum tentu akan terdengar keesokan harinya, atau minggu dan bulan berikutnya. Bima telah mewajibkan seluruh bagian tubuhnya yang paling kecil sekalipun untuk bersiaga mendengarkan setiap firman tuhannya. Dalam keyakinannya, setiap bagian tubuhnya memiliki kewajiban sendiri-sendiri kepada tuhannya. Bima menjadikan tubuhnya sebagai kuil pemujaan tuhan. Kuil yang diimami oleh indera pendengaran dengan dibantu oleh indera lainnya untuk membuka berbagai kesadaran yang telah dibuktikan dalam perjalanan hidupnya. Tubuh yang diyakini sebagai kuil pemujaan diawali dari peristiwa Dewa Ruci masuk melalui lubang telinganya. Jiwa yang semula kelelahan mengejar gerakan pemujaan tuhan di setiap titik tubuhnya, terduduk bersimpuh menyatukan setiap bagian terkecil tubuhnya untuk memberi keleluasaan bagi sang dewa membangun pemujaan dari satu bagian ke bagian yang lain. Kebahagiaan Bima terjadi ketika jiwanya mampu mengiringi sang Dewa Ruci untuk melakukan ritual di setiap kuil yang telah dibangunnya. Tubuh yang telah menyatu dengan tuhannya dan tuhan telah menyatu dengan tubuhnya membuat setiap gerakan tubuhnya sedemikian bertenaga. Tenaga yang lahir dari kebersamaan seluruh bagian tubuh menjadikan kesatuan tenaga yang sulit terbayangkan oleh manusia sebelumnya. Pemujaan tuhan yang terpusat dalam matahatinya membuat setiap sebab dan akibat yang dilahirkan akal menjadi sebab bagi akibat dan akibat menjadi sebab itu sendiri. Fikirannya menjadi datar dan ikut 34

diam dalam setiap pemujaan. Suara dan gerakan tubuhnya tidak lagi mampu membedakan tingkat kemuliaan hidup dalam keseharian, kecuali kemuliaan kuil yang terbangun kokoh dalam setiap sel tubuhnya. Bima terkesan menjadi sosok manusia yang tidak mengenal tata krama. Nada bicara yang keras dan kasar, serta tubuh yang sulit menundukkan diri kepada manusia lainnya dianggap telah merusak tata krama kraton yang selalu dijunjung oleh setiap penghuninya. Kata-kata yang terucap dari mulutnya merupakan pil pahit bagi manusia yang tidak mengindahkan tuhannya. Kata-kata yang lahir dari pemikiran yang tidak pernah meninggalkan kuil pemujaan, tidak memerlukan penghalusan kata yang akan memiliki resiko kehilangan arti kata itu sendiri. Kata-kata dan sikap hanya diperlukan untuk menyampaikan kebenaran tuhan itu sendiri, sedangkan penghalusan kata yang dimiliki manusia merupakan cara manusia untuk berkompromi dengan manusia lainnya. Bima menganggap bahwa urusan kompromi manusia dengan manusia lainnya bukan urusannya. Sikapnya telah melekat menjadi sikap yang tetap dan tidak bersedia mempertimbangkan upaya manusia yang mengkompensasi berbagai kepentingan manusia kepada tuhannya. Tuhan yang begitu mulia tidak memerlukan berbagai polesan sikap. Kejujuran merupakan ritual tubuh yang menghasilkan akal pikiran dan perasaan yang menjadi kewajiban manusia untuk menghormati dan menjunjung tinggi kebenaran tuhan yang sejati. Kejujuran menolak setiap bentuk kesombongan, sikap yang berlebihan, dan hianat, karena ketiganya bekerja secara sistematis dan sistemik menghancurkan kesahajaan

35

manusia. Ketiganya selalu berupaya untuk mengubah kejujuran sejati kedalam kejujuran semu. Kejujuran yang berjalan menyusuri lorong-lorong gelap, dimana pada akhirnya manusia akan tersesat. Kesombongan, sikap berlebihan, dan hianat merupakan perilaku manusia yang menzalimi diri sendiri dan orang lain. Tidak ada satupun dari ketiga sifat zalim yang mampu menghasilkan keadilan. Alam dan segala isinya dibentuk dan dibangun oleh unsur-unsur yang tetap berdiri dan mengalir bersama-sama dalam setiap bentukan alam secara adil tanpa mengagulkan atau melebihkan suatu unsur. Bahkan alam tidak pernah berhianat kepada siapapun, seperti layaknya manusia yang meletakkan akal bagi kepentingan manusia itu sendiri. Kejujuran diri akan melahirkan kemampuan untuk mengenali dan memahami bentuk dan tatacara hidup dengan segala permasalahannya. Kemampuan diri akan menghindarkan manusia untuk tidak tersesat dalam jebakan fitnah yang disebabkan menurunnya kepercayaan diri sendiri dan terhadap manusia lainnya. Selanjutnya, kejujuran dan kemampuan untuk menguasai bentuk dan tatacara hidup akan melahirkan berbagai cara pemecahan masalah kehidupan tanpa menurunkan nilainilai pemujaan terhadap tuhan. Cara pemecahan masalah inilah yang disebarkan dari setiap pribadi manusia kepada manusia lainnya. Cara pemecahan merupakan syiar yang memuat begitu banyak pesan dalam menunjukkan berbagai jalan lurus agar tetap berpegang pada nilai-nilai pemujaan tuhan. Bima yang lahir dari rahim ibu Kunti kini telah lahir kembali dalam wujud yang wahdah. Wujud yang diikhlaskan oleh tuhan dan wujud yang selalu mengumandangkan nama-nama indah 36

