MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI “BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS”
OLEH Priska Adela Winda Setia Rahmi Ariandy 201722075
KEMENTERIAN RISET TEKHNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANJARMASIN 2018
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatNya yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Biaya berdasarkan Aktivitas ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperoleh banyak informasi mengenai Biaya berdasarkan Aktivitas, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya maupun pihak yang terkait di dalamnya serta dapat memberikan motivasi atau dorongan agar memiliki rasa ingin tahu di dalam dunia keuangan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun materi. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada saudara-saudara, bermanfaat untuk pembacanya dan dapat memberikan semangat untuk membawa sesuatu ke arah yang positif. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT meridhoi segala usaha dan langkah kita semua. Amin.
Banjarmasin, 5 Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar ..................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 4 1.1
Latar Belakang Masalah ..................................................................... 4
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 6 2.1
Biaya Per Unit Produk ....................................................................... 6
2.2
Manfaat Biaya Per Unit ...................................................................... 7 2.2.1 Perusahaan Manufaktur ........................................................................ 7 2.2.2 Perusahaan Jasa .................................................................................... 7
2.3
Sistem Pengukuran Biaya ............................................................................. 8
2.4
Kalkulasi Biaya Produk Tradisional ............................................................. 9 2.4.1Tarif Pabrik Menyeluruh ....................................................................... 10
2.4.2 Tarif Departemental ............................................................................. 13 2.5 Activiy Based Costing (ABC) ............................................................................ 16
BAB III PENUTUP ............................................................................... 22 3.1
Kesimpulan ................................................................................................... 22
3.2
Penutupan ...................................................................................................... 23 Daftar Pustaka ............................................................................................... 24
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Akuntansi manajemen secara terus menerus berkembang dan tanggap
terhadap berbagai perubahan dalam sektor pabrikasi dan jasa dalam dunia bisnis saat ini. Salah satu tanggapan yang cukup signifikan adalah berupa pengembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Untuk mempelajari akuntansi manajemen, dibutuhkan pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang berkaitan dengan biaya. Kalkulasi biaya produk khususnya berdasarkan aktivitas adalah salah satu prinsip sistem informasi akuntansi manajemen. Perkembangan proses kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas menjadi salah satu pengembangan utama akuntansi manajemen. Sasarannya adalah meningkatkan keakuratan biaya, informasi produk yang berkualitas tinggi, dan dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Berdasarkan hal di atas, maka kami memutuskan menyusun sebuah makalah yang kami beri judul “Biaya Berdasarkan Aktivitas.” 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang kami ambil adalah : 1. Apakah yang dimaksud perhitungan biaya per unit produk? 2. Apa manfaat biaya per unit bagi perusahaan manufaktur? 3. Apa manfaat biaya per unit bagi perusahaan jasa?
4. Cara apa saja yang digunakan untuk mengukur biaya yang berhubungan dengan produksi? 5. Apa yang dimaksud dengan kalkulasi biaya produk tradisional? 6. Bagaimana tahap dalam kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas?
