Bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, ada beberapa bentuk rasio yang dapat digunakan. Setiap rasi memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap rasio diukur dan diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Dalam rangka memudahkan untuk memahami penggunaan rasio keuangan, dapat digunakan contoh berupa angka – angka yang tertera dalam neraca dan laporan keuangan. Berikut ini contoh sebagian dari jenis – jenis rasio keuangan yang harus dan biasa dibuat. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri dari bebrapa jenis berikut. 1.
Profit Margin (Profit Margin on Sales) Profit margin atau juga dikenal dengan nama profit margin on sales merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur antara profit margin dengan penjualan. Rumusan untuk mencari profit margin adalah sebagai berikut. Net profit margin =
net profit after tax net sales
x 100%
Contoh : Sebagai ilustrasi (dalam jutaan) komponen Penjualan bersih Laba sesudah pajak
2004 Rp 9.650 Rp 1.600
2005 Rp 10.950 Rp 1.840
Untuk tahun 2004 Net profit margin = Untuk tahun 2005
Rp 1.600 Rp 9.65 0
x 100% = 16,5%
2006 Rp 14.500 Rp 3.200
Net profit margin =
Rp 1.840 Rp 10.95 0
x 100% = 16,8%
Rp 3.200 Rp 14.500
x 100% = 22%
Untuk tahun 2006 Net profit margin =
Jika rata- rata industri adalah 15%, rasio perusahaan ini untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 cukup baik. 2.
Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang meunjukkan hasil (return) atas sejumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase. Rasio ini juga menunjukkan produktivitas dari seluruh danaperusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari return on investment adalah sebagai berikut. Return on Investment =
net ptofit after tax Total assets
x 100%
Contoh : Sebagai ilustrasi (dalam jutaan) komponen Total aktiva Laba sesudah pajak
2004 Rp 5.600 Rp 1.600
2005 Rp 6.700 Rp 1.840
Untuk tahun 2004 Return on Investment (ROI) =
Rp 1.600 Rp 5.600
x 100% = 28,6%
Rp 1.840 Rp 6.700
x 100% = 27,5%
Untuk tahun 2005 Return on Investment (ROI) = Untuk tahun 2006
2006 Rp 7.500 Rp 3.200
Return on Investment (ROI) =
Rp 3.200 Rp 7.500
x 100% = 42,6%
Jika rata- rata industri adalah 30%, rasio perusahaan ini untuk tahun 2004, dan 2005 cukup baik karena masih di bawah rata – rata industri, sedangkan 2006 sangat baik. 3.
Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modl sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari return on equity adalah sebagai berikut. Return on Equity (ROE) =
net profit after tax equity
x 100%
Contoh : Sebagai ilustrasi (dalam jutaan) komponen Laba sesudah pajaktotal equity
2004 Rp 1.600 Rp 3.600
2005 Rp 1.840 Rp 4.200
2006 Rp 3.200 Rp 3.600
Untuk tahun 2004 Return on Investment (ROI) =
Rp 1.600 Rp 3.600
x 100% = 45%
Rp 1.840 Rp 4.200
x 100% = 44%
Rp 3.200 Rp 3.600
x 100% = 89%
Untuk tahun 2005 Return on Investment (ROI) = Untuk tahun 2006 Return on Investment (ROI) =
Jika rata- rata industri adalah 45%, rasio perusahaan ini untuk tahun 2004 sampai2006 cukup baik karena berada di atas rata – rata industri.