tuhan dalam setiap gerak dan denyut nadinya. Keindahan dan kesejukan ma’rifat ketuhanan mengalir bersama-sama aliran darahnya untuk menjadikan setiap kata dan geraknya menjadi doa makbul bagi manusia. Wujud wahdah sebagai wujud lahir yang selalu mensyukuri segala nikmat dan rahmat tuhan dalam awal dan akhir pemikiran manusia yang memuja tuhannya. Wujud yang berawal dari kesucian keprihatinan manusia dan berakhir pada keprihatinan manusia akan lemahnya daya upaya manusia di hadapan tuhannya. Wujud yang tidak pernah mengingkari awal kehidupan yang pada akhirnya akan kembali kepada tuhannya. Wujud yang telah menjadi wadah bagi bersatunya manusia dengan tuhan dan alamnya. Sri Kresna berjalan menghampiri Bima dengan perlahan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Ditepuknya bahu Bima untuk membangunkan dari semedi kesehariannya. Bima membuka perlahan matanya. Sikap diam dan baru membuka mata setelah bahunya ditepuk merupakan kesopanan diri dengan maksud menghindarkan pengetahuan pendengarannya yang telah mendahului dan mengingatkan kedatangan Sri Krisna. Bima menghaturkan sembah kepada kakak sepupu yang dicintainya ini dan tanpa basa-basi dipersilakan Sri Kresna untuk duduk dimana saja yang disukainya. Sri Kresna tersenyum melihat ksatria Pandawa yang tidak begitu peduli dengan tata krama ketika berhadapan dengan seorang raja. Sri Kresna mendudukkan tubuhnya di atas batu di hadapan Bima sambil memandang ke seluruh lapangan pedepokan yang hanya tinggal beberapa orang yang sedang berlatih memanah. Perlahan Sri Kresna mengutarakan 37

maksudnya yang ingin bertanya kepada Bima tentang asal muasal manusia. Bima tertawa terbahak sampai-sampai membuat beberapa dedaunan di sekitar mereka bergoyang mengikuti intonasi suara tawanya. Tanpa kecuali Bima, tidak ada satupun manusia yang akan percaya bahwa akan muncul pertanyaan manusiawi dari seorang Krisna yang merupakan titisan Wisnu. Bima sejenak terdiam untuk berfikir. Ditundukkan kepalanya dengan dagu yang melekat di dadanya, seolah ingin mendekatkan kedua telinganya mendengarkan matahatinya berbicara. Dengan suara perlahan yang tidak lebih pelan dari suara tambur peperangan, Bima menyatakan bahwa ayam lebih dulu lahir dibandingkan telurnya. Dijelaskannya kepada Sri Kresna tentang penciptaan manusia pertama yang menjadi sempurnanya wujud laki-laki dan kemudian di ciptakan perempuan sebagai pasangannya dari salah satu rusuk dadanya. Kesempurnaan akal fikiran dan nafsu yang dimiliki manusia pertama, selanjutnya diturunkan kepada keturunannya sebagai kesempurnaan baru dari wujud wahdah dan kepada wujud wahdah lainnya. Dicontohkan bagaimana mungkin seekor anak ayam yang seketika lahir bisa langsung berdiri dan mencari makan, jika wujud sebelumnya belum mampu menunjukkan fungsi kedua kakinya yang memang digunakan untuk berjalan dan berlari, serta mulut untuk menelan makanan. Wujud wahdah menyimpan fungsi setiap bagian tubuh dalam peta-peta yang tersembunyi. Sedemikian tersembunyinya sampai manusia dan mahluk lainnya tidak mengetahui dan memahami cara wujud bekerja dan menyampaikan pesan kepada wujud turunannya. 38