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Biaya Per Unit Produk Perusahaan
manufaktur
maupun
perusahaan
jasa,
keduanya
sangat
berkepentingan terhadap informasi biaya per unit. Bagi perusahaan manufaktur, biaya per unit penting untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan pengambilan sejumlah keputusan penting seperti apakah akan membuat atau membeli produk, menerima atau menolak suatu pesanan khusus, atau mempertahankan atau menghentikan suatu lini produk. Kesemuanya memerlukan informasi biaya produk per unit. Biaya per unit juga merupakan hal penting untuk perusahaan jasa, karena perusahaan jasa harus mengidentifikasi unit jasa yang disediakan. Misalnya pada bengkel sepeda motor, unit jasa berupa pekerjaan yang dilakukan pada motor pelanggan secara individu diantaranya servis ringan, ganti oli, turun mesin atau yang lain. Atas setiap pekerjaan harus dibebankan secara individual pada masing-masing pekerjaan.. Perusahaan jasa juga menggunakan informasi biaya per unit untuk menentukan profitabilitas, kelayakan untuk menawarkan layanan baru, membuat keputusan harga dan lain-lain. Perusahaan jasa nirlaba harus melacak biaya-biaya untuk memastikan bahwa mereka memberikan jasa dengan biaya yang efisien. Secara konseptual, biaya per unit (unit cost) adalah biaya total yang berhubungan yang dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun, untuk bisa mengukur total biaya kita harus mendefinisikan biaya produk terlebih dahulu. Ingat bahwa biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang ingin dipenuhi (different costs for different purposes). Misalnya, biaya produk didefinisikan sebagai jumlah dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Definisi ini diperlukan hanya untuk tujuan pelaporan keuangan
eksternal. Pengukuran biaya (cost measurement) meliputi penentuan nilai dari bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead yang digunakan dalam produksi. Adapun proses menghubungkan biaya dengan unit yang diproduksi setelah biaya diukur disebut pembebanan biaya (cost assignment). 2.2 Manfaat biaya per unit 2.2.1 Perusahaan Manufaktur Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Informasi biaya per unit adalah sangat penting bagi perusahaan manufaktur untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan pengambilan keputusan lainnya. Pengungkapan biaya persediaan dan penentuan laba adalah kebutuhan pelaporan keuangan yang dihadapi setiap perusahaan pada setiap akhir periode. Tidak mungkin untuk menyerahkan penawaran yang berarti tanpa mengetahui biaya-biaya yang berkaitan dengan unit yang akan diproduksi. Keputusan membuat atau membeli suatu produk, menerima atau menolak suatu pesanan, atau mempertahankan atau menghentikan suatu lini produk memerlukan informasi biaya per unit. 2.2.2
Perusahaan Jasa Perusahaan jasa juga memerlukan informasi biaya per unit. Pada dasarnya
untuk menghitung biaya per unit antara perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur adalah sama. Pertama sekali, perusahaan jasa harus mengidentifikasi unit jasa yang disediakan dan mengidentifikasi total biaya untuk unit jasa yang disediakan. Perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur menggunakan data biaya dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menentukan profitabilitas, kelayakan untuk memperkenalkan layanan baru, membuat keputusan harga jual dan lainnya, hanya
perusahaan jasa tidak memerlukan data biaya untuk menentukan nilai persediaan, karena jasa tidak menghasilkan produk fisik. 2.3 Sistem Pengukuran Biaya Pada umumnya sistem pengukuran biaya yang digunakan ada 2 yaitu pembebanan biaya normal dan pembebanan biaya aktua 1. Actual Costing Sistem biaya aktual (actual cost system) mengharuskan perusahaan menggunakan biaya aktual dari seluruh sumber daya yang digunakan untuk produksi baik biaya utama maupun biaya overhead untuk menentukan biaya per unit. Biaya utama aktual dapat dibebankan dengan menggunakan penelusuran langsung dan dapat dibebankan secara tepat waktu, sehingga tidak terdapat masalah yang cukup signifikan baik dari segi keakuratan maupun ketepatan waktu. Metode ini mempunyai kelemahan dalam penggunaan biaya aktual untuk perhitungan biaya per unit untuk biaya overhead. Pembebanan biaya overhead aktual menciptakan konflik antara ketepatan waktu dan keakuratan. Perusahaan harus menunggu sampai akhir tahun untuk mengetahui biaya overhead tahun tersebut, karena biaya overhead sepanjang tahun tersebut merupakan milik unit yang diproduksi sepanjang tahun tersebut. Perusahaan memerlukan informasi biaya per unit sepanjang tahun, informasi ini dibutuhkan secara tepat waktu baik untuk laporan keuangan
intern
maupun
untuk
penetapan
harga.
Beberapa
pihak
menyarankan untuk mempersingkat atau memperpendek periode, misalnya mingguan ataupun bulanan untuk menghitung biaya overhead aktual agar tepat waktu. Ternyata saran ini juga mempunyai kelemahan karena menimbulkan biaya per unit yang berfluktuasi. 2. Normal costing adalah cara pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan dasar suatu alokasi yang telah ditetapkan. Alokasi ini merupakan hasil hitung-hitungan data yang telah dikelola tahun lalu.