Untuk rahmat inilah seharusnya manusia bersukur telah dilahirkan ke dunia, tutup Bima tanpa sedikitpun mengangkat kepalanya untuk melihat reaksi Sri Kresna. Raut wajah Sri Kresna yang biasa tampak ramah dan penuh senyum seketika menjadi tegang dan bergetar bibirnya. Sejenak terdengar suara lengkingan kegembiraan Sri Kresna yang tidak terbahasakan setelah mendengar penuturan seorang yang mengimani firman tuhannya dan sekaligus menunjukkan ketidakberdayaan manusia di hadapanNya. Lantas bagaimana dengan pemikiran yang begitu meyakini bahwa telur merupakan mahluk yang lebih tua dari ayam itu sendiri ? tanya Sri Kresna membalikkan pernyataan untuk menguji konsistensi jawaban Bima. Sejenak Bima terdiam. Dijelaskan bahwa pemikiran manusia cenderung mengacu kepada proses dan bukan hasil. Telur yang menjadi bentuk sederhana dari seekor ayam masih memerlukan proses untuk menjadi seekor ayam. Demikian juga halnya dengan proses pembentukan bumi yang diawali oleh ledakan lubang hitam dan berujung menjadikan bumi mengitari matahari dan bulan mengitari bumi. Keyakinan manusia terhadap proses pembentukan mahluk di muka bumi hanya membuktikan manusia taat kepada pemahaman yang diperolehnya sebagai proses pemikiran yang panjang. Manusia tidak berhadapan dengan hal yang tiba-tiba lahir dan mewujud di muka bumi. Akan tetapi manusia lupa bahwa tuhan tidak memerlukan proses untuk mencipta setiap mahluk dan alam semesta. Dengan satu kata maka akan tercipta segala apa yang diinginkan tuhan sebagai wujud Kebesaran dan ke Maha Kuasaan Nya sebagai Maha Pencipta. Tuhan hanya

39

menciptakan proses untuk ketidakberdayaan manusia.

mengingatkan

manusia

akan

Sri Kresna begitu kagum dengan pemahaman keyakinan diri Bima yang sepenuhnya terbangun oleh iman yang tinggi kepada tuhannya. Sesungguhnya manusia akan terjebak dalam pemahaman terhadap pertumbuhan sebagai proses yang berkelanjutan, sedangkan hasil merupakan titik pertumbuhan yang telah menggambarkan wujud. Sedikit manusia yang berfikir bahwa wujud merupakan titik yang bersama-sama titik lainnya membentuk proses untuk mencapai titik akhir proses. Hal yang lebih mengherankan dari manusia yang pandai berfikir, sebagian dari mereka akan menyatakan bahwa titik akhir proses adalah ayam dan bukan telurnya. Pemikiran ini membuktikan bahwa pemikiran manusia telah terbagi dalam terminologi-terminologi yang terpisah satu sama lainnya. Kemudian mereka berdebat tanpa akhir dan menjadikan masingmasing berkeras untuk mengarusutamakan terminologinya kepada pemikiran lain. Sedikit manusia yang berfikir bahwa ujung dari perdebatan itu sendiri hanya dapat diselesaikan dengan iman terhadap Maha Pencipta dan bukan dari pemikiran yang belum lahir. Ujung perdebatan masih berada dalam proses akhir perjalanan pemikiran itu sendiri. Pengertian manusia akan terhenti ketika membayangkan pemikiran Bima yang dalam imannya tidak lebih sebagai manusia yang tidak berdaya. Akan tetapi di sisi lain Bima adalah sosok manusia yang sakti mandaraguna yang penuh dengan segala keberdayaannya. Keberdayaan manusia yang mengawali pemikirannya dengan pertanyaan bagaimana mungkin seorang manusia mampu mempelajari pertumbuhan dan perkembangan 40

manusia tanpa disertai iman terhadap keberadaan Yang Maha Gaib. Pertumbuhan pemikiran manusia akan mengarah kepada menurunnya kepercayaan manusia kepada manusia lainnya. Sifat iri dengki dan berbagai kejahatan lainnya tidak lebih merupakan wujud pemikiran manusia yang telah menurun kepercayaan dan rasa sukurnya kepada tuhan. Dijelaskan oleh Bima tentang bagaimana manusia hanya meyakini perhitungannya terhadap proses pencapaian imannya yang mengarah kepada terciptanya tuhan-tuhan baru dalam diri manusia. Tidaklah pernah terbayangkan oleh manusia bahwa malaikat tidak pandai berhitung. Sebaliknya setan telah begitu banyak melahirkan jenis perhitungan yang memang diperlukan manusia untuk menciptakan tuhan-tuhan baru di akhir perhitungannya. Ketepatan manusia berhitung yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan yang memuaskan akan bermuara pada kesombongan dan lupa kepada tuhannya. Bahkan mungkin secara mendadak atau secara gradual manusia akan menuhankan dirinya sendiri setelah membuktikan berbagai hasil akhir perhitungannya yang tidak pernah meleset. Seketika itu juga manusia lupa bahwa kegagalan merupakan peringatan tuhan terhadap manusia untuk kembali mengingat ketidakberdayaan manusia dalam kerangka Ke Maha Kuasaan Tuhan semata. Sri Kresna memeluk tubuh Bima seolah dilanda kerinduan perpisahan dalam waktu yang begitu lama. Kerinduan yang ditimbulkan oleh ketertinggalan pemikiran manusia terhadap manusia lainnya dengan jarak berabad abad pemahaman.

41

Kerinduan terhadap waktu tuhan yang tidak terbagi dalam hari siang dan malam. Lama sang titisan Dewa Wisnu tepekur dalam kebisuan pemikiran seorang dewa kebaikan dan kejahatan itu sendiri. Kebaikan dan kejahatan manusia terbukti menjadi relatif dalam diri manusia terhadap manusia lainnya. Kebaikan dan kejahatan hanya menjadi tetap dan nyata ketika tuhan membuktikan di hari pengadilan manusia. Manusia telah terlena oleh kebaikan yang dikemas dalam hubungan sosial budaya, yang kemudian mendasari perkembangan ekonomi dan mengkristal dalam keputusan politik dan pertahanan keamanan negara. Benang merah dari kebaikan itu sendiri hanya merupakan pendekatan manusia terhadap kebaikan dan kejahatan yang menjadi ketetapan tuhan. Seluruh pemahaman ini membuktikan bahwa setiap manusia memang perlu menjalani kematian yang akan membukakan matafikirannya akan kebaikan dan kejahatan itu sendiri. Kebenaran yang ditetapkan manusia kemudian dijadikan aturan untuk melakukan pembenaran terhadap perilaku pribadi dan sosial di jamannya. Kebenaran ini akan terus berkembang dan beralih kepada kebenaran lainnya yang mungkin saat ini dinafikkan. Masalah yang mungkin akan menjadi tidak terselesaikan adalah ketika dua kebenaran memerlukan pembuktian dari seorang hakim yang tidak terlepas dari pengaruh suatu aliran dari pengarusutamaan suatu kebenaran. Kebenaran manusia menjadi relatif ketika kebenaran itu sendiri tidak menghasilkan kebaikan bagi pribadi manusia dan kelompok manusia yang meyakininya.

42

Kebenaran manusia cenderung mengacu kepada manfaat lahiriah yang mungkin diperoleh dalam perjalanan hidupnya. Hidup yang terus berfikir dan bekerja akan menjadi suatu kebenaran publik, yaitu ketika kebenaran menghasilkan manfaat bagi terlaksananya perjalanan hidup itu sendiri. Sedangkan hidup akan dianggap sia-sia ketika sesorang mempertahankan kebenaran yang tidak mampu menghasilkan manfaat nyata bagi kehidupan. Doa-doa manusia yang gagal memperoleh manfaat dunia akan semakin menurunkan derajat tuhan di depan manusia yang mengunggulkan kebenaran seperti ini. Doa manusia hanya sekedar menjadi tanda untuk mensahkan setiap kebenaran pemikiran manusia yang belum tentu benar secara ilahiah. Kebenaran sejati telah dilecehkan di muka bumi. Doa manusia terlunta lunta dalam ruang kosmos manusia tanpa pernah sampai kepada tuhannya. Doa manusia hanya menjadi dapat dipercaya oleh manusia ketika pemikiran dan pekerjaannya menampakkan dan menghasilkan manfaat duniawi. Doa yang semula merupakan alunan lagu yang menentramkan hati manusia dalam kehidupan dunia dan kehidupan kematian telah berubah menjadi sekedar lagu dalam hati yang terkadang terucap perlahan di ujung bibir. Manusia sendiri dalam budayanya telah berkembang menjadi malu jika tampak berdoa. Berdoa dianggap sebagai ciri kelemahan oleh manusia yang menjunjung tinggi superioritas manusia di dunia. Perkembangan budaya global telah dengan meyakinkan setiap pribadi untuk meninggalkan doa ketika memilih profesionalime sebagai jalan ksatria. Doa yang semula merupakan permohonan seekor budak agar tuhan menyadarkan 43

tuan besarnya untuk sejenak menunggu kedatangannya, ternyata telah mengubah doa menjadi perintah bagi dirinya sendiri untuk segera berlari secepat mungkin agar sang tuan tidak menjadi marah karena menunggu kedatangannya. Sri Kresna terhanyut oleh kesantunan jiwa Bima yang tersembunyi dalam ketidakpedulian dirinya terhadap pernikpernik tatakrama. Kesantuan jiwa yang membawa budi telah mewujudkan cipta, rasa, karsa dan karya dalam akal dan perilaku Bima. Pambudi menjadikan semua laku hidupnya tersinari oleh sinar ilahiah dalam laku keseharian sinar insaniahnya. Terbayang dengan jelas peristiwa kebakaran yang hampir membunuh kelima anak Pandu Dewanata di awal pengembaraan mereka.m Sulit dijelaskan dengan akal bagaimana kelimanya dapat terlepas dari kepungan api. Upaya tenaga dan kesaktian seolah-olah mustahil digunakan untuk memadamkan api yang berkobar dan menjalar dengan cepat ke seluruh penjuru rumah. Kepanikan yang melanda kelimanya terus meningkat sejalan dengan semakin membesarnya api membakar seluruh dinding dan atap rumah. Jalan satu-satunya untuk melepaskan diri hanya dengan secepatnya menggali lantai rumah dan membuat terowongan sampai keluar dari ancaman api. Terbakar hidup-hidup di dalam tanah merupakan resiko terbesar yang harus ditanggung mereka berlima. Bima yang menggendong ibu Kunti dengan cepat menggerakkan cangkul seolah berkejaran dengan kecepatan hawa panas yang terus mendekat.