Menghitung biaya normal yang mengharuskan perusahaan membebankan biaya aktual bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung kepada unit yang diproduksi, sedang biaya overhead dibebankan berdasarkan estimasi yang ditentukan terlebih dulu (Predetermined Rate). Predetermined rate overhead adalah tingkat yang digunakan untuk menentukan data yang diestimasikan.
Tarif Overhead = Overhead Yang Dianggarkan Penggunaan
Aktivitas
Yang
Dianggarakan
Contoh: Sebuah perusahaan roda mobil memperkirakan bahwa overhead untuk tahun tersebut adalah Rp75.000.000,00 dan produksi yang diharapkan sebesar 150.000 unit, maka tarif overheadnya = Rp.75.000.000 = Rp 500 150.000
2.4 Kalkulasi Biaya Produk Tradisional Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Pembebanan biaya utama ke produk tidak memiliki kesulitan, karena dapat menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak yang sangat akurat. Tetapi sebaliknya, biaya overhead memiliki masalah dalam pembebanan biaya ke produk, karena hubungan antara masukan dan keluaran tidak dapat diobservasi secara fisik.
Dalam sistem biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke produk digunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level activity drivers), karena ini merupakan faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi : 1.
Unit yang diproduksi
2.
Jam tenaga kerja langsung
3.
Tenaga kerja langsung (rupiah)
4.
Jam mesin
5.
Bahan Langsung Setelah mengidentifikasi penggerak (driver) tingkat unit, lalu memprediksi
tingkat keluaran aktifitas yang diukur oleh penggerak tersebut, yaitu apakah berdasarkan aktifitas aktual yang diharapkan (expected activity level) dan aktifitas normal (normal activity level). Expected activity level adalah output aktivitas yang diharapkan dicapai oleh perusahaan pada tahun yang akan datang, sedangkan normal activity level adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal mempunyai keunggulan berupa penggunaan tingkat aktifitas yang sama dari tahun ke tahun, sehingga pembebanan overhead ke produk tidak begitu berfluktuasi. 2.4.1
Tarif Pabrik Menyeluruh Pembebanan overhead ke produk secara tradisional dapat menggunakan tarif
pabrik menyeluruh. Dengan menggunakan tarif ini, biaya overhead pertama sekali diakumulasi dalam kelompok besar pabrik secara menyeluruh. Overhead dibebankan pada kelompok hanya dengan menjumlahkan semua biay overhead yang diharapkan terjadi di pabrik selama setahun. Karena semua biaya overhead adalah untuk pabrik,
maka pembebanan kepada kelompok dilakukan sangat akurat. Tahap selanjutnya menghitung tarif pabrik menyeluruh dengan menggunakan satu penggerak tingkat unit, biasanya adalah jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Untuk menggambarkan penggunaan tarif pabrik menyeluruh, diberikan contoh berikut ini. Contoh Kasus: Ijen Corporation, sebuah perusahaan telekomunikasi, memproduksi dua jenis telepon, yaitu telepon reguler dan telepon tanpa kabel. Berikut adalah data estimasi dan data aktual tahun 2006:
2.4.2 Tarif Departemental Dasar pemikiran tarif departemental ini adalah untuk menghindari pembebanan rata-rata seperti yang digunakan pada tarif pabrik menyeluruh. Tarif departemental berasumsi bahwa beberapa departemen mungkin lebih intensif overhead dibandingkan dengan yang lain, sehingga produk yang menghabiskan waktu lebih banyak pada departemen akan dibebankan overhead yang lebih besar dari yang menghabiskan waktu yang lebih sedikit. Untuk menggambarkan tarif departemental ini, diasumsikan Ijen Corp. memiliki dua divisi produksi, yaitu pabrikasi dan perakitan. Divisi pabrikasi bertanggungjawab untuk membuat komponen elektronik utama. Bagian-bagian lainnya dibeli dari pemasok. Semua komponen kemudian dirakit di divisi perakitan. Mempertimbangkan bahwa divisi pabrikasi bersifat intensif mesin sedangkan divisi perakitan cenderung intensif tenaga kerja, maka Ijen Corp. mendasarkan tarif overhead departemental pada jam mesin untuk pabrikasi dan pada jam tenaga kerja langsung untuk perakitan. Berikut ini adalah data departemental untuk tahun 2006:
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa sistem tarif pabrik menyeluruh dan tarif departemental menghasilkan biaya per unit yang berbeda untuk telepon reguler dan telepon tanpa kabel. Namun perbedaan antara biaya per unit telepon
reguler yang diproduksi secara massal dan telepon tanpa kabel yang diproduksi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit tidak terpaut terlalu jauh Kelebihan Sistem Traditional
Mudah diaudit, karena jumlah cost driver tidak terlalu banyak sehingga memudahkan auditor untuk melakukan proses audit.