44

Hanya keajaiban tuhan yang mampu menyelamatkan ibu dan kelima anaknya dari kobaran api. Keajaiban yang lahir melalui intuisi, keputusan yang cepat dan disertai dengan kesabaran yang tinggi membuat kelimanya mampu menggali terowongan lebih cepat dari bajing tanah sekalipun. Kelimanya menyerahkan segala urusan manusia kepada tuhannya sebagai upaya untuk membuka pintu hati bagi datangnya ilham. Ilham yang dirahmatkan bagi manusia yang menjaga iman dan kebenaran dengan kesabaran. Kepasrahan yang disebut nrimo ing pandum sering dianggap sebagai kebodohan manusia yang diwujudkan dalam kepasrahan yang tidak disertai upaya untuk menghadapi persoalan. Kepasrahan yang utama adalah kepasrahan yang dilandasi dengan keimanan, kebenaran, dan kesabaran merupakan wujud dari sifat-sifat utama manusia dalam menjaga keluhuran budi, kesabaran, keikhlasan, menepati janji, dan tetap bersyukur kepada tuhan Yang Maha Mengatur. Kemampuan untuk mempasrahkan diri terhadap ketentuan tuhan akan menghasilkan ketenangan inderawiah yang dengan cepat akan menghadirkan berbagai kemungkinan yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Ketenangan inderawiah akan diikuti oleh menurunnya kecepatan degup jantung dan aliran darah sehingga enerji tubuh dapat diserap oleh organ-organ yang harus berfikir dengan cepat untuk menyelesaikan masalah. Pintu ilham yang tetap tertutup dalam kepasrahan inderawiah merupakan cermin dari perilaku manusia yang menutup inderawiah terhadap perilaku alam semesta. Banyak pintu terbuka bagi manusia yang menyediakan setiap sel tubuhnya bagi pemujaan tuhannya. Ketenangan pemikiran 45

menjadi mudah tercapai. Dengan hanya tinggal memusatkan fikiran, segera ilham datang membawa berbagai jalan baru menuju kebahagian dunia dan akhirat. Sejenak keduanya terdiam ketika dilihatnya ibu Kunti berjalan menghampiri ke arah mereka. Bima bergerak dengan cepat menghampiri ibunya dan kemudian menyentuh ujung kakinya sebagai tanda hormat dan bakti anak terhadap seorang ibu. Kunti membangunkan tubuh anaknya yang setiap kali bertemu dengannya selalu tampak hikmat dalam penghormatan setinggi-tingginya manusia terhadap ibunya. Seorang ibu yang melahirkan seorang manusia tidak dapat dibatasi oleh pengertian penderitaan dan resiko perempuan ketika harus menjalani kehamilan atau melahirkan. Perempuan merupakan manusia pertama yang merasakan detak jantung anaknya di dalam kandungannya dan mengalirkan darah ke setiap ujung nadi yang paling halus sekalipun. Detak lembut jantung bayi yang mengetuk pintu rahim seorang ibu seketika membangkitkan rasa kemanusiaan perempuan yang bergerak menurut angin, api, udara, tanah untuk menyayangi bayi yang merupakan bagian tubuhnya. Ibu memberikan setiap rasa ke dalam setiap bagian pertumbuhan bayinya, yang kemudian akan menjadi bekal bagi kehidupan bayinya setelah lahir. Rasa akan menjadi induk dan tempat pulang bagi setiap manusia yang selalu berfikir untuk menangkap segala simbol inderawi dalam kesehariannya. Perasaan merupakan rumah situasi yang dibangun dengan jendela dan pintu yang menjadi matahati manusia untuk melihat keluar dan ke dalam perasaan itu sendiri. Jendela dan pintu yang mampu mengalirkan sinar ilahiah ke dalam hati manusia. Sinar 46

yang bergerak membawa kesegaran rohani yang selayaknya menjadi pencerahan tersendiri bagi tubuh dan fikiran. Dari jendela yang sama inilah sinar ilahiah melahirkan pancaran sinar insani yang mampu menyejukkan hati alam semesta. Sinar ilahiah yang mampu menghidupkan perikehidupan yang hidup dan menghidupkan perikehidupan yang mati. Jendela dan pintu hati yang bentuk pertamanya telah dibangun secara sederhana oleh sang ibu akan menjadi jendela dan pintu perilaku anak yang terus menerus memperbesar dan memperindah keduanya dalam dirinya. Bima menundukkan kepalanya berusaha menghikmatkan seluruh inderanya untuk menangkap seluruh pesan yang akan disampaikan sang Ibu. Bagaimana mungkin seorang anak mampu mengingkari ibunya yang telah menjadi saksi tuhannya ketika meniupkan roh kedalam tubuhnya dan membuatkan kesempurnaan wujud manusia, baik yang tampak dan yang tidak tampak. Roh yang semula bagaikan lembaran putih tanpa cela kemudian berkembang menjadi jiwa sebagai kesatuan roh dengan amal ibadahnya. Jiwa yang baik merupakan ruh yang diwarnai oleh amal ibadah utama yang merupakan interaksi antara roh, fikiran, dan badaniah. Setiap amal kebaikan dan kejahatan manusia akan tergambar sebagai titik-titik kejadian yang membentuk dan mewarnai roh bagaikan emulsi yang terbentuk sesuai dengan urutan waktu kejadiannya. Dengan demikian akan mudah membedakan jiwa manusia yang memiliki amal ibadah yang baik dan buruk ketika jiwa harus melalui suatu lapisan permeabel dari kematian yang hanya menerima roh dengan amal ibadah tertentu.

47

Kesucian roh manusia terbentuk jika hanya jika seluruh hawa nafsunya terkendali oleh fikiran sehingga terjaga dari kepentingan badaniah yang terus bermanja-manja kepada nafsunya. Nafsu dan fikiran yang berada dalam bilik yang berbeda pada satu rumah yang sama, dengan akan mudah mendatangi satu sama lainnya ketika simbol-simbol inderawiah datang mengetuk pintu. Keduanya dengan cepat menghampiri simbol inderawiah dan berlomba satu sama lain untuk saling memutuskan sikap. Pada saat ini, keburukan dan kebaikan manusia hanya ditentukan oleh kemampuan fikiran menguasai nafsunya atau sebaliknya. Ada kalanya mereka hanya berbicara satu sama lain untuk segera memutuskan sikap. Akan tetapi tidak lepas kemungkinan terjadi peperangan satu sama lain yang mungkin membuat jiwa terlepas dari tubuh manusia karena begitu sedihnya. Keadaan ini sering disebut oleh aulia-aulia sebagai peperangan terbesar manusia, dimana diri manusia terpecah-belah oleh kekuatan nafsu yang menjerumuskan melawan fikiran utama yang telah mengkristal dalam matahati manusia. Bersyukurlah manusia yang gugur dalam peperangan ini. Langit akan menurunkan bunga-bunga surgawi menyambut kedatangan sang jiwa yang mampu mempertahankan kebenaran tuhannya. Masalah yang kemudian akan berkembang menjadi pelik adalah ketika manusia tetap hidup setelah memenangkan peperangan. Seluruh kekuatan nafsu akan bangkit dan bersiap kembali untuk berperang ketika simbol-simbol inderawiah datang mengetuk pintu jiwa yang terlena akan kemenangan itu sendiri.

48

Sebaliknya tidak ada kematian bagi peperangan yang dimenangkan oleh nafsu. Kematian hanya ditandai oleh batu nisan kepahlawanan. Nafsu meletakkan kematian di dalam rasa ketakutan pada ketidakmampuan fikiran dan badan untuk menahan jiwanya yang rindu kembali kepada tuhannya. Bima tertunduk malu ketika ibunya menjelaskan bahwa tidak sepatutnya Bima menerima tamu seorang raja seperti Sri Kresna di tempat yang tidak selayaknya bagi seorang raja. Tidaklah terfikir oleh seorang Bima untuk mempersilakan Sri Krisna masuk ke dalam istana. Pengetahuannya mengatakan bahwa Sri Krisna merasa tidak keberatan dan menerima kesempurnaan pinggir lapangan padepokan sebagai tempat untuk berbicara dan berhandai-handai. Bima segera beranjak sambil menyilakan Sri Krisna untuk mendahului ibunya yang bermaksud mempersilakan Sri Krisna masuk ke dalam istana. Sri Krisna terseyum lebar. Kakinya dilangkahkan sebagai seorang raja yang sedang berkunjung ke ke kerajaan lainnya tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada sang adik yang telah dianggapnya sebagai raja besar dalam hatinya sendiri. Bima mengikuti langkah Sri Krisna dan ibunya dengan gerakan yang lambat. Sri Kresna mengambil tempat di sebelah kanan raja Wirata yang duduk di antara dirinya dengan Yudhistira. Bima tidak pernah menyangka kalau seluruh istana telah mengetahui kedatangan Sri Krisna dan membiarkan keduanya menyelesaikan pembicaraan mereka yang menjadi tujuan utama kedatangan Sri Krisna. Diliriknya Yudhistira sang kakak yang menatap penuh rasa hormat dan sayang kepada dirinya.

49

Dengan suara berat dan terputus-putus karena pemilihan kata yang sangat memusingkan kepalanya, Bima meminta maaf atas sikapnya yang kurang menghargai raja Wirata dan Sri Krisna dalam kepatutan tata krama istana. Meskipun Bima dianggap tidak perlu meminta maaf untuk kejadian seperti itu, Yudhistira menganggap Bima tetap perlu mengucapkannya sebagai bentuk rasa hormat sebagai pemenuhan syarat kecukupan bertata krama. Selain itu juga sebagai pemenuhan syarat kelayakan perilaku seorang ksatria dalam menghormati raja sebagai pimpinan tertinggi, serta pemenuhan syarat kepantasan untuk meletakkan rasa hormat setinggi-tingginya kepada seorang raja yang telah dihormati oleh rakyatnya. Sri Krisna yang mampu merasakan kerikuhan yang ada di dalam perasaan kelima bersaudara Pandawa segera mengucapkan permintaan maaf kepada Raja Wirata atas kesalahannya sehingga menyebabkan Bima melakukan pelanggaran terhadap tata krama istana. Tidak ada yang mampu menjelaskan apa akibat yang ditimbulkan oleh kesalahan bertata krama ketika Sang Raja pun tidak mempermasalahkan seluruh kejadian itu. Kerikuhan Bima yang berkembang menjadi kerikuhan keempat saudaranya hanya membuktikan bahwa seorang ksatria harus mampu mengerti sifat yang melekat dalam situasi yang dibentuk oleh struktur kelembagaan istana. Dengan suara perlahan ibu Kunti menjelaskan keharusan bagi seorang ksatria untuk selalu mampu memenuhi syarat kecukupan dalam sisi apapun. Syarat kecukupan merupakan syarat kehidupan manusia untuk menghargai keperiadaan diri sendiri dan orang lain berdasarkan kebutuhan dasar manusia.