Mudah diterapkan, karena tidak banyak memakai cost driver dalam pengalokasian biaya overhead pabrik, sehingga memudahkan manajer melakukan perhitungan.
Keterbatasan Sistem Akuntansi Tradisional
Hasil dari penawaran bisnis sulit dijelaskan
Harga pesaing tampak begitu rendah dan tidak masuk akal
Produk-produksi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi menunjukkan laba yang tinggi
Manajer operasional ingin menghentikan produksi dari produk-produknya yang tampaknya menguntungkan
Marjin laba sulit untuk dijelaskan
Perusahaan memiliki ceruk pasar yang nampaknya hanya memberi laba tinggi pada perusahaan sendiri
Pelanggan tidak mengeluh atas kenaikan harga produk-produk khusus
Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan data biaya bagi produk khusus
Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri
Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan
Organisasi yang menerapkan sistem biaya tradisional dengan menggunakan tarif overhead pabrik atau departemen seringkali mengalami hal-hal yang disebutkan di
atas. Setidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan kegagalan sistem biaya tradisional: 1. Menggunakan hanya penggerak biaya aktivitas berdasar unit untuk membebankan biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit akan menimbulkan distorsi biaya produk. Padahal ada banyak penggerak biaya aktivitas berdasarkan non unit (non unit based activity cost driver) yang berperan dalam konsumsi biaya overhead, antara lain: penerimaan pesanan, setup, rekayasa teknik, inspeksi, dll. 2. Adanya keragaman produk (product diversity) yang berarti bahwa masing- masing produk mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda. 2.5 Activiy Based Costing (ABC) Sistem biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Cost System = ABC System), pertama kali menelusuri biaya aktifitas dan kemudian ke produk. Oleh sebab itu ABC merupakan proses dua tahap, tetapi pada tahap pertama menelusuri biaya overhead ke aktifitas bukan ke unit organisasi seperti pabrik dan departemen. Tahap kedua yaitu pembebanan biaya produk dengan menekankan pada penelusuran langsung dan penelusuran penggerak. Perbedaan utama dari metode tradisional dengan ABC adalah pada sifat dan jumlah penggerak biaya yang digunakan. ABC menggunakan biaya aktifitas berdasarkan unit maupun non unit. Kalkulasi biaya ABC menghasilkan biaya produk yang semakin akurat. Dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat, tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktifitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk.
1. Tahap Pertama Tahap pertama dari sistem ABC adalah mengidentifikasi aktifitas, biaya dikaitkan dengan masing-masing aktifitas, dan aktifitas serta biaya yang berkaitan dibagi kedalam kumpulan yang sejenis. Suatu perusahaan kemungkinan mempunyai beratus-ratus aktifitas yang berbeda, perusahaan menentukan driver aktifitas yang berkaitan dengan setiap aktifitas dan menghitung masing-masing tarif overhead, sehingga menghasilkan ratusan tarif overhead. Untuk mengurangi jumlah tarif overhead tersebut diperlukan perampingan proses, aktifitas dikelompokkan pada kumpulan yang sejenis. Setelah satu kelompok biaya didefinisikan, biaya per unit dari driver aktifitas dihitung yang disebut dengan tarif kelompok. Pada sistem ABC ini tahap pertama pada dasarnya terdiri dari : a.