50

Setiap manusia membutuhkan orang lain untuk merasakan apa yang dirasakannya, melihat apa yang dilakukannya, serta mendengar apa yang disuarakannya. Meskipun cukup sebagai pengetahuan manusia lainnya, namun perhatian sesama merupakan kebutuhan seorang manusia untuk diperhatikan keberadaannya. Lebih jauh dari pemenuhan syarat kecukupan, manusia memerlukan syarat kelayakan. Syarat kelayakan merupakan syarat kehidupan manusia untuk mendapatkan kemerdekaan, keadilan, dan kesinambungan keduanya dalam mempertanggung jawabkan hak dan kewajibannya. Pemenuhan syarat kelayakan akan ditentukan oleh kemampuan pribadi untuk membentuk sifat yang santun dalam kriteria kesesuaian, kemampuan beradaptasi, kemampuan bekerjasama, bertanggung jawab, dan menjaminkan keberlanjutan sikap dalam pengelolaan hak dan kewajiban manusia. Ibu kunti terdiam sejenak. Diarahkan pandangannya kepada kelima anaknya yang duduk diam mendengarkan ucapannya. Setelah meminta ijin untuk melanjutkan pembicaraannya kepada Raja Wirata dan Sri Krisna, ibu Kunti melanjutkan penjelasan syarat kepantasan sebagai syarat ketiga yang merupakan syarat kehidupan manusia untuk menjaga kesinambungan keselarasan alam dalam dimensi ruang dan waktu. Kepantasan adalah penghargaan manusia terhadap performa manusia lainnya dan mendudukkannya dalam kesesuaiannya terhadap situasi ruang dan waktu. Dijelaskan oleh ibu Kunti betapa pentingnya bersikap pantas jika berhadapan dengan orang muda, sesama umur, dan orang tua. Sikap pantas yang ditunjukkan ksatria terhadap orang muda selalu bertujuan untuk 51

memberi teladan kebaikan dan kebenaran’ yang sekaligus sebagai upaya ksatria menghargai dirinya sendiri. Sedangkan sikap yang ditunjukkan kepada sesama umur merupakan kepantasan dalam mengolah berbagai pilihan kebenaran dan kebaikan dari berbagai sudut pandang dan pengalaman sesama. Selanjutnya pengolahan pilihan merupakan perjalanan manusia yang terus menerus untuk membentuk dan menggantikan berbagai kriteria baru dalam pemenuhan syarat kecukupan dan kelayakan lainnya yang dianggap lebih baik dan lebih benar sejalan dengan pengalaman yang diperolehnya. Pemenuhan syarat kepantasan kepada orang tua lebih mengarah kepada penghormatan kepada sosok manusia yang telah memiliki begitu banyak pengalaman dan telah mempunyai pilihan terhadap satu jalan kebenaran dan kebaikan. Umur manusia menjadi wadah bagi kematangan pemikiran dalam menghadapi berbagai permasalahan keyakinan, cara bersikap dan bertindak, menilai, dan mengeluarkan pemikirannya dengan cara yang sama. Kemampuan seorang manusia untuk mengeluarkan pemikirannya dengan cara yang sama merupakan bentuk kemapanan seseorang dalam menyakini hidup. Dengan demikian kebenaran menjadi mutlak, sedangkan kebaikan merupakan upaya mensiasati cara berfikir dan bertindak untuk mencapai kebenaran itu sendiri. Setiap ksatria harus mampu mensiasati cara berfikir dan bertindak dengan memilih berbagai himpunan kebenaran sebagai acuan yang disesuaikan dengan situasi khusus yang dihadapinya. Perubahan waktu pada setiap satuan waktu akan memberikan situasi alam yang bersifat khusus dan mengharuskan setiap ksatria untuk memiliki cara efektif dan

52

efisien dalam berfikir dan bertindak. Kekhususan situasi yang lahir dari perubahan waktu mengharuskan seorang satria bersikap waspada dan sadar terhadap keperiadaannya dalam lingkungan yang sedang dihadapinya.

Ketiga persyaratan yang harus dimiliki ksatria akan membentuk struktur kelembagaan berfikir manusia dalam menghadapi situasi yang terus berubah dan mewujud dalam tampilan perilaku ksatria. Dalam implikasinya, kejujuran dan penguasaan cara berfikir memiliki peranan penting untuk mentransformasikan setiap karakteristik masukan yang menghasilkan pemikiran yang mampu meningkatkan manfaat dan menurunkan mudharat bagi diri pribadi, kelompok, hingga kepada satuan alam yang terbesar. Bima duduk tegak dengan kepala tertunduk mendengarkan seluruh nasihat ibu Kunti. Tubuhnya hampir tidak terlihat bergerak. Bahkan aliran nafasnya hampir tidak terlihat menggerakkan dadanya yang penuh otot-otot membusung. Seluruh nasihat sang ibu benar benar tepat mengena ke lubuk hatinya. Satu persatu nasihat bergerak menuju induk-induk pemikirannya yang membentuk aliran pemahaman yang menyiku tegak dan mendatar. Bima merasakan lembutnya proyeksi gerakan pertemuan antara aliran pemahaman terhadap Yang Maha Kuasa yang tegak kokoh di atas aliran pemahaman kesejatian manusia yang mendatar. Doa manusia menjadi makbul pada titik siku pertemuan kedua aliran pemahaman. Tampak begitu banyak garis garis aliran pemahaman kesejatian manusia menuju titik dasar

53

proyeksi aliran pemahaman terhadap tuhan yang Maha Kuasa seolah membentuk lingkaran nur insani dengan sinar tegak nur ilahiah di tengahnya. Perputaran waktu manusia dan tuhannya membentuk proyeksi dengan ujung kerucut yang bersinar terang dan menunjukkan keberadaan nur ilahiah berada. Sri Kresna berdiri dan menyembah ibu Kunti yang hanya tertunduk tidak berani mengangkat mukanya di depan titisan Wisnu. Seluruh pandangan beralih kepada Sri Kresna yang menjabarkan pemusatan fikiran dengan cara membersihkan fikiran manusia ketika berdoa kepada tuhannya. Sri Kresna menutup penjelasannya dengan kepastian bahwa tuhan akan memenuhi setiap doa manusia sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan mengkhususkan rahmatnya bagi manusia yang menjaga kebenaran dan kesabaran sebagai Tuhan yang Maha Penyayang. Inti penjelasan Sri Kresna adalah untuk menguatkan doa manusia yang membedakan iman manusia dan syaitan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Penjelasan yang membedakan iman manusia yang dirahmati oleh Yang Maha Kuasa dan iman yang dimurkai. Iman menjadi rumah tuhan di dalam diri manusia yang secara sadar dan berkelanjutan akan membentengi manusia dari godaan syaitan. Benteng manusia yang dibangun oleh iman manusia terhadap fikiran dan tindakan yang mengacu kepada kebenaran dan dikemas dalam kesabaran dengan terus berusaha. Keheningan istana Wirata semakin bertambah hening. Seolah terhenyak dalam pemikiran yang dalam, seluruh penghuni istana merasakan aliran lembut yang bergerak perlahan menuju seluruh penjuru istana. Bima yang terhanyut dalam pencarian diri di tengah persyaratan keutamaan ksatria perlahan 54

mulai mendapatkan pencerahan. Bagi seorang Bima, pemenuhan syarat kecukupan telah dicukupkan oleh kekuatan iman yang menjadi urat nadi kehidupan ksatria. Sedangkan pemenuhan syarat kelayakan digambarkan sebagai kualitas kandungan darah yang memuat kebenaran yang terjaga kandungannya dalam kehidupan manusia. Kesulitan yang dihadapi Bima adalah ketika harus meletakkan simbol pemenuhan syarat kepantasan untuk memilih hidup di jalan ksatria. Kepantasan ksatria yang harus tetap terlibat dalam perikehidupan mengharuskan seluruh tubuhnya lebih sabar terhadap perubahan kepastian hidup. Sabar untuk tetap mempertahankan kebenaran dan terus menyebarkan kebenaran ke dalam sikap dan perilakunya. Sampai ketika kepercayaan dirinya berhasil meletakkan pemenuhan kepantasan ke dalam jantung yang mengalirkan dan mendistribusikan kebenaran ke seluruh bagian tubuh, seluruh ototnya melemas tanpa kehilangan tenaga. Bersatunya kekuatan iman, aliran kebenaran dalam setiap denyut jantungnya membentuk harmonisasi yang memancarkan ketenangan yang tidak terbayangkan oleh manusia saat ini dan sebelumnya. Seketika tubuh Bima yang coklat kehitaman memancarkan aura sinar insaniah yang terdorong oleh pertemuan sinar ilahiah di dalam hatinya. Seluruh isi istana terperanjat melihat aura sinar yang terasa menenteramkan dan membahagiakan manusia. Terdengar suara burung-burung berkicau bersahut-sahutan menunjukkan kegembiraannya dan rasa hormatnya kepada kemuliaan tuhan dan manusianya. Seluruh istana kembali menjadi hening dari riuh rendahnya masing-masing gelora hati

55

dan fikiran yang sibuk mencari cara untuk mempertemukan aliran pemahaman kesejatian manusia dengan tuhannya.

56

Related Documents

Bima Agemaning Budi
April 2020 11
Bima Bungkus.docx
December 2019 9
Bima Teori.docx
July 2020 5
Budi
June 2020 28
Galaksi Bima Sakti
May 2020 17
Budi Spss.docx
June 2020 17

More Documents from "Budi Mulyawan"