Identifikasi aktifitas
b.
Pembebanan biaya ke aktifitas
c.
Aktifitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis.
d. Biaya aktifitas yang dikelompokkan dijumlahkan untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis. e.
Tarif overhead kelompok dihitung 2. Tahap Kedua Biaya dari setiap kelompok overhead ditelusur ke produk Fokus dari sistem ABC
adalah aktivitas sehingga identifikasi aktivitas menjadi langkah pertama dalam ABC. Aktivitas merupakan tindakan-tindakan yang harus diambil atau setiap pekerjaan yang dilakukan. Setelah teridentifikasi, dicari atribut aktivitas untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan aktivitas lebih lanjut. Atribut aktivitas (activity attribute) adalah jenis informasi keuangan maupun non keuangan yang menggambarkan setiap
aktivitas. Atribut aktivitas digunakan untuk mengelompokkan aktivitas terkait ke dalam kelompok-kelompok yang menjadi landasan bagi pengelompokan biaya sejenis. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap produk. Kumpulan aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas berikut ini:
Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit diproduksi. Contoh: pengujian produk.
Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi. Contoh: persiapan, pemeriksaan, jadwal produksi, penanganan bahan.
Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa, pengembanganprosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa produk.
Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses umum manufaktur suatu pabrik. Contoh: manajemen pabrik, landscaping, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik
Dengan menggunakan kasus Ijen Corporation, berikut ini adalah informasi tambahan terkait dengan rincian aktivitas yang dilakukan selama proses produksi.
Perhitungan biaya dengan ABC :
Hasil kalkulasi biaya produk dengan menggunakan ABC menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kalkulasi produk menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental. Dengan ABC, biaya telepon tanpa kabel jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya telepon reguler, yakni lebih dari dua kali lipatnya. Bandingkan dengan kalkulasi menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental yang menghasilkan biaya telepon tanpa kabel dan biaya telepon reguler yang tidak terpaut terlalu jauh.
Kelebihan dari sistem ABC 1. Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. 2. Mengidentivikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. 3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah. 4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan. Kelemahan dari sistem ABC 1. Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya, yang pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami ABC. 2. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari dengan menghentikan memproduksi lebih sedikit produk. 3. Memerlukan upaya pengumpulan data yang diperlukan guna keperluan persyaratan laporan keuangan. 4. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik sehingga prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Perhitungan biaya per unit produk, yaitu total biaya yang berkaitan dengan unit
produksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur menggunakan data biaya dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menentukan profitabilitas, kelayakan untuk memperkenalkan layanan baru, membuat keputusan harga jual dan lainnya, hanya perusahaan jasa tidak memerlukan data biaya untuk menentukan nilai persediaan, karena jasa tidak menghasilkan produk fisik. Ada dua cara yang lazim digunakan untuk mengukur biaya yang berhubungan dengan produksi yaitu : (1) Kalkulasi Biaya Aktual, dan (2) Kalkulasi Biaya Normal. Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Oleh sebab itu ABC merupakan proses dua tahap, tetapi pada tahap pertama menelusuri biaya overhead ke aktifitas bukan ke unit organisasi seperti pabrik dan departemen. Tahap kedua yaitu pembebanan biaya produk dengan menekankan pada penelusuran langsung dan penelusuran penggerak. Sistem biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Cost System = ABC System). Tahap pertama dari sistem ABC adalah mengidentifikasi aktifitas, biaya dikaitkan dengan masing-masing aktifitas, dan aktifitas serta biaya yang berkaitan dibagi kedalam kumpulan yang sejenis. Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk, dengan menggunakan tarif kelompok yang telah dihitung.
3.2
Penutup Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Sugiri, S., dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Rayburn, L.G. Akuntansi Biaya: dